Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi
udara. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi
dari

lingkungan

sekitar

mengakibatkan

udara

mengandung

berbagai

mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami
infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi.
Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat,
misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri
termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat
pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan
secara kimia (Lay, 1992).
Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari
Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga
terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara bukan
medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya
mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat
organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis
Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering
(Pelczar, 1988).
Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas
lingkungan misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana
aktivitas kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contoh lain
udara di sekitar rumah, pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat
pembuangan sampah maka jumlah mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988).
Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan
melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang
dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Beberapa cara yang digunkan untuk
membersihkan udara yaitu (Volk dan Wheeler, 1984) :
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya

3. Dengan radiasi sinar ultraviolet.


Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup
dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas
organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada
partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri di
udara. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme,
kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara (Volk dan
Wheeler, 1984).
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga
organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad penyebab
penyakit melalui udara. Beberapa diantara infeksi bakteri biasa yang disebarkan
oleh udara adalah infeksi streptococus tonsil dan tenggorokan, difteria, batuk
rejam dan meningitis epidermik. Tuberculosis mempunyai arti penting dari segi
transpor udara, karena mikroorganisme dapat hidup lama di luar tubuh. Organisme
initahan terhadap kekeringan dan mungkin tetap bertahan berbulan-bulan dalam
ludah kering dan pertikel debu (Volk dan Wheeler, 1984).
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam
populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu
spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies
mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan
dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan
dalam biakan murni (Bonang, 1982).
Flora mikroba yang terdapat di lingkungan alamiah merupakan penyebab
banyak

sekali

proses

biokimia,

yang

pada

akhirnya

memungkinkan

kesinambungan kehidupan sebagaimana yang kita kenal dimuka bumi ini.


Mikroorganisme misalnya merupakan penyebab terjadinya mineralisasi di dalam
tanah dan perairan, yaitu proses pembebasan unsur-unsur dari senyawa-senyawa
molekuler organik yang kompleks sehingga menjadi tersedia bagi kehidupan
tanaman yang baru, yang pada gilirannya menunjang kehidupan hewan baru
(Bonang, 1982).
Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam
lingkungannya hanya selama kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya

dan mempertahankan dirinya. Begitu terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti
misalnya habisnya nutrien atau terjdi perubahan radikal dalam hal suhu atau pH
yang membuat kondisi bagi pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka
organisme yang telah beradaptasi dengan baik di dalam keadaan lingkungan
terdahulu terpaksa menyerahkan tempatnya kepada organisme yang dapat
beradaptasi dengan baik di dalam kondisi yang baru itu (Pelczar, 1988).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh
permukaan setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat
perlu diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau
pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan Wheeler, 1984).
Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri pangan sebab
sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya
awet produk serta nama baik atau citra perusahaan (Betty dan Een, 2011).

Anda mungkin juga menyukai