TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
1. Definisi
Proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus. Proses
persalinan dapat dibagi menjadi empat kala yang berbeda, diantaranya yaitu kala III.
Kala tiga persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi selesai dan berakhir
dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga
persalinan berlangsung rata-rata antara 5-10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala tiga
sampai 30 menit. Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih lama dari 30
menit, terutama antara 30 dan 60 menit (Varney, 2008: 825)
Keuntungan-keuntungan Manajemen Aktif Kala III yaitu persalinan kala tiga
yang lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah dan mengurangi kejadian
retensio plasenta (JNPK, 2007: 124).
B. Manajemen Aktif Kala Tiga Terdiri dari Tiga Langkah Utama:
1. Memberikan Oksitosin
Serahkan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi ASI,
kemudian letakkan kain bersih diatas perut ibu, periksa uterus untuk memastikan tidak
ada bayi yang lain. Jika tidak ada janin kembar maka beritahu pada ibu bahwa ia akan
disuntik oksitosin segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) 10 unit IM pada 1/3
paha atas bagian luar (aspektus lateralis) (JNPK, 2007: 125).
2. Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali
pusat sekitar 5 20 cm dari vulva, letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu
(beralaskan kain) tepat diatas simfisis pubis. Gunakan tangan untuk meraba kontraksi
uterus dan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah
terjadi kontraksi yang adekuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang
lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorsokranial). Bila plsenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar
dua atau tiga menit bersilang) untuk mengulangi penegangan tali pusat terkendali. Ada
beberapa cara untuk mengetahui lepasnya plasenta yaitu dengan perasat kustner, perasat
strassman dan perasat klein.
Perasat kustner dapat dilakukan dengan cara tangan kanan menegangkan tali
pusat, tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi ke
dalam vagina berati plsenta telah lepas, sedangkan dengan perasat strassmant yaitu
dengan cara tangan kanan mengangkat tali pusat, tangan kiri mengetuk fundus uterus.
Bila terasa getaran pada tangan kanan, berati plsenta belum lepas. Damn perasat klein
dengan cara ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti mengejan, tali
pusat masuk lagi, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus (Mansjoer, 2009:
294).
Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan
tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plsenta telah lepas dan
dapat dilahirkan. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plsenta
dengan mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya
untuk meletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah robek,
pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plsenta hingga selaput
ketuban terpilin menjadi satu. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan
untuk melahirkan selaput ketuban. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan
lahir saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan
seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT atau steril atau forsep untuk
keluarkan selaput ketuban yang teraba. Apabila plasenta belum lahir dalam waktu 15
menit, berikan 10 U oksitosin IM dosis kedua. Periksa kandung kemih, jika ternyata
penuh, gunakan teknik aseptik untuk memasukkan kateter Nelaton disinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali penegangan tali
pusat dan tekanan dorso-kranial seperti yang diuraikan diatas. Nasehati keluarga bahwa
rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir setelah waktu 30 menit. Pada
menit 30 coba lagi melahirkan plsenta dengan melakukan penegangan tali pusat untuk
terakhir kalinya. Jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera.
3. Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fndus uteri, letakkan telapak
tangan pada fundus uteri, jelaskan tindakan pada ibu, katakan bahwa ibu
mungkin akan merasa tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan
ibu untuk menarik nafas dalam, perlahan serta rileks. Dengan lembut tapi mantap
gerakkan tangan dengan memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi.
Periksa plasenta dan selaputny untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh,
periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk
memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang hilang).
Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan
tidak ada bagian yang hilang. Periksa plsenta sisi foetal (yang menghadap ke
bayi) untuk memastikan tidak adanya kemungkinan lobus tambahan
(suksenturiata). Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya, periksa
uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi, jika
uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu
dan keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera
mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik. Periksa kontraksi uterus setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu
jam pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi lakukan penatalaksanan
atonia uteri (JNPK, 2007: 130).
C. Pengertian Bidan
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan
yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang
berlaku, jika melakukan praktik yang bersangkutan harus mendaftar untuk mendapatkan
izin praktik dari lembaga yang berwenang dalam melaksanakan praktik bidan harus
mampu memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pada : wanita hamil, bersalin,
nifas, BBL, bayi dan balita (Hidayat dan mufdlilah, 2009: 14).
Bidan Indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian dengan persyaratan yang
berlaku. Jika melakukan peraktek yang bersangkutan harus mempunyai kualifikasi agar
mendapatkan lisensi untuk peraktik (Sujianti dan Susanti, 2009: 3).
Bidan Praktek Swasta (BPS) adalah Bidan yang memiliki Surat ijin Praktek Bidan
(SIPB) sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register) diberi izin secara syah
dan legal untuk menjalankan praktek kebidanan mandiri (Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia, 2007: 11).
3. Bidan dalam prakteknya menyediakan lebih dari 5 (lima) tempat tidur, harus
mempekerjakan tenaga bidan yang lain yang memiliki Surat Izin Praktek Bidan
(SIPB) untuk membantu tugas pelayanannya
4. Bidan yang menjalankan praktek harus mempunyai peralatan minimal sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan harus tersedia di tempat praktiknya
5. Peralatan yang wajib dimiliki dalam menjalankan pelayanan yang diberikan
6. Dalam menjalankan tugas, Bidan harus senantiasa mempertahankan dan
meningkatkan keterampilan profesinya antara lain dengan:
a. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar informasi
dengan sesama bidan
b. Mengikuti kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh oreganinasi profesi
c. Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktik agar tetap
siap dan berfungsi dengan baik (Kepmenkes, 2002: 19-20).
Terkait dengan pengertian bidan tersebut, ada beberapa istilah yang perlu
disampaikan pengertiannya agar terjadi persamaan persepsi :
1. Kebidanan / Midwifery
Merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (multi disiplin)
yang terkait dengan pelayanan kebidanan, meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan,
ilmu perilaku, ilmu sosial budaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen
untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, hamil, bersalin,
post partum, bayi baru lahir (Hidayat dan Mufdlilah, 2009: 14).
2. Praktek Kebidanan
Adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan/asuhan
kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen aktif kebidanan (Sujianti dan
Susanti, 2009: 3).
3. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan
kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan
pelayanan kesehatan masyarakat (Soepardan, 2008: 4).
4. Asuhan Kebidanan
Asauhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah
dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
keluarga berencana (Hidayat dan Mufdlilah, 2009: 14).
5. Paradigma Kebidanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke- 3, paradigma adalah kerangka
berpikir. Paradigma Kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam memberi
pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara
pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbal balik
antara manusia/wanita,
e. Menganut
prinsip
pengembangan
diri
atau
selfdevelopment,
dan
Petugas
kesehatan
yang
memberikan
pelayanan
yang
b. Delima :
Buah
yang
terkenal
sebagai
buah
yang
cantik,
indah,
e. Hati
b. Anggaran Dasar IBI Bab II Pasal 8 dan Anggaran Rumah Tangga IBI Bab III
Pasal 4
c. Kepmenkes No. 900/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan
d. SPK (Standard Pelayanan Kebidanan) IBI 2002 (Ikatan Bidan Indonesia,
2005, 9).
2. Misi
Bidan Delima adalah Bidan Praktek Swasta (BPS) yang mampu memberikan
pelayanan yang berkualitas terbaik dalam bidang Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Reproduksi, bersahabat dan peduli terhadap kepentingan pelanggan
serta memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan.
3. Profil
Bidan Delima adalah Bidan Praktek Swasta (BPS) yang telah mengikuti standar
pelayanan kebidanan sesuai ketentuan Kepmenkes No. 900/VII/2002 dan standar
pelayanan kesehatan dari WHO.
4. Syarat
Seorang Bidan Delima Harus :
a. Memiliki SDM yang bagus ; keterampilan, pengetahuan maupun perilakunya.
b. Tampilan/appearance ; baju kerja berlogo bidan delima.
c. Sarana dan prasarana ; tempat dan peralatan praktik yang berstandar ada alat
bantu komunikasi (poster, leaflet dan signage).
5. Nilai Luhur
Bidan delima memberikan pelayanan berkualitas terbaik dengan harga
terjangkau.
6. Karakter
Ada 3 karakter yang harus dimiliki Bidan Delima
a. Bidan Delima yang bersahabat
1) Memiliki rasa peduli dan kasih sayang terhadap pelanggan
2) Memiliki rasa kehangatan terhadap pelanggan
3) Sabar dan mempunyai rasa empati dan simpati
4) Punya 5 S (senyum, sapa, salam, santun dan sopan)
b. Bidan Delima yang berkualitas
1) Memberi pelayanan yang cepat
Melakukan analisis hasil review dan memberikan umpan balik (feed back) untuk
peningkatan bagi yang baik dan untuk perbaikan bagi yang kurang dan/atau menurun
(Hidayat dan Mufdlilah, 2008: 118).
PENDAFTARAN
MULAI
CALON
LULUS
&
BIDAN DELIMA
PRAKUALIFIKASI
TIDAK
YA
FASILITATOR
/VALIDATOR
LULUS
BIDAN
DELIMA
VALIDASI
YA
MONITORING
OLEH
TIDAK
VASILITATOR
2. Bagi masyarakat
a. Mengetahui tempat pelayanan yang berkualitas
b. Mendapatkan pelayanan yang berkualitas
c. Memperoleh harga yang terjangkau
3. Pemda/ Dinkes
a. Pembinaan BPS sesuai standar
b. Masyarakat terayomi
c. Mengetahui jumlah BPS berkualitas
4. Organisasi profesi
a. Pembinaan oprasional
b. Pembinaan anggota
c. Desiminasi informasi
PIMPINAN