Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH EKSTRAK ETIL ASETAT DAN EKSTRAK ETANOL

BUAH SIRSAK TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT


PADA TIKUS Sprague-Dawley.
Affandi Kurniawan1, Moerfiah 2, Sri Wardatun1
1
Progran Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Pakuan.
2
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengrtahuan Alam,
Universitas Pakuan.
ABSTRAK
Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang kita
konsumsi dan merupakan hasil samping dari pemecahan sel dalam darah. Kadar
asam urat yang berlebih dapat menyebabkan hiperurisemia, buah sirsak secara
empiris digunakan untuk mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan aktivitas ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat buah sirsak (Annona
muricata Linn.) dalam menurunkan kadar asam urat, menentukan ekstrak yang
paling efektif dalam menurunkan kadar asam urat, dan menentukan dosis yang
efektif sebagai penurun kadar asam urat. Penelitian ini dilakukan dengan 2 tahap
yaitu tahap penginduksian menggunakan kalium oksonat 4,5 mg/200 g BB secara
intra peritoneal selama 10 hari kemudian tahap pengobatan menggunakan ekstrak
etil asetat dan ekstrak etanol buah sirsak. Hasil perlakuan setelah diberikan
ekstrak etil asetat, rata-rata kadar asam urat mengalami penurunan sebesar 22,73
% pada dosis 25,8 mg/200 g BB, 30,43 % pada dosis 51,6 mg/200 g BB, dan
60,68 % pada dosis 77,4 mg/200 g BB. Hasil perlakuan setelah diberikan ekstrak
etanol buah sirsak, rata-rata kadar asam urat mengalami penurunan sebesar 10,56
% pada dosis 267,9 mg/200 g BB, 36,55 % pada dosis 535 mg/200 g BB, dan
28,83 % pada dosis 803 mg/200 g BB. Dosis ekstrak kental etil asetat dosis III
paling efektif menurunkan kadar asam urat.
Kata kunci : Asam urat, ekstrak etil asetat buah sirsak, ekstrak etanol buah
sirsak, kalium oksonat.

PENDAHULUAN
Sebanyak
5.131.100
keanekaragaman hayati di dunia,
15,3% nya terdapat di Indonesia dan
sebagian besar berpotensi sebagai
obat. Salah satunya buah sirsak yang
secara empiris digunakan untuk
mengobati asam urat. Penyakit asam
urat adalah jenis artritis yang

menyakitkan yang disebabkan oleh


kristal yang menumpuk pada
persendian, akibat kadar asam urat
yang tinggi di dalam tubuh. Sendisendi yang diserang terutama adalah
jari-jari kaki, dengkul, tumit,
pergelangan tangan, jari tangan dan
siku (Anonim, 2007). Potensi buah
sirsak sebagai penurun kadar asam

urat
telah
dilakukan
oleh
Retnaningtyas
(2011)
dan
Arpiansyah
(2011)
dengan
menggunakan ekstrak etil asetat buah
sirsak dan ekstrak etanol buah sirsak.
Pada penelitian ini akan diuji
efektifitas buah sirsak dalam
menurunkan kadar asam urat dengan
2 macam ekstrak yaitu ekstrak etanol
dan ekstrak etil asetat buah sirsak.
Ekstrak diujikan terhadap kelompok
tikus Sprague-Dawley yang telah
diinduksi dengan kalium oksonat
agar kadar asam urat meningkat,
selanjutnya kadar asam urat tikus
akan diturunkan dengan buah sirsak.
BAHAN DAN METODE
BAHAN
Bahan-bahan
yang
digunakan
meliputi buah sirsak masak (Annona
muricata Linn.) diperoleh dari Pasar
Bogor, tikus putih galur SpragueDawley yang berumur 5-6 bulan
dengan jumlah 32 ekor betina dengan
bobot kurang lebih 200 g, etanol
96%, akuadestilata, etil asetat,
kalium oksonat, prouric, pereaksi
Dragendorff,
pereaksi
Mayer,
pereaksi Wagner, amonia encer,
kloroform, metanol, asam klorida
pekat,
NaCl
10%,
serbuk
Magnesium, gelatin 1%, Ferri klorida
3%, alkohol 70%, dan betadin.
METODE
Pengumpulan Sampel
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari buah sirsak
(Annona muricata Linn.) yang
diperoleh dari Pasar Bogor. Buah ini
dianggap tua jika duri-durinya sudah
saling berjauhan dan warna kulitnya
yang hijau kusam atau hijau
kekuning-kuningan.
Persiapan Sampel
Daging buah yang telah dipisahkan
dari bijinya, dibungkus dan diikat

dengan kantong plastik tahan panas,


setelah itu diblansir atau dikukus
selama 3 menit untuk menghentikan
proses
enzimatis,
setelah
itu
dibalikkan kantong plastiknya dan
diblansir kembali selama 3 menit.
Pembuatan Ekstrak Buah Sirsak
Sampel/daging buah sirsak yang
sudah diblansir selanjutnya dibuat
dalam dua jenis ekstrak yaitu ekstrak
etanol dan ekstrak etil asetat dengan
metode maserasi.
Prosedur pembuatan ekstrak buah
sirsak yaitu sebanyak 17,3 kg daging
buah sirsak yang telah diblansir
dicincang halus ditambahkan 10 L
pelarut lalu dimaserasi selama 2 hari
dalam botol kaca coklat. Setelah
dimaserasi selama 2 hari, maserat
diperas dengan kain batis. Filtrat
disimpan dalam botol kaca coklat
yang lain, sedangkan residunya
dimaserasi kembali dengan 10 L
pelarut selama 1 hari. Setelah selesai
dimaserasi, maserat disaring dengan
kain batis. Filtrat digabungkan, lalu
dienap tuangkan. Ekstrak lalu
dikentalkan menggunakan rotary
evaporator kemudian di vacum dry
tanpa menggunakan malto dekstrin.
Penetapan Kadar Abu Daging
Buah dan Ekstrak Buah Sirsak
Lebih kurang 1 gram sampai 2 gram
daging buah dan ekstrak kering buah
sirsak yang telah ditimbang saksama,
dimasukkan ke dalam krus platina
atau krus silikat yang telah
dipijarkan, ditara, dan diratakan.
Dipijarkan perlahan-lahan hingga
arang habis, didinginkan, lalu
ditimbang. Jika dengan cara ini arang
tidak dapat dihilangkan, ditambahkan
air panas, disaring melalui kertas
saring bebas abu. Sisa dan kertas
saring dipijarkan dalam krus yang
sama. Filtrat dimasukkan ke dalam

krus, diuapkan, dan dipijarkan


hingga bobot tetap, lau ditimbang.
Kadar abu dihitung terhadap bahan
yang telah dikeringkan di udara
(Depkes RI, 1995).
Penetapan Kadar Air Daging dan
Ekstrak Buah Sirsak
Penetapan kadar air dilakukan
dengan menggunakan alat Moisture
balance dengan cara diletakkan
sampel pada plat lempengan alat
sebanyak 1-2 g. Kemudian alat di set
pada suhu 1050C dan hasilnya
ditunggu hingga persentase kadar air
konstan.
Uji Fitokimia
Uji Fitokimia dilakukan terhadap
ekstrak etil asetat dan etanol buah
sirsak (Annona muricata Linn.),
yaitu :
a. Uji Flavonoid
Dilakukan dengan cara 0,5 g sampel
yang diperiksa dilarutkan dalam
metanol, kemudian ditambahkan
sedikit serbuk magnesium dan 1 ml
asam klorida pekat. Terbentuknya
warna jingga menunjukkan adanya
flavonoid (Rajendra et al, 2011).
b. Uji Alkaloid
Dilakukan dengan cara 0,5 g sampel
yang diperiksa diencerkan secara
terpisah dengan 10 mL alkohol yang
telah
diasamkan,
selanjutnya
dididihkan dan disaring. Sebanyak 5
ml filtrat ditambahkan 2 ml ammonia
encer, lalu dimasukkan ke dalam
corong pisah, kemudian ditambahkan
5 ml kloform dan dikocok perlahan.
Fase kloroform ditampung dan
dibagi ke dalam 3 tabung reaksi.
Tabung
pertama
ditambahkan
pereaksi Mayer, hasil positif
ditunjukkan dengan adanya endapan
putih.
Pada
tabung
kedua,
ditambahkan pereaksi Wagner, hasil
positif
ditunjukkan
dengan

terbentuknya endapan coklat. Tabung


ketiga
ditambahkan
pereaksi
Dragendorff,
hasil
positif
ditunjukkan dengan adanya endapan
merah bata (Rajendra et al, 2011).
c. Uji Tanin
Sebanyak 0,5 g ekstrak yang
diperiksa dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dilarutkan dengan
sedikit
aquadest
kemudian
dipanaskan di atas penangas air lalu
diteteskan dengan larutan gelatin 1%
dalam NaCl 10%. Hasil positif
ditandai
dengan
terbentuknya
endapan putih (Rajendra et al, 2011).
d. Uji Saponin
Dimasukkan 0,5 g ekstrak yang
diperiksa ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 5 ml air panas,
dinginkan dan kemudian dikocok
kuat-kuat selama 10 detik. Hasil
positif ditandai dengan terbentuknya
buih yang mantap selama tidak
kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm
sampai 10 cm. Buih yang terbentuk
ditambahkan dengan 3 tetes minyak
zaitun dan dikocok kuat, hasil positif
ditandai dengan pembentukan emulsi
(Rajendra et al, 2011).
e. Uji Polifenol
Sekitar 0,5 gram buah dan ekstrak
kental etil asetat dan etanol buah
sirsak ditambahkan dengan sedikit
akua destillata kemudian dipanaskan
diatas penangas air lalu diteteskan
dengan Ferri klorida (1:1). Hasil
positif yaitu timbul warna biru
kehitaman (Soebagio, dkk, 2007).
Uji Efektivitas buah sirsak
terhadap penurunan asam urat
Tahap induksi peningkatan kadar
asam urat dengan kalium oksonat:
Kadar
asam
urat
tinggi
(hiperurisemia) dibuat dengan cara
menginjeksikan secara intraperitonial
kalium oksonat dengan dosis 4,5

mg/200 g bb selama 10 hari setiap


hari.
Tahap perlakuan :
Prosedur yang dilakukan pada tahap
ini yaitu :
Sebanyak 32 ekor tikus betina dibagi
menjadi 8 kelompok secara acak
dimana setiap kelompok terdiri dari 4
ekor betina dengan pembagian
kelompok pada Tabel 1 :
Tabel 1. Uji Perlakuan
Uji
Ekstrak
etil
asetat
buah
sirsak
Ekstrak
etanol
buah
sirsak

Kontrol
positif
Kontrol
negatif

Kelompok
I (4 ekor
betina)
II (4 ekor
betina)
III (4 ekor
betina)
IV (4 ekor
betina)
V (4 ekor
betina)
VI (4 ekor
betina)
VII (4 ekor
betina)
VIII (4 ekor
betina)

Perlakuan
1,8 g/200 g BB
3,6 g/200 g BB
5,4 g/200 g BB
1,8 g/200 g BB
3,6 g/200 g BB
5,4 g/200 g BB
33,656 mg/200 g
BB prouric
1 ml akua destilata/
200 g BB

Sebelum
diinduksi
tikus
diaklimatisasi selama 1 minggu
kemudian tikus dicek kadar asam
urat normal. Tikus diinduksi dengan
kalium oksonat dengan dosis 4,5
mg/200g BB i.p. selama 10 hari lalu
dicek kadar asam urat. Jika kadar
asam urat sudah meningkat tikus
diberikan ekstrak etil asetat, etanol
buah sirsak, dan prouric selama 14
hari berturut-turut peroral pada pukul
09.00 WIB namun tetap diberikan
kalium oksonat 2 hari sekali
kemudian
setelah
1
minggu
perlakuan dicek kadar asam urat bila
sudah
menurun
dihentikan
pengobatannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengumpulan Bahan
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah buah sirsak
yang dibeli dari Pasar Bogor, buah

ini berasal dari wilayah Sukabumi.


Buah sirsak yang sudah matang
ditandai dengan duri yang jarang
pada permukaannya serta warna kulit
hijau, dan tidak kehitaman.
Hasil Pembuatan Ekstrak Buah
Sirsak
Daging buah sirsak yang digunakan
sebanyak 17,3 kg untuk masingmasing ekstrak etanol dan etil asetat.
Daging buah yang telah dipisahkan
dari bijinya, dibungkus dan diikat
dengan kantong plastik tahan panas,
setelah itu diblansir atau dikukus
selama 3 menit untuk menghentikan
proses enzimatis, setelah itu kantong
plastik dibalikkan dan diblansir
kembali selama 3 menit. Proses
pemblansiran dilakukan tidak terlalu
lama karena dikhawatirkan vitamin C
yang terkandung di dalam buah
sirsak akan hilang. Pemberian uap
panas pada daging buah dapat
menginaktivasi enzim polifenol
oksidase. Inaktivasi enzim polifenol
dengan cara pemberian uap panas
mampu mempenetrasi panas ke
dalam sitoplasma lebih efektif.
Dengan kondisi demikian diduga
enzim polifenol oksidase yang
berada pada bagian sitoplasma tidak
dapat bereaksi (inaktif).
Metode ekstraksi buah sirsak yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah metode maserasi. Maserasi
merupakan
proses
perendaman
sampel menggunakan pelarut organik
pada temperatur ruangan. Proses ini
sangat menguntungkan dalam isolasi
senyawa bahan alam karena dengan
perendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan
tekanan antara di dalam dan di luar

sel, sehingga metabolit sekunder


yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik dan
ekstraksi senyawa akan sempurna
karena dapat diatur lama perendaman
yang dilakukan.
Penggunaan etil asetat dan etanol
pada proses maserasi diharapkan
mampu menarik zat-zat yang
terdapat dalam buah sirsak yang
berperan dalam proses penurunan
asam urat darah. Diduga senyawa
tersebut adalah senyawa flavonoid
dan vitamin C. Menurut Harborne
(1987) senyawa flavonoid tanpa gula
terikat (aglikon) cenderung lebih
mudah larut dalam pelarut semi polar
sampai non polar seperti etil asetat,
sedangkan vitamin C lebih mudah
larut dalam air.
Hasil Penetapan Kadar Air Buah
dan Ekstrak sirsak
Penetapan kadar air dilakukan untuk
memberikan batasan minimal atau
rentang besarnya kandungan air
dalam suatu bahan dikarenakan air
merupakan media pertumbuhan yang
Tabel 2. Hasil Uji fitokimia
No
Identifikasi
Parameter
senyawa

1.

Flavonoid

Merah jingga

baik bagi bakteri dan jamur selain itu


penetapan kadar air dilakukan untuk
mengetahui dosis dalam keadaaan
kering.
Penetapan
kadar
air
dilakukan dengan menggunakan alat
Moisture Balance. Hasil penetapan
kadar air untuk daging buah sirsak
yang telah diblansir yaitu 42,275 %,
ekstrak etil asetat sebesar 11,52 %,
dan ekstrak etanol sebesar 3,77 %.
Penetapan Kadar Abu Daging
Buah sirsak
Penetapan kadar abu dilakukan
terhadap daging buah bertujuan
untuk
mengetahui
kandungan
senyawa anorganik yang terkandung
dalam bahan. Senyawa anorganik
adalah
unsur
mineral
yang
merupakan komposisi tanaman obat
serta bahan pangan selain air dan
bahan organik. Kadar abu rata-rata
dari daging buah sirsak didapatkan
sebesar 0,819%.
Hasil Uji Fitokimia
Hasil uji fitokimia dapat dilihat pada
Tabel 2.

Hasil

Daging
Buah

Ekstrak
etil asetat

Ekstrak
etanol

Merah jingga

Endapan
merah
Endapan
coklat
Endapan putih
Terbentuk
emulsi
Endapan putih
Hijau
kehitaman

+
+
+
+
+

+
+
+
+
+

+
+
+
+
+

Alkaloid
2.

Dragendorff

Endapan merah

Wagner

Endapan coklat

Mayer
3.

Saponin

4.

Tanin

Endapan putih
Terbentuk
emulsi
Endapan putih

5.

Polifenol

Hijau kehitaman

Efek peningkatan kadar asam urat


setelah induksi kalium oksonat

Tikus betina yang diujikan yaitu


tikus betina yang sudah berumur
kurang lebih 6 bulan karena
diharapkan tikus tersebut sudah
menopause
sehingga
mudah
terserang atau rentan terhadap
penyakit asam urat. Menurut
Masyitha (2006) pada wanita pasca
menopause kadar estrogen akan
mulai menurun dan secara fisiologis
terjadi penurunan fungsi ovarium.
Hormon estrogen yang terdapat pada
wanita dapat membantu pembuangan
asam urat lewat ginjal sehingga pria
lebih cenderung terserang penyakit
asam urat dibandingkan dengan
wanita. Selama perlakuan tikus tetap
diberikan kalium oksonat karena
dikhawatirkan asam urat menurun
bukan karena dari ekstrak namun
karena menurun sendiri akibat sistem
metabolisme tubuh yang masih
berfungsi
baik.Penginduksi
menggunakan kalium oksonat karena
berdasarkan hasil uji pendahuluan
Rahmi (2011), Arpiansyah (2011),
dan Retnaningtyas (2011) bahwa
kalium
oksonat
lebih
baik
meningkatkan kadar asam urat
dibandingkan dengan jus ati ayam.
Penginduksian dilakukan melalui
injeksi intraperitonial selama 10 hari
dengan dosis 4,5 mg/200 g BB
tikus/hari. Hal ini dilakukan untuk
mengkondisikan tikus agar menjadi
hiperurisemia sebelum dilakukan
perlakuan.
Hasil peningkatan kadar asam urat
pada tikus mengalami kenaikan yang
variatif dari kadar asam urat normal
sebelum penginduksian. Iqbal (2008)
mengemukakan bahwa pada kondisi
normal, kadar asam urat dalam darah
adalah 3-7 mg/100 ml pada pria dan
2,5-6 mg/100 ml pada wanita.
Hiperurisemia merupakan keadaan

dimana kadar asam urat lebih besar


dari 7 mg/100 ml darah terjadi
karena produksi asam urat yang
berlebih atau ekskresi asam urat yang
berkurang.Kalium oksonat ini cepat
mengalami bersihan atau cepat
diekskresikan, kadar asam urat
tertinggi dapat dicapai dalam waktu
2 jam setelah kalium oksonat
diberikan secara intraperitoneal pada
tikus kemudian menurun hingga
akhirnya mencapai keadaan normal
setelah 24 jam. Asam urat dalam
tubuh tikus akan diurai menjadi
allantoin.
Allantoin
merupakan
senyawa yang larut dalam air
sehingga
mudah
diekskresikan
melalui urin. Enzim urikase yang
dihambat oleh kalium oksonat akan
menyebabkan asam urat menumpuk
dalam tubuh dan tidak ikut
tereliminasi,
akibatnya
terjadi
hiperurisemia.
Hasil Uji Perlakuan
Tikus
yang
telah
mengalami
kenaikan
asam
urat
atau
hiperurisemia diobati dengan ekstrak
etil asetat buah sirsak serta ekstrak
etanol
buah
sirsak,
karena
berdasarkan pengalaman buah sirsak
dapat menurunkan kadar asam urat di
dalam darah. Kandungan vitamin
yang paling dominan pada buah
sirsak adalah vitamin C, yaitu sekitar
20 mg per 100 gram daging buah
(Fianti, 2010). Dosis pemeliharaan
sehari untuk vitamin C adalah 60 mg
(Depkes RI, 1979) berarti dengan
mengkonsumsi 300 gram daging
buah sirsak dapat memenuhi
kebutuhan vitamin C sehari. Manfaat
vitamin C dalam menurunkan resiko
asam urat adalah dengan cara
mengurangi kadar asam urat yang
terdapat dalam darah, sehingga
jumlah kristal urat yang terbentuk

akan berkurang. Vitamin C sendiri,


memiliki sifat urikosurik yang bisa
menghambat reabsorbsi asam urat
oleh ginjal, sehingga kecepatan kerja
ginjal mengeluarkan asam urat
melalui urinpun akan meningkat
(Anonim, 2012).
Selama perlakuan tikus tetap
diberikan kalium oksonat karena
dikhawatirkan asam urat menurun
bukan karena dari ekstrak namun
karena menurun sendiri akibat sistem
metabolisme tubuh yang masih
berfungsi baik. Dosis ekstrak etil
asetat yang paling baik dalam
menurunkan kadar asam urat yaitu
pada dosis ke-3 dengan dosis 77,4
mg/200 g BB yang setara dengan 300
g daging buah sirsak dan setara
dengan 60 mg vitamin C. Dosis
ekstrak etanol buah sirsak yang
paling baik dalam menurunkan kadar
asam urat pada dosis ke 2 yaitu 535
mg/200 g BB. Vitamin C atau
Acidum Ascorbicum mudah larut
dalam air dan agak sukar larut dalam
etanol 95 % (Depkes RI, 1979)
sehingga vitamin C yang diharapkan
terekstraksi sempurna oleh etanol
tidak terekstraksi sempurna. Hasil uji
aktivitas antioksidan menunjukkan
aktivitas ekstrak etanol 96% dan etil
asetat termasuk kurang aktif (Rusli,
2013). Nilai IC50 ekstrak etil asetat
lebih rendah dibandingkan ekstrak
etanol 96% sehingga ekstrak etil
asetat
mempunyai
aktivitas
antioksidan
yang
lebih
baik
dibandingkan ekstrak etanol 96%
(Rusli, 2013). Hasil penetapan kadar
vitamin C ekstrak etil asetat lebih
tinggi dibandingkan ekstrak etanol
96 % yaitu untuk etil asetat 36,94
mg/100 g ekstrak sedangkan ekstrak
etanol 96% yaitu 31,81 mg/100 g
ekstrak (Rusli, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian didapat


bahwa penurunan rata-rata kadar
asam urat yang tinggi ditunjukkan
pada kelompok kontrol positif
dengan persentase penurunan kadar
rata-rata sebesar 64,30 % kemudian
pada kelompok dosis tiga 77,4
mg/200 g BB ekstrak etil asetat buah
sirsak dengan persentase penurunan
kadar rata-rata 60,68 % dan
kelompok dosis dua 535 mg/200 g
BB ekstrak etanol buah sirsak
dengan persentase penurunan kadar
rata-rata 36,52 %.Grafik persentase
penurunan rata-rata kadar asam urat
darah tikus (mg/dl) pada tiap
kelompok perlakuan dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik persentase


penurunan rata-rata
kadar asam urat
darah tikus (mg/dl)
pada tiap kelompok
perlakuan
Keterangan :
1. Persentase penurunan asam urat
ekstrak etil asetat dosis I
2. Persentase penurunan asam urat
ekstrak etil asetat dosis II
3. Persentase penurunan asam urat
ekstrak etil asetat dosis III
4. Persentase penurunan asam urat
ekstrak etanol dosis I
5. Persentase penurunan asam urat
ekstrak etanol dosis II

6.
7.

Persentase penurunan asam urat


ekstrak etanol dosis III
Persentase penurunan asam urat
kontrol positif

8.

Persentase penurunan asam urat


kontrol negatif

Hasil persentase potensi antara


kedelapan perlakuan dengan kontrol
positif disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan persentase potensi antara kedelapan perlakuan


dengan kontrol positif

Total
persentase
penurunan
Nilai
persentase
potensi

Ekstrak
etil
asetat
buah
sirsak
dosis I

Ekstrak
etil
asetat
buah
sirsak
dosis II

22,73%
35,35%

Ekstrak
etanol
buah
sirsak
dosis I

Perlakuan
Ekstrak Ekstrak
etanol
etanol
buah
buah
sirsak
sirsak
dosis II
dosis
III

30,43%

Ekstrak
etil
asetat
buah
sirsak
dosis
III
60,68%

10,56%

36,52%

47,32%

94,37%

16,42%

56,8%

Kontrol
negatif

Kontrol
positif

Kontrol
positif

28,83%

26,86%

64,3%

64,3%

44,83%

41,77%

100%

Histogram perbandingan persentase


potensi penurunan kadar asam urat

dari kedelapan perlakuan


dilihat pada Gambar 2.

dapat

Gambar 2. Histogram persentase


potensi penurunan
kadar asam urat dari
kedelapan perlakuan
Keterangan :
1. Persentase potensi ekstrak etil
asetat dosis I terhadap kontrol
positif
2. Persentase potensi ekstrak etil
asetat dosis II terhadap kontrol
positif
3. Persentase potensi ekstrak etil
asetat dosis III terhadap kontrol
positif
4. Persentase potensi ekstrak etanol
dosis I terhadap kontrol positif
5. Persentase potensi ekstrak etanol
dosis II terhadap kontrol positif
6. Persentase potensi ekstrak etanol
dosis III terhadap kontrol positif
7. Persentase
potensi
kontrol
negatif terhadap kontrol positif
8. Persentase
potensi
kontrol
positif terhadap kontrol positif
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai pengaruh berbagai ekstrak
buah sirsak (Annona muricata Linn)
sebagai penurun kadar asam urat
tikus
Sprague-Dawley
dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat

dan ekstrak etanol buah sirsak


terbukti dapat menurunkan kadar
asam urat berlebih (hiperurisemia)
pada tikus Sprague-Dawley betina,
dosis ekstrak etil asetat buah sirsak
yang paling efektif sebagai penurun
kadar asam urat adalah 77,4 mg/200
g BB, dan dosis ekstrak etanol buah
sirsak yang paling efektif sebagai
penurun kadar asam urat adalah 535
mg/200 g BB.
Saran
Berdasarkan penelitian ini, maka
disarankan bahwa sebaiknya masingmasing
tikus
Sprague-Dawley
ditempatkan dalam kandang yang
berbeda agar makanannya terkontrol,
perlu dilakukan uji lebih lanjut
mengenai efek samping dari ekstrak
etil asetat dan etanol buah sirsak
serta uji toksisitasnya, perlu dibuat
sediaan farmasi untuk ekstrak buah
sirsak terhadap penurunan kadar
asam urat, dan perlu dibuat
kombinasi antara dosis ekstrak etil
asetat dan ekstrak etanol buah sirsak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pantangan dan
Anjuran bagi Penderita Asam
Urat.
http://majalahkesehatan.com/pa
ntangan-dan-anjuran-bagipenderita-asam-urat/. Diakses
tanggal 8 Oktober 2012 pukul
19.22 WIB.
Anonim. 2012.
http://www.manjur.net/06/12/2
012/manfaat-vitamin-ckurangi-resiko-asam-urat.
Diakses tanggal 27 April pukul
13.25 WIB.
Arpiansyah. 2011. Pengaruh Ekstrak
Etanol Buah Sirsak (Annona
muricata Linn.) Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat
Pada Tikus Sprague-Dawley

Jantan. Bogor : Program Studi


Farmasi F-MIPA UNPAK.
DepKes RI. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Jakarta
Dep Kes RI. 1995. Materia Medika
Jilid VI. Jakarta : Direktorat
Jendral Pengawas Obat dan
Makanan.
Fianti, S. 2010. Khasiat Buah Sirsak.
http://atikofianti.wordpress.co
m/2010/05/09/khasiat-buahsirsak/. Diakses tanggal 10
Oktober 2012 pukul 20.05
WIB.
Harborne, J. B. 1987. Metode
Fitokimia: Penuntun dan Cara
Modern
Menganalisa
Tumbuhan,
Diterjemahkan:
Padmawinata, K., dan Soediro,
I., edisi III. Institut Teknologi
Bandung Bandung.
Iqbal, M. 2008. Jurnal FMIPA
Universitas Indonesia. Depok :
Fakultas MIPA Universitas
Indonesia.
Masyitha,
D. 2006.
Struktur
Mikroskopik
Tulang
Mandibula
Pada
Tikus
Orarektomi dan Pemberian
Pakan Rasio Fosfat/Kalsium
tinggi. Banda Aceh : Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas
Syiah Kuala.

Rahmi, I. 2011. Pengaruh Sari Buah


Sirsak (Annona muricata Linn)
Sebagai Penurun Kadar Asam
Urat Tikus Sprague-Dawley.

Bogor : Program Studi Farmasi


F-MIPA UNPAK.
Rajendra
CE
et
al.
2011.
Phytochemical Screening of
The Rhizome of Kaempferia
galanga. International Journal
of
Pharmacognosy
dan
Phytochemical Research. 3(3):
61-63.
Retnaningtyas, S. 2011. Efek Ekstrak
Etil Asetat Buah Sirsak (Annona
muricata
L.)
Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat
Darah Tikus Sprague-Dawley
Yang Diinduksi Kalium Oksonat.
Bogor : Program Studi Farmasi
F-MIPA UNPAK.
Rusly, Z. 2013. Potensi Antioksidan
Berbagai Ekstrak Buah sirsak
(Annona
muricata
Linn.).
Bogor : Program Studi Farmasi
F-MIPA UNPAK.
Soebagio B., R. Taofik, dan
Khairudin. 2007. Pembuatan
Gel Dengan Aquapec HV-505
dari Ekstrak Umbi Bawang
Merah (Allium cepa, L.) Sebagai
Antioksidan.
Bandung
:
Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai