Anda di halaman 1dari 36

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cavum Oris
Berkovitz (1995) dan William (1995) menyatakan bahwa otot-otot
yang berperan dalam proses penelanan adalah otot-otot didalam kavum oris
proprium yang bekerja secara volunteer. Terbagi 2 :
1. vestibulum oris

: ruag gigi geligi dan batas

mukosa
2. kavum oris proprium

: permukaan lingual

gigi geligi dan prosesus alveolaris


2.1.1 Histologi Cavum Oris
a. Batas/ Dinding
1. Depan : Labium Oris meliputi
a. Merah Bibir
b. Pars Marginal
c. Pars Mukosa
2. Dinding Samping : Buccale
a. Kulit : Lanjutan kulit wajah
b. Permukaan dalam : Membran Mucosa
c. Bagian tengah : Musculus Buccinatorius
3. Atap Cavum Oris : Palatum Dorum dan Palatum Mole
Struktur :
a. Membran Mucosa
Epitel : epitel gepeng berlapis tanpa keratinasi
Lamina propria
b. Palatum Durum
Bagian depan
Lempeng tulang
Lamina propria menyatu dengan periosteum
c. Palatum Molle

Bagian belakang : tepi bebas


Otot serat lintang
Uvula di tengah

4. Lantai Cavum Oris : Diaphragma Oris


a.

Otot serat lintang (otot lurik)

b.

Bagian tengah : Lingua


5. Batas Belakang Cavum Oris : Faucium
a. Isthmus Faucium : Uvula, Archus Pharyngopalatina, Radix
Linguae
b. Anulus Tonsilillaris Waldeyer : Tosil Palatina, Tonsil Lingualis,
Tonsil Pharyngealis
b. Isi : Lidah dan Gigi Geligi

1.

Lidah :
a. Bagian-bagian : ApexLinguae, Corpus Linguae, Radix Linguae
b. Permukaan : Dorsum Linguae
c. Histologi : Membran Mukosa, Papilia Linguae, Otot Lurik

2.

Gigi Geligi : Enamel, Dentin, Pulpa, dll


c. Glandula Salivarius
a) Macam-macam kelenjar saliva :
1. Kelenjar ludah utama / mayor
Kelenjar-kelenjar ludah mayor terletak agak jauh dari
rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya ke
dalam rongga mulut. Kelenjar ludah mayor sangat memegang
peranan penting dalam proses mengolah makanan. Kelenjar
saliva mayor terdiri dari :
a. Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar
yang terletak antara prossesus mastoideus dan ramus
mandibula (di bawah telinga di belakang ramus mandibula).
Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulum oris pada
lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas.

Kelenjar parotis dibungkus oleh jaringan ikat padat,


mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase
lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.
Jaringan ikat masuk kedalam parenkim dan membagi organ
menjadi beberapa lobus dan lobulus. Secara morfologis
kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubuloalveolar) bercabang-cabang (compound tubulo alveolar
gland). Asinus-asinus murni serus kebanyakan mempunyai
bentuk

agak

memanjang

dan

kadang-kadang

memperlihatkan percabangan-percabangan. Antara sel-sel


asinus membran basal terdapat sel-sel basket. Saluran
keluar utama (duktus interlobaris) disebut duktus stenon
(stenson) terdiri dari epitel berlapis semu. Ke arah dalam
organ

duktus

ini

bercabang-cabang

menjadi

duktus

interlobularis dengan sel-sel epitel berlapis silindris. Duktus


interlobularis tadi kemudian bercabang-cabang menjadi
duktus intralobularis. Kebanyakan duktus intralobularis
merupakan duktus Pfluger yang mempunyai epitel selapis
silindris yang bersifat acidophil dan menunjukkan garisgaris basal. Duktus Boll pada umumnya panjang-panjang
dan menunjukkan percabangan. Duktus Pfluger agak
pendek. Sel-selnya pipih dan memanjang. Pada jaringan ikat
interlobaris dan interlobularis terlihat banyak lemak yang
berhubungan dengan kumpulan lemak bichat. Juga pada
jaringan tersebut terlihat cabang-cabang dari Nervus
Facialis dan pembuluh darah
b. Kelenjar submandibularis
Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus
mandibula dan mempunyai duktus ekskretoris (Duktus
Wharton) yang bermuara pada dasar rongga mulut pada
frenulum lidah, di belakang gigi seri bawah. Merupakan

kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak. Seperti juga


kelenjar parotis, kelenjar ini diliputi kapsel yang terdiri dari
jaringan ikat padat yang juga masuk ke dalam organ dan
membagi organ tersebut menjadi beberapa lobulus. Secara
morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalveolar /
tubuloacinus bercabang-cabang (compound tubulo alveolar
gland). Percabangan duktusnya sama dengan glandula
parotis demikian pula sel-selnya. Bentuk sinus kebanyakan
memanjang. Antara sel-sel asinus membran basal terdapat
sel-sel basket. Duktus Boll: pendek, sempit sehingga sukar
dicari dalam preparat bila dibandingkan glandula parotis.
Selnya pipih dan memanjang. Duktus Pfluger : lebih
panjang daripada duktus pfluger kelenjar parotis dan
menunjukkan banyak percabangan sehingga dalam preparat
lebih mudah dicari.
c. Kelenjar sublingualis
Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar
ludah besar. Terletak pada dasar rongga mulut, dibawah
mukosa

dan

mempunyai

saluran

keluar

(duktus

ekskretorius) yang disebut Duktus Rivinus. Bermuara pada


dasar rongga mulut dibelakang muara duktus Wharton pada
frenulum lidah. Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel
yang jelas tetapi memiliki septa-septa jaringan ikat yang
jelas / tebal. Secara morfologis kelenjar ini merupakan
kelenjar

tubuloalvioler

bercabang-cabang

(compound

tubuloalveolar gland). Merupakan kelenjar tercampur


dimana bagian besar asinusnya adalah mukus murni.
Duktus ekskretoris sama dengan glandula parotis. Duktus
Pfluger sangat pendek, Duktus Boll sangat pendek dan
bentuknya sudah tidak khas sehingga dalam preparat sukar
ditemukan.

2. Kelenjar ludah tambahan / minor / kecil-kecil


Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil
yang terletak di dalam mukosa atau submukosa (hanya
menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam)
yang

diberi

nama

menemukannya.

lokasinya

Semua

atau

kelenjar

nama
ludah

pakar

yang

mengeluarkan

sekretnya kedalam rongga mulut.


Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas
dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus
Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa
pipi, dengan asinus-asinus seromukus
Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior)
terletak pada bagian bawah ujung lidah disebelah
menyebelah

garis,

median,

dengan

asinus-asinus

seromukus
Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous
gland) terletak pada pangkal lidah, dnegan asinus-asinus
murni serus
Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah
dengan asinus-asinus mukus .
Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula
lingualis posterior.
d. Saliva
Komposisi Saliva
Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut
disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen
organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih
terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva
bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen
anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium,

Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat,


Potassium dan Nitrat. Sedangkan komponen organik pada saliva
meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum
albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam
amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan
kortisol.
a) Komponen Anorganik
Dari kation-kation, Sodium (Na+ ) dan Kalium (K+ )
mempunyai konsentrasi tertinggi dalam saliva. Disebabkan
perubahan di dalam muara pembuangan, Na+ menjadi jauh lebih
rendah di dalam cairan mulut daripada di dalam serum dan K+
jauh lebih tinggi.
Ion Khlorida merupakan unsur penting untuk aktifitas
enzimatik -amilase. Kadar Kalsium dan Fosfat dalam saliva
sangat penting untuk remineralisasi email dan berperan penting
pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar Fluorida
di dalam saliva sedikit dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida
dalam air minum dan makanan. Rodanida dan Thiosianat(CNS- )
adalah penting sebagai agen antibakterial yang bekerja dengan
sisitem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting
dalam saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas bufer.
b) Komponen Organik
Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein.
Protein yang secara kuantitatif penting adalah -Amilase, protein
kaya prolin, musin dan imunoglobulin. Berikut adalah fungsi
protein-protein dalam saliva:
1. -Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi
kesatuan karbohidrat yang kecil. Juga karena pengaruh Amilase, polisakarida mudah dicerna.
2. Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan
dalam sistem penolakan bakterial.

3. Kalikren dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya


faktor pembekuan darah XII, dan dengan demikian berguna
bagi proses pembekuan darah.
4. Laktoperosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat)
menjadi

OSCN

(hypothio)

yang

mampu

menghambat

pertukaran zat bakteri dan pertumbuhannya.


5. Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan
berbagai fungsi penting: membentuk bagian utama pelikel
muda pada email gigi.
6. Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir
seperti air disebabkan musin mempunyai selubung air dan
terdapat pada semua permukaan mulut maka dapat melindungi
jaringan mulut terhadap kekeringan. Musin juga untuk
membentuk makanan menjadi bolus.
Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu
proses mengunyah dan menelan makanan
2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah
cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan
3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman
4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer
5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim
ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah
6. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka
karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth
factor pada saliva
7. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang
keseimbangan air dalam tubuh.
8. Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)

Saraf Kelenjar saliva


Kelenjar ludah mendapatkan suplai saraf dari saraf kranial,
yaitu nervous facial (N. VII) yang mempersarafi kelenjar ludah
(kecuali kelenjar parotis) melalui ganglin submandibula, dan nervous
glosofaringeus (N. IX) yang mempersarafi kelenjar parotis melalui
ganglion otikum. Selain itu kelenjar ludah juga mendapat suplai
saraf dari saraf parasimpatis dari nukleus ludah inferior, kelenjar
submandibula dan sublingualis mendapat suplai saraf dari nukleus
ludah superior. Suplai saraf simpatis untuk kelenjar parotis,
submandibularis, sublingualis berasal dari ganglion simpatis servikal
superior, dengan pleksus saraf yang berjalan ke kelenjar ludah di
sepanjang arteri. Kelenjar ludah minor mungkin juga mempunyai
suplai saraf simpatis dan parasimpatis.
2.1.2 Saraf yang Mensuplai Jaringan Cavum Oris
N. lingualis seperti n. alveolaris inferior, adalah merupakan
cabang divisi mandibularis dari n. trigeminus. Saraf ini keluar dari
truncus saraf di balik m. pterygoideus lateralis dan di depan n.
alveolaris inferior, dihubungkan dengan saraf ini melalui rami
communicates. Truncus ini juga terbentuk dari n. chorda tympani yang
bergabung dari arah belakang dan berhubungan dengan n. facialis. N.
lingualis berjalan turun diantara ramus mandibulae dan m. pterygoideus
medialis. Saraf meluas kedasar mulut pada tepi anterior m. pterygoideus
medialis, disini saraf akan terletak pada permukaan luar m. styloglossus
di atas mylohyoideus dan pada permukaan dalam corpus mandibulae di
bawah ketinggian molar tiga tetap. Pada daerah ini saraf berhubungan
erat dengan membrana mukosa bagian belakang cavum oris (Dixon,
1993).
Lebih jauh ke depan, saraf akan terletak jauh lebih dalam yaitu di
lateral m. hyoglossus dan setelah berjalan di balik ductus glandula
submandibularis, n. lingualis akan berjalan ke atas pada permukaan
dalam ductus menuju lingua. N. lingualis akan mengeluarkan

percabangan ke membrana mukosa dasar mulut dan gingiva pada


permukaan dalam (lingualis) gigi geligi bawah. Saraf membawa serabut
sensorik untuk persepsi sensasi umum (sentuhan, panas, dingin dan
sakit) dari dua pertiga anterior lingua, dasar mulut, gingiva serta serabut
pengecap dari dua pertiga anterior lingua. Serabut pengecap berjalan
keluar dari n. lingualis untuk bergabung dengan n. facialis melalui n.
chorda tympani. N. lingualis juga mengandung serabut sekretomoris
(parasymPATHIUS), berasal dari n. facialis di sepanjang chorda
tympani dan berjalan ke ganglion submandibularis parasympathicus.
Dari ganglion ini cabang-cabang saraf didistribusikan ke glandula
submandibularis dan sublingualis serta ke glandula mukus pada dasar
mulut lingua (Dixon, 1993).
N. buccalis adalah cabang terminal dari divisi anterior n.
mandibularis. Saraf ini berjalan jauh kedalam ke daerah insersi m.
temporalis pada permukaan m. buccinator dan menuju cutis yang
terletak diatasnya. N. buccalis merupakan saraf sensorik utama yang
mempersarafi cutis, membrana mukosa sari vestibulum oris dan gingiva
pada facies buccalis gigi geligi. Distribusi saraf ini dapat meluas jauh
kedepan sampai angulus mandibulae. Walaupun cabang-cabang n.
buccalis berhubungan dengan cabang-cabang n. facialis, n. buccakis
adalah saraf sensorik dan blok anastesi lokal yang didepositkan pada
safar ini tidak akan menimbulakan gangguan funfsi otot. N. buccalis
mengandung beberapa serabut sekretomoris yang mungkin berasal dari
ganglion opticum, mempersarafi glandula mukosa buccalis.
N. palatinus adalah cabang divisi maxillaris dari n. trigeminus
yang terdapat pada fossa pterygopalatina. N. palatinus berjalan
melewati ganglion sphenopalatinum dan dari darah ini saraf akan
mendistribusikan serabut sekretomotoris (parasympathicus) ke glandula
mucosa palatrum. N. palatinus juga mengandung beberapa serabut
pengecap. Beberapa cabang n. palatinus tampak keluar melalui
foramina palatini minores, cabang-cabang ini adalah saraf sensorik

10

yang berjalan ke palatum molle. Cabang yanglebih besar yaitu n.


palatinus major, berjalan akan keluar melalui foramen palatinus major,
berjalan melewati mucoperiosteum yang menutupi palatum durum,
bersama dengan a. palatina major menuju foramen incisivum. N.
palatinus major berfungsi mempersarafi membrana mukosa palatum
durum dan jaringan gingiva pada facies lingualis gigi geligi atas
(Dixon, 1993).
Cabang terminal n. nasopalatinus

(sphenopalatinus longus)

adalah cabang n. nasalis yang juga berasal dari n. maxillaris, pada fossa
pterygopalatina saraf biasanya berjalan melewati foramen incisivum
dan mempersarafi daerah membrana mukosa pada regio papilla incisiv.
Saraf juga membantu mempersarafi jaringan pendukung gigi insisivus
pertama dan kedua (Dixon, 1993).
Berikut regio cavum oris dan persarafan sensoriknya adalah
sebagai berikut:
a. Gigi dan stuktur pendukung
N. alveolaris inferior, cabang divisi mandibularis; dan n. alveolaris
superior, cabang divisi maxillaris n. trigeminus.
b. Palatum durum
N. palatinus major dan ami incivus n. nasopalatinus. Keduanya
merupakan cabang daro divisi maxillaris n. trigeminus.
c. Palatum molle
N. Palatina minores, cabang divisi maxillaris n. cranialis V dan rami
tonsillares n. glossopharyngeus.
d. Pipi
N. buccalis dan n. mentalis, cabang divisi mandibularis; dan n.
alveolaris superior posterior, cabang divisi maxillaris n. cranialis V.
e. Labium oris superius
Rami labiales n. infraorbitalis dari divisi maxillaris, dan labium oris
inferius mendapat persarafan dari n. mentalis cabang divisi

11

mandibularis. Saraf-saraf ini juga mengeluarkan percabangan ke


sekitar jaringan gingiva.
f. Membrana mukosa pars anterior lingua
Dua pertiga anterior lingua dipersarafi oleh n. lingualis yang juga
mempersarafi mulut dan gingiva pada permukaan dalam gigi geligi
bawah.
Distribusi serabut sekretomoris ke glandulae salivariae dan
glandula mukus cavum oris akan dibicarakan.
Catatan klinis : N. alveolaris inferior dalam canalis mandibularis
berhubungan erat dengan gigi molar bawah, kadang-kadang berjalan
melalui foramen pada salah satu akar gigi tersebut. Kadang-kadang
saraf ini mengalami kerusakan ketika dilakukan pencabutan gigi. N.
lingualis juga dapat rusak akibat operasi pengangkatan molar tiga
bawah yang impikasi. N. alveolaris inferior dan superior, n.
infraorbitalis dan n. palatinus cenderung mengalami kerusakan pada
fraktur Yang mengenai rangka wajah.
2.1.3 Suplai Srafa Dari Gigi Geligi dan Struktur Pendukungnya
Ujung saraf sensorik terdapat pada gusi, ligamentum periodontal
dan pulpa. Persyarafan gigi geligi bawah

berasal darin. Alveolaris

inferior, cabang divisi posterior truncus mandibularis n. trigeminus (n.


cranialis v)
Gingiva pada facies lingualis gigi geligi bawah mendapat
persarafan serabut sensorik dari n. lingualis. Gingiva pada facies
buccalis molar dan premolar bawah mendapat suplai dari n. buccalis,
yang merupakan cabang terminal (sensorik) dari divisi anterior n.
mandibularis.
Serabut sensorik keluar dari ujung saraf dan berhubungan dengan
gigi geligi atas serta struktur pendukungnya, berjalan di sepanjang n.
alveolaris superior yang merupakan cabang divisi maxillaris n.
trigeminus.

N.

alveolaris

superior

anterior

mengeluarkan

n.

infraorbitalis sedikit dibelakang foramen infraorbitale. Saraf akan

12

berjalan dalam canalis yang menuju sisi lateral canalis infraorbitalis dan
berjalan dalam canalis yang menuju sisi lateral canalis infraorbitalis dan
berjalan di bawah foramen infraorbitale pada facies interior maxillae.
Di dekat apertura nasalis, saraf turun ke arah apex gigi incisivus. Saraf
akan terus berjalan melalui tulang dalam hubungan yang erat dengan
membrana

mukosa

pembatas

di

depan

sinus

maxillaris

dan

mengeluarkan percabangan sebagai berikut:


1. Rami posterior berhubungan dengan n. alveolaris superior posterior
dan n. alveolaris superior mediua bila ada, dan mempersarafi gigi
kaninus serta premolar.
2. Rami incisivus ke gigi incisivus.
3. Rami nasales ke membrana mukosa nasalis, menutupi daerah sinus
cavum nasi.
4. Cabang-cabang ke membrana mukosa sinus maxillaris.
N. alveolaris superior medius dapat ditemukan pada 50% kasus.
Saraf ini dapat terletak pada salah satu sisi wajah, tidak ada pada sisi
berlawanan Saraf mengeluarkan n. infraorbitalis di antara a. alveolaris
superior anterior dan fissura orbitalis inferior. Saraf biasanya berjalan
turun pada dinding lateral sinus jauh kedalam processus zygomaticus
maxillae dan karena itu akan terletak tidak jauh dari permukaan tulang.
Saraf akan bergabung dengan plexus saraf yang dibentuk melalui n.
alveolaris superir posterior dan rami posterior n. alveolaris anterior
yang bertumpang tindih. Saraf berfungsi mempersarafi gigi premolar
dan membantu mempersarafi jaringan pendukung gigi kaninus dan
molar pertama tetap. Saraf ini mengeluarkan cabang-cabangnya ke
membrana mukosa sinus.
N. alveolaris superior posterior atau n. alveolaris

merupakan

cabang n. maxillaris ketika a. maxillaris berjalan melewati fossa


pterygopalatina. Saraf ini berjalan turun pada bagian belakang maxilla
bersama arteri. Beberapa cabang akan tetap berjalan pada permukaan
tulang untuk mempersarafi gingiva yang berhubungan dengan molar

13

tetap dan pipi. Cabang-cabang lainnya masuk ke satu atau beberapa


foramina pada bagian belakang maxilla, berjalan horizontal dakam
canalis tulang dibawah processus zygomaticus maxillae, ke arah facies,
facialis tulang, membentuk plexus bersama dengan n. alveolaris sperior
anterior dan n. alveolaris superior medius. N. alveolaris superior
posterior berfungsi mempersarafi gigi molar dan membrana mukosa
sinus maxillaris.
Plexus yang dibentuk oleh n. alveolaris superior berhubungan erat
dengan apex gigi geligi tas dan terbentuk melalui distribusi tiga cabangcabang saraf yang bertumpang tindih. Incivus mendapat persarafan dari
rami interior; kaninus mendapat persarafan dari rami interior dan media
bila ada; premolar mendapat persarafan dari rami interior dan/ atau rami
media bila ada; molar pertama tetap mendapat suplai dari rami medius
bila ada dan rami posterior, sedangkan rami medius selalu
mempersarafi molar dua dan tiga.
Persarafan gigi geligi bawah berasal dari n alveolaris inferior,
cabang prosterior truncus mandibularis n trigeminus (n cranialis V)
gingiva pada facies lingualis gigi geligi bawah mendapat persarafan
serabut sensorik dari n lingualis. Gingiva pada facies buccalismolar dan
premolar bawah mendapat suplai dari n buccalis yang merupakan
cabang terminal (sensorik) dari divisi anterior n mandibulari. Saraf ini
berjalan pada permukaan luar m buccinator dengan disertai arteri. N
mentalis berfungsi mempersarafi mukosa labial pada regio kaninus dan
incisivus.
Saraf lain yang mensuplai jaringan cavum oris mandibula N
lingualis seperit n alveolaris inferior, adalah merupakan cabang divisi
mandibularis dari n trigeminus. Saraf ini keluar dari truncus saraf di
balik m pterygoideus lateralllis dan di depan n alveolaris inferior, di
hubungkan dengan saraf ini melalui rami communicater. Saraf ini
membawa serabut sensorik panas untuk persepsi sensasi umum
(sentuhan, panas, dingin, dan sakit) dua pertiga anterior lingua, dasar

14

mulut, gingiva serta serabut pengecap dari dua pertiga anterior lingua.
Serabut pengecap berjalan keluar dari n lingualis untuk bergabung
dengan n facialis melalui n chorda tympani.
N buccalis adalah cabang terminal dari divisi anterior n
mandibularis. Saraf ini berjalan jauh ke dalam ke daieah insersi m
termporalis pada permukaan m buccinator dan menuju cutis yang
terletak di atasnya. M buccalis merupakan saraf sensorik utama yang
mempersarafi cutis, membrana mukosa dari vertiulum oris dan gingiva
pada facies buccalis gigi geligi. Distribusi saraf ini dapat meluas jauh ke
depan sampai angulus mandubulae. Walaupun cabang n buccalis
berhubungan dengan cabang-cabang n facialis, n buccalis adalah saraf
sensorik dan blok anastesi lokal yang didepositkan pada saraf ini tidak
akan menimbulkan gangguan fungsi otot.
N buccalis dan n mentalis merupakan cabang divisi mandibularis
yang terdapat pada pipi. Labium oris inferius medapat persarafan dari n
mentalis cabang divisi mandibularis. Saraf-saraf inijuga mengeluarkan
percabangan ke sekitar jaringan gingiva.

15

2.2 Kelenjar Air Mata


Permukaan mata dijaga tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. Sekresi
basal air mata per hari diperkirakan berjumlah 0,75 - 1,1 gram dan cenderung
menurun seiring dengan pertambahan usia. Volume terbesar air mata
dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lakrimalis pada
kuadran temporal di atas orbita. Kelenjar yang berbentuk seperti buah kenari
ini terletak didalam palpebra superior. Setiap kelenjar ini dibagi oleh kornu
lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus
palpebra yang lebih kecil. Setiap lobus memiliki saluran pembuangannya
tersendiri yang terdiri dari tiga sampai dua belas duktus yang bermuara di
forniks konjungtiva superior. Sekresi dari kelenjar ini dapat dipicu oleh emosi
atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati
tepian palpebra (epiphora). Persarafan pada kelenjar utama berasal nukleus
lakrimalis pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur kompleks
dari cabang maksilaris nervus trigeminus (Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003)

16

Kelenjar lakrimal tambahan, walaupun hanya sepersepuluh dari massa


utama, mempunyai peranan penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik
dengan kelenjar utama yang menghasilkan cairan serosa namun tidak
memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva,
terutama forniks superior. Sel goblet uniseluler yang tersebar di konjungtiva
menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea
Meibom dan Zeis di tepian palpebra memberi substansi lipid pada air mata.
Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk
film prekorneal (Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).

Gambar 1. Kelenjar Air Mata

2.2.1 Lapisan Air Mata


Lapisan air mata sendiri terdiri dari tiga lapisan yaitu:
a. Lapisan minyak; merupakan lapisan terluar yang dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar kecil pada pinggir kelopak mata yang bernama
kelenjar Meibom. Fungsi dari lapisan minyak ini adalah untuk
melicinkan permukaan mata dan mengurangi penguapan air mata.
Lapisan minyak merupakan lapisan terluar yang dihasilkan.

17

b. Lapisan air; merupakan lapisan tengah yang dihasilkan oleh sel sel
yang tersebar pada konjungtiva (selaput bening mata). Lapisan ini
berfungsi membersihkan mata dan mengeluarkan benda-benda asing
ataupun iritan yang masuk ke dalam mata.
c. Lapisan lendir; merupakan lapisan terdalam yang berfungsi
membantu agar air mata tersebar rata pada permukaan mata dan
membantu agar mata tetap lembab.
2.2.2 Kelainan Kelenjar Air Mata
1. Dakriosistitis (Infeksi Kantong Air Mata)

Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata (sakus


lakrimalis).
PENYEBAB
Dakriosistitis biasanya terjadi akibat penyumbatan pada duktus
nasolakrimalis (saluran yang mengalirkan air mata ke hidung)
GEJALA

Infeksi menyebabkan nyeri di daerah sekitar kantong air mata


yang tampak merah dan membengkak.

Mata menjadi merah dan berair serta mengeluarkan nanah.


Jika kantong air mata ditekan secara perlahan, akan keluar nanah
dari lubang di sudut mata sebelah dalam (dekat hidung).

Penderita juga mengalami demam.

Jika infeksi yang ringan atau berulang berlangsung lama maka


sebagian besar gejala mungkin menghilang hanya pembengkakan
ringan yang menetap.

18

Kadang infeksi menyebabkan tertahannya air mata di dalam


kantong air mata sehingga terbentuk kantong yang berisi cairan
(mukokel di bawah kulit.

Infeksi berulang bisa menyebabkan penebalan dan kemerahan


diatas kantong air mata.

Bisa terbentuk kantong nanah (abses) yang kemudian pecah dan


mengeluarkan nanahnya.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik.
PENGOBATAN

Infeksi diobati dengan antibiotik per-oral (melalui mulut) atau


intravena (melalui pembuluh darah).

Daerah kantong air mata juga boleh dikompres hangat.

Jika terbentuk abses, dilakukan pembedahan untuk membuka dan


membuang nanahnya.

Untuk infeksi menahun, penyumbatan duktus nasolakrimalis bisa


dibuka dengan bantuan jarum atau melalui pembedahan.

2. Hordeolum (Stye)
Hordeolum (Stye) adalah suatu infeksi pada satu atau beberapa
kelenjar d.
PENYEBAB

Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam


kelopak mata yang disebabkani tepi atau di bawah kelopak mata.

Bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan.

Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh


secara spontan.

Oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri


stafilokokus)

Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit.

19

Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah


blefaritis.

Hordeolum bisa timbul secara berulang.

GEJALA

Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila


ditekan

dan

nyeri

pada

tepi

kelopak

mata.

Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita


merasa ada sesuatu di matanya.

Biasanya

hanya

sebagian

kecil

daerah

kelopak

yang

membengkak, meskipun kadang seluruh kelopak membengkak.


Di tengah daerah yang membengkak seringkali terlihat bintik
kecil yang berwarna kekuningan.

Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan


melepaskan sejumlah nanah.

20

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik.
PENGOBATAN

Hordeolum bisa diobati dengan kompres hangat selama 10 menit


sebanyak 4 kali/hari.

Jangan mencoba memecahkan hordeolum, biarkan pecah sendiri.

Krim antibiotik kadang digunakan untuk hordeolum yang


berulang atau menetap (yang disebabkan oleh bakteri).

Hordeolum interna adalah hordeolum yang terbentuk pada


kelenjar yang lebih dalam. Gejalanya lebih berat dan jarang pecah
sendiri, karena itu biasanya dokter akan menyayatnya supaya
nanah keluar.

PENCEGAHAN

Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit


di sekitar mata.

Bersihkan minyak yang berlebihan di tepi kelopak mata secara


perlahan.

3. Kalazion

Kalazion adalah sebuah massa kecil di dalam kelopak mata


yang disebabkan oleh penyumbatan kelenjar minyak yang kecil di
dalam kelopak mata.
PENYEBAB

21

Kalazion tumbuh di dalam kelenjar Meibom pada kelopak


mata. Hal ini terjadi akibat penyumbatan pada saluran kelenjar
Meibom.

Kelenjar

Meibom

adalah

kelenjar

sebasea,

yang

menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata.


GEJALA
Pada awalnya, kalazion tampak dan terasa seperti hordeolum,
kelopak mata membengkak, nyeri dan mengalami iritasi. Beberapa
hari kemudian gejala tersebut menghilang dan meninggalkan
pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri pada kelopak mata dan
tumbuh secara perlahan. Di bawah kelopak mata terbentuk daerah
kemerahan atau abu-abu.
DIAGNOSA
Diagnosis

ditegakkan

berdasarkan

gejala

dan

hasil

pemeriksaan kelopak mata. Kadang saluran kelenjar Meibom bisa


tersumbat oleh suatu kanker kulit; untuk memastikan hal ini maka
perlu dilakukan biopsi.
PENGOBATAN

Pengobatan utama adalah kompres hangat selama 10-15 menit,


minimal 4 kali/hari.

Pengompresan akan melunakkan minyak yang mengeras yang


menyumbat

saluran

dan

mempermudah

pengaliran

serta

penyembuhan.

Kalazia seringkali menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 1


bulan.

Jika kalazion terus membesar mungkin perlu diangkat melalui


pembedahan. Pembedahan biasanya dilakukan dari bawah
kelopak mata untuk menghindari pembentukan jaringan parut di
kulit.

Obat tetes mata yang mengandung antibiotik biasanya digunakan


beberapa hari sebelum dan sesudah pengangkatan kalazion.

22

4. Blefaritis
Blefaritis adalah suatu peradangan pada kelopak mata.
Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam
kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
PENYEBAB
Terdapat 2 jenis blefaritis:
o Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan
(tempat melekatnya bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri
stafilokokus dan ketombe pada kulit kepala.
o Blefaritis posterior ; mengenai kelopak mata bagian dalam
(bagian kelopak mata yang lembab, yang bersentuhan dengan
mata). Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar minyak.
2 penyakit kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior
adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala (dermatitis
seboreik). Alergi atau infestasi kutu pada bulu mata juga bisa
menyebabkan blefaritis.
GEJALA

Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga


terbentuk sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada
kelopak mata.

Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di


matanya.

Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.

Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu


mata rontok

Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.

Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak


mata; jika keropeng dilepaskan, bisa terjadi perdarahan.

23

Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun


kelopak mata sukar dibuka.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
kelopak mata.

PENGOBATAN

Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata


untuk mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi
bakteri.

Bisa digunakan sampo bayi atau pembersih khusus.

Untuk membantu membasmi bakteri kadang diberikan salep


antibiotik

(misalnya

eritromisin

atau

sulfacetamide)

atau

antibiotik per-oral (misalnya tetracycline).

Jika terdapat dermatitis seboroik, harus diobati.

Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli


petroleum pada dasar bulu mata.

5. Dakriostenosis
Dakriostenosis adalah penyumbatan duktus nasolakrimalis
(saluran yang mengalirkan air mata ke hidung).
PENYEBAB

Dalam keadaan normal, air mata dari permukaan mata dialirkan


ke dalam hidung melalui duktus nasolakrimalis.

Jika saluran ini tersumbat, air mata akan menumpuk dan mengalir
secara berlebihan ke pipi.

Penyumbatan duktus nasolakrimalis (dakriostenosis) bisa terjadi


akibat:
o Gangguan perkembangan sistem nasolakrimalis pada saat lahir
o Infeksi hidung menahun

24

o Infeksi mata yang berat atau berulang


o Patah tulang (fraktur) hidung atau wajah
o Tumor.
o Penyumbatan bisa bersifat parsial (sebagian) atau total.
GEJALA
Penyumbatan karena tidak sempurnanya sistem nasolakrimalis
biasanya menyebabkan pengaliran air mata yang berlebihan ke pipi
(epifora) dari salah satu ataupun kedua mata (lebih jarang) pada bayi
berumur 3-12 minggu. Penyumbatan ini biasanya akan menghilang
dengan sendirinya pada usia 6 bulan, sejalan dengan perkembangan
sistem nasolakrimalis.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah:
o Pemeriksaan hidung bagian dalam
o Pewarnaan mata dengan zat fluoresensi untuk menilai
pengaliran air mata
o Sinar X khusus untuk menilai duktus nasolakrimalis.
PENGOBATAN

Jika penyumbatannya parsial, bisa dilakukan pemijatan pada


daerah kantong air mata sebanyak beberapa kali/hari.

25

Jika terjadi peradangan pada konjungtiva (konjungtivitis)


diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik.

Jika penyumbatan tetap terjadi biasanya saluran harus dibuka


dengan bantuan jarum kecil yang dimasukkan melalui lubang
saluran di sudut kelopak mata.

Pada penderita dewasa dilakukan pembedahan untuk membuka


kembali saluran air mata (dakriosistorinostomi).

PENCEGAHAN
Pengobatan yang adekuat terhadap infeksi hidung dan mata bisa
mengurangi resiko terjadinya dakriostenosis.
6. Sindroma mata kering
Untuk mengenali gejala awal terjadinya serangan mata kering,
bisa dilihat dari keluhan pasien ketika datang berobat ke rumah sakit.
Keluhan itu, biasanya pasien merasakan sesuatu mengganjal di
dalam mata, atau di dalam mata seperti ada benda asing
(Kertia,2009).
Gejala lain yang kemudian bisa diketahui adalah pasien akan
merasakan matanya seperti berpasir, terkadang mata terasa terbakar,
silau jika terkena cahaya walaupun sebenarnya cahaya yang masuk
tidak terlalu terang (Kertia,2009).
Selain memberikan air mata buatan, untuk mencegah terjadinya
sindrom mata kering, disarankan kepada pasien untuk menggunakan
kaca mata pelindung, yang berfungsi melindungi mata dari panas
berlebih atau debu (Kertia,2009).
Sindrom mata kering merupakan gangguan pada permukaan
mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari
lapisan air mata. Angka kejadian sindrom mata kering ini lebih
banyak pada wanita (Kertia,2009).

26

Peningkatan angka terjadinya sindrom mata kering ini


disebabkan oleh adanya peningkatan angka harapan hidup dari
populasi, peningkatan polusi, penggunaan obat-obatan tertentu
seperti obat alergi dan obat hipertensi, peningkatan pengguna lensa
kontak dan peningkatan penggunaan komputer (Kertia,2009).
Sindrom mata kering dapat pula terjadi berkaitan dengan
penyakit sendi (arthritis), yaitu penyakit Sjogren, yang ditandai
dengan mata kering, mulut kering dan radang sendi (Kertia,2009).
Sindrom mata kering ditandai oleh adanya rasa iritasi, berpasir,
panas, pedih, nrocoh dan rasa lengket terutama pada saat bangun
pada pagi hari, kadang timbul rasa gatal dan penglihatan yang kabur.
Gejala-gejala ini dirasakan lebih buruk pada saat berada pada kondisi
lingkungan yang berangin, pada ruangan ber-AC, atau setelah
membaca /bekerja dengan komputer dalam jangka waktu yang lama.
Salah satu solusi untuk kondisi ini adalah menggunakan tetes mata
yang merupakan air mata buatan dapat digunakan sebagai pelumas
mata serta menggantikan cairan mata yang hilang (Kertia,2009).
Air mata buatan ini boleh dipakai setiap hari sebanyak 1-2 tetes
setiap 4 jam, atau bahkan dengan adanya kemasan air mata buatan
yang non preservative (tanpa bahan pengawet), air mata buatan ini
boleh dipakai sesering mungkin sampai beberapa kali dalam satu
jam, ujarnya (Kertia,2009).
Cara lain untuk menjaga kelembaban permukaan mata ialah
dengan menggunakan humidifier di saat cuaca kering dan kaca mata
pelindung di saat berada pada kondisi berangin. Hal-hal yang
meningkatkan kekeringan seperti asap rokok dan cuaca panas harus
dihindari (Kertia,2009).
Penderita sindrom mata kering pada fase awal mungkin hanya
memerlukan tetes air mata buatan untuk mengurangi gejala yang
dirasakan, namun pada mata yang sangat kering dapat menimbulkan

27

kerusakan yang serius pada mata, karena itu pemeriksaan ke dokter


spesialis mata sangat diperlukan (Kertia,2009).
2.3 Nyeri
2.3.1 Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun
potensial atau yang digambarkan dalam kerusakan tersebut.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan.
Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atautingkatannya,dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut
saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis,
maupun emosional.
2.3.2 Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua,yakni :
1. nyeri akut,nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak
dan cepat menghilang,tidak melebihi 6 bulan,serta ditandai dengan
adanya peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahanlahan,biasanyaberlangsung dalam waktu cukup lama,yaitu lebih dari
enam bulan yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal,sindrom nyeri kronis,dan nyeri psikosomatis.
Jenis nyeri yang spesifik
1. Nyeri somatis
2. Nyeri viseral
3. Nyeri menjalar(referent pain)
4. Nyeri psikogenik
5. Nyeri phantom
6. Nyeri ekstemitas

28

7. Nyeri neurologis
Berdasarkan Letak Nyeri :
1. Nyeri Neuropatik Perifer
Pada nyeri neuropatik perifer Letak lesi di sistem perifer, mulai dari
saraf tepi, ganglion radiks dorsalis sampai ke radiks dorsalis.
Contoh: Diabetik Periferal Neuropati (DPN), Post Herpetik
Neuralgia (PHN), Trigeminal neuralgia, CRPStipe I, CRPS tipe II.
2. Nyeri Neuropatik Sentral
Letak lesi dari medula spinalis sampai ke korteks. Contoh: Nyeri
post stroke, Multiple Sclerosis, Nyeri post trauma medula spinalis.
Berdasarkan waktu terjadinya :
1. Nyeri Neuropatik Akut
Nyeri yang dialami kurang dari 3 bulan. Contoh Neuralgia herpetika,
Acute Inflammatory Demyelinating Neurophaty
2. Nyeri Neuropatik Kronik
Nyeri yang dialami lebih dari 3 bulan. Nyeri neuropatik kronis juga
dibedakan menjadi:
a. Malignan (nyeri keganasan, post operasi, post radioterapi, post
chemoterapi
b. Non Malignan (neuropati diabetika, Carpal Tunnel Syndrome,
neuropati toksis, avulsi pleksus, traumamedula spinalis, neuralgia
post herpes.
Berdasarkan Etiologi :
1. Saraf Perifer

Trauma: neuropati jebakan, kausalgia, nyeri perut, nyeri post


torakotomi

Mononeuropati: Diabetes, invasi saraf/ pleksus oleh keganasan,


Iradiasi

pleksus,

penyakit

jaringan

Erytematosus, poliartritis nodusa)

ikat(Systemic

Lupus

29

Polineuropati: Diabetes, alkohol, nutrisi, amiloid, penyakit Fabry,


isoniasid, idiopatik.

2. Radiks dan ganglion


Diskus (prolaps) arakhnoiditis, avulsi radiks, rizotomi operatif,
neuralgia post herpes, trigeminal neuralgia, kompresi tumor.
3. Medula Spinalis
Transeksi total, hemiseksi, kontusio atau kompresio, hematomieli,
pembedahan,

syringomieli,

multiplesclerosis,

Arteri-Vena

Malformasi, Defisiensi Vit B12, mielitis sifilik.


4. Batang Otak
Sindroma Wallenberg, Tumor, Syringobulbi, Multiple Sclerosis,
Tuberkuloma.
5. Talamus
Infark, hemoragik, tumor, lesi bedah pada nukleus sensorik utama.
6. Korteks / Sub korteks
Infark, Arteri-Vena Malformasi, Truma dan tumor.
Berdasarkan asalnya:
1.

Nyeri nosiseptif (nociceptive pain)


Nyeri perifer asal : kulit,tulang,sendi,otot,jaringan ikat,dll
nyeri akut letaknya lebih terlokalisasi.
Nyeri visceral/central lebih dalam,lebih sulit dilokalisasikan
letaknya

2.

Nyeri neuropatik
Nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer system saraf.

2.3.3

Fisiologi nyeri
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan
adanya rangsangan.reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit
mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa,khususnya pada
visera,persendian,dinding arteri,hati dan kantong empedu.reseptor
nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau

30

rangsangan .stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi,termal,listrik atau


mekanis.stimulasi

oleh

zat

kimia

di

antaranya

seperti

histamin,bradikinin,prostalglandin,dan macam-macam asam seperti


adanya asam lambung yang meningkat pada gastritis atau stimulasi
yangdilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan. Selanjutnya
stimulasi yang diterimaoleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa
impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang ooleh dua jenis
serabut,yaitu serabut A(delta) yang bermielin rapat dan serabut
lamban(serabut c).impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut A
mempunyai sifat inhibiator yang ditransmisikan ke serabut c.serabutserabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta
sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn tersebut terdiri atas beberapa
lapisan atau lamina yang saling bertautan.diantara lapisan dua dan tiga
membentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama
impuls,kemudian impuls nyeri menyeberangi sumsung tulang
belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinothalamus
dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi mengenai
sifat dan lokasi nyeri,yaitu jalur opiate dan jalur monopiate jalur
opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak tengahdan medula,
ke tanduk dorsal sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan
nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmiter
dalam impuls supresif.sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi
nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur nonopiate
merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap
naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya.
2.4 Sindrom Sjogren
Sindrom Sjgren adalah sebuah kelainan otoimun di mana sel
imun

menyerang

dan

menghancurkan

kelenjar

eksokrin

yang

memproduksi air mata dan liur. Sindrom ini dinamakan dari seorang ahli

31

penyakit mata Henrik Sjgren (1899-1986) dari Swedia, yang pertama


kali memaparkan penyakit ini. Sindrom Sjgren selalu dihubungkan
dengan kelainan rheumatik seperti arthritis rheumatoid, dan terdapat
faktor rheumatoid positif pada 90 persen dari jumlah kasus.
Gejala-gejala utama pada sindrom ini adalah kekeringan mulut
dan mata. Lainnya, sindrom Sjgren juga dapat menyebabkan kekeringan
pada kulit, hidung, dan vagina. Sindrom ini juga dapat memengaruhi
organ lainnya seperti ginjal, pembuluh darah, paru-paru, hati, pankreas,
dan otak. Sembilan dari sepuluh pasien Sjgren adalah wanita dan usia
rata-rata pada akhir 40-an. Selebihnya penyakit ini dapat timbul pada pria
dan wanita segala umur.

Jenis Sindrom Sjorgen


Sindroma Sjogren primer: Terjadi ketika tidak ada
penyakit autoimun lain. Sedangkan, Sindroma
Sjogren

sekunder

penyakit

terjadi

autoimun

bersamaan

lain,

dengan

seperti

Artritis

Rheumatoid (penyakit autoimun yang menyerang


persendian pada tubuh) dan Lupus (penyakit
autoimun kronis yang menyerang banyak bagian
tubuh).
Sindroma

Sjogren

sekunder:

Biasanya

lebih

berbahaya daripada Sindroma Sjogren primer.


Belum

ada

penyembuhan

untuk

Sindroma

Sjogren, tetapi hal ini dapat ditangani dengan


meminimalisasi gejala dan mengurangi resiko

32

komplikasi.

Perawatannya

dapat

termasuk

kombinasi dari obat-obatan, kebersihan mulut


yang

baik,

dan

kemungkinan

pembedahan.
Gejala-Gejala Sindrom Sjorgen

Batuk kronis

Hidung kering

Kelelahan

Kulit kering

Mata kering

Mengalami kesulitan berbicara

Mengalami kesulitan makan

Mengalami kesulitan menelan

Mual

Mulut kering

Muntah-muntah

Nyeri otot (Mialgia)

Pembengkakan kelenjar air ludah

Penglihatan kabur

melalui

33

Perubahan sensasi rasa

Rasa sakit pada persendian

Ruam kulit

Sesak nafas
Resiko Sindrom Sjogren

Seorang perempuan

Berusia lebih dari 40 tahun

Memiliki sejarah keluarga yang menderita

Sindrom Sjogren

Sedang menderita Rheumatoid Arthritis

Telah didiagnosa mengidap Lupus


Komplikasi

Dapat menyebabkan perkembangan Hepatitis

Dapat menyebabkan perkembangan Limfoma

Masalah penglihatan

Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk

Pneumonia

Mungkin menderita Bronkhitis


Diagnosis

34

Penetapan diagnosis sindrom Sjgren cukup sulit dengan


gejala-gejala yang bervariasi. Kombinasi beberapa tes dapat
membantu untuk menetapkan sindrom Sjgren.
Tes darah dapat membantu untuk menentukan apakah pasien
memiliki tingkat antibodi tinggi yang dapat menandakan
penyakitnya, seperti antibodi anti-nuklear (ANA, Anti-nuclear
Antibody) dan faktor rheumatoid. Keduanya berkaitan dengan
tanda penyakit otoimun. Pola ANA pada sindrom Sjgren tipikal
adalah SSA/Ro dan SSB/La. SSB/La memiliki keunggulan yakni
lebih spesifik, sedangkan SSA/Ro dapat dihubungkan dengan
penyakit otoimun lainnya, namun sering menandakan sindrom
Sjgren. (Franceschini dan Cavazzana I, 2005)
Tes Schirmer dapat mengukur produksi dari air mata, dengan
menggunakan sebuah lembar strip kertas penyaring yang
diletakkan pada bawah kelopak mata selama lima menit.
Kemudian dilakukan pengukuran jumlah pembasahaan kertas
dengan penggaris. Sebuah lampu pemeriksaan dapat digunakan
untuk menentukan tingkat kekeringan pada permukaan mata.
Fungsi kelenjar liur dapat diuji dengan pengumpulan air liur
dan menentukan jumlah produksinya. Sebuah tindakan biopsi
bibir dapat menentukan apakah terdapat pengumpulan limfosit
pada kelenjar liur, dan merusak kelenjar-kelenjar karena reaksi
radang.
Sebuah tindakan prosedur radiologis dapat digunakan untuk
mendiagnosis sindrom Sjgren. Kontras disuntikkan ke duktus
Stensen (misalnya, duktus parotis). Adanya genangan kontras
pada kelenjar dapat menandakan sindrom Sjgren.

35

Terapi
Belum ditemukannya terapi spesifik untuk sindrom Sjgren
untuk penyembuhan yang sempurna. Pemberian terapi yang dapat
diberikan hanya sebatas simtomatik dan suportif. Tindakan terapi
penggantian air mata dapat membantu mengatasi gejala mata
kering. Beberapa pasien memerlukan pelindung mata untuk
meningkatkan kelembaban atau tindakan pada punctum lacrimal.
Siklosporin dapat membantu untuk mengatasi kekeringan mata
kronis dengan menekan reaksi radang yang menghambat
pengeluaran air mata.
Obat sevimelin dan pilokarpin dapat merangsang aliran air
liur. Obat anti-radang non-steroid (NSAID, Non-steroid Antiinflammatory

Drugs)

dapat

membantu

mengatasi

gejala

muskuloskeletal. Bagi penderita dengan komplikasi dapat


diberikan

kortikosteroid

atau

obat

penekan

imun.

antirheumatik seperti metotreksat dapat diberikan pula.


Perawatan

Air mata buatan

Anti jamur

Obat anti peradangan non-steroid

Obat evoxac

Obat salagen

Obat tetes mata siklosporin

Oklusi punctal

Perangsang air ludah

Permen bebas gula

Prognosis

Obat

36

Sindrom Sjgren dapat merusak organ penting tubuh.


Beberapan penderita mungkin hanya menderita gejala ringan dan
lainnya dapat sangat buruk. Sebagian besar dapat diatasi secara
simtomatik. Sebagian penderita dapat mengalami penglihatan
yang buruk, rasa tidak nyaman pada mata, infeksi pada mulut,
pembengkakan kelenjar liur, kesulitan pada menelan dan makan.
Rasa lelah dan sakit pada persendian juga dapat mengganggu
kenyamanan. Terdapat penderita yang juga dapat terkena
gangguan ginjal hingga terdapat gejala proteinuria, defek urinaris,
dan asidosis tubular renal distal.

Anda mungkin juga menyukai