Anda di halaman 1dari 20

I.

RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Ruang lingkup standar ini meliputi pendahuluan, latar belakang, tujuan, lokasi

pekerjaan, penjelasan teknis lingkup pekerjaan, peralatan, waktu pelaksanaan pekerjaan,


tenaga pelaksana pekerjaan dan laporan pekerjaan dinyatakan selesai.

II.

PENDAHULUAN
Dalam suatu pemetaan topografi seluas 200 hektar dan pemetaan batimetri seluas

500 hektar untuk perencanaan pelabuhan, dibutuhkan laporan yang lengkap. Utamanya
spesifikasi teknis pekerjaan. Spesifikasi teknis pekerjaan sangatlah penting dalam sebuah
proyek atau pekerjaan, karena inilah dimana dijelaskan mengenai dasar-dasar dari teknis
sebuah pekerjaan dalam sebuah proyek yang akan kita kerjakan. Untuk lebih jelasnya
mengenai spesifikasi teknis sebuah pekerjaan, berikut saya tampilkan sebuah spesifikasi
teknis pekerjaan pemetaan topografi seluas 200 hektar dan pemetaan batimetri seluas 500
hektar untuk perencanaan pelabuhan yang ada di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.

III.

LATAR BELAKANG
Peta topografi adalah peta rupa bumi, bisa disebut juga sebagai peta dasar sebuah

perencanaan yang ada di suatu daratan, jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan
detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Peta topografi ini
biasanya digunakan untuk keperluan perencanaan jalan, kota, pelabuhan dan lain-lain
khususnya di suatu daratan. Peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di
samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta topografi
menunjukkan kontur bentuk tanah.

1|S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

Peta batimetri banyak digunakan untuk keperluan kelautan seperti pemetaan


terumbu karang, navigasi pelayaran, penentuan daerah penangkapan ikan, pembangunan
pelabuhan nelayan dan masih banyak lagi. Salah satu contoh penggunaan peta
batimetri adalah untuk

perancangan dermaga, peta batimetri digunakan untuk

merencanakan penempatan dermaga pada kedalaman tertentu sesuai dengan spesifikasi


kapal yang dapat bersandar. Ironisnya ketersediaan peta batimetri wilayah Indonesia
masih dirasa kurang, baik dari segi luas wilayah cakupan maupun skala petanya. Hanya
beberapa wilayah perairan di Indonesia memiliki peta batimetri yang cukup lengkap. Hal
ini dikarenakan wilayah perairan Indonesia yang terlalu luas dan biaya yang terbatas
dari pemerintah untuk melakukan pengukuran kedalaman laut.

IV.

TUJUAN
Tujuan diadaknya pekerjaan pemetaan topografi dan batimetri untuk perencanaan

pelabuhan yaitu untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci mengenai bentuk
permukaan tanah secara umum yang dilengkapi dengan tampakan-tampakan khas, baik
berupa unsur-unsur alami maupun unsur-unsur buatan dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis, dengan tujuan memberi informasi topografi suatu wilayah yang akan
mendukung pengambilan keputusan secara tepat.

V.

LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pekerjaan terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di Provinsi Kalimantan

Timur, Kota Samarinda. Kota Samarinda memiliki sungai besar dan panjang bernama
Sungai Mahakam. Sungai Mahakam ini melewati banyak daerah-daerah terpencil mulai

2|S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

dari muara sungai hingga hulu sungai, Samarinda sebagai Ibu Kota Provinis menjadi
pusat perdagangan.

VI.

PENJELASAN TEKNIS LINGKUP PEKERJAAN


Dalam pemetaan topografi seluas 200 hektar dan pemetaan batimetri seluas 500

hektar memiliki metode-metode dan langkah kerja yang digunakan dalam pengukurannya
sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan. metode-metode dan langkah kerja tersebut
meliputi :
6.1. Pekerjaan Topografi dan Batimetri
Kegiatan pekerjaan pengukuran topografi dan batimetri meliputi :
a. Pesiapan

Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi antara lain berupa :
1. surat tugas personil pelaksana, surat izin survei.
2. hal-hal lain-lainnya yang diperlukan.

Persiapan Teknis
Persiapan teknis antara lain berupa :
1. penyediaan peta kerja.
2. penyediaan deskripsi titik ikat planimetris dan ketinggian yang
telah ada di lokasi atau di sekitar lokasi pemetaan.
3. orientasi lapangan.
4. pemeriksaan kondisi fisik serta pemeriksaan kebenaran koordinat
planimetris dan ketinggian titik ikat yang akan digunakan.
5. penetapan titik ikat planimetris dan ketinggian yang akan
digunakan.

3|S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

6. penentuan letak base camp.


7. perencanaan jalur pengukuran.
8. perencanaan letak pemasangan patok tetap.
9. penyediaan patok tetap utama dan patok tetap bantu.
10. penyediaan patok sementara.
11. perencanaan sistem pemberian nomor patok sementara dan
nomor patok tetap.
12. penyediaan alat ukur yang sesuai dengan ketelitian yang telah
ditetapkan.
13. kalibrasi alat ukur.
14. penyediaaan alat hitung.
15. penyediaan formulir data ukur dan formulir data hitungan.
16. persiapan lain yang diperlukan.

Persiapan Managemen
Persiapan managerial, antara lain berupa :
1. pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan ganda.
2. personil pembuatan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan,
dengan status serta nama-nama pelaksana.
3. pemberian pengarahan dan pemahaman pada personil pelaksana.
4. penyusunan laporan pendahuluan.
5. hal-hal lain yang diperlukan.

b. Pengumpulan Data
Penjelasan Teknis Pekerjaan Topografi

Pemasangan Patok
1. Patok refrensi
2. Patok tetap
3. Patok sementara

4|S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

Setiap patok dipasang masing-masing dengan letak dan jarak yang


diperhitungkan terhadap kebutuhan pengukuran kerangka horizontal
peta, kerangka vertikal peta, detail situasi. Semua patok yang
dipasang dicat dengan sesuai jenisnya, diberi paku di atasnya, serta
diberi nomor secara urut, jelas, dan sistematis.

Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal


1. Pengukuran Poligon Utama
Bentuk poligon utama harus tertutup, Setiap sudut poligon utama
diukur dengan universal teodolit dengan ketelitian yang telah
ditentukan. Setiap akan melakukan pengukuran terlebih dahulu
dilakukan kalibrasi teodolit. Setiap sudut poligon utama diukur
dengan cara reiterasi sebanyak satu seri rangkap. Kesalahan
penutup sudut poligon utama harus fn, dengan pengertian
bahwa f

adalah ketelitian alat dan n adalah banyaknya titik

poligon utama. Jalur pengukuran poligon utama serta arah dan


letak tiap sudut yang diukur harus dibuat sketsanya, sketsa jalur
pengukuran poligon utama harus dilengkapi dengan arah utara.
Kesalahan linier poligon utama harus d/f(d), dengan
pengertian d adalah jumlah jarak dan f(d) kesalahan jarak,
pengikatan koordinat planimetris dilakukan terhadap 2 titik ikat
atau lebih, yang titik-titik ikat tersebut berada dalam satu sistem
koordinat, maka sudut arah poligon menggunakan azimut titik
ikatnya. Setiap lembar formulir data ukur poligon utama harus
ditulis nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama pengukur, alat
yang digunakan, merek dan nomor seri alat yang digunakan,

5|S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada saat


melakukan pengukuran.

2. Pengukuran Poligon Cabang


Jalur pengukuran poligon cabang melalui semua patok, yaitu
dimulai dari salah satu patok utama kemudian berakhir di patok
utama yang lain. Bentuk Poligon cabang adalah terbuka, dan
terikat pada kedua ujungnya. Setiap sudut poligon utama diukur
dengan

universal

teodolit

dengan

ketelitian

yang

telah

ditentukan. Setiap akan melakukan pengukuran terlebih dahulu


dilakukan kalibrasi teodolit. Setiap sudut poligon utama diukur
dengan cara reiterasi sebanyak satu seri rangkap. Kesalahan
penutup sudut poligon utama harus f"n, dengan pengertian
bahwa f adalah ketelitian alat dan n adalah banyaknya titik
poligon utama. Jalur pengukuran poligon cabang serta arah dan
letak tiap sudut yang diukur harus dibuat sketsanya, Sketsa jalur
pengukuran poligon cabang harus dilengkapi dengan arah utara.
Kesalahan linier poligon utama harus d/f(d), dengan
pengertian d adalah jumlah jarak dan f(d) kesalahan jarak,
Sudut arah poligon cabang menggunakan azimut polygon utama.
Setiap lembar formulir data ukur poligon cabang harus ditulis
nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama pengukur, alat yang
digunakan, merek dan nomor seri alat yang digunakan, tanggal
dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada saat melakukan
pengukuran.

6|S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

Pengukuran Kerangka Konrol Vertikal


Kerangka vertikal diukur dengan metode waterpasing memanjang.
jalur pengukuran waterpasing harus melalui semua patok poligon.
Alat ukur waterpas yang digunakan harus jenis automatic level.
Setiap akan melakukan pengukuran harus terlebih dahulu dilakukan
kalibrasi alat ukur waterpas. Pelaksanaan pengukuran waterpasing
harus dilakukan secara pergi-pulang. Rambu ukur yang digunakan
harus mempunyai interval skala yang benar. Pada pengukuran setiap
slag, usahakan agar alat ukur waterpas selalu berdiri di tengahtengah di antara kedua rambu ukur. Setiap pembacaan rambu ukur
harus dilakukan pada ketiga benang, yaitu benang atas, benang
tengah, dan benang bawah. Jumlah slag dalam tiap seksi pengukuran
diusahakan genap. Jalur pengukuran waterpasing dan arah
pembacaan tiap slag harus dibuat sketsanya. Sketsa jalur pengukuran
waterpasing harus dilengkapi dengan arah utara. Selisih antara
jumlah beda tinggi hasil pengukuran pergi dengan jumlah beda tinggi
hasil pengukuran pulang dalam tiap seksi harus fmmD, dengan
pengertian bahwa f adalah ketelitian alat dan D adalah panjang seksi
dalam satuan kilometer. Setiap lembar formulir data ukur
waterpasing harus ditulis nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama
pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor seri alat yang
digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada
saat melakukan pengukuran.

Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode tachymetri, Setiap akan
melakukan pengukuran harus terlebih dahulu dilakukan kalibrasi

7|S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

total station. Batas Areal di tepi kiri dan di tepi kanan yang diukur
situasinya tergantung pada tujuan penggunaan peta situas. Jumlah
detail unsur situasi yang diukur harus betul-betul representatif, oleh
sebab itu kerapatan letak detail harus selalu dipertimbangkan
terhadap bentuk unsur situasi serta skala dari peta yang akan dibuat,
semua detail situasi yang diukur harus dibuat sketsanya, sketsa detail
situasi harus dilengkapi dengan arah utara, Setiap lembar formulir
data ukur detail situasi harus ditulis nomor lembarnya, nama
pekerjaan, nama pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor
seri alat yang digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan
cuaca pada saat melakukan pengukuran.

Penjelasan Teknis Pekerjaan Batimetri


Kegiatan pekerjaan pengukuran batimetri meliputi :

Pesiapan
1. Penentuan Jalur Sonding
Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan
sounding dari titik awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei.
Jarak antar jalur sounding tergantung pada resolusi ketelitian yang
diinginkan. Pada penentuan jalur ini, luas area yang akan diukur
yaitu seluas 500 Ha, maka perlu ditentukanya jalur sonding agar
tidak mengalami kesalahan dalam melakukan pemeruman. kesalahan
tersebut bisa berarti data yang diambil bisa kurang atau lebih dan
juga keluar jalur pemeruman.
2. Penentuan patok refrensi

8|S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

Sebelum kita melakukan proses pemeruman kita terlebih dahulu


mengatur alat yang ada di Base Station berupa DGPS dan Radio
untuk mengirim sinyal sebagai kontrol koordinat yang berada di
darat. Maka diperlukan patok refrensi sebagai titik kontrol.

Pengumpulan Data
1. Pengamatan Pasang Surut Air Laut
Penggunaan tipe pengamat pasut otomatis (baik tipe tekanan,
pelampung, akustik, ataupun radar) dengan ketelitian minimal
0,5 cm yang dilengkapi dengan palem pasut sebagai peralatan
kalibrasi dan pengikatan ke titik ikat stasiun pasut terdekat.
Penggunaan tipe pengamat pasut manual yaitu palem pasut (tide
pole) dengan ketelitian bacaan minimal 1 (satu) cm. Dengan
pertimbangan tertentu, peralatan otomatis dapat saja digunakan
untuk keperluan ini. Periode pengamatan pasut terbagi menjadi
tiga spesifikasi, tergantung dari fungsi dan pemanfaatan data
pasutnya, yaitu :
a. Pengamatan tinggi muka air untuk stasiun pasut temporer
yang ditujukan bukan untuk menentukan datum vertikal laut
dan perhitungan konstanta pasut, dan pengamatan pasut
dilakukan di lokasi yang telah diketahui datumnya,
dilakukan selama minimal 25 jam dengan interval waktu
pengamatan maksimal 1 (satu) jam.
b. Pengamatan tinggi muka air untuk stasiun pasut temporer
yang ditujukan untuk perhitungan konstanta pasut, penentuan
MSL dan muka surutan laut, serta untuk keperluan rekayasa

9|S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

wilayah pesisir dan laut, dilakukan selama minimal 29 hari


dengan interval waktu pengamatan maksimal 1 (satu) jam.
c. Pengamatan tinggi muka air untuk stasiun pasut permanen
dilakukan minimal selama 1 (satu) tahun dengan interval
waktu pengamatan maksimal 1 (satu) jam.
Pengamatan pasang surut (pasut) dilakukan minimal 30 hari
pengamatan atau selama survei berlangsung. Tujuan dari
pengamatan pasut ini adalah untuk menentukan chart datum
(misalnya LAT) dan koreksi pasut. Untuk pengikatan ke jaring
kontrol vertikal. Dalam keperluan tertentu pengamatan bisa
dilakukan minimal 15 hari pengamatan.

2. Pemeruman
Sebelum aktivitas pemeruman berlangsung, seluruh peralatan
survei dalam kondisi baik dan telah dilakukan kalibrasi, baik
kalibrasi di laboratorium (dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi)
maupun kalibrasi di lapangan. Melakukan percobaan pemeruman
(sea trial) untuk memastikan seluruh peralatan survei siap
digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Jarak
yang memadai antara lajur perum dari berbagai orde survei sudah
diisyaratkan. Berdasarkan prosedur tersebut harus ditentukan
apakah perlu dilakukan suatu penelitian dasar laut ataukah
dengan memperapat atau memperlebar lajur perum. Kecepatan
kapal selama survei berlangsung disesuaikan dengan kualitas
data hasil pemeruman. Penentuan posisi dilakukan untuk semua
titik perum, alat bantu navigasi serta objek yang terlihat dan

10 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

diperlukan atau direkomendasikan dalam survei hidrografi yang


dilaksanakan dengan ketelitian sesuai ordenya. Posisi titik perum
harus terikat pada titik kontrol horizontal. Dalam hal penentuan
posisi yang memerlukan ketelitian tinggi dengan menggunakan
metode Kinematik-GNSS maka harus dipenuhi kriteria berikut
untuk menjaga kualitas penentuan posisi :
a. Umur koreksi K-GNSS tidak lebih dari 2 detik.
b. Jumlah minimal satelit aktif/terpantau hingga bisa diteruskan
dengan pekerjaan pemeruman adalah 4 (empat).
c. Selama pemeruman berlangsung PDOP tidak melebihi 6
(enam).
d. Sudut tutupan (mask angle) adalah 10 derajat dari horizontal.
e. Integritas signal GNSS harus selalu dipantau.
f.

Dilakukan kalibrasi terhadap peralatan penentuan posisi yang


digunakan serta dilakukan pengecekan paling sedikit
seminggu sekali selama survei. Pengecekan dilakukan
dengan kondisi alat tetap pada posisinya.

Pengukuran ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan


besaran kecepatan gelombang suara yang melewati medium
perairan. Pengukuran ini meliputi pengukuran konduktivitas,
temperatur, kecerahan dan tekanan. Pengukuran dilakukan
sampai dengan maksimum kedalaman di wilayah survei dengan
interval perekaman setiap 1 meter. Profil kecepatan gelombang
suara ini akan digunakan untuk mengoreksi kedalaman yang
didapat dari pemeruman dengan multibeam echosounder.
c. Pengolahan Data

11 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

Pengendalian Data
Setiap lembar data ukur dan data hitungan yang telah disetujui harus
diberi paraf di bagian bawah di sebelah kanan, Semua data ukur dan
data hitungan harus selalu diklasifikasikan menurut macamnya,
kemudian disusun secara urut, dan disimpan pada tempat yang aman.

Perhitungan Data
Data Pekerjaan Topografi
1. Kerangka Kontrol Horizontal
Secara umum penghitungan poligon terdiri atas dua tahap,
yaitu tahap pertama adalah penghitungan koordinat sementara
dan tahap yang kedua merupakan penghitungan koordinat
definitif. Sistem proyeksi peta yang digunakan adalah sistem
proyeksi Universal Transfer Mercator (UTM). Ratakan sudutsudut horizontal hasil pengukuran pada tiap titik poligon
utama dan tiap titik poligon cabang. Periksa kesalahan penutup
sudut

pada

setiap jalur,

kemudian periksa pula kesalahan

penutup sudut pada seluruh jalur. Ratakan jarak hasil ukuran


pada setiap sisi poligon utama dan poligon cabang. Jumlah
sudut-sudut poligon, di hitung kesalahan penutupnya, lalu
berikan koreksi sudut, hitung azimut tiap sisi poligon, hitung
dsin dan dcos , Berikan koreksi fx dan fy, hitung koordinat
titik-titik poligon. Dan Penghitungan

koordinat

definitif

dilakukan dengan metode least square (kwadrat terkecil)

2. Kerangka Kontrol Vertikal

12 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

Secara umum penghitungan waterpasingterdiri dari dua tahap,


untuk tahap pertama adalah penghitungan ketinggian sementara,
dan tahap kedua merupakan penghitungan ketinggian definitif.
Hitung beda tinggi tiap slag, periksa hasil pengukuran
waterpasing dengan menselisihkan jumlah beda tinggi hasil
pengukuran pergiterhadap jumlah beda tinggi hasil pengukuran
pulang, apabila jumlah beda tinggi hasil pengukuran pergi
terhadap jumlah beda tinggi hasil pengukuran pulang tidak
memenuhi toleransi yang ditetapkan, maka periksa beda tinggi
tiap slag dari hasil pengukuran pergi dan beda tinggi tiap slag
hasil pengukuran pulang. Apabila beda tinggi salah satu slag
hasil pengukuran pergi dan hasil pengukuran pulangnya janggal,
maka beda tinggi pada slag tersebut diukur ulang. Hitung
kesalahan penutup tiap jalur, berikan koreksi pada tiap slag,
Hitung ketinggian berdasarkan ketinggian titik ikat yang
digunakan. Penghitungan ketinggian definitif dilakukan dengan
metode least square (kwadrat terkecil).

3. Situasi
Jarak tiap detail terhadap patok merupakan jarak tidak langsung
(jarak optis) yang dihitung berdasarkan fungsi goneometri sudut
vertikal dan hasil bacaan rambu ukur. Beda tinggi tiap detail
terhadap patok dihitung dengan rumus tachymetry. Hitung
ketinggian tiap detail berdasarkan ketinggian definitif.

Data Pekerjaan Batimetri


1. Pengamatan Pasang Surut Air Laut.
13 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

Data hasil pengamatan selama 15 (lima belas) hari kemudian


dianalisa untuk mendapatkan parameter-parameter pasang surut
di lokasi pekerjaan. Perhitungan konstituen pasang surut
dilakukan dengan menggunakan metode Least Square, meliputi
9 (sembilan) konstituen, dengan konstanta pasang surut yang
ada pada proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang
surut. Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut untuk 15
hari yang dipilih bersamaan dengan masa pengukuran yang
dilakukan. Hasil peramalan tersebut dibandingkan dengan
pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya.
Dengan konstanta yang di dapatkan dilakukan pula peramalan
pasang surut untuk masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan.
Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan elevasi-elevasi
penting pasang surut.

2. Pemeruman
Data pasut yang akan digunakan untuk mengoreksi data
kedalaman perairan adalah data pasut yang sudah mengacu pada
Chart Datum, bukan data mentah dari pengamatan pasut. Data
pasut tersebut bisa didapat dari pengamatan langsung di
lapangan maupun diambil dari stasiun pasut terdekat. Data hasil
pemeruman

di

download

dari

echosounder,

lakukan

pembersihan data yang masih mengandung kesalahan ekstrem


terhadap data, data posisi horizontal dan data kedalaman dari
setiap

lajur

survei

akan

diperiksa

nilai

perambatan

kesalahannya, perambatan kesalahan dihitung dan ditetapkan


sebagai dasar untuk menerima atau menolak data yang sudah
14 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

diproses berdasarkan nilai perambatan kesalahannya. Setelah


data di seleksi pilih data yang akan disajikan dalam sebuah
lembar peta, minimal meliputi kerapatan data yang akan
ditampilkan, skala peta, dan cakupan wilayah survey.

d. Ketentuan dan Prosedur


Ketentuan dan Prosedur yang perlu diperhatikan dalam sepesifikasi
teknis pekerjaan untuk pemetaan topografi seluas 200 hektar dan
pemetaan batimetri seluas 500 hektar meliputi :

Topografi
1. Poligon

Poligon utama
a. Kesalahan penutup sudut maksimum fn, dimana f
adalah ketelitian alat dan n adalah banyaknya titik
poligon.
b. Ketelitian linear poligon d/f(d), dengan pengertian d
adalah jumlah jarak dan f(d) kesalahan jarak.

Poligon Cabang
a. Kesalahan penutup sudut maksimum fn, dimana f
adalah ketelitian alat dan n adalah banyaknya titik
poligon.
b. Ketelitian linear poligon d/f(d), dengan pengertian d
adalah jumlah jarak dan f(d) kesalahan jarak.

2. Pengukuran Sifat Datar (Waterpass)

15 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum fmmD


km, dengan pengertian bahwa f adalah ketelitian alat dan D
adalah panjang seksi dalam satuan kilometer.

Batimetri
1. Pengamatan Pasang Surut Air Laut

Penentuan chart datum harus benar.

Jangan sampai ada data pengamatan yang telewatkan.

2. Pemeruman

Sebelum survei berlangsung, dimensi kapal harus diketahui


beserta offset dari setiap alat terhadap titik referensi di kapal.
Data offset antara titik referensi kapal dengan posisi antena
GNSS, transduser, sensor gerak, dan lain-lainnya harus
diukur.

Koreksi kecepatan gelombang suara dilakukan menggunakan


data dari profil kecepatan gelombang suara yang diukur pada
saat survei berlangsung. Data kecepatan gelombang suara
dari tiap kedalaman perairan pada saat tertentu, akan
digunakan sebagai dasar penghitungan kedalaman perairan.

Data posisi horizontal dan data kedalaman dari setiap lajur


survei akan diperiksa nilai perambatan kesalahannya.

e. Penyajian Hasil
1. Penggambaran
Penggambaran peta situasi, sangat dianjurkan dengan cara digital.
Pelaksanaan penggambaran bisa menggunakan program yang telah
tersedia. Adapun kaidah kartografi yang digunakan mengacu
16 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

pada uraian ketentuan mengenai penggambaran manuskrip pada


penggambaran dengan cara manual.
2. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan dilakukan untuk memberikan gambaran hasil
pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan, sehingga dapat
diketahui kondisi areal pekerjaan secara umum, informasi lainnya
yang berkaitan dengan pekerjaan pemetaan topografi dan batimetri,
laporan yang akan disampaikan adalah :
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Mingguan
3. Laporan Bulanan
4. Laporan Akhir

VII.

PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan dalam pemetaan topografi seluas 200 Ha dan

batimetri seluas 500 Ha untuk perencanaan pelabuhan ini yaitu :

Total Station

3 buah

Waterpass

2 buah

Bak Ukur

4 buah

Prisma Poligon

8 buah

Prisma Topo

6 buah

Tripod

8 buah

Stick

6 buah

GPS Geodetic (base + rover)

1 buah

17 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

Automatic tide gauge

1 set

Multibeam Echosounder

1 set

Laptop

4 buah

Perahu

1 buah

VIII.

WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Maksimum waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 6 minggu atau setara dengan 42

hari, berikut adalah table perencanaan kerja pemetaan topografi seluas 200 hektar dan
pemetaan batimetri 500 hektar :

18 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

IX.

TENAGA PELAKSANAN PEKERJAAN


Adapun tenaga-tenaga personil yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemetaan

topografi seluas 200 hektar dan pemetaan batimetri seluas 500 hektar dapat dilihat pada
table berikut :

Tenaga Ahli

Tenaga Pengolahan Data dan Tenaga Pembantu

19 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

X.

LAPORAN PEKERJAAN DINYATAKAN SELESAI


Pembuatan laporan akhir dilakukan untuk menyatakan bahwa pekerjaan telah

selesai, pada laporan ini, semua data hasil pengukuran selama pekerjaan dilampirkan dan
dipertanggung jawabkan. Semua data-data dan hasil-hasil penyajian berupa peta terkait
pekerjaan diserahkan kepada owner pekerjaan.

20 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

Anda mungkin juga menyukai