BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kide Etik Kedokteran Gigi
2.1.1 Kewajiban Dokter pada Pasien
Para Ahli Kedokteran sejak jaman kuno seperti Hippocrates, Imhotep,
Galenos, Ibnusina dan Pierre Vouchard telah mempelopori terbentuknya tradisi
luhur tersebut dengan tujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien dan
menjaga keluhuran profesi Kedokteran. Beberapa diantara kode etik kedokteran
gigi yang terangkum dari Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia pasal 1 sampai
pasal 9:
a. Menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan perawatan dan
rahasianya.
b. Menyampaikan
informasi
mengenai
rencana
perawatan
dan
akan
membuka
praktik
disuatu
tempat
sebaiknya
yang
praktiknya berdekatan.
g. Dalam menulis surat rujukan seyogianya memperhatikan tata krama
dengan isi meliputi : Teman sejawat yang dituju, identitas pasien,
kondisi / masalah pasien dan bantuan yang diharapkan serta ucapan
terima kasih
h. Apabila merujuk atau menerima rujukan pasien, para pihak tidak
dibenarkan meminta atau memberi imbalan (komisi).
i. Apabila
berhalangan
melaksanakan
praktik,
harus
membuat
kehidupan bermasyarakat, dan tidak terkecuali dokter dan pasien. Kedua insan
tesebut dalam melakukan kegiatannya mempunyai hak dan kewajiban yang tidak
boleh dilupakan agar tercipta hubungan yang harmonis dan keselarasana antara
satu dengan yang lain.
2.2.1.1 Hak dokter
Menurut Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik Nomor YM.02.04.3.5.2504
tanggal 10 Juni 1997 menyebutkan dokter memiliki hak, yaitu:
a. Mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
b. Berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan
hak otonom.
c. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, profesi dan etika.
d. Menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien apabila hubungan
pasien sudah sedemikian buruk sehingga karjasama yang baik tidak
mungkin diteruskan lagi kecuali untuk pasien gawat darurat dan
wajib menyerahkan kepada dokter lain.
e. Berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan oleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang
melecehkan atau memalukan.
f. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya.
g. Berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam
menghadapi pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya.
h. Diperlakukan adil dan jujur baik oleh rumah sakit maupun oleh
pasiennya.
i. Mendapat imbalan atas jasa profesi yang diberikan berdasarkan
perjanjian dan atau ketentuan yang berlaku.
j. dll
2.2.1.2 Kewajiban dokter
Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik Nomor YM.02.04.3.5.2504 tanggal
10 Juni 1997 menyebutkan dokter memiliki kewajiban, yaitu :
a. Mematuhi peraturan rumah sakit.
b. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
menghormati hak pasien.
c. Merujuk pasien ke dokter atau ke rumah sakit lain, apabila tidak
bisa menangani pasien untuk pemeriksaan atau pengobatan lebih
lanjut.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
dll
2.3 Humoniora
2.3.1
Pengertian
Secara bahasa, kita mengenal istilah humaniora (Latin), humanities
Sejarah
Di dunia Barat, studi humaniora dapat dilacak hingga ke Yunani Kuno,
sebagai basis pendidikan yang besar bagi masyarakat. Selama masa Romawi,
konsep tujuh seni liberal bertingkat, termasukgrammar, retorika dan logika
(trivium),
bersama
dengan
aritmatika,
geometri,
astronomi
dan
musik
kedokteran,
selain
ilmu-ilmu
dasar,
adalah
juga
profesi.
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia
merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan,
setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
2.4.1
10
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah
satunya
mengandung
pengertian tidak,
terbagi.
Menurut pendapat Dr. A. Lysen individu berasal dari bahasa latin individum,yang
artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk
meyatakan satu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan
berarti manusia secara keseleruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai
kesatuan terbatas, yaitu:
a. Individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup
yang istimewa, dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia.
b. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dibagi,
melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia
perorangan sehingga sering disebut orang seorang atau manusia
perseorangan. Individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang tidak
hanya memiliki peranan-peranan yang khas di dalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkahlaku
spesifik tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak pula
persamaan disamping hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan orang
lain.
c. Disini jelas bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan khas didalam lingkungan sosaialnya, melainkan juga
mempunyai kepribadian, serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi
terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya
merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek
yang melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis
rohaniah, dan aspek sosial. Apabila terjadi kegoncangan pada salah satu
aspek, maka akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Persoalan antara individu satu dengan individu lainnya, maka manusia
menjadi lebih bermakna apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan
tingkah laku massa yang bersngkutan. Proses yang meningkatkan ciri-ciri
individualitas pada seseorang sampai pada dirinya sendiri disebut proses
individualisasi atau aktualisasi diri. Dalam proses ini, individu dibebani berbagai
11
peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, yang akhirnya muncul
suatu kelompok yang akan menentukan kemampuan satu masyarakat.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia
individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur
tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu.
Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan
psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan
perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psikofiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi
lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental
psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan
bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik
yang khas dari seseorang. Manusia dikatakan menjadi individu apabila pola
tingkah lakunya sudah bersifat spesifik didalam dirinya dan bukan lagi menuruti
pola tingkahlaku umum.
Didalam sebuah massa manusia cenderung menyingkirkan individu
alitasnya karena tingkah lakunya adalah hampir identik dengan tingkahlaku massa
yang bersangkutan. Dalam hubungan ini dapat dicirikan, apabila manusia dalam
tindakan-tindakannya menjurus kepada kepentingan pribadi maka disebut
manusia sebagai makhluk individu, sebaliknya apabila tindakan-tindakannya
merupakan hubungan dengan manusia lainnya, maka manusia itu dikatakan
makhluk sosial. Pengalaman menunjukkan bahwa jika seseorang pengabdiannya
kepada diri sendiri besar, maka pengabdiannya kepada masyarakat kecil.
Sebaliknya jika seseorang pengabdiannya kepada diri sendiri kecil, maka
pengabdiannya kepada masyarakat besar. Dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa proses yang dikatakan bahwa yang meningkatkan ciri-ciri individualitas
pada seseorang sampai ia adalah dirinya sendiri, disebut sebagai proses
individualitas, atau kadang-kadang juga diberi nama proses aktualisasi diri.
12
2.4.3
cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan
kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk
jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam
Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture.
Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian
pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Memengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan
makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola
bumi. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan
dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika
moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan
tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus
mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk
Tuhan.
2.5 Manusia dan nilai moral
13
kita
fahami
secara
rasional
melainkan
14