Anda di halaman 1dari 2

Istilah literasi sains (scientific literacy) telah digunakan dalam literatur sej

ak empat dekade yang lalu. Namun pengertian-pengertian yang dikemukakan tersebut


tidak selalu sama. Holbrook & Rannikmae (2009) menggambarkan bahwa ada dua kelo
mpok utama orang yang memiliki pandangan tentang scientific literacy, yaitu kelo
mpok science literacy dan kelompok scientific literacy . Kelompok pertama science lite
racy memandang bahwa komponen utama literasi sains adalah pemahaman konten sains
yaitu konsep-konsep dasar sains. Pemahaman kelompok pertama inilah yang banyak d
ipahami oleh guru-guru sains saat ini baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Kelompok kedua, scientific literacy, memandang literasi sains searah dengan peng
embangan life skills (Rychen & Salganik, 2003), yaitu pandangan yang mengakui pe
rlunya keterampilan bernalar dalam konteks sosial dan menekankan bahwa literasi
sains diperuntukan bagi semua orang, bukan hanya kepada orang yang memilih karir
dalam bidang sains atau spesialis dalam bidang sains. Graber, dkk. (2001) menje
mbatani kedua kelompok ini dengan model literasi sains seperti Gambar 1. Model l
iterasi sains dalam gambar 1 menunjukkan bahwa literasi sains tersebut berbasis
kompetensi dan merupakan hasil interseksi (persinggungan) antara what do people k
now (terdiri dari kompetensi konten sains dan kompetensi epistemologis), what do p
eople value (terdiri dari kompetensi etika/moral), dan what can people do (terdiri
dari kompetensi belajar, kompetensi sosial, kompetensi prosedural, kompetensi be
rkomunikasi). Model scientific literacy ini menekankan perlunya keseimbangan ant
ar berbagai kompetensi dan membutuhkan keterampilan dalam pengambilan keputusan
socio-scientific (sosial-saintifik) (Holbrook & Rannikmae, 2007).
Holbrook & Rannikmae (2009) mengembangkan definisi baru tentang literasi sains y
ang akan menjadi target pendidikan sains. Mereka menyarankan perlunya apresiasi
tentang hakikat sains (NOS) dan relevansinya dengan sains yang sedang diperoleh,
sehingga mengembangkan literasi sains melalui pendidikan sains adalah mengemban
gkan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan sains secara kreat
if berlandaskan bukti-bukti cukup, khususnya yang relevan dengan karir dan kehid
upan sehari-hari dalam memecahkan permasalahan-permasalahan penting dan menantan
g diri sendiri dalam membuat keputusan sosial-saintifik secara bertanggung jawab
. Selain itu, dalam literasi sains diperlukan juga kemampuan mengembangkan keter
ampilan berinteraksi secara kolektif, pengembangan diri dengan pendekatan komuni
katif, dan perlunya menunjukkan penalaran yang dapat dimengerti dan persuasif da
lam membuat argumentasi tentang isu-isu sosio-saintifik.
PISA mendefinisikan literasi sains sebagai Scientific literacy is the capacity to
use science knowledge to identify questions and to draw evidence-based conclusi
ons in order to understand and help make decisions about the natural world and t
he changes made to it through human activity (Harlen, 2002). Istilah-istilah yang
didefinisikan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
?
Science knowledge atau pengetahuan sains adalah pemahaman tentang konsep-k
onsep sains yang esensial, keterbatasan pengetahuan sains dan hakekat sains (NOS
) sebagai aktivitas manusia.
?
Questions merujuk pada to identify questions adalah pertanyaan-pertanyaan ya
ng dapat dijawab oleh inkuiri ilmiah, menyiratkan pengetahuan sains dan juga asp
ek ilmiah dari topik tertentu.
?
Drawing evidence-based conclusions berarti mengetahui dan menerapkan prose
s dalam memilih dan mengevaluasi informasi/data dan mengakui juga bahwa seringka
li tidak ada informasi yang cukup dalam mengambil kesimpulan yang tepat sehingga
masih diperlukan adanya spekulasi, kehati-hatian dan kesadaran terhadap informa
si yang tersedia.
?
Understand and help make decisions menunjukkan (1) bahwa untuk memahami al
am semesta sebagai tujuan itu sendiri serta menjadinya diperlukan dalam pengambi
lan keputusan dan (2) bahwa pemahaman ilmiah dapat berkontribusi dalam pengambil
an keputusan. Keputusan praktis dirancang dalam situasi yang memiliki dimensi so
sial, politik atau ekonomi dan sains dipergunakan dalam konteks nilai-nilai kema
nusiaan berhubungan dengan ketiga dimensi itu. Jika ada nilai-nilai dalam dalam
sebuah situasi maka penggunaan bukti ilmiah yang mengundang kontroversi/pertenta
ngan, terlebih lagi jika nilai-nilai tersebut berbeda maka penggunaan bukti-bukt
i ilmiah akan lebih banyak menimbulkan kontroversi.
?
The natural world atau alam semesta mengacu pada tataran fisik, dunia yang

dibuat, sesuatu yang hidup dan hubungan-hubungan diantaranya. Keputusan mengena


i alam semesta mencakup keputusan yang ada kaitannya antara sains dengan diri se
ndiri dan keluarga, masyarakat dan isu-isu global.
?
Changes made through human activity mengacu pada adaptasi alam semesta yan
g terencana atau tidak terencana untuk tujuan manusia dengan teknologi sederhana
atau kompleks dan konsequensinya. (OECD, 1999: 60-1).
Menurut pengertian PISA, kita tidak bisa menggolongkan individu menjadi seseoran
g yang scientifically literate atau seseorang yang scientifically illiterate . Melain
kan, dengan istilah perkembangan literasi sains dari kurang berkembang (less devel
oped) menjadi lebih berkembang (more developed). Siswa dengan literasi yang kurang
berkembang mungkin dapat mengidentifikasi beberapa bukti yang relevan untuk men
gevaluasi suatu klaim atau mendukung suatu argumentasi atau mungkin juga dapat m
emberikan evaluasi/penilaian yang lebih sempurna pada situasi yang sederhana dan
akrab. Siswa yang lebih berkembang literasi sainsnya lebih mampu memberikan jaw
aban yang lebih sempurna atau dapat menggunakan pengetahuan dan mengevaluasi buk
ti-bukti sebuah klaim dalam situasi yang kompleks dan kurang akrab.

7f97A769

Anda mungkin juga menyukai