Anda di halaman 1dari 12

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal..............................................telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama Peserta : dr. Luh Putu Swastiyani Purnami
Dengan judul/topic : Appendisitis Akut
Nama Pendamping : dr. Sumardji
Nama Wahana : RSUD dr. Soeratno Gemolong Sragen
No. Nama Peserta Presentasi

No.

Tanda Tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya.

Pendamping

Nama Peserta : dr. Luh Putu Swastiyani Purnami

dr. Sumardji

Nama Wahana : RSUD dr. Soeratno Gemolong


TOPIK : Kasus Bedah
Tanggal (kasus) : 31 Oktober 2013
Nama Pasien
: An. DB
No. RM : 024626
Tanggal Presentasi : 3 Desember 2013
Pendamping : dr. Sumardji
Tempat Presentasi : RSUD dr. Soeratno Gemolong
OBJEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan
o Keterampilan
o Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
o Masalah
o Istimewa
o Neonatus
o Bayi
Anak
o Remaja
o Dewasa
o Lansia o Bumil
o Deskripsi :
Anak laki-laki 12 tahun, nyeri perut kanan bawah hilang timbul 2 minggu, mual muntah
>5x/hari tiap makan dan minum, diare(+) >5x/hari, perut kembung (+), demam (+).
o Tujuan:
1. Mengetahui penegakan diagnosis appendisitis akut.
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka o Riset
Kasus
o Audit
Cara Membahas o Diskusi

Presentasi o E-mail
o Pos
dan Diskusi
DATA PASIEN
Nama : An. DB
No Registrasi : 024626
Nama klinik : RSUD dr. Soeratno Telp : Terdaftar sejak : 31 Oktober
Gemolong
2013
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis : Suspek Appendisitis akut
2. Gambaran Klinis : Pasien datang bersama orangtuanya dengan nyeri perut kanan bawah
sejak 2 minggu yang lalu, mual muntah >5x/hari tiap makan dan minum, diare(+)
>5x/hari, perut kembung (+) demam (+).
3. Riwayat Pengobatan : (+) diberi obat penurun panas, obat diare, dan obat penghilang
nyeri tapi belum membaik
4. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : pasien belum pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya.
5. Riwayat Keluarga :
Anak pertama laki-laki, orangtua bekerja sebagai petani
6. Riwayat Pekerjaan : (-)
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya
8. Riwayat Imunisasi : (+) Hepatitis B, BCG, DPT, Polio, Campak
9. Riwayat kelahiran :
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3500 gram dan panjang 47cm, lahir
spontan, langsung menangis kuat segera setelah lahir, usiakehamilan 38 minggu.
DAFTAR PUSTAKA:
1. Anupam B. Kharbanda, MD, George A. Taylor, MD, Steven J. Fishman, Richard G.
Bachur. 2005. A Clinical Decision Rule to Identify Children at Low Risk for
Appendicitis. The American Academy of Pediatrics; San Fransisco.
2. Ann M. Kosloske, C. Lance Love, James E. Rohrer, Jane F. Goldthorn, Stuart R. Lacey.

2004.The Diagnosis of Appendicitis in Children: Outcomes of a Strategy Based on


Pediatric Surgical Evaluation. The American Academy of Pediatrics; San Fransisco.
3. Minkes
RK
and
Carmen
Cuffari.
2011.
Pediatric
Appendicitis.
http://emedicine.medscape.com/article/926795-overview
4. Stefanutti G, Vittorina G, Piergiorgio G. 2007. Inflammatory markers for acute
appendicitis in children: are they helpful?. Journal of Pediatric Surgery. 42 : 773776.
5. Wim de Jong, Sjamsuhidayat.R, 2004, Apendiks Vermiformis, dalam Buku ajar Ilmu
Bedah; 639-645.Jakarta : EGC
6. Zeller JL. 2007. Acute Appendicitis in Children. JAMA 298 : 482
7. Mazziotti
MV
and
Harsh
G.
2011.
Pediatric
Appendectomy.
http://emedicine.medscape.com/article/933825-overview
HASIL PEMBELAJARAN:
1. Patogenesis appendisitis akut
2. Penegakan diagnosis appendisitis akut.
3. Diagnosis banding appendisistis akut
4. Penatalaksanaan appendisitis akut
5. Edukasi mengenai komplikasi appendisitis akut
Rangkuman hasil pembelajaran Portofolio
1. SUBYEKTIF
a. Keluhan utama : nyeri perut
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Anamnesis diperoleh melalui autoanamnesis dan
alloanamnesis terhadap ibu pasien.
Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah sejak 2 minggu SMRS. Nyeri awalnya
dirasakan di daerah ulu hati berpindah ke daerah pusar kemudian ke perut kanan bawah.
Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan hilang timbul dan makin memberat 1
minggu SMRS. Nyeri perut diikuti dengan mual dan muntah >5x/hari terutama setiap
makan atau minum, diare >5x/hari warna kuning kecoklatan, ampas>air, lendir darah (-).
Nafsu makan turun, perut dirasakan kembung tapi masih bisa buang angin. Demam (+).
BAK tidak ada keluhan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit serupa disangkal

2. OBYEKTIF
a. Keadaan umum : Composmentis, GCS E4V5M6, kesan sakit sedang
b. Tanda vital :
c. Berat badan : 22 kg
d. Kulit : Ikterik (-), turgor (+) normal, kulit kering (-), anemis (-), petechiae (-).
e. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna hitam tidak mudah dicabut, luka (-).
f. Mata : Konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil
isokor dengan diameter (3 mm / 3 mm), reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-),
strabismus (-/-), arcus senilis (-/-).
g. Thorax : Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), sela iga
melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-).
h. Cor :
I : IC tidak tampak
P : IC tidak kuat angkat, IC teraba di SIC V 1 cm medial LMCS
P : batas jantung kesan tidak melebar
A : HR = 112x/menit, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, gallop (-), bising (-).
i. Pulmo :
I : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)
P : fremitus raba kanan = kiri
P : sonor/sonor
A : SDV (+/+), RBH (-/-), wheezing (-/-)
j. Abdomen :
I : dinding perut sejajar dinding dada
A : bising usus (+) normal
P : timpani
P : supel, nyeri tekan (+) di regio Epigastrium dan Iliaca dextra, hepar/lien tidak teraba.
k. Ekstremitas:
Akral dingin (-/-), eodem (-/-)
l. Tanda-tanda khusus :
Mc Burney sign (+)
Rebound tenderness (-)
Psoas sign (+)
Rovsing sign (+)
Obturator sign (-)
Cough test (+)
m. Rectal touch : TMSA dbn, mmpula recti dbn, massa (-), STLD (-), feses (-), NT (+) di
jam 11

n. Alvarado score :
Symptoms
Migratory right iliac fossa pain. (+)

1 Point

Anorexia. (+)

1 Point

Nausea and vomiting. (+)

1 Point

Signs
Right iliac fossa tenderness. (+)

2 Points

Rebound tenderness. (-)

0 Point

Fever. (+)

1 Point

Laboratory
Leucocytosis. (+)

2 Points

Shift to left (segmented neutrophils). (+)


Total Score

1 Point
9 Points

Karena Alvarado score >7 maka pasien diperkirakan menderita Appendisitis akut.
o. Pemeriksaan Penunjang :
- Hb : 9,2
- AL : 15.600
- AE : 3,63
- AT : 383.000
- Hct : 29,4 %
- Golongan darah : A+
- GDS : 73,9
- Protein total : 5,7
- Albumin : 2,7
- SGOT/SGPT : 7/10
- Ureum/Creatinin : 19,2/0,67
- HbsAg : (-)

3. ASSESMENT
Suspek Appendisitis Akut
APPENDISITIS
1. Definisi
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering.
2. Anatomi dan Fisiologi
Secara anatomi apendiks sering disebut juga dengan apendiks vermiformis atau umbai
cacing.Apendiks adalah organ berbentuk tabung sepanjang 2-20cm, (rata-rata 9cm), lumen
prox sempit, dengan distal melebar (bentuk corong pada bayi). Apendiks terletak di bagian
kanan bawah dari abdomen. Pangkal (proximal) dari posteromedial coecum (persatuan 3
taenia kira-kira 2,5cm di bawah katup ileocoecal) dengan akhiran buntu yang bebas (distal).
Letak proximal tidak bervariasi. Letak distal bervariasi: ante coecal, retrocoecal, sub coecal,
pelvic, pre ileal post ileal. Apendiks ini disangga oleh meso apendiks.
Dari topografi anatomi, letak pangkal apendiks berada pada titik Mc.Burney, yaitu titik
pada garis antara umbilicus dan SIAS kanan yang berjarak 1/3 dari SIAS kanan.
Apendiks dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan simpatis. Persarafan parasimpatis berasal
dari cabang n. vagus yang mengikuti a. mesenterica superior dan a. appendicularis. Sedangkan
persarafan simpatis berasal dari n. thoracalis X. Karena itu nyeri viseral pada apendisitis
bermula disekitar umbilicus.
Vaskularisasinya berasal dari a.appendicularis cabang dari a.ileocolica, cabang dari a.
mesenterica superior. Fungsi apendiks pada manusia belum diketahui secara pasti. Diduga
berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam apendiks menghasilkan lendir 12 ml/hari. Lendir ini secara normal dialirkan ke apendiks dan secum.Hambatan aliran lendir di
muara apendiks berperan pada patogenesis apendisitis. Dinding apendiks terdiri dari jaringan
lymphe yang merupakan bagian dari sistem imun dalam pembuatan antibodi. Immunoglobulin
sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yaitu Ig A.
Immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
3. Klasifikasi
a. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak).
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah, nyeri
perut kanan bawah, untuk berjalan sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua
orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mualmuntah saja.
b. Penyakit Radang Usus Buntu kronik.
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi
nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul.
Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan
berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu
nyeri pd titik Mc Burney (istilah kesehatannya).
4. Etiologi

Penyebab apendisitis belum sepenuhnya dimengerti. Pada kebanyakan kasus, peradangan


dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di dalam usus buntu,
penyebab lain yang telah diketahui :
60% Hiperplasia kelenjar getah bening (post infeksi virus)
35% Fekalit feses yang menjadi keras (diet rendah serat)
4% benda asing
1% striktur lumen oleh karsinoma
5. Patogenesis
Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid,
fekalit, benda sing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen menghambat aliran limfe mengakibatkan
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat ini apendisitis akut fokal yang
ditandai dengan nyeri epigastrium.
Kalau sekresi terus berlanjut dan tekanan meningkat obstruksi vena, edema bertambah
dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan akan meluas ke peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu infark dinding apendiks dengan gangren. Stadium
ini apendisitis gangrenosa. Kalau dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila hal diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kea rah
apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan
tersebut dapat hilang atau menjadi abses.
Pada anak anak karena omentum kebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah.
6. Manifestasi klinik
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas :
a. Mual, muntah dan nyeri yang hebat perut kanan bagian bawah.
b. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul
mual dan muntah.
c. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah (Shifting pain) ke perut kanan
bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika
penekanan ini dilepaskan nyeri bisa bertambah tajam.
d. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 derajat Celsius.
e. Anorexia atau nafsu makan menurun.
f. Bisa disertai diare atau nyeri pada saat kencing.
g. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut.
h. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri
tumpulnya tidak terlalu terasa.

i. Bila usus buntu pecah, nyeri abdomen umum, rigiditas dan demam bisa menjadi berat.
j. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
7. Pemeriksaan
a. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang perut.
Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik.
Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut
kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses appendicular.
b. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal yaitu:
Nyeri tekan di Mc. Burney.
Nyeri lepas/ rebound tenderness/ release sign/ blomberg sign
Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
parietal. Pada apendiks letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak ada, yang
ada nyeri pinggang.
Massa appendisitis infiltrat
c. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada
peritonitis generalisata akibat apendisitis perforate.
Bising usus meningkat terjadi inflamasi. Bising usus menurun infeksi sudah
berlanjut.
Pemeriksaan Colok Dubur
Akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada apendisitis pelvika akan
didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Pada apendisitis antecoecal tidak
didapatkan nyeri. Pada apendisitis retrocoecal didapatkan nyeri jam 11.
Tanda tanda khusus
a. Psoas Sign
Dilakukan dengan rangsangan m.psoas dengan cara penderita dalam posisi terlentang,
tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita disuruh hiperekstensi atau fleksi aktif.
Psoas sign (+) bila terasa nyeri di abdomen kanan bawah. Hal ini menandakan apendesitis
retrocoecal karena otot iliopsoasmengalami iritasi
b. Rovsing Sign
Perut kiri bawah ditekan, akan terasa sakit pada perut kanan bawah. Hal ini disebabkan
karena peregangan peritoneum yang inflamasi.
c. Obturator Sign
Dilakukan dengan menyuruh penderita tidur terlentang, lalu dilakukan gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul. Obturator sign (+) bila terasa nyeri di perut kanan bawah. Hal ini
terjadi karena ada iritasi pada m. Obturator internus
d. Cough test/ dunphys sign
Dilakukan dengan cara menyuruh pasien batuk, jika terasa nyeri di abdomen menandakan
adanya inflamasi di titik nyeri

8. Temuan fisik menurut letak apendiks


Letak antecoecal: tanda klasik apendisitis
Letak retrocoecal: nyeri berjalan (iritasi psoas), nyeri regio flank
Letak pelvical: rangsangan pd organ yang paling dekat/menempel (vesica, sigmoid,
rektum)
Pada kehamilan (terdorong ke atas, hiperemesis!!!)
Alvarado score
Symptoms
Migratory right iliac fossa pain.

1 Point

Anorexia.

1 Point

Nausea and vomiting.

1 Point

Signs
Right iliac fossa tenderness.

2 Points

Rebound tenderness.

1 Point

Fever.

1 Point

Laboratory
Leucocytosis.

2 Points

Shift to left (segmented neutrophils).


Total Score

1 Point
10 Points

Score <5 dipertimbangkan kasus selain apendisitis, score >=7 ddiperkirakan apendisitis,
score 5-6 sebaiknya dilakukan pemeriksaan CT scan
9. Differential Diagnosis
a. Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual-muntah dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan
dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltik sering ditemukan. Panas dan leukositosis kurang
menonjol dibandingkan dengan apendisitis.
b. Limfadenitis mesenterica
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut yang
samar-samar terutama disebelah kanan, dan disertai dengan perasaan mual dan muntah.
c. Peradangan pelvis
Tuba Fallopi kanan dan ovarium terletak dekat apendiks. Radang kedua organ ini sering
bersamaan sehingga disebut salpingo-ooforitis atau adnecitis.Untuk menegakkan diagnosis
penyakit ini didapatkan riwayat kontak seksual. Suhu biasanya lebih tinggi daripada
apendisitis dannyeri perut bagian bawah lebih difus. Biasanya disertai dengan keputihan.
Pada colok vaginal jika uterus diayunkan maka akan terasa nyeri.
d. Kehamilan Ektopik

Ada riwayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak menentu. Jika terjadi ruptur
tuba atau abortus diluar rahim dengan perdarahan akan timbul nyeri yang mendadak difus
di daerah pelvis dan mungkin akan terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan colok
vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan kavum Douglas, dan pada kuldosentesis akan
didapatkan darah.
e. Diverticulitis
Meskipun diverticulitis biasanya terletak di perut bagian kiri, tetapi kadang-kadang dapat
juga terjadi disebelah kanan. Jika terjadi peradangan dan ruptur pada diverticulum gejala
klinis akan sukar dibedakan dengan gejala-gejala apendisitis.
f. Batu Ureter atau Batu Ginjal
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalarr ke inguinal kanan merupakan
gambaran yang khas. Hematuria sering ditemukan. Foto polos abdomen atau urografi
intravena dapat memestikan penyakit tersebut.
10. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis > 10.000 pada kebanyakan kasus
appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat,
LED akan meningkat.
b. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti
infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama
dengan apendisitis.
Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab apendisitis. Pemeriksaan ini
dilakukan terutama pada anak-anak. Dapat dilihat juga udara bebas (pneumoperitoneum)
dan pengkabutan (walling off). Foto polos absomen ini dapat digunakan untuk
menyingkirkan DD batu saluran kencing. Posisi yang dilakukan adalah AP, supine, dan
setengah duduk (untuk melihat air fluid level).
USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada
wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan
diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari apendisitis pada jaringan
sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari apendisitis. Selain itu juga dapat menunjukkan
komplikasi dari apendisitis seperti bila terjadi abses. Kontraindikasi untuk anak-anak dan
wanita hamil

Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam
abdomen, apendiks dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah
pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan
pada apendiks maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan apendiks.
Pemeriksaan histopatologi
11. Penatalaksanaan
Bila diagnosis apendisitis akut telah ditegakkan, maka harus segera dilakukan
appendektomi. Hal ini disebabkan perforasi dapat terjadi dalam waktu < 24 jam setelah onset
apendisitis. Penundaan tindakan pembedahan ini sambil diberikan antibiotik dapat
mengakibatkan terjadinya abses atau perforasi.
Appendectomi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara terbuka dan laparoscopi.
Dengan cara terbuka dilakukan insisi di abdomen kanan bawah kemudian ahli bedah
mengeksplorasi dan mencari apendiks yang meradang. Setelah itu dilakukan pengangkatan
apendiks, dan abdomen ditutup kembali.
Tindakan laparoscopi merupakan suatu teknik baru untuk mengangkat apendiks dengan
menggunakan lapariscop.Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan dalam
menegakkan diagnosis apendisitis. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak
diperlukan pemberian antibiotik, kecuali pada apendisitis perforata.
4. PLAN
a. Diagnosis : berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis kemungkinan besar
mengarah ke Appendisitis akut. Penegakan diagnosis pasti dapat dilakukan dengan upaya
pembedahan langsung seperti laparoskopi atau laparotomi eksplorasi. Bila pada saat
melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada apendiks maka pada saat itu juga
dapat langsung dilakukan pengangkatan apendiks.
b.

Pengobatan :
1) Inform consent
2) Pasien dipuasakan
3) Infus RL 20 tpm makro
4) Inj. Ranitidin ampul/ 12 jam
5) Inj. Ceftriaxon 500 mg/12 jam
6) Inj. Metronidazol 15mg/kgBB/8 jam 330 mg/8 jam
7) Inj. Pragesol amp/8 jam
8) Pasang DC
9) Ro Thorax dan EKG
10) Pro laparotomi eksplorasi

c.

Pendidikan
Perlu dijelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyebab, kondisi pasien, dan
pengobatan yang akan diberikan.

d.

e.

Konsultasi
Dijelaskan secara rasional akan pentingnya konsultasi dengan dokter spesialis bedah
sebagai upaya agar penyakit dapat ditangani dengan tepat.
Monitoring
Kegiatan
Mengobservasi tanda

Periode
Setiap hari selama

vital, urine output, drain,

di RS

dan tanda klinis pasien


Merawat pemasangan

Setiap hari selama

kateter
Kepatuhan minum obat

di RS
tanda infeksi
3 hari setelah keluar Pasien rutin minum obat dengan

dan perawatan luka

RS

Hasil yang diharapkan


Tanda vital membaik
Urine output normal
Drain normal
Klinis pasien baik
Tidak ditemukan adanya tanda-

benar dan dapat merawat luka

operasi

operasi dengan baik sehingga

Edukasi dan nasehat:

mempercepat penyembuhan
Proses penyembuhan optimal,

hindari aktivitas berat.

Setiap kunjungan

terhindar dari komplikasi dan


kualitas hidup dapat membaik.

Anda mungkin juga menyukai