Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PSIKIATRI

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Suku Bangsa
Warga Negara
Agama
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Status Pernikahan
Status pasien
RIWAYAT PSIKIATRI

: Nn.E.K
: Perempuan
: 36 tahun
: Kampung Makasar, Kramat Jati
: Jawa
: Indonesia
: Islam
: Tidak Bekerja
: SMA
: Belum Menikah
: Pasien poli

a. Keluhan Utama
Sering marah-marah tanpa sebab sejak 7 tahun yang lalu
b. Keluhan Tambahan
Mendengar bisikan-bisikan, takut keluar rumah

c. Riwayat Gangguan Sekarang


Seorang pasien wanita berusia 36 tahun diantar ke poli jiwa RS POLRI oleh
ibunya pada tanggal 18 Januari 2015 dikarenakan pasien masih sering marah-marah
tanpa sebab. Pasien juga sering mendengar suara bisikan-bisikan yang tidak jelas
siapa dan apa yang dibisikan.
Hal ini berawal sejak 8 tahun yang lalu (2007) setelah pasien tidak bekerja lagi
sebagai SPG elektronik di PT.C karena pasien mengundurkan diri. Sistem perusahaan
mengharuskan pasien mencapai target tiap bulannya, hal tersebut membuatnya
1

tertekan dan akhirnya mengundurkan diri. Selama beberapa bulan tidak bekerja
pasien lebih sering didalam kamar, dan sering tampak murung. Sejak saat itu pasien
mulai tidak mau berbicara dengan orang serumah, marah-marah tanpa sebab, tampak
mengoceh sendiri dan takut keluar rumah. Pasien tidak berani keluar rumah karena
takut akan ada orang yang mengikutinya, takut akan ada yang manjahatinya. Jika
terpaksa harus keluar karena suatu kepentingan, pasien tidak berani sendirian dan
harus ditemani oleh orang terdekatnya seperti keluarga atau teman dekat.
Semenjak saat itu pasien berobat jalan rutin di poli jiwa, minum obat teratur dan
kontrol rutin. Namun setelah beberapa bulan gejala dirasa berkurang, pasien tidak
minum obat lagi karena dikirim ke Tasikmalaya untuk menjalani pesantren mengaji.
Mulai saat itu gejala-gejala seperti marah-marah tanpa sebab, mendengar bisikan dan
takut diikuti dan dijahati orang timbul lagi.

d. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat penyakit medis umum
Riwayat trauma kepala (+) saat usia 3 tahun
Riwayat kejang disangkal
2. Riwayat Psikiatri
Pasien sudah 8 tahun terakhir ini mengalami gejala seperti disebutkan diatas
dan belum pernah mengalami seperti ini sebelumnya. Riwayat keluarga yang
mengalami gejala yang sama disangkal.
3. Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif
2

Riwayat minum alkohol disangkal oleh pasien


Riwayat obat-obatan terlarang (NAPZA) disangkal

e. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Menurut pengakuan pasien dahulu ibunya menceritakan bahwa ia dilahirkan di
Rumah Bersalin secara normal
2. Riwayat Masa kanak-kanak dan remaja

Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)


Pasien menyatakan tumbuh kembang pasien sewaktu kecil baik.
Riwayat masa kanak pertengahan (3-13 tahun)
Pasien mengaku bahwa ia melalui masa kanak-kanak nya seperti anak
lainnya, namun semenjak trauma kepala karena jatuh dari kasur tingkat
saat usianya 3 tahun dan dirawat di RS. Setelah pulang pasien tidak ada
hambatan dalam kehidupan sosial dan sekolahnya.

Riwayat masa remaja


Pasien mengaku masa remajanya seperti remaja lainnya, pasien mengaku
seorang yang pendiam diam dan jarang bergaul. Pasien lebih senang
dirumah.

3. Riwayat Masa Dewasa

Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikan tingkat SD selama 6 tahun.
Pasien menyelasikan pendidikan tingkat SMP selama 3 tahun.
Pasien menyelesaikan pendidikan tingkat SMA selama 3 tahun, SMEA
kejuruan sekertaris.
Riwayat Pekerjaan
Pasien sudah tidak bekerja sekarang sebelumnya, setelah lulus SMEA
pasien bekerja di perusahaan GT, SA, dan C menjadi sales promotion girl
(SPG) dan mengundurkan diri tahun 2007. Sejak saat itu pasien hanya
3

dirumah membantu membersihkan rumah, terkadang masak dan lebih

sering menonton tv.


Riwayat Pernikahan
Pasien mengaku belum menikah
Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Pasien mengatakan bahwa akhir-akhir ini solatnya
tidak 5 waktu tapi pasien rajin mengaji. 3 tahun yang lalu pasien dikirim
ke Tasikmalaya ke suatu yayasan agama dan pasien 3 tahun disana. Selama
itu pasien mengaji saja setiap harinya.

Riwayat pelanggaran hukum


Pasien mengaku tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.
Riwayat sosial ekonomi
Pasien mengaku berasal dari keluarga dengan perekonomian yang cukup.
Ayahnya memiliki usaha yaitu toko sembako..

Situasi kehidupan sekarang


Pasien tinggal bersama kedua orang tuannya di daerah Kampung Makasar..
Pasien tidak bekerja, pasien hanya dirumah dan sering menyendiri di
kamar. Pasien merasa ingin pulih dari keadaanya sekarang. Pasien juga
mengatakan ia ingin menikah.

4. Riwayat Keluarga (Genogram)


Pasien merupakan anak pertama dari delapan bersaudara. Pasien memiliki 5 adik
perempuan dan 2 adik laki-laki. Di keluarga pasien, tidak ada yang pernah
mengalami seperti pasien sekarang.

5. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien mengaku bahwa dirinya seorang yang pendiam dan jarang bergaul. Pasien
lebih senang dirumah dan nonton Televisi. Pasien mengaku ingin cepat cepat
bekerja lagi dan menikah.
4

6. Impian, Fantasi, dan Cita-cita Pasien


Pasien ingin menikah dan memiliki anak selayaknya perempuan lain didunia ini.

III.

STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan berumur 36 tahun, berpenampilan cukup rapi sesuai
dengan usianya, berkulit sawo matang. Perawatan diri cukup baik dan
tampak bersih. Pasien ramah dan kooperatif selama di wawancara.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pada saat wawancara pasien terlihat tenang, dapat menjawab pertanyaan
dengan baik dan tidak agresif. Tidak ada psikomotor yang khas
3. Sikap terhadap pemeriksa
Selama wawancara pasien menunjukkan sikap kooperatif dan dapat
menjawab semua pertanyaan.
B. Mood dan Afek
1. Mood : Eutim
2. Afek
: Serasi
3. Empati : Dapat diraba rasakan oleh pemeriksa
C. Pembicaraan
Pasien dapat berbicara dengan lancar ketika menjawab pertanyaan. Kecepatan
bicara dan volume suara cukup. Artikulasi jelas.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
: halusinasi auditorik (+)
2. Ilusi
: tidak ada
3. Depersonalisasi: tidak ada
4. Derealisasi
: tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Bentuk pikir
Halusinasi auditorik (+)
2. Arus Pikir

Produktivitas

: Menurun
5

Kontinuitas

Hendaya Bahasa
3. Isi Pikir
Preokupasi
Waham
Obsesi kompulsi
Fobia
Ide bunuh diri

: tidak terganggu
: tidak ada inkoherensi
: tidak ada
: waham kejar (+)
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Taraf kesadaran
Kesadaran : Compos Mentis
2. Orientasi
Waktu : cukup baik (pasien dapat menyebutkan hari, jam)
Tempat : cukup baik (pasien mengetahui tempat pasien berada saat

wawancara)
Orang : cukup baik (pasien dapat menyebutkan nama orang-orang di

sekitar pasien)
3. Daya Ingat
Jangka panjang
Jangka sedang

Jangka pendek

Segera

: cukup baik (pasien masih ingat masa kecilnya)


: cukup baik, (pasien masih ingat hal-hal yang
membawa pasien datang ke rumah sakit dan orang
yang mengantar pasien)
: cukup baik (pasien ingat apa yang baru saja
dilakukan)
: cukup baik (pasien dapat mengulang kata-kata
pemeriksa)

4. Kosentrasi dan Perhatian


Pasien nampak dapat berkonsentrasi, fokus pada pembicaraan dalam
menjawab pertanyaan pemeriksa.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Pasien dapat membaca dan menulis sesuai permintaan.
6. Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat berjalan dengan baik tanpa menabrak benda-benda yang ada
disekelilingnya
7. Pikiran Abstrak
Baik (ketika pemeriksa menanyakan arti dari berakit-rakit ke hulu berenangrenang ketepian, pasien dapat menjawab arti tersebut dengan benar)
8. Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Baik (pasien dapat mandi, makan dan minum sendiri)
6

G. Pengendalian Impuls
Baik (pasien tidak menujukkan agresivitas selamam wawancara)
H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya Nilai Sosial : kurang baik (pasien tidak mau keluar rumah untuk
berbaur dengan dengan temannya)
2. Uji Daya Nilai : cukup baik (pasien merasa bersalah setelah marah-marah
tanpa sebab)
3. Penilaian Realita : cukup baik (pasien menyadari kenyataan yang
sesungguhnya pada diri dan lingkungannya)
4. Tilikan : Tilikan 4 (pemahaman bahwa dirinya sakit tapi tidak mengetahui
penyebabnya)
I. Taraf dapat Dipercaya
Pemeriksa memperoleh kesan bahwa keseluruhan jawaban pasien dapat
dipercaya.

IV.

PEMERIKSAAN FISIK (Senin, 18 Januari 2015)


A. Status Generalis
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80x /menit

Suhu

: 36,5

Frekuensi Nafas

: 20x /menit

Bentuk Badan

: tampak gemuk

Sistem Kardiovaskular

: tidak dilakukan pemeriksaan

Sistem Respiratori

: tidak dilakukan pemeriksaan

Sistem Gastrointestinal

: tidak dilakukan pemeriksaan

Sistem muskuloskeletal

: Dalam batas normal

Sistem urogenital

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Sistem dermatologi

: Dalam batas normal

Kelainan khusus lainnya

: Tidak ditemukan kelainan

B. Pemeriksaan Neurologis
Gejala Rangsangan Selaput Otak

: tidak ditemukan
7

Gejala Peningkatan TIK

: tidak ditemukan

Mata & Pemeriksaan oftalmoskopik

: tidak dilakukan

Motorik
Tonus
: normal
Koordinasi
: tidak terdapat gangguan koordinasi
Turgor
: baik
Reflex fisiologis
: (+)
Patologis : (-)

Kekuatan otot
:
555
Sensibilitas
:
555
Fungsi-fungsi luhur
:
Kelainan khusus
: (-)
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

V.

555
555

baik
normal

Seorang pasien perempuan berusia 36 tahun diantar ke Poli Jiwa RS POLRI oleh

Ibunya pada tanggal 18 Januari 2015.


Pasien datang ke poli karena masih sering marah-marah tanpa sebab sejak 8 tahun
yang lalu. Pasien juga mengaku sebelumnya sering mendengar bisikan-bisikan

namun sekarang sudah jarang.


Pasien juga mengaku bahwa dirinya tidak berani bepergian atau keluar rumah
karena pasien merasa takut, takut akan ada yg menjahatinya diluar sana, takut
diikuti orang (orang yang terlihat jahat). Jika terpaksa harus keluar pasien tidak

berani sendiri dan harus ditemani orang terdekatnya (keluarga, teman rumah).
Ibu pasien mengatakan (saat awal gejala) setelah beberapa bulan tidak bekerja
pasien lebih sering didalam kamar, dan sering tampak murung.. Sejak saat itu
pasien mulai tidak mau berbicara dengan orang serumah, marah-marah tanpa

sebab, tampak mengoceeh sendiri


Ibu pasien mengaku bahwa pasien memang sudah lama berhenti kerja. Selama 8
tahun tidak bekerja belakangan ini pasien hanya diam dirumah, tidak pernah
bermain keluar. Di rumah, pasien sesekali membantu membersiihkan rumah,
memasak, tapi lebih sering menonton tv. Pasien tidak mau keluar rumah untuk
bermain dengan temannyatapi jika temannya main kerumah pasien mau
menerimanya.
8

Status mental pada tanggal 18 Januari 2015, penampilan cukup rapi, kooperatif,

tenang, mood eutim, afek serasi, halusinasi berkurang.


Pada fungsi kognitif, taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai
dengan taraf pendidikan, daya konsentrasi baik. Orientasi (waktu, tempat, dan
orang) baik, daya ingat jangka panjang baik, jangka pendek dan jangka segera
baik, pikiran abstrak, bakat kreatif tidak terganggu dan kemampuan menolong

sendirinya baik.
Pada proses pikir, pasien pernah mengalami halusinasi auditorik, namun sekarang

sudah jarang. Pada isi pikir terdapat waham kejar.


Tilikan pasien derajat 4, pasien memahami bahwa dirinya sakit, tetapi tidak
mengetahui penyebabnya.

VI.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Setelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma atau pola perilaku dan
psikologi yang bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaan (distress) dan
ketidakmampuan/hendaya (disability/ impairment) dalam fungsi serta aktivitasnya
sehari-hari. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan
jiwa yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.

Diagnosis Aksis I
Pada pasien Nn.E.K ini penggunaan zat psikoaktif sebelumnya disangkal trauma
kepala (+) saat masih kecil dan tidak ada gejala sisa pasca trauma kepala. Pada
pemeriksaan fisik dan fungsi intelektual juga tidak didapatkan kelainan sehingga
diagnosis gangguan mental organik maupun gangguan mental dan perilaku akibat
zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Berdasarkan hierarki diagnosis gangguan jiwa PPDGJ III, maka pada ikhtisar
penemuan bermakna pasien termasuk Skizofrenia Paranoid. Dari gambaran klinis
dan status mental didapatkan :
a. Psikiatri

: terganggu

b. Mood

: eutim

c. Afek

: serasi
9

d. Empati

: dapat diraba rasa

e. Gangguan persepsi : halusinasi auditorik (+)


f. Gangguan pikiran : waham kejar (+)
g. Tilikan

: derajat 4

Diagnostik Aksis II
Tidak didapatkan data yang bermakna untuk menentukan retardasi mental dan
gangguan kepribadian.

Diagnostik Aksis III


Pada pasien tidak memiliki penyakit medis lainnya.

Diagnostik Aksis IV
Pada pemeriksaan ditemukan adanya stressor yang berupa masalah berkaitan
dengan pekerjaan, pekerjaannya sebagai sales promotion girl (SPG) yang
menuntutnya untuk selalu menapai target, terus menerus membuatnya tertekan
sampai akhirnya pasien mengundurkan diri dan menganggur sampai saat ini.

Diagnostik Aksis V
Global Assessment of Functioning (GAF) scale 70-61
(beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik)

VII.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: F 20.0.x4. Skizofrenia Paranoid remisi tak sempurna
Aksis II
: Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III
: Tidak ada kelainan
Aksis IV
: Masalah pekerjaan
Aksis V
: GAF scale 70-61

VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
Quo ad Sanationam

: ad bonam
: ad bonam
: dubia ad malam
10

IX.

TERAPI
Risperidone 2x2mg

X.

DISKUSI
Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah atau
pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Skizofrenia adalah diagnosis
kejiwaan yang menggambarkan gangguan mental dengan karakter abnormalitas
dalam persepsi atau gangguan mengenai realitas.3,4

Etiologi
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun
berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin.
Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis,
psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin
memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh
lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala
skizofrenia. Komponen lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis
(seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan).3,4

Epidemiologi
Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia,
sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua
hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam
11

rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan
temuan utama dari penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk
prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang,
begitu juga untuk tiap-tiap subtipe skizofrenia.3,4,5
Pada pasien ini didiagnosis sebagai F20.0 Skizofrenia Paranoid oleh karena kriteria
diagnosa adapun menurut DSM-IV TR sebagai berikut3,5:
a)

Gejala karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk

bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan
1.
2.
3.
4.
5.

berhasil):
Waham
Halusinasi
Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)
b)

Disfungsi sosial atau pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset

gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau
perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset
pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interper
c)
Durasi: tanda gangguan menetap terus-menerus menetap selama sekurangnya 6
bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika
diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin
termasuk periode gejala prodormal atau residual. Selama periode prodormal atau residual,
tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih
gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya,
keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).
d)
Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif
dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena:
1. Tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah terjadi
bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau
2. Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah
relatif singkat dibangdingkan durasi periode aktif dan residual.

12

e)

Penyingkiran zat/kondisi medis umum: Gangguan tidak disebabkan oleh efek

fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang salah digunakan, suatu medikasi)
atau suatu kondisi medis umum.
f)
Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat adanya
gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahan
skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan
untuk sekurangnya 1 bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil).
Kriteria PPDGJ III untuk Skizofrenia
Dalam PPDGJ III Dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus
ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jalas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau jelas).1
a. Salah satu dari:
- thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
-

kualitasnya berbeda; atau


thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu

dari luar dirinya (withdrawal); dan


thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umum mengetahuinya;
b. Salah satu dari:
- delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
-

kekuatan tertentu dari luar; atau


delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau


delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; atau (tentang dirinya : secara jelas merujuk
ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau

penginderaan khusus;
delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
13

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara

yang berbicara), atau


- Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari

dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus;
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h. . Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap larut dalam diri sendiri
(self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Skizofrenia paranoid (F 20.0)

Gejala utama : waham & halusinasi


Sering mulai sesudah 30 tahun, permulaan subakut

14

Kepribadian sebelum sakit : skizoid suka menyendiri; pendiam; cenderung


menghindar terhadap aktivitas-aktivitas sosial yang melibatkan kontak atau interaksi
dengan orang-orang; tidak memiliki ketertarikan untuk menjalin hubungan dekat
dengan orang sekitar, bahkan dengan keluarganya sendiri.

Pedoman Diagnostik Skizofrenia paranoid (F 20.0)

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/ atau waham yang harus menonjol;

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,


atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit,

mendengung atau tawa


Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan,

dipengaruhi, keyakinan bahwa dia sedang dikejar-kejar


Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol
Pasien datang ke poli karena masih sering marah-marah tanpa sebab sejak 8 tahun yang lalu.
Pasien juga mengaku sebelumnya sering mendengar bisikan-bisikan namun sekarang sudah
jarang. Disini tergambarkan adanya gejala positif dan halusinasi auditorik. Pasien tidak berani
bepergian atau keluar rumah karena pasien merasa takut, takut akan ada yg menjahatinya diluar
sana, takut diikuti orang (orang yang terlihat jahat). Jika terpaksa harus keluar pasien tidak berani
sendiri dan harus ditemani orang terdekatnya (keluarga, teman rumah). Dapat disimpulkan pasien
memiliki waham kejar. Saat awal gejala yaitu setelah beberapa bulan tidak bekerja pasien lebih
sering didalam kamar, dan sering tampak murung. Sejak saat itu pasien mulai

tidak mau

berbicara dengan orang serumah, marah-marah tanpa sebab, tampak mengoceh sendiri. Gejala
mulai timbul setelah adanya stresor yang bermakna. Pasien memang sudah lama berhenti kerja.
Selama 8 tahun tidak bekerja belakangan ini pasien hanya diam dirumah, tidak pernah bermain
keluar. Di rumah, pasien sesekali membantu membersiihkan rumah, memasak, tapi lebih sering
menonton televisi. Pasien tidak mau keluar rumah untuk bermain dengan temannyatapi jika
temannya main kerumah pasien mau menerimanya. Status mental pada tanggal 18 Januari 2015,
penampilan cukup rapi, kooperatif, tenang, mood eutim, afek serasi, halusinasi berkurang.
Karena pasien sudah dalam pengobatan diperkirahan pasien sudah mengalami perbaikan. Pada
15

fungsi kognitif, taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai dengan taraf
pendidikan, daya konsentrasi baik. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) baik, daya ingat jangka
panjang baik, jangka pendek dan jangka segera baik, pikiran abstrak, bakat kreatif tidak
terganggu dan kemampuan menolong sendirinya baik. Pada proses pikir, pasien pernah
mengalami halusinasi auditorik, namun sekarang sudah jarang. Pada isi pikir terdapat waham
kejar. Tilikan pasien derajat 4, pasien memahami bahwa dirinya sakit, tetapi tidak mengetahui
penyebabnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki gejala :

Halusinasi auditorik (+)


Waham kejar (+)
Gejala positif (+)

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa yang sesuai dengan
definisi yang tercantum dalam PPDGJ III. Berdasarkan gejala, pasien ini memenuhi kriteria
Skizofrenia (F20.0)
Diagnosis banding :
Gangguan afektif bipolar episode kini manik (F31.2)
Gangguan skizitipal (F21)

Penatalaksanaan
Skizofrenia diobati dengan antipsikotik (AP). Obat ini dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan
mekanisme kerjanya5 :
Dopamine receptor antagonist (DRA) atau antipsikotik generasi I (APG-I)atau

antipsikotik tipikal
Serotonine-dopamine antagonist (SDA) atau APG-II atau antipsikotik atipikal
Obat tipikal berguna untuk gejala positif & hampir tidak berguna untuk gejala negatif.

Sedangkan obat atipikal berguna baik gejala positif maupun negatif.


New gold standard antipsikotik atipikal. Efektif & efek samping yang lebih ringan.
Pasien ini diterapi dengan Risperidon. Risperidon merupakan antipsikotik atipikal.
Absorbsinya tidak dipengaruhi oleh makanan. Efek terapetiknya terjadi dalam dosis rendah.
Pemakaian risperidon yang teratur dapat mencegah terjadinya kekambuhan.
Tersedia dalam bentuk tablet 1-2-3mg, depo (long acting)/2minggu secara IM.
16

Dosis berkisar antara 4-16mg tetapi iasa digunakan dengan kisaran 4-8mg.
Mekanisme kerja
Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada
reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta antihistamin (H 1).
Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun negatif.
Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan klozapin,
sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol.
Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik atipikal secara kuantitatif
karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.5
Prognosis
Mengevaluasi prognosis dengan melihat riwayat longitudinal dari penyakit, dimulai dengan
riwayat keluarga sampai pada sistem penanganan. Gambaran Klinik yang dikaitkan dengan
prognosis baik yaitu5 :
1. Awitan gejala gejala psikotik aktif terjadi secara mendadak.
2. Awitan terjadi setelah umur 30 tahun, terutama pada perempuan.
3. Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik.
4. Kebingungan sangat jelas dan gambaran emosi sangat menonjol, selama episode akut
(simptom positif).
5. Kemungkinan adanya suatu stresor yang mempresipitasi psikosis akut dan tidak ada
bukti gangguan SSP.
6. Tidak ada keluarga menderita skizofrenia
Nn.E.K merupakan pasien dengan prognosis baik. Pertama, gejala tersebut muncul saat
usianya memasuki 30 tahun. Kedua, fungsi sosial yang cukup baik dan pekerjaan yang baik
sebelum gejala muncul (masih bisa produktif dalam pekerjaan dan pasien masih mau
bergaul dengan teman-temannya). Ketiga, saat gejala muncul emosi pasien sangat menonjol
dengan marah-marah tanpa sebab (simtom positif). Keempat, diduga pekerjaannya sebagai
SPG bertahun-tahun yang merupakan stressor utama. Kelima, tidak ada keluarga pasien
yang menderita skizofrenia.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa: Ringkasan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM2.
3.
4.
5.

5. Jakarta: PT. Nuh Jaya


Maslim R. 1999. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: PT.Nuh Jaya
Sadock, K. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC.
Rudyanto,B. 2007. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Jakarta : FKUI.
Buku ajar psikiatri edisi kedua. Jakarta: FKUI. 2013

18

Anda mungkin juga menyukai