Preventif Nosokomial
Preventif Nosokomial
PENDAHULUAN
Selain untuk mencari kesembuhan, rumah sakit juga merupakan depot bagi
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang
1
berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan
rumah sakit seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non
medis. Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian, antara
lainnya adalah lama hari perawatan bertambah panjang, penderitaan bertambah dan
biaya meningkat.
Infeksi nosokomial atau disebut juga Healthcare Associated Infections (HCAI)
adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pasien di rawat di rumah
sakit (WHO, 2004). Sumber lain mendefinisikan infeksi nosokomial merupakan
infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setelah dirawat
2x24 jam. Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan tidak dalam
masa inkubasi. Infeksi nosokomial bukan merupakan dampak dari infeksi penyakit
yang telah dideritanya. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien
merupakan kelompok yang paling berisiko terjadinya infeksi nosokomial, karena
infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke pengunjung
atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien.
Data WHO tahun 2002 menyebutkan terjadinya infeksi nosokomial di seluruh
dunia sebesar 8,7 persen atau sejumlah 1,4 juta jiwa pasien mendapat infeksi
nosokomial ketika dirawat di Rumah Sakit. Prevalensi infeksi nosokomial
diIndonesia yang tertinggi adalah di Rumah Sakit Pendidikan yaitu 9,8% . Studi
tersebut juga menunjukkan bahwa angka kejadian infeksi nosokomial adalah pada
pelayanan bedah sebanyak 11,2%. Pada penelitian lain di RS Hasan Sadikin
Bandung, didapatkan insidensi infeksi nosokomial 17,24% sedangkan di RSUD dr.
Sutomo adalah sebesar 9,85%. jumlah tersebut kurang lebih 10% adalah dari infeksi
2
komunitas, yang sudah ada pada saat pasien masuk rumah sakit, serta 10% lagi adalah
infeksi nosokomial. Lokasi dan presentasi infeksi yaitu : (1) saluran kemih (30%), (2)
luka operasi (20%), (3) saluran pernafasan (20%), (4) luka lain (30%).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh atau dialami oleh
pasien selama dia dirawat di rumah sakit dan menunjukkan gejala infeksi baru setelah
72 jam pasien berada di rumah sakit serta infeksi itu tidak ditemukan atau diderita
pada saat pasien masuk ke rumah sakit.
Kriteria infeksi nosokomial menurut Depkes 2003 adalah :
1.
2.
infeksi tersebut.
Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24
3.
4.
5.
2.2.
FAKTOR
FAKTOR
YANG
BERPERAN
TERHADAP
INFEKSI
NOSOKOMIAL:
Secara umum faktor yang mempengaruhi terjadinya nosokomial terdiri dari atas
2 bagian besar, yaitu :
1. Faktor Endogen ( umur, seks, penyakit penyerta, daya tahan tubuh, dan
kondisi kondisi lokal )
2. Faktor Eksogen ( lama penderita dirawat, kelompok yang merawat, alat
medis, serat lingkungan )
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses infeksi menurut Darmadi (2008)
adalah: petugas kesehatan, peralatan medis, lingkungan, makanan dan minuman,
penderita lain, pengunjung atau keluarga.
1) Petugas kesehatan
Petugas kesehatan khususnya perawat dapat menjadi sumber utama tertapar
infeksi yang dapat menularkan berbagai kuman ke pasien maupun tempat lain karena
perawat rata-rata setiap harinya 7-8 jam melakukan kontak langsung dengan pasien.
Salah satu upaya dalam pencegahan infeksi nosokomial yang paling penting adalah
perilaku cuci tangan karena tangan merupakan sumber penularan utama yang paling
efisien untuk penularan infeksi nosokomial. Perilaku mencuci tangan perawat yang
kurang adekuat akan memindahkan organisme organisme bakteri pathogen secara
langsung kepada hopes yang menyebabkan infeksi nosokomial di semua jenis
lingkungan pasien.
2) Lingkungan
Lingkungan rumah sakit yang tidak bersih juga bias menyebabkan infeksi
nosokomial sebab mikroorganisme penyebab infeksi bias tumbuh dan berkembang
pada lingkungan yang tidak bersih.
3) Peralatan medis
Peralatan medis yang dimaksud adalah alat yang digunakan melakukan
tindakan keperawatan, misalnya jarum, kateter, kassa, instrument, dan sebagainya.
Bila peralatan medis tidak dikelola kebersihan dan kesterilannya maka akan
menyebabkan infeksi nosokomial.
4) Makanan atau minuman
5) Penderita lain
Keberadaan penderita lain dalam satu kamar atau ruangan atau bangsal
perawatan dapat merupakan sumber penularan.
6) Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam
lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya, yang dapat ditularkan dari dalam rumah
sakit ke luar rumah sakit. Hidangan yang disajikan setiap saat kepada penderita
apakah sudah sesuai dengan standart kebersihan bahan yang layak untuk dikonsumsi
bila tidak bersih itu juga akan menyebabkan infeksi terutama pada saluran pencernaan
yang sedang mengalami iritasi.
Cara penularan infeksi nosokomial bisa berupa infeksi silang (Cross
infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di
rumah sakit secara langsung atau tidak langsung. Infeksi sendiri (Self infection, Auto
infection) yaitu disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah
6
tempat dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Infeksi lingkungan (Environmental
infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang
tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit. Misalnya lingkungan yang
lembab dan lain-lain (Depkes RI, 1995).
Menurut Jemes H,Hughes dkk, yang dikutip oleh Misnadiarli 1994, tentang
model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung
antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga pasien. Seterusnya, kontak
tidak langsung ketika objek tidak bersemangat/kondisi lemah dalam lingkungan
menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan, sebagai contoh perawatan
luka paska operasi. Selain itu, penularan cara droplet infection dimana kuman dapat
mencapai ke udara (air borne) dan penularan melalui vektor yaitu penularan melalui
hewan/serangga yang membawa kuman.
2.3 RUTE PENULARAN
A. Agen infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di
rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini
tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi
tergantung pada karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat
antibiotika, tingkat virulensi, dan banyaknya materi infeksius.
Mikroba penyebab infeksi nosokomial dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1.
Staphylococcus aureus
7
2. Streptococcus
3. Pneumococcus
4. Infeksi Kuman Gram Negatif
5. Neisseria Gonorrhoeae
6.
7. Infeksi Jamur
B. Agen Reservoir
C. Reservoir adalah tempat patogen mampu hidup atau tidak dapat berkembang
biak. Pseudomonas bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoir
nebulizer yang digunakan dalam perawatan pasien dengan gangguan
pernapasan. Reservoir yang paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai
organisme hidup dan berkembang biak pada kulit, rongga tubuh, cairan dan
keluaran. Adanya mikroorganisme tidak selalu membuat seseorang menjadi
sakit. Carier (penular) adalah manusia atau binatang yang tidak menunjukkan
gejala penyakit tetapi ada pathogen dalam tubuh meeka yang dapat ditularkan
ke orang lain. Misalnya sesorang dapat menjadi carier virus hepatitis B tanpa
ada tanda dan gejala infeksi. Binatang, makanan, air, insekta dan benda mati
dapat menjadi reservoir bagi mikroorganisme yang infeksius. Untuk
berkembang dengan cepat mikroorganisme infeksius memerlukan lingkungan
yang sesuai termasuk makanan, oksigen, air dan suhu yang tepat, PH dan
cahaya.
D. Portal masuk (Port of entri)
dan kateterisasi. nfeksi ini hanya mewakili sekitar 5 % dari total infeksi
nosokomial, tetapidengan resiko kematian yang sangat tinggi, terutama
disebabkan oleh bakteri yangresistan antibiotika seperti Staphylococcus dan
Candida. Infeksi dapat muncul di tempatmasuknya alat-alat seperti jarum
suntik, kateter urin dan infus.
b.) Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih terjadi setelah dilakukan kateterisasi buli buli dan
tindakan invasive pada sistem reproduksi. Organisme yang bisa menginfeksi
biasanya E.Coli, Klebsiella, Proteus,Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi
yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen,
sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yanglama biasanya
karena mikroorganisme eksogen.Sangat sulit untuk dapat mencegah
penyebaran
mikroorganisme
sepanjang
uretrayang
melekat
dengan
10
Infeksi yang terjadi selama berada d ruang rawat inap dengan gejala- gejala
mencret dengan atau tanpa muntah,nyeri perut, demam. Mikroorganisme
tersering berasal dari E.coli, Salmonella, Vibrio Cholerae danClostridium.
Selain itu, dari gologan virus lebih banyak disebabkan oleh golongan
enterovirus, adenovirus, rotavirus. Bedakan antara diarrhea dangan
gastroenteritis. Faktor resiko dari gastroenteritis nosokomial dapat dibagi
menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi
abnormalitas dari pertahanan mukosa, sepertia chlorhydria, lemahnya
motilitas intestinal, dan perubahan pada flora normal. Sedangkan faktor
ekstrinsik meliputi tindakan medis yang diberikan seperti pemasangan
nasogastrictube dan obat-obatan saluran cerna.
e.) Infeksi saluran napas bawah
Infeksi ini ter jadi setelah 3 x 24 jam dengan gejala dema 38,50C, lekositosis,
batuk dengan dahak dan terdengar suara ronki basah
f.) Infeksi pembuluh darah
g.) infeksi ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan infus, kateter jantung
dan suntikan. Virus yang dapat menular dari cara ini adalah virus hepatitis
B, virus hepatitisC, dan HIV. Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori
utama: Infeksi pembuluh darah primer, muncul tanpa adanya tanda
infeksi sebelumnya, dan berbeda dengan organisme yang ditemukan
dibagian tubuhnya yang lain Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat
dari infeksi dari organisme yang sama dari sisi tubuh yang lain. Infeksi
hepatitis akut timbul setelah 2 minggu di RS atau 6 bulan setelah keluar
11
dari rs. Dengan tanda tanda klinis yang khas yaitu kenaikan
SGOT,SGPT, Bilirubin.
h.) Infeksi lain
-
Tulang dan Sendi Osteomielitis, infeksi tulang atau sendi dan discus
vertebralis.
Infeksi sistem saraf pusat Meningitis atau ventrikulitis, absess spinal dan
infeksi intra cranial
Mencuci tangan
Mencuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis
dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen dkk, 2004).
13
Prinsip hand wash dengan sabun dan hand rub menggunakan alkohol, yaitu:
1. Basahi kedua telapak anda dengan air mengalir, lalu beri sabun
ke telapak usap dan gosok dengan lembut pada kedua telapak tangan.
Gambar 2.1
Langkah Pertama Cuci Tangan
14
Gambar 2.2
Langkah KeduaCuci Tangan
Gambar 2.3
Langkah Ketiga Cuci Tangan
Gambar 2.4
Langkah Keempat Cuci Tangan
15
Gambar 2.5
Langkah Kelima Cuci Tangan
Gambar 2.6
Langkah Keenam Cuci Tangan
16
. Gambar 2.7
Langkah Ketujuh Cuci Tangan
masker,
pelindung
mata
dan
gaun
ketika
17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Infeksi nosokomial adalah Infeksi yang muncul selama pasien dirawat di
rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama pasien itu dirawat
atau setelah selesai
Cara penularan infeksi nosokomial bisa berupa infeksi silang (Cross infection)
yaitu disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di
rumah sakit secara langsung atau tidak langsung. Infeksi sendiri (Self
19
infection, Auto infection) yaitu disebabkan oleh kuman dari penderita itu
sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Infeksi
lingkungan (Environmental infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang
berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan
rumah sakit. Misalnya lingkungan yang lembab dan lain-lain
Mikroorganisme penyebaba infeksi nosokomial meliputi (E. Coli, S.aureus,
P.aeroginosa, enterococcus sp, Candida spp, Klebsiella spp, Enterobacter
spp, C.difficile)
Upaya yang dapat dilakukan dokter muda dalam mencegah infeksi
nosokomial adalah menerapkan universal precaution dalam semua tindakan,
imunisasi guna meningkatkan kekebalan tubuh, alat perlindungan diri dalam
bekerja, profesionalisme dalam bekerja,menerapkan tindakan septik dan
aseptik, sterilisasi dan disinfektan dengan benar serta managemen setelah
terpapar sumber infeksi.
2.7 Saran
1. Penting dan perlunya memperluas wawasan, mempelajari, dan memahami
pengetahuan tentang infeksi nosokomial sebelum mulai bertugas di rumah
sakit.
2. Penting dan perlunya pelatihan tindakan
20
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2005, Manajemen Hyperkes dan Keselamatan Kerja,
PMPK, Volume 08 / no 02.
ECDC (European Centre for disease and Control),2013,
http://www.ecdc.europa.eu/en/activities/surveillance/HAI/Documents/2008_HAI_
%20special_chapter.pdf, diakses tanggal 22 Januari 2014.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta;2006
Wahyudi, Hari, 2006, Infeksi Nosokomial, http://www.ossmed.com/ diakses tanggal
23 Maret 2012
21
22