padahal saya aktif di film tahun 80-an. Tapi sekarang saya ingin terjun kembali ke film, untuk
memproduksi film-film pendidikan.
Apakah skenario film sama dengan skenario sinetron?
Saya mengamati beberapa skenario sinetron dan saya menyimpulkan bahwa skenario film dengan
sinetron tidak sama. Skenario film ditulis lebih rinci dan detail. Sedangkan skenario sinetron tidak
demikian, apalagi yang diproduksi dengan ritme kejar tayang.
Bagaimana memulai memulai menulis skenario?
Mulai saja dengan membuat outline-nya dengan patokan:
1. Lukiskan setttingnya (lokasi untuk pengambilan gambar)
2. Lukiskan tokoh si antagonis yang lazim disebut hero-nya
3. Lukiskan tokoh si protagonis yang lazim disebut biang-keroknya
4. Ringkas plot cerita dalam beberapa kalimat atau paling banyak 25 kata
5. Kemukakan masalah yang dihadapi antagonis karena ulah protagonist
6. Bagaimana perjuangan si antagonis untuk melawan protagonis atau berbagai kesulitannya?
7. Apa yang menjadi klimaks cerita?
8. Bagaimana akhir ceritanya?
9. Nilai-nilai apa saja yang kiranya dapat diambil atau dinikmati oleh penonton?
Bagaimana cara menjual skenario film?
Bila Anda punya skenario film bisa ditawarkan ke berbagai perusahaan film atau production house yang
mau menerima skenario dari orang luar. Karena, sekarang ini pada umumnya mereka punya penulis
orang dalam. Pengalaman saya, ketika aktif di film, belum pernah menawarkan skenario film yang saya
tulis. Karena saya menulis berdasarkan pesanan. Tapi, bagi Anda yang memulai menulis skenario, bukan
berarti sulit memasarkannya. Coba hubungi saja beberapa perusahaan film yang ada di Jakarta,
misalnya Rapi Film, INDIKA, MD Film, SINEMART, itu yang saya tahu.
Apakah Mbak Naning Pranoto mau memberi contoh penulisan skenario film?
Ya, Berikut ini contoh satu scene skenario film yang saya adaptasi dari sebuah skenario film pendek
yang pernah saya baca.
Judul: KAWIN SIRI
FADE IN
1. INT. AIRPORT BAR MALAM HARI
ANITA dan YULIA, dua perempuan menawan, usia dua puluhan, mereka ini duduk di sebuah bar di
sebuah Airport. BRAM, seorang lelaki tampan, usia tiga puluhan, berjalan, masuk ke dalam bar lalu
mengambil tempat duduk yang tidak jauh dari ANITA dan YULIA. Ruang bar saat itu cukup lengang,
diterangi lampu remang-remang. Musik lembut mengalun memenuhi ruangan bar.