KONSEP DASAR
A. Pengertian
Sinusitis adalah peradangan pada sinus paranasal (Smeltzer, 2001). Sedangkan
menurut (Long, 1996). Sinusitis adalah peradangan pada membrane mukosa sinus.
Sinusitis juga diambil dari website (Massie, 2000) adalah peradangan selaput lendir
rongga sinus disekitar hidung (paranasal).
Hidung
Gambar 2.1
Anatomi wajah
(Massie, 2000)
Menurut (Pracy, 1991, hal. 81),sinus paranasal terdapat 4 pasang yaitu : sinus
maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus
etmoidalis sinus yang berada antara mata dan rongga hidung, sinus stenoid berada
pada dasar tengkorak.
Fungsinya : sebagai pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu
resonansi suara, peredam perubahan tekanan udara, membantu menghasilkan
lendir untuk membersihkan rongga hidung.
2
Tekak = faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dengan jalan makanan.
Rongga hidung dibagi menjadi 3 bagian :
a. Bagian sebelah atas yang yang sama tingginya dengan yang disebut
nasofaring.
b. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring
Batang tenggorok
Merupakan lanjutan dari faring yang dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf
C). sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, hanya bergerak kearah keluar. Sel-sel bersilia itu sampai berguna untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara
pernafasan. (Monica, Ester, 1997)
C. Etiologi
Menurut (Cody, 1996, hal. 230), penyakit sinusitis disebabkan oleh :
1
D. Patofisiologi
Polusi bahan kimia, alergi dan defisiensi imunologik menyebabkan silia rusak,
sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan ini mempermudah terjadinya
infeksi. Terdapat edema konka yang menganggu drainase secret, sehingga silia rusak.
Jika silia sudah rusak merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri,
misalnya streptococcus pneumonia, haemophilus influenza dan strapilococus aureos
(Mansjoer, 1999).
Jika sudah terjadi peradangan maka sinusitis dilakukan tindakan operasi
fungsional endoscopy sinus surgery dan cadwell-luc dengan jaringan yang diangkat
yaitu polipnasi dan konka dan menyebabkan perdarahan pada rongga hidung sehingga
diharuskan di pasang tampon dan secara tidak langsung hidung menjadi buntu dan
sesak untuk bernafas (long, 1997).
E. Manifestasi klinik
Menurut (Cody, 1996, hal. 231), gejala-gejala yang timbul dari sinusitis adalah :
1
Nyeri
a. Pipi biasanya unilateral
b. Kepala biasanya homolateral, terutama pada sore hari
c. Gigi (geraham atas) homolateral
Hidung
a. Buntu
b. Suara bindeng
F. Komplikasi
Menurut (Mansjoer, 1999, hal. 40)
1. Osteomilitis dari abses suporiostal paling sering pada sinusitis frontal dan sering
pada anak-anak
2. Kelainan orbita terjadi karena sinusitis parental yang berdekatan dengan orbita
yang paling sering sinusitis etmoid, penyebaran melalui trombo flebitis atau
perkontinu 1 tahun, kelainan yang dapat timbul adalah edema palpebra, sekulitis
orbita, abses orbita dan trombosis sinus kavernosus
G. Penatalaksanaan
Menurut (Long, 1997, hal. 396)
1. Drainase
a. Medical
Dekongestan local : efedrin 1 % (dewasa) % (anak)
Dekongestan oral : psedo efedrin 3 x 60 mg
b. Surgical : irigasi sinus maksilaris
2. Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untuk akut) yaitu
a. Ampisilin 4 x 500 mg
b. Amoksilin 3 x 500 mg
c. Surfametaksol : TMP (800/60) 2 x 1 tablet, diksisiklin 100 mg / hari
3. Simptomatik
Parasetamo, metampiron 3 x 500 mg
H. Pengkajian Fokus
Menurut (Long, 1997, hal. 395)
1. Keluhan utama : febris > 370C, pilek kental berbau, bisa bercampur darah, nyeri
pada pipi, kepala dan gigi, hidung buntu, suara bindeng, endemis periorbita
mengurangi
flu
biasanya
klien
mengkonsumsi
obat
tanpa
Data obyektif
1. Demam, drainage ada : serous, mukopurulen, purulen
2. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang
mengalami radang pucat, oedema keluar dari hidung atau mukosa sinus
3. Kemerahan dan oedema membrane mukosa
4. Pemeriksaan penunjang
Kultur organisme hidung dan tenggorokan, pemeriksaan rongent sinus
Rinoskopi anterior (mukosa merah, mukosa bengkak, mukopus di meatus
medius), rinoskopi posterior (mukopus nasofaring), nyeri tekan pipi yang sakit,
ransiluminasi : kesuraman pada sisi yang sakit, X Foto sinus paranasalis.
I. Pathway
Polusi bahan kimia, Alergi, Defisiensi, Imunologik
Silia rusak
Terjadinya infeksi
Pe
suhu tubuh
Hipertermi
Edema konka
Tidak efektifnya
jalan nafas
Cemas
Gg rasa
nyaman nyeri
Kurang
pengetahuan
Tindakan operasi
Post op fess dan CWL
Perdarahan pada
rongga hidung
Peradangan
Terpasang tampon
Gg rasa
nyaman nyeri
Hidung buntu
Sesak nafas
Pola nafas
tidak efektif
Gg pola
istirahat tidur
J. Diagnosa Keperawatan
1. Menurut (Doengoes, 1999), nyeri : kepala, tenggorokan, berhubungan dengan
peradangan pada hidung.
2. Menurut (Doengoes, 1999), cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi sinus / operasi).
3. Menurut (Doengoes, 1999), bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan lendir pada hidung
4. Menurut (Doengoes, 1997), gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung
buntu.
K. Intervensi
1. Diagnosa 1
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang. Kriteria hasil: Klien mengungkapkan
nyei yang dirasakan berkurang atau hilang, klien tidak menyeringai kesakitan.
Intervensi : Kaji tingkat nyeri klien, jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien
serta keluarga, ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi, observasi tanda-tanda vital
dan keluhan pasien, kolaborasi dengan tim medis.
2. Diagnosa II
Tujuan : cemas klien berkurang / hilang. Kriteria : Klien akan mengambarkan
tingkat kecemasan, klien mengethui dan mengerti tentang penyakit yang
dideritanya serta pengobatannya. Intervensi : kaji tingkat kecemasan klien,
berikan kenyamanan pada klien (temani klien), berikan penjelasan pada klien
tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang serta gunakan kalimat yang