Anda di halaman 1dari 31

PB-04

Higiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja
PARDJONO, SKM, MPH
DOSEN AKPER DHARMA HUSADA KEDIRI

Tujuan
Pembelajaran
Memahami

pengertian HIPERKES
dan Keselamatan Kerja

Memahami

Penyakit Akibat Kerja

Memahami

Strategi Pencegahan
Penyakit Akibat Kerja

Memahami

HIPERKES

Peran Perawat dalam

Tenaga Kerja
Tenaga

kerja = setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan


barang/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri /masyarakat.
Pekerja/buruh = setiap orang yg bejerja

dengan menerima upah/imbalan dalam bentuk


lain
Ketenagakerjaan

= hal yang berhubungan


dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama & sesudah kerja.

Hiperkes dan Keselamatan


Kerja
Keilmuan multidisiplin
Upaya

pemeliharaan &
peningkatan kondisi lingkungan
kerja, keselamatan & kesehatan
kerja
Melindungi tenaga kerja thd
bahaya pekerjaan
Mencegah kerugian akibat
kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja, kebakaran, peledakan,
pencemaran lingkungan kerja

Tujuan dan Aspek dalam Hiperkes


dan Keselamatan Kerja
Tujuan:

Tenaga kerja terlindung dari bbg risiko akibat lingkungan kerja

Upaya identifikasi/pengenalan, pengujian/evaluasi,


pengendalian

Pemantauan & korektif/perbaikan lingkungan kerja

Lingkungan

kerja higienis, aman & nyaman,

Terdiri atas aspek:


Higiene perusahaan (Industrial Higiene)
Ergonomi (Ergonomic)
Kesehatan kerja (Occupational Health)
Keselamatan kerja (Safety)

Aspek dalam Hiperkes


dan Keselamatan Kerja
1.

Higiene Perusahaan
fokus pada upaya pengenalan/identifikasi,
penilaian/pengujian, pemantauan faktor
lingkungan tenaga kerja

2. Ergonomic
kelilmuan & aplikasinya dalam sistem/desain
kerja, penserasian manusia & pekerjaannya,
pencegahan kelelahan, untuk tercapai efisiensi
& efektifitas pekerjaan

Aspek dalam Hiperkes dan


Keselamatan Kerja
3. Kesehatan kerja

meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja


mll upaya peningkatan kesehatan
upaya pencegahan gangguan kesehatan
thd penyakit akibat pekerjaan/tempat kerja

4. Keselamatan kerja
Ilmu

& penerapan terkait mesin, alat, bahan, &


proses kerja
Untuk menjamin keselamatan tenaga kerja &
seluruh aset produksi agar terhindar dari
kecelakaan kerja/kerugian lainnya

Higiene Perusahaan
Sumamur
Spesialisasi

(1976)

dalam ilmu higiene & prakteknya

Penilaian

pada faktor penyebab penyakit


kualitatif/kuantitatif di lingkungan kerja

Sbg

dasar tindakan korektif pd lingkungan

Sbg

pencegahan agar pekerja & masy


terhindar dari bahaya akibat kerja

Mengecap

derajat kesehatan setingginya

Aspek-aspek dalam
Higiene Perusahaan
1.
2.
3.

Pengenalan (apa, proses,


factor lingkungan kerja)
Penilaian (factor-factor yang
berpengaruh pada pekerja)
Pengendalian lingkungan
kerja

1. Pengenalan lingkungan
kerja
Melalui Walk Trough Survey/survei pendahuluan

Nama bagian

Jumlah pekerja

Proses produksi / lay out proses

Bagan perusahaan

Pengamatan potensi bahaya

Jenis mesin & peralatan

Tanda peringatan

Tata rumah tangga

Tanggap darurat

Teknologi pengendalian yang ada, dsb

1. Pengenalan lingkungan
kerja

Manfaat:

Mengetahui secara kualitatif bahaya lingkungan


di tempat kerja

Menentukan lokasi, jenis & metode pengujian


yang perlu dilakukan

2. Penilaian / evaluasi
lingkungan
Pengukuran
Pengambilan

sampel
Analisis laboratorium
Manfaat, diketahui:

Kondisi

lingkungan kerja kuantitatif & rinci


Hasil perbandingan pengukuran dg standar
Perlu tidak teknologi pengendalian
Ada tidak korelasi kasus kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dg lingkungan kerja
Di samping sbg dokumen data di tempat
kerja

3. Pengendalian

Metode teknik

Menurunkan tingkat faktor bahaya lingkungan

Melindungi pekerja

Sifat:

Preventif

Represif: tindakan koreksi setelah terjadi


dampak lingkungan akibat kerja

Teknologi
Pengendalian
Substitusi
Isolasi
Cara basah --- mengurangi debu
Good housekeeping
Ventilasi umum: mengalirkan udara
bersih --- tidak tepat utk fume & debu
Ventilasi lokal: menangkap
kontaminan
Perubahan proses
Proteksi perorangan

Contoh penerapan
teknologi pengendalian

Kebisingan:

substitusi,

modifikasi,

pemeliharaan,

bahan peredam,

remote control,

alat pelindung telinga,

mengatur lama pemaparan

Contoh penerapan
teknologi pengendalian

Tekanan panas
Ventilasi, spot cooling
Metal shielding
Alat pendingin
Remote control

Pencemaran debu
Gravitasi
Filtrasi
Pusingan
Penyerapan basah
Elektrostatik presipitator

Contoh
penerapan teknologi
pengendalian
Pencemaran

gas

Direct flame, menggabungkan dg bahan bakar


dlm ruang pembakaran uap

Oksidasi katalitik

Absorpsi: penyerapan reaksi kimia mell cairan

Adsorbsi: penyerapan melalui zat padat

dispersi

Program Hiperkes
Pengenalan, pengujian, pengendalian
potensi bahaya di lingk kerja
Pemantauan lingk kerja
Pelatihan & informasi lingkungan
kerja
Penyusunan NAB
Rekayasa alat deteksi
Riset kedokteran/kesehatan
Pembuatan label/tanda peringatan
Koordinasi & kerjasam dg unit lin di
perusahaan, instansi/profesi lain

Penyakit Akibat Kerja


Penyakit

Akibat Kerja

adalah penyakit yang mempunyai penyebab


yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan.

Pada

umumnya

terdiri dari
satu agen penyebab, harus ada hubungan
sebab akibat antara proses penyakit dan hazard
di tempat kerja.

dengan
1.Faktor biologis (kuman patogen yang berasal
umumnya dari pasien);
2.Faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil
namun terus menerus seperti antiseptik pada
kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan
kerusakan hati;
3.Faktor ergonomi (cara duduk salah, cara
mengangkat pasien salah);
4.Faktor fisik dalam dosis kecil yang terus
menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi,
radiasi dll.);
5.Faktor psikologis (ketegangan di kamar
penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)
Penyakit akibat kerja umumnya berkaitan

1) Faktor Biologis

Lingkungan

kerja pada Pelayanan Kesehatan


favorable bagi berkembang biaknya strain
kuman yang resisten, terutama kuman-kuman
pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang
bersumber dari pasien, benda-benda yang
terkontaminasi dan udara. Virus yang
menyebar melalui kontak dengan darah dan
sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat
menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan
kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores
atau tertusuk jarum yang terkontaminasi
virus.

Cara Pencegahan
Seluruh

pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang


kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.
Sebelum

bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk


memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup
kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan
dilakukan imunisasi.
Melakukan

pekerjaan laboratorium dengan praktek yang


benar (Good Laboratory Practice)
Menggunakan

desinfektan yang sesuai dan cara


penggunaan yang benar.
Sterilisasi

dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa


bahan infeksius dan spesimen secara benar
Pengelolaan

limbah infeksius dengan benar

Menggunakan
Kebersihan

kabinet keamanan biologis yang sesuai.

diri dari petugas.

2) Faktor Kimia
Petugas yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan
obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan
solvent yang banyak digunakan dalam komponen
antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling
karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat
memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka.
Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya
sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika
tertelan, trhirup atau terserap melalui kulit dapat
menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.
Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang
terpapar.

Cara Pencegahan

Material

safety data sheet? (MSDS) dari


seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui
oleh seluruh petugas laboratorium.
Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau
alat vakum untuk mencegah
tertelannyabahan kimia dan terhirupnya
aerosol.
Menggunakan alat pelindung diri (pelindung
mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
Hindari penggunaan lensa kontak, karena
dapat melekat antara mata dan lensa.
Menggunakan alat pelindung pernafasan
dengan benar.

3) Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni


berupaya
menyerasikan alat, cara, proses dan
lingkungan kerja terhadap kemampuan,
kebolehan dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja
yang sehat, aman, nyaman dan tercapai
efisiensi yang setinggi-tingginya.
Pendekatan ergonomi bersifat konseptual
dan kuratif, secara populer kedua pendekatan
tersebut dikenal sebagai To fit the Job to
the Man and to fit the Man to the Job

Sebagian

besar pekerja di perkantoran atau


Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja
dalam posisi yang kurang ergonomis,
misalnya tenaga operator peralatan, hal ini
disebabkan peralatan yang digunakan pada
umumnya barang impor yang disainnya tidak
sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia.

Posisi

kerja yang salah dan dipaksakan dapat


menyebabkan mudah lelah sehingga kerja
menjadi kurang efisien, dan dalam jangka
panjang dapat
menyebakan

gangguan fisik dan psikologis (stress)


dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri
pinggang kerja (low back pain

4) Faktor Fisik
Faktor fisik yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja meliputi :
Kebisingan,

getaran akibat mesin dapat menyebabkan


stress dan ketulian
Pencahayaan

yang kurang di ruang kamar pemeriksaan,


laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi
dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan
kerja.
Suhu

dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

Terimbas
Terkena

kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.

radiasi Khusus untuk radiasi, dengan


berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya
meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat
membahayakan petugas yang menangani.

Cara Pencegahan
Pengendalian
Pengaturan

cahaya di ruang laboratorium.

ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup

memadai.
Menurunkan
Pengaturan
Pelindung
Filter

getaran dengan bantalan anti vibrasi

jadwal kerja yang sesuai.

mata untuk sinar laser

untuk mikroskop

5) Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat
menyebabkan stress

Pelayanan kesehatan sering kali bersifat


emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium
kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan
kewibawaan dan keramahan-tamahan
Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat
monoton.
Hubungan kerja yang kurang serasi antara
pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.
Beban mental karena menjadi panutan bagi
mitra kerja di sektor formal ataupun informal

Peran Perawat dalam


HIPERKES
1.

Walk Through Survey

2.

Analisis

3.

Menetapkan prioritas masalah HIPERKES

4.

Promotif

5.

Preventif

6.

Kuratif

7.

Rehabilitatif

8.

Monitoring dan Evaluasi

Sekian
dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai