Anda di halaman 1dari 16

KONSTRUKSI RANGKA BATANG

MODUL 1 : GARIS PENGARUH KONSTRUKSI RANGKA BATANG (KRB)

Pendahuluan
Beban-beban yang bekerja pada KRB berupa beban mati, beban hidup, dan
beban sementara (beban angin atau beban gempa). Beban hidup adalah satu beban
yang bersifat bergerak. Beban-beban bergerak yang sering dijumpai bekerja pada KRB
berbentuk struktur jembatan. Beban hidup yang bekerja pada struktur jembatan adalah
kendaraan-kendaraan yang berjalan diatas lantai jembatan melalui roda-rodanya.
Beban-beban kendaraan tersebut diatas disebut tekanan roda kendaraan (P).
Contoh : Susunan tekanan roda kendaraan

a).

a1).

b).

b1)

c ).

c1)

Gambar 1.1.
Keterangan : Gambar 1.1. a), b), dan c) adalah macam-macam kendaraan yang dapat berjalan di
atas lantai jembatan.
Gambar1.1. a1), b1), dan c1) adalah susunan tekanan roda kendaraan dari masingmasing bentuk kendaraan a), b), dan c).
Susunan tekanan roda kendaraan bekerja pada lantai kendaraan selanjutnya melalui
gelagar memanjang, melintang, sehingga menjadi beban hidup pada gelagar-gelagar
KRB yang pada akhirnya didukung oleh perletakan-perletakan di pangkal jembatan.

Apabila sebuah KRB berupa jembatan bekerja susunan beban hidup seperti pada
Gambar 1.2, maka setiap batang pada KRB menerima beban. Gaya-gaya batang akibat
beban hidup akan selalu berubah besarnya karena beban hidup tersebut posisinya
berubah-ubah. Sehingga sangat sulit menentukan gaya batang yang paling maximum.
Untuk mendapatkan gaya batang maximum perlu diketahui posisi dari beban hidup.
Sementara beban hidup berupa susunan dari beban-beban terpusat yang berjarak
tertentu satu dengan yang lainnya. Satu cara untuk menyelesaikan masalah tersebut
diatas dengan menggunakan metode garis pengaruh. Metode garis pengaruh
membantu menyelesaikan dengan menggunakan beban berjalan P = 1t. Akibat beban
P = 1 t yang posisinya berubah-ubah sepanjang bentang, dapat ditentukan besarnya
gaya-gaya batang pada setiap posisi. Sehingga dapat digambarkan grafik besarnya
gaya batang yang disebut grafik garis pengaruh gaya batang. Dengan memperhatikan
bentuk garis pengaruh maka gaya batang maksimum dapat ditentukan dengan mudah.
1.1.1. Definisi
Garis pengaruh gaya batang pada KRB tunggal adalah ordinat yang
menunjukkan besarnya gaya batang dibawah pengaruh dari beban P sebesar 1 ton
berjalan.
1.1.2. Contoh soal dan penyelesaian

Contoh no. 1. Sebuah KRB dengan bentuk dan bentang serta tinggi seperti tercantum pada Gambar
1.3. dibawah ini.
Ditanyakan : - Gambar grafik Garis pengaruh-garis pengaruh reaksi R A, RB.
- Grafik garis pengaruh gaya-gaya batang A2, B3, D3 dan V3

a).

b).

Gambar 1.4.
Penyelesaian :
Garis pengaruh reaksi perletakan di A (RA) dan di B (RB).
Garis pengaruh (G.p). RA.
Untuk mencari besarnya RA akibat beban P = 1t berjalan diatas bentang AB, dimisalkan
posisi P = 1t berjarak xm dari A dengan menggunakan MB = 0, maka RA dapat
ditentukan yang besarnya

Disini terlihat bahwa besarnya RA tergantung dari besarnya harga x dan berubah secara
liniair.
x semakin besar, RA bertambah kecil
x semakin kecil, RA bertambah besar
untuk x = 0 RA = 1t
untuk x = l RA = 0t
Dari besaran-besaran RA pada posisi-posisi P = 1t tertentu, maka garis pengaruh
RA dapat digambar. Dengan jalan yang sama untuk gambar garis pengaruh R B (Gambar
1.3.a dan 1.3.b).
Garis Pengaruh Gaya-Gaya Batang pada KRB

Untuk mencari besarnya gaya-gaya batang akibat beban P = 1t berjalan dapat


menggunakan salah satu dari beberapa metode antara lain : keseimbangan titik simpul,
potongan (Ritter), atau yang lainnya, pilihlah yang termudah perhitungannya.

Garis Pengaruh Gaya Batang A2


Beban P = 1t berjalan berjarak xm dari A

Ditinjau potongan I-I centrum kekuatan batang Az berada di titik simpul II dengan
menggunakan MII = 0 (ditinjau sebelah kiri potongan I-I) (Gambar 1.4.a) RA .
2 - P (2 - x) + A2 . h = 0.

x berlalu mulai titik A s/d titik simpul II


Bila ditinjau sebelah kanan potongan I-I
MII=0 .
RB.4 + A2 h = 0
A2 = Dari dua peninjuan besarnya gaya batang A 2 adalah sama yaitu : -

, akan tetapi

cara yang terakhir perhitungannya lebih mudah dari pada cara yang pertama. Jadi
dapat disimpulkan : menentukan gaya batang dengan metode potongan,
perhitungannya lebih mudah :
-

Bila P = 1t berada sebelah kiri potongan, maka perhitungannya ditinjau sebelah kanan.
Bila P = 1t berada sebelah kanan potongan, maka perhitungannya ditinjau sebelah kiri.
Beban P = 1t berjarak xm dari A dan berada sebelah kanan potongan I-I.
MII = 0 (ditinjau sebelah kiri potongan I-I : Gambar 1.4.b)
RA . 2 + A2 . h = 0
A2 = -

Persamaan GP . A2

Dari 2 persamaan GP. A2 diatas menunjukkan bahwa A2 maximum terjadi pada posisi P
= 1t berjarak x = 2 dari A, yaitu pada titik simpul II (centrum kekuatan batang A 2). Jadi
grafik GP. A2 berbentuk segitiga dengan puncak di bawah centrumnya (Gambar 1.3.c).
A2 max = -

Garis Pengaruh Gaya Batang B3


Batang B3 mempunyai kondisi yang sama dengan batang A 2 pada KRB Gambar 1.3
sehingga bentuk grafik GP. B3 akan serupa dengan bentuk grafik GP. A 2 yaitu berbentuk
segitiga dengan puncak dibawah centrum kekuatan batang B 3 (titik simpul III). Gaya
batang B3 max terjadi pada posisi P = 1t berada dibawah titik simpul III.
P = 1t di titik

simpul III RA = t

; RB = t

Gambar 1.5.
Lihat Gambar 1.5, P = 1t terletak di sebelah kanan potongan I-I, maka untuk
mempermudah perhitungan gaya batang B3 ditinjau sebelah kiri potongan I-I :
MIII = 0. RA . 3 - B3 . h = 0

Grafik G.P. B3 lihat gambar 1.3.d.


Garis Pengaruh Gaya Batang D3
Batang D3 mempunyai kondisi yang tidak sama dengan batang-batang A 2 dan
B3 (batang horizontal). Batang D 3 merupakan batang diagonal. Gaya batang D 3 akan
lebih mudah ditentukan dengan menggunakan metode potongan memakai V = 0.
Dari
perhitungan

gaya-gaya batang A2 dan B3 ternyata gaya batang maximum terdapat pada P = 1t


terletak di titik-titik simpul terdekat dengan potongan I-I sehingga hasil tersebut diatas
dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan gaya batang maximum D3. Ditinjau
dari potongan I-I jelas bahwa gaya-gaya batang maximum akan terletak pada P = 1t di
titik simpul II dan III.

Gambar 1.6
P = 1t di titik simpul II RA =
Ditinjau sebelah kiri potongan I-I (Gb. 1.6)
V = 0 . RA 1 +
D3 sin = 0
D3 =

P = 1t dititik simpul III RA = RA = t ; RB = t


Ditinjau sebelah kiri potongan I I (Gb : 1.6).
V = 0
RA + D3 sin = 0 (P = 1t berada di kanan potongan I-I)

D3 = -

(tekan)

Ternyata gaya batang D3 mempunyai 2 harga yang berbeda tandanya artinya, akibat P
=1t berjalan, gaya batang D 3 dapat berupa batang tarik atau batang tekan tergantung
posisi beban P, sehingga terdapat satu titik perubahan gaya batang D 3, dari gaya batang
tarik menjadi gaya batang tekan, titik perubahan tersebut terletak di daerah potongan I-I
atau antara titik simpul II dan III. Jadi grafik garis pengaruh gaya batang D 3 merupakan
2 segitiga dengan puncak di bawah titik-titik simpul II dan III (Gb. 1.3.e).
Garis Pengaruh Gaya Batang V3
Pada Gambar 1.3 batang V3 adalah batang vertical, dan bertemu tegak lurus dengan
batang-batang bawah yang horizontal di titik simpul III. Melihat posisi batang
V3 tersebut, metode yang paling mudah untuk menentukan gaya batang V 3 adalah
metode keseimbangan titik simpul. Dengan keseimbangan titik simpul III memakai V =
0, maka gaya batang V 3 dapat ditentukan. Gaya batang V 3 mempunyai besaran bila di
titik simpul III bekerja gaya vertical. Agar ada gaya dititik simpul III, maka gaya harus
bekerja di daerah antara titik simpul II dan titik simpul IV. Apabila di daerah tersebut
tidak ada gaya maka besarnya gaya batang V 3 = 0. Ditinjau P = 1t berjalan dari titik
simpul II ke titik simpul IV melalui titik simpul III (Gambar 1.7).

Ditinjau P =1t sejarak xm dari titik simpul II, maka pada titik simpul II bekerja gaya
PII =
dan pada titik simpul III bekerja gaya PIII bekerja gaya PIII =
,
sehingga gaya batang V3 = PIII =

Untuk
x = 0 P = 1t di titik simpul II gaya batang V3 = 0
x = P = 1t di titik simpul III gaya batang V3 = 1
Dengan cara yang sama, bila P = 1t berjalan diantara titik simpul III dan IV. Jadi grafik
garis pengaruh gaya batang V3 merupakan segitiga dengan puncak dibawah titik simpul
III dengan alas dibawah titik simpul II sampai dengan titik simpul IV (Gambar : 1.3.f).
Garis Pengaruh Gaya Batang V2
Pada Gambar 1.3 batang V2 adalah batang vertical dan bertemu tegak lurus dengan
batang-batang atas yang horizontal di titik simpul IX. Batang V 2 ini kondisinya serupa
dengan batang V3. Ditinjau P =1t berjalan di bentang jembatan AB melalui titik-titik
simpul I, II, III, IV dan V. Dan titik-titik simpul VI, VII, VIII, IX, dan X tidak pernah dilalui
oleh P = 1t.
Batang V2, ujung-ujungnya terletak pada titik-titik simpul II dan IX. Untuk menentukan
gaya batang V2akan lebih mudah ditinjau pada titik simpul IX dengan menggunakan V
= 0. Oleh karena titik simpul IX tidak pernah dilalui oleh beban P = 1t berjalan
sepanjang gelagar AB, maka gaya batang V z = 0 pada setiap posisi beban P = 1t pada
gelagar AB.
Jadi gambar grafik garis pengaruh gaya batang V 2 = 0 sepanjang gelagar AB (Gambar :
1.3.g).

Contoh no. 2 Sebuah KRB dengan bentuk dan bentang serta tinggi seperti tercantum pada Gambar
1.8 di bawah ini.
Ditanyakan : Gambar grafik garis pengaruh gaya batang A2, B3, dan D5.

Gambar 1.8
Penyelesaian :
Garis Pengaruh Gaya Batang A2
Ditinjau dari bentuk KRB (Gambar 1.8), batang A 2 mempunyai centrum kekuatan batang
di titik simpul II dimana P = 1t berjalan melalui titik simpul tersebut. Jadi bentuk garis
pengaruh gaya batang A2merupakan segitiga dengan puncak dibawah titik simpul II
yang memberikan gaya batang A2maximum. Menentukan gaya batang A2 maximum
dengan menggunakan metode potongan memakai MII = 0. Ditinjau potongan I-I yang
memotong batang A2 seperti pada Gambar 1.8.a.
Ditinjau P = 1t di titik simpul II RA =
MII = 0 (ditinjau sebelah kiri potongan I-I) Gambar 1.8.a)
RA . 12 + A2 . 6 + P . 0 = 0
A2 . = -2 RA = -2 .
Gambar grafik garis pengaruh gaya batang A2 dapat dilihat pada Gambar 1.8.b.
Garis Pengaruh Gaya Batang B3
Ditinjau dari bentuk KRB (Gambar 1.8) batang B 3 mempunyai centrum kekuatan batang
di titik simpul X. Pada waktu P = 1t berjalan berada tepat dibawah titik simpul X, (P=1t
berada diantara titik simpul II dan III), maka untuk dapat menentukan gaya batang
B3 dengan metode potongan, besaran P = 1t harus dibagi ke titik-titik simpul II dan III
sebesar masing-masing t. Sehingga untuk menentukan gaya batang B 3 maksimum,
maka beban P =1t berjalan harus diletakkan pada titik-titik simpul II dan III.
Ditinjau P = 1t simpul II RA =
Mx = 0 (ditinjau sebelah kiri potongan I-I Gambar 1.8.a)
RA . 15 - P.3 B3 . 6 = 0
B3 . =

Ditinjau P = 1t di titik simpul III RA = t ; RB = t

Mx = 0 (ditinjau sebelah kiri potongan I-I Gambar 1.8.a)


RA . 15 - B3 . 6 = 0
B3 . =

Jadi bentuk grafik garis pengaruh gaya batang B 3 tidak lagi merupakan segitiga dengan
puncak di centrum kekuatan batangnya (titik simpul X) melainkan sebuah grafik garis
garis pengaruh yang berbentuk segitiga yang dipapar pada bagian puncaknya (antara
titik-titik simpul II-III), dapat dilihat pada Gambar 1.8.c.
Garis Pengaruh Gaya Batang D5
Batang D5 adalah batang diagonal. Gaya batang D5 ditentukan dengan menggunakan
metode potong memakai V = 0, P = 1t diletakkan pada titik-titik simpul didekat kiri,
kanan potongan.
Ditinjau P = 1t di titik simpul II RA =
V = 0 (ditinjau sebelah kiri potongan I-I ; Gambar 1.8.a)
RA + D5 Sin - P = 0
D5 =

Ditinjau P = 1t dititik simpul III RA = t ; RB = t


V = 0 (ditinjau sebelah kiri potongan I-I ; Gambar 1.8.a)
RA + D5 Sin = 0
D5 =

Gambar grafik garis pengaruh gaya batang D5 dapat dilihat pada Gambar 1.8.d.

Anda mungkin juga menyukai