2 = 2 (A)
Dengan = 0 (1 +
) (B) dan
= (C)
Dilakukan subtitusi persamaan (B) dan (C) ke persamaan (A) didapatkan
2
2
2
+
2
2
=
=
2
=
2 + 2
= 0 1 +
r 2 = 0 2 +
2
3
+ 2
=
0
2
2
1
0
=
3
2
1+
2
2
Untuk <
2 = 0 (D)
Dengan = (E)
Dilakukan subtitusi persamaan (E) ke persamaan (D) didapat
2
2
=
2
=
2
+ 2 2 = 0
2
2
=
[s v]=ode23(@persamaan,rentang2,batas2);
plot(rentang,q(:,1),'.-b',rentang,q(:,2),'.-c',rentang2,v(:,1),'.-b',rentang2,v(:,2),'.-c');
xlabel('Jarak (r)');
ylabel('Temperatur (T)');
title('Distribusi Temperatur Terhadap Jarak');
legend('T(r)','dT/dr');
grid on
clc;
function pencari= fungsi(cari)
global Rc Rf
rentang=linspace(0+eps,Rf,100);
dTdr0=0;
prentang=length(rentang);
tebak=[cari;dTdr0];
[~, n]=ode23(@pers,rentang,tebak);
dTdrF=n(prentang,2);
TrF=n(prentang,1);
rentang2=linspace(Rf,Rc,100);
prentang2=length(rentang2);
tebak2=[TrF;dTdrF];
[s g]=ode23(@persamaan,rentang2,tebak2);
TRc=500; %To (suhu pada kulit terluar)
B1=g(prentang2,1)-TRc;
pencari=B1;
function dTdr=persamaan(r,T)
dTdr=[T(2);
-2.*T(2)./r];
function dTdr=pers(r,T)
global kf Sno b Rf
dTdr=[T(2);
(-Sno/kf)*(1+b*(r.^2)/Rf^2)-(2.*T(2)./r)];
3000
2500
Temperatur (T)
2000
1500
1000
500
-500
-1000
5
Jarak (r)
10
Pada rentang 0 r RF diperoleh nilai dT/dr < 0 dari penyelesaian analitik dan dari
numeric dapat dilihat dalam grafik bahwa T(r) pada 0 < r < 4 bersifat monoton turun
dan grafik dT/dr berada dibawah sumbu x, sehingga penyelesaian numeric memiliki
kecocokan dengan penyelesaian analitik dalam kemonotonan fungsi, fungsi T(r)
disebut monoton turun pada rentang tersebut.
Pada rentang < diperoleh nilai dT/dr < 0 dari penyelesaian analitik dan
dari numeric dapat dilihat dalam grafik bahwa T(r) pada 4 < r < 10 bersifat monoton
turun dan grafik dT/dr berada dibawah sumbu x, sehingga penyelesaian numeric memiliki
kecocokan dengan penyelesaian analitik dalam kemonotonan fungsi, fungsi T(r)
disebut monoton turun pada rentang tersebut.
Penyelesaian numeric memiliki kecocokan dengan penyelesaian analitik dalam
linieritas fungsi T(r), yaitu T(r) merupakan fungsi nonlinier (bukan garis lurus).
Pada rentang 0 F diperoleh dari penyelesaian analitik d2T/dr2 < 0 dan
penyelesaian numeric dapat dilihat dalam grafik bahwa grafik T(r) cekung kebawah
pada rentang 0 < r < 4, sehingga penyelesaian numeric memiliki kecocokan dengan
penyelesaian analitik dalam hal kecekungan, fungsi T(r) cekung kebawah pada rentang
tersebut.
Pada rentang < diperoleh dari penyelesaian analitik d2T/dr2 > 0 dan
penyelesaian numeric dapat dilihat dalam grafik bahwa grafik T(r) cekung keatas pada
rentang 4 < r < 10, sehingga penyelesaian numeric memiliki kecocokan dengan
penyelesaian analitik dalam hal kecekungan, fungsi T(r) cekung keatas pada rentang
tersebut.
Didapat dari penyelesaian analitik bahwa pada r=R fungsi d2T/dr2 akan mengalami
diskontinuitas, dan dari penyelesaian numeric dapat dilihat pada grafik dT/dr bahwa
saat r=R terdapat corner point. Penyelesaian numeric memiliki kecocokan dengan
penyelesaian analitik.
Kesimpulan: Penyelesaian numeric memiliki kecocokan dengan penyelesaian analitik
sehingga grafik dari program matlab dapat digunakan untuk menyelesaiakan persoalan
distribusi T terhadap r.