BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cavum Oris
Berkovitz (1995) dan William (1995) menyatakan bahwa otot-otot
yang berperan dalam proses penelanan adalah otot-otot didalam kavum oris
proprium yang bekerja secara volunteer. Terbagi 2 :
1. vestibulum oris
mukosa
2. kavum oris proprium
: permukaan lingual
b.
1.
Lidah :
a. Bagian-bagian : ApexLinguae, Corpus Linguae, Radix Linguae
b. Permukaan : Dorsum Linguae
c. Histologi : Membran Mukosa, Papilia Linguae, Otot Lurik
2.
agak
memanjang
dan
kadang-kadang
duktus
ini
bercabang-cabang
menjadi
duktus
dan
mempunyai
saluran
keluar
(duktus
tubuloalvioler
bercabang-cabang
(compound
diberi
nama
menemukannya.
lokasinya
Semua
atau
kelenjar
nama
ludah
pakar
yang
mengeluarkan
garis,
median,
dengan
asinus-asinus
seromukus
Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous
gland) terletak pada pangkal lidah, dnegan asinus-asinus
murni serus
Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah
dengan asinus-asinus mukus .
Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula
lingualis posterior.
d. Saliva
Komposisi Saliva
Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut
disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen
organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih
terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva
bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen
anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium,
OSCN
(hypothio)
yang
mampu
menghambat
10
(sphenopalatinus longus)
adalah cabang n. nasalis yang juga berasal dari n. maxillaris, pada fossa
pterygopalatina saraf biasanya berjalan melewati foramen incisivum
dan mempersarafi daerah membrana mukosa pada regio papilla incisiv.
Saraf juga membantu mempersarafi jaringan pendukung gigi insisivus
pertama dan kedua (Dixon, 1993).
Berikut regio cavum oris dan persarafan sensoriknya adalah
sebagai berikut:
a. Gigi dan stuktur pendukung
N. alveolaris inferior, cabang divisi mandibularis; dan n. alveolaris
superior, cabang divisi maxillaris n. trigeminus.
b. Palatum durum
N. palatinus major dan ami incivus n. nasopalatinus. Keduanya
merupakan cabang daro divisi maxillaris n. trigeminus.
c. Palatum molle
N. Palatina minores, cabang divisi maxillaris n. cranialis V dan rami
tonsillares n. glossopharyngeus.
d. Pipi
N. buccalis dan n. mentalis, cabang divisi mandibularis; dan n.
alveolaris superior posterior, cabang divisi maxillaris n. cranialis V.
e. Labium oris superius
Rami labiales n. infraorbitalis dari divisi maxillaris, dan labium oris
inferius mendapat persarafan dari n. mentalis cabang divisi
11
N.
alveolaris
superior
anterior
mengeluarkan
n.
12
berjalan dalam canalis yang menuju sisi lateral canalis infraorbitalis dan
berjalan dalam canalis yang menuju sisi lateral canalis infraorbitalis dan
berjalan di bawah foramen infraorbitale pada facies interior maxillae.
Di dekat apertura nasalis, saraf turun ke arah apex gigi incisivus. Saraf
akan terus berjalan melalui tulang dalam hubungan yang erat dengan
membrana
mukosa
pembatas
di
depan
sinus
maxillaris
dan
merupakan
13
14
mulut, gingiva serta serabut pengecap dari dua pertiga anterior lingua.
Serabut pengecap berjalan keluar dari n lingualis untuk bergabung
dengan n facialis melalui n chorda tympani.
N buccalis adalah cabang terminal dari divisi anterior n
mandibularis. Saraf ini berjalan jauh ke dalam ke daieah insersi m
termporalis pada permukaan m buccinator dan menuju cutis yang
terletak di atasnya. M buccalis merupakan saraf sensorik utama yang
mempersarafi cutis, membrana mukosa dari vertiulum oris dan gingiva
pada facies buccalis gigi geligi. Distribusi saraf ini dapat meluas jauh ke
depan sampai angulus mandubulae. Walaupun cabang n buccalis
berhubungan dengan cabang-cabang n facialis, n buccalis adalah saraf
sensorik dan blok anastesi lokal yang didepositkan pada saraf ini tidak
akan menimbulkan gangguan fungsi otot.
N buccalis dan n mentalis merupakan cabang divisi mandibularis
yang terdapat pada pipi. Labium oris inferius medapat persarafan dari n
mentalis cabang divisi mandibularis. Saraf-saraf inijuga mengeluarkan
percabangan ke sekitar jaringan gingiva.
15
16
17
b. Lapisan air; merupakan lapisan tengah yang dihasilkan oleh sel sel
yang tersebar pada konjungtiva (selaput bening mata). Lapisan ini
berfungsi membersihkan mata dan mengeluarkan benda-benda asing
ataupun iritan yang masuk ke dalam mata.
c. Lapisan lendir; merupakan lapisan terdalam yang berfungsi
membantu agar air mata tersebar rata pada permukaan mata dan
membantu agar mata tetap lembab.
2.2.2 Kelainan Kelenjar Air Mata
1. Dakriosistitis (Infeksi Kantong Air Mata)
18
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik.
PENGOBATAN
2. Hordeolum (Stye)
Hordeolum (Stye) adalah suatu infeksi pada satu atau beberapa
kelenjar d.
PENYEBAB
19
GEJALA
dan
nyeri
pada
tepi
kelopak
mata.
Biasanya
hanya
sebagian
kecil
daerah
kelopak
yang
20
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik.
PENGOBATAN
PENCEGAHAN
3. Kalazion
21
Kelenjar
Meibom
adalah
kelenjar
sebasea,
yang
ditegakkan
berdasarkan
gejala
dan
hasil
saluran
dan
mempermudah
pengaliran
serta
penyembuhan.
22
4. Blefaritis
Blefaritis adalah suatu peradangan pada kelopak mata.
Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam
kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
PENYEBAB
Terdapat 2 jenis blefaritis:
o Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan
(tempat melekatnya bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri
stafilokokus dan ketombe pada kulit kepala.
o Blefaritis posterior ; mengenai kelopak mata bagian dalam
(bagian kelopak mata yang lembab, yang bersentuhan dengan
mata). Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar minyak.
2 penyakit kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior
adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala (dermatitis
seboreik). Alergi atau infestasi kutu pada bulu mata juga bisa
menyebabkan blefaritis.
GEJALA
Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.
23
PENGOBATAN
(misalnya
eritromisin
atau
sulfacetamide)
atau
5. Dakriostenosis
Dakriostenosis adalah penyumbatan duktus nasolakrimalis
(saluran yang mengalirkan air mata ke hidung).
PENYEBAB
Jika saluran ini tersumbat, air mata akan menumpuk dan mengalir
secara berlebihan ke pipi.
24
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah:
o Pemeriksaan hidung bagian dalam
o Pewarnaan mata dengan zat fluoresensi untuk menilai
pengaliran air mata
o Sinar X khusus untuk menilai duktus nasolakrimalis.
PENGOBATAN
25
PENCEGAHAN
Pengobatan yang adekuat terhadap infeksi hidung dan mata bisa
mengurangi resiko terjadinya dakriostenosis.
6. Sindroma mata kering
Untuk mengenali gejala awal terjadinya serangan mata kering,
bisa dilihat dari keluhan pasien ketika datang berobat ke rumah sakit.
Keluhan itu, biasanya pasien merasakan sesuatu mengganjal di
dalam mata, atau di dalam mata seperti ada benda asing
(Kertia,2009).
Gejala lain yang kemudian bisa diketahui adalah pasien akan
merasakan matanya seperti berpasir, terkadang mata terasa terbakar,
silau jika terkena cahaya walaupun sebenarnya cahaya yang masuk
tidak terlalu terang (Kertia,2009).
Selain memberikan air mata buatan, untuk mencegah terjadinya
sindrom mata kering, disarankan kepada pasien untuk menggunakan
kaca mata pelindung, yang berfungsi melindungi mata dari panas
berlebih atau debu (Kertia,2009).
Sindrom mata kering merupakan gangguan pada permukaan
mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari
lapisan air mata. Angka kejadian sindrom mata kering ini lebih
banyak pada wanita (Kertia,2009).
26
27
28
7. Nyeri neurologis
Berdasarkan Letak Nyeri :
1. Nyeri Neuropatik Perifer
Pada nyeri neuropatik perifer Letak lesi di sistem perifer, mulai dari
saraf tepi, ganglion radiks dorsalis sampai ke radiks dorsalis.
Contoh: Diabetik Periferal Neuropati (DPN), Post Herpetik
Neuralgia (PHN), Trigeminal neuralgia, CRPStipe I, CRPS tipe II.
2. Nyeri Neuropatik Sentral
Letak lesi dari medula spinalis sampai ke korteks. Contoh: Nyeri
post stroke, Multiple Sclerosis, Nyeri post trauma medula spinalis.
Berdasarkan waktu terjadinya :
1. Nyeri Neuropatik Akut
Nyeri yang dialami kurang dari 3 bulan. Contoh Neuralgia herpetika,
Acute Inflammatory Demyelinating Neurophaty
2. Nyeri Neuropatik Kronik
Nyeri yang dialami lebih dari 3 bulan. Nyeri neuropatik kronis juga
dibedakan menjadi:
a. Malignan (nyeri keganasan, post operasi, post radioterapi, post
chemoterapi
b. Non Malignan (neuropati diabetika, Carpal Tunnel Syndrome,
neuropati toksis, avulsi pleksus, traumamedula spinalis, neuralgia
post herpes.
Berdasarkan Etiologi :
1. Saraf Perifer
pleksus,
penyakit
jaringan
ikat(Systemic
Lupus
29
syringomieli,
multiplesclerosis,
Arteri-Vena
2.
Nyeri neuropatik
Nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer system saraf.
2.3.3
Fisiologi nyeri
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan
adanya rangsangan.reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit
mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa,khususnya pada
visera,persendian,dinding arteri,hati dan kantong empedu.reseptor
nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
30
oleh
zat
kimia
di
antaranya
seperti
menyerang
dan
menghancurkan
kelenjar
eksokrin
yang
memproduksi air mata dan liur. Sindrom ini dinamakan dari seorang ahli
31
sekunder
penyakit
terjadi
autoimun
bersamaan
lain,
dengan
seperti
Artritis
Sjogren
sekunder:
Biasanya
lebih
ada
penyembuhan
untuk
Sindroma
32
komplikasi.
Perawatannya
dapat
termasuk
baik,
dan
kemungkinan
pembedahan.
Gejala-Gejala Sindrom Sjorgen
Batuk kronis
Hidung kering
Kelelahan
Kulit kering
Mata kering
Mual
Mulut kering
Muntah-muntah
Penglihatan kabur
melalui
33
Ruam kulit
Sesak nafas
Resiko Sindrom Sjogren
Seorang perempuan
Sindrom Sjogren
Masalah penglihatan
Pneumonia
34
35
Terapi
Belum ditemukannya terapi spesifik untuk sindrom Sjgren
untuk penyembuhan yang sempurna. Pemberian terapi yang dapat
diberikan hanya sebatas simtomatik dan suportif. Tindakan terapi
penggantian air mata dapat membantu mengatasi gejala mata
kering. Beberapa pasien memerlukan pelindung mata untuk
meningkatkan kelembaban atau tindakan pada punctum lacrimal.
Siklosporin dapat membantu untuk mengatasi kekeringan mata
kronis dengan menekan reaksi radang yang menghambat
pengeluaran air mata.
Obat sevimelin dan pilokarpin dapat merangsang aliran air
liur. Obat anti-radang non-steroid (NSAID, Non-steroid Antiinflammatory
Drugs)
dapat
membantu
mengatasi
gejala
kortikosteroid
atau
obat
penekan
imun.
Anti jamur
Obat evoxac
Obat salagen
Oklusi punctal
Prognosis
Obat
36