Faktor social Bunuh diri egoistic diterapkan pada mereka yang tidak terintegrasi secara kuat ke dalam kelompok social. Tidak adanya integrasi keluarga dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa orang yang tidak menikah adalah lebih rentan terhadap bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah dan mengapa pasangan dengan anak-anak adalah kelompok yang paling terlindung dari semua kelompok. Masyarakat perkotaan memiliki lebih banyak integrasi social dibandingkan daerah pedesaan, jadi lebih sedikit bunuh diri. Bunuh diri alturistik dimaksudkan pada orang yang integrasi ke dalam masyarakatnya terganggu dengan demikian menghalangi norma perilaku yang biasanya. Anomik dapat menjelaskan mengapa mereka dengan situasi ekonomi yang berubah secara drastis adalah lebih rentan dibandingkan sebelum perubahan keberuntungan mereka. Anomik juga dimaksudkan pada ketidakstabilan social dengan kehancuran standard an nilai-nilai masyarakat. Faktor psikologis Orang yang depresi mungkin berusaha bunuh diri tepat sebelum mereka tampaknya pulih dari depresinya. Dan suatu usahabunuh diri dapat menyebabkan hilangnya depresi yang berlangsug lama. Menurut penelitian Aaron Beck, keputusasaan ditemukan sebagai indicator yang paling akurat untuk resiko bunuh diri. Faktor fisiologi Genetika. Suatu factor genetic Neurokimiawi. Defisiensi serotonin, diukursebagai penurunan metabolism 5hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) telah ditemukan dalam kelompok pasien depesi yang mencoba bunuh diri. Beberapa penelitian terhadap binatang dan manusia telah menyatakan suatu hubungan antara defisiensi serotonin sentral dan pengendalian impuls yang buruk. Beberapa peneliti telah memandang bunuh diri sebagai salah satu tipe prilaku impulsive. Selain itu, suatu korelasi negate yang bermakna antara kadar 5-HiAA cairan serebrospinal dan skor agresi seumur hidup telah dilaporkan di antara pasien dengan gangguan kepribadian.