Anda di halaman 1dari 19

Kimia Organik Lanjut

Materi Kimia Organik Lanjut

Disusun Oleh :
Anike Merliza
(06111410006)
Dosen Pengasuh :
Drs. Andi Suharman, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013

1.

Substitusi Nukleofilik dan Elektrofilik


Senyawa Alifatik
Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik
Reaksi yang berlangsung karena penggantian satu atau lebih atom atau gugus dari
suatu senyawa oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi. Bila reaksi substitusi
melibatkan nukleofil, maka reaksi disebut substitusi nukleofilik(S N), dimana S menyatakan
substitusi dan N menyatakan nukleofilik.
Spesies yang bertindak sebagai penyerang adalah nukleofil (basa Lewis), yaitu
spesies yang dapat memberikan pasangan elektron ke atom lain untuk membentuk ikatan
kovalen. Perubahan yang terjadi pada reaksi ini pada dasarnya adalah: suatu nukleofil
dengan membawa pasangan elektronnya menyerang substrat (molekul yang menyediakan
karbon untuk pembentukan ikatan baru), membentuk ikatan baru dan salah satu substituen
pada atom karbon lepas bersama berpasangan elektronnya.
Jika nukleofil penyerang dinyatakan dengan lambang Y: atau Y dan substratnya RX; maka persaman reaksi substitusi nukleofilik dapat dituliskan secara sederhana sebagai
berikut:
RX
Substrat

+ Ynukleofil

RY
hasil substitusi

Xgugus pergi

Gugus pergi adalah substituen yang lepas dari substrat, yang berarti atom atau
gugus apa saja yang digeser dari ikatannya dengan atom karbon. Substrat bisa bermuatan
netral atau positif, sedangkan nukleofil bermuatan netral atau negatif. Pada umumnya
nukleofil adalah ion yang bermuatan negatif (anion), tetapi beberapa molekul netral dapat
pula bertindak sebagai nukleofil, contoh: H2O, CH3OH, dan CH3NH2. Hal ini disebabkan
karena molekul-molekul netral tersebut, memiliki pasangan elektron menyendiri yang
dapat digunakan untuk membentuk ikatan sigma dengan atom C substrat. Dalam reaksi
substitusi nukleofilik bila nukleofilnya H2O atau -OH disebut reaksi hidrolisis, sedangkan

bila nukleofil penyerangnya berupa pelarut disebut reaksi solvolisis. Dengan demikian
maka reaksi substitusi nukleofilik dapat dituliskan dalam 4 macam persamaan reaksi, yaitu
:
Nu:

+ RL

Nu R

+ L:

Nu:

+ RL

Nu+ R

+ L:

Nu:

+ R L+

Nu R

+ L:

Nu:

+ R L+

Nu+ R

+ L:

Keterangan :
Nu

: atau Nu: adalah nukleofil

: atau L:

adalah gugus pergi

Ion atau molekul yang merupakan basa yang sangat lemah, seperti I, Cl,
Brmerupakan gugus pergi yang baik, karena mudah dilepaskan ikatannya dari atom C
substrat. Sedangkan nukleofil yang baik adalah nukleofil yang berupa basa kuat.
Contoh-contoh Reaksi Substitusi Nukleofilik Senyawa Alifatik
1.

Reaksi subtitusi nukleofil dengan tipe : Nu:


Contoh:
CH3 CH2 CH2CH2 I + CN-

CH3CH2 CH2CH2 CN

CH3CH2 CH3 CH2 C CH3

CH3

CH 3

CH3 CH2 Br + CH3C-O-

CH3CH2 O C CH3

CH3

CH3 CH Br + OH-

I-

CH3 CH2 CH2CH2 Br + CH3C- O-

NuR + L -

+ RL

CH3

CH 3CH CH3

Br-

Br-

Br-

2.

Cl

OH

Reaksi subtitusi nukleofilik dengan tipe:


CH3 N CH3 + CH3 S+ CH3

CH3- N+ CH3 +

CH3
3.

Nu: + RL+

CH3

CH3

Reaksi subtitusi nukleofilik dengan tipe:


L:
Contoh:
CH3 O+ CH3 + Br

CH3 Br

R+ - Nu + L
CH3 S+ CH3

\
CH3

Nu: -

+ R+L

NuR +

CH3 O CH3

CH3

CH3

C6H5CHN+CH3 + CH3CO

CH3 CH3

CH3 CH2 O-

C6H5-CHOCCH3 + :N CH3

CH3 S+ CH3 +

CH 3

CH 3

CH3

CH3 CH2 O CH3

CH3 S CH3

CH3

CH3 S+ CH3 +

OH-

CH3 OH

+ CH3 S CH3

CH3

4.

Reaksi subtitusi nukleofilik dengan tipe: Nu: + RL

NU+ - R + L-

CH3

CH 3

CH3 CH2 CH2 Br +

:N CH3

CH3 CH2CH2 N+ CH3

CH3

CH3

Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofil Senyawa Alifatik

Br

Reaksi substitusi nukleofil senyawa alifatik biasanya terjadi pada senyawa alkil
halida (R-X). Atom karbon yang mengikat halida pada alkil halida ini, mempunyai muatan
parsial positif, sehingga mudah diserang oleh nukleofil. Jika gugus perginya adalah ion
halida, maka gugus ini merupakan gugus pergi yang baik karena ion-ion halidanya
merupakan basa yang sangat lemah dan mudah digantikan oleh nukleofil.
1. Mekanisme Reaksi SN2

Bila laju reaksi substitusi nukleofilik tergantung pada konsentrasi substrat dan
nukleofil, maka reaksi ini dimanakan reaksi tingkat dua dan dinyatakan dengan SN2. Notasi
SN2 menunjukkan reaksi substitusi nukleofil bimolekular, yang berarti bahwa pada reaksi
ini ada 2 spesies yang terlibat dalam pembentukan keadaan transisi. Dalam reaksi S N2,
nukleofil menyerang substrat dari arah belakang, dalam arti nukleofil mendekati substrat
dari arah yang berlawanan dengan posisi gugus pergi. Reaksinya merupakan proses satu
langkah, tanpa pembentukan zat antara. Pola umum dari serangan nukleofil terhadap
substrat ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Nu:

Z
nukleofil

Nu

Nu

Z
substrat

L:

keadaan transisi

hasil substitusi

gugus pergi

Penyerangan nukleofil dari arah belakang suatu atom karbon tetrahedral yang
mengikat gugus pergi, ada dua hal yang terjadi yaitu: suatu ikatan baru mulai dibentuk dan
ikatan C-X mulai terputus. Proses ini disebut proses satu tahap (proses serempak). Pada
proses ini diperlukan energi untuk memutuskan ikatan C-X. Energi tersebut dipenuhi dari
energi yang dibebaskan pada pembentukan ikatan C-Y yang terjadi secara simultan. Jika
energi potensial kedua spesies yang bertumbukan cukup tinggi, maka dapat dicapai suatu
keadaan energi yang memudahkan pembentukan ikatan baru dan pemutusan ikatan C-X.
Pada waktu pereaksi berubah menjadi hasil substitusi, maka pereaksi tersebut harus
melewati keadaan antara yang memiliki energi potensial tinggi jika dibandingkan dengan
energi rata-rata pereaksi dan hasil reaksi. Keadaan antara ini disebut keadaan transisi atau
kompleks teraktifkan. Karena pembentukan keadaan transisi ini melibatkan dua partikel
yaitu substrat dan nukleofil, maka reaksi SN2 dikatakan bersifat bimolekular. Keadaan

transisi ini melibatkan suatu rehibridisasi sementara dari atom C yang mengikat gugus
pergi dan sp3 ke sp2 dan akhirnya kembali ke sp3 pada saat hasil reaksi terbentuk.
Jika nukleofil menyerang dari arah belakang molekul substrat, ketiga gugus yang
terikat pada atom karbon dengan hibridisasi sp 3 berubah posisi menjadi datar pada keadaan
transisi, kemudian membalik ke posisi yang lain (seperti payung yang kelewat terbuka).
Peristiwa membalik ini disebut inversi.
Laju reaksi SN2 ditentukan oleh konsentarsi substrat dan konsentrasi nukleofil.
Artinya konsentrasi kedua reaktan terlibat dalam langkah penentu laju reaksi. Jika
konsentrasi pereaksi dalam reaksi SN2 diperbesar akan menambah laju pembentukan
produk. Hal ini disebabkan karena dengan penambahan konsentrasi pereaksi tersebut, akan
akan meningkatkan jumlah tumbukan antar molekul. Untuk reaksi S N2 yang dinyatakan
dengan persamaan reaksi:
Nu- + R-X

R-Nu + X

maka :

Laju reaksi SN2 = k [R-X][Nu


[R-X] dan [Nu-]

: konsentrasi dalam mol/liter untuk substrat dan nukleofil

: tetapan laju reaksi.

Harga k konstan untuk reaksi dengan kondisi eksperiman yang sama (pelarut,
konsentrasi).

Diagram perubahan energi reaksi SN2

Untuk membuktikan adanya inversi konfigurasi pada reaksi SN2 yaitu dengan
menggunakan substrat yang bersifat aktif optik. Inversi konfigurasi ini disebut inversi
Walden, sebagai penghormatan terhadap Walden atas jasanya dalam melakukan observasi
yang intensif yang mengungkapkan adanya fenomena tersebut. Contoh yang digunakan
oleh Walden untuk membuktikan terjadinya inversi konfigurasi pada reaksi S N2 ini adalah
reaksi antara (+)-asam malat dengan tionil klorida (SOCl 2) yang menghasilkan (+)-asam
klorosuksinat, sedangkan bila (+)-asam malat direaksikan dengan PCl5 ternyata
menghasilkan (-)-asam klorosuksinat.
O

C OH
|
H C Cl
|

(-)-asam klorosuksinat

CH2
|
O

PCl5

C=O

C OH

OH

|
H C OH

|
CH2

SOCl2

C OH

C=O

H C Cl

OH

CH 2

(+)- asam klorosuksinat

|
(+) asam malat

C=O
|
OH

Salah satu hasil reaksi di atas, mengalami inversi konfigurasi dan yang lain
mengalami retensi konfigurasi. Yang menjadi masalah adalah hasil yang manakah yang

mengalami retensi konfigurasi dan yang manakah yang mengalami inversi konfigurasi.
Dalam hal ini sulit ditentukan karena rotasi tidak selalu berhubungan dengan konfigurasi,
dalam arti bahwa senyawa yang konfigurasinya serupa tidak harus mempunyai rotasi
dengan arah yang sama. Contoh lain yang diamati Walden adalah reaksi antara (+)-asam
klorosuksinat dengan KOH dan Ag2O
KOH

C OH
|
H C OH

(-)-asam malat

|
CH2
|
O

C=O

C OH

OH

|
H C Cl

CH2

C OH

|
C=O

|
Ag2O

C OH

OH

CH 2

(+) - asam malat

|
(+) asam klorosuksinat

C=O
|

OH
Reaksi KOH dengan senyawa (+)-asam klorosuksinat ternyata diperoleh senyawa
aktif optik yang merupakan enantiomernya, sedangkan reaksinya dengan Ag2O
menghasilkan (+)-asam malat. Terjadinya inversi pada konfigurasi pada reaksi S N2 ini juga
ditunjukkan oleh reaksi antara (R)-2-bromooktana dengan ion hidroksida OH yang
menghasilkan (S)-2-oktanol dengan persamaan reaksi:

CH2(CH2)4CH3

CH2(CH2)4CH3

H
C

Br

OH-

SN2

HO

Br-

CH3

(R)- 2- bromooktana

(S)-2-oktanol

Inversi konfigurasi dapat terjadi dalam reaksi diatas, di mana terlihat bahwa gugus
OH tidak menempati posisi yang sebelumnya diduduki oleh Br. Dapat dikatakan bahwa
alkohol yang terbentuk yaitu 2-oktanol mempunyai konfigurasi yang berlawanan dengan 2bromooktana. Inversi konfigurasi artinya suatu reaksi yang menghasilkan senyawa dengan
konfigurasi yang berlawanan dengan konfigurasi reaktan.
Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SN2 terutama disebabkan oleh faktor sterik
dan bukan ditimbulkan oleh faktor polaritas. Hal ini berarti perbedaan laju reaksi berkaitan
dengan keruahan substituen dan bukan karena faktor distribusi elektronnya. Apabila
jumlah substituen yang terikat pada atom C yang mengikat gugus pergi bertambah, maka
kereaktifannya dalam reaksi SN2 akan menurun.
Contoh : Reaksi substitusi gugus OH pada 2 macam alkil halida primer.
1.

OH-

+ CH3Br
bromometana

2.

OH-

CH3OH +

Br-

metanol

+ CH3CH2Br
bromometana

Laju reaksi dari bromometana

CH3CH2OH +

Br-

etanol

30x lebih cepat daripada bromoetana. Jika

bromoetana memerlukan waktu satu jam untuk menyelesaikan separuh reaksi, maka
bromoetana hanya memerlukan 1/30 kalinya, yaitu 2 menit saja untuk menyelesaikan
separuh reaksinya. Laju relatif rata-rata beberapa alkil halida dalam reaksi SN2 dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Laju reaksi relatif rata-rata beberapa alkil halida dalam reaksi SN2
Alkil halida

Laju relatif

CH3-X
CH3CH2-X
CH3CH2-CH2-X
CH3CH2-CH2-CH2-X
(CH3)2-CH-X
(CH3)2-CH-CH2-X
(CH3)3-C-CH2-X
(CH3)3-C-X

30
1
0,4
0,4
0,025
0,030
10-5
~0

Makin meruahnya gugus yang diikat oleh atom C yang mengikat gugus pergi
makin rendah laju reaksinya. Untuk alkil halida sederhana, urutan kereaktifannya dalam
reaksi SN2 adalah: metil > alkil primer > alkil sekunder > alkil tersier
Laju reaksi neopentil halida terhadap reaksi SN2 sangat rendah, meskipun senyawa
termasuk alkil halida primer. Hal ini disebabkan karena dalam reaksi SN2 nukleofil
menyerang atom karbon yang mengikat gugus pergi, sehingga gugus yang meruah pada
atom karbon atau didekat atom karbon tersebut akan menghalangi serangan nukleofil.
2. Mekanisme Reaksi SN1
Reaksi substitusi nukleofilik yang laju reaksinya hanya tergantung dari konsentrasi
substrat dan tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil disebut reaksi SN1 atau reaksi
substitusi nukleofilik unimolekuler. Reaksi SN1 terdiri dari dua tahap. Tahap pertama
melibatkan ionisasi alkil halida menjadi ion karbonium, berlangsung lambat dan
merupakan tahap penentu reaksi. Tahap ke dua melibatkan serangan yang cepat dari
nukleofil pada karbonium. Contoh dari reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler adalah
hidrolisa tersier butil bromida. Tersier butil halida dan alkil halida tersier lainnya, karena
keruahan strukturnya (rintangan sterik) tidak bereaksi secara S N2. Tetapi bila tbutilbromida direaksikan dengan suatu nukleofil yang berupa basa yang sangat lemah
(seperti H2O atau CH3CH2OH), memberikan hasil substitusi SN1.
CH3

CH 3

CH3 C Br

+ CH3CH2 OH

250C

CH3 C O CH2 CH3 + HBr

CH3

CH3

t-butil bromida

etanol

etil-t-butil eter

CH3

CH 3

CH3 C Br

+ H2 O

|
CH3

t-butil bromida

250C

CH3 C OH
|
CH3

t-butil alkohol

+ HBr

Hasil reaksi substitusi yang diperoleh pada reaksi SN1 berbeda dengan hasil
substitusi yang diperoleh pada reaksi SN2. Sebagai contoh bila dalam reaksi SN1 digunakan
substrat suatu enantiomer murni dari alkil halida yang mengandung atom C kiral, akan
diperoleh hasil substitusi yang berupa campuran rasemik dan bukannya hasil inversi
konfigurasi seperti yang diperoleh pada reaksi SN2. Disamping itu diperoleh kesimpulan
bahwa pada reaksi SN1 pengaruh konsentrasi nukleofil terhadap laju reaksi keseluruhan
sangat kecil. Hal ini berlawanan dengan reaksi S N2 yang laju reaksinya berbandingan lurus
dengan konsentrasi nukleofil. Tersier -butil bromida dapat bereaksi SN1 dengan ion
hidroksida.
CH3

CH 3

CH3 C Br

+ OH-

CH3 C OH

Br-

CH3

CH3

t-butil bromida

t-butil alkohol

Reaksi SN1 t- butil bromida dengan gugus OH - diatas merupakan reaksi bertahap.
Tahap pertama adalah pemutusan ikatan C-Br membentuk sepasang ion yaitu ion bromida
dan karbokation (suatu ion dengan muatan positif pada atom C). Karena pada reaksi ini
melibatkan pembentukan ion, maka reaksi ini dibantu oleh pelarut polar seperti H 2O
dengan cara menstabilkan ion yang terbentuk melalui proses solvasi. Mekanisme reaksinya
adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Pembentukan karbokation

CH3

CH 3

| +

CH3 C Br
|
CH3

CH3 C ----Br
|
CH3

Keadan transisi

CH 3
-

|
CH3 C+

Br-

|
CH 3

zat antara karbokation

Tahap 2 : Penggabungan karbokation dengan nukleofil (OH) menghasilkan


alkohol

CH3

CH3

CH3 C Br

CH3 C OH

CH3

CH3

Tahap 1 merupakan tahap penentu reaksi, karena berjalan lambat. Pada tahap ini
terjadi ionisasi t-butil bromida membentuk karbokation tersier-butil dan ion bromida. Laju
reaksi pada tahap ini hanya tergantung pada konsentrasi t-butil bromida dan tidak
tergantung pada konsentrasi ion OH.
Stereokimia reaksi SN1
Pada reaksi SN1, ion karbonium merupakan intermediet dan mempunyai geometri
berbentuk planar, sehingga nukleofil dapat menyerang dari dua sisi. Jika ditinjau dari segi
stereokimia, terbukti bahwa pada reaksi substitusi dengan mekanisme SN1, serangan
nuklefil dapat terjadi dari arah depan atau dari arah belakang kedudukan gugus pergi.
Dengan demikian pada reaksi SN1, dapat terjadi retensi atau inversi konfigurasi. Serangan
nukleofil pelarut terjadi dari arah depan sehingga terbentuk retensi konfigurasi, sedangkan
serangan nukleofil yang bukan pelarut dapat terjadi dari arah depan atau belakang sehingga
terjadi rasemisasi.
Contoh:
H2O

C6 H13
CH3

Br

C6 H13

Br-

CH3
a

C6 H13
HO

CH3
H

C6 H13

CH3

OH

inversi

retensi

(dominan)

Terjadinya hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: seperti yang telah
dipaparkan dimuka, reaksi SN1 menghasilkan karbokation. Pada karbokation ini atom C

berhibridisasi sp2 dengan sebuah orbital p yang kosong yang dapat digambarkan sebagai

C +

Jika nukleofil menyerang orbital p yang kosong dari karbokation tersebut, maka
peluang untuk menyerang kedua sisi adalah sama. Jika hal ini terjadi akan menghasilkan
campuran rasemat atau terjadi rasemisasi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pada
reaksi SN1 tidak akan diperoleh inversi konfigurasi seperti halnya pada reaksi SN2. Laju
reaksi SN1 hanya tergantung pada konsentrasi substrat dan tidak tergantung
pada konsentrasi nukleofil, sehingga persamaan laju reaksinya adalah:

Laju reaksi SN1 = k {substrat}


Dalam reaksi SN1 nukleofil tidak ikut berperan dalam pembentukan keadaan
transisi yang merupakan tahap penentu laju. Karena itu maka reaksi ini adalah
unimolekular. Laju relatif beberapa alkil bromida dengan mekansime SN1 dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.2. Laju Relatif Beberapa Alkil Bromida dengan Mekanisme SN1
Alkil Bromida
CH3-Br

Laju
1,00

CH3CH2-Br

1,00

(CH3)2-CH-Br

11,6

(CH3)3-C-Br

1,2 x 106

Laju reaksi SN1 dipengaruhi oleh energi pengaktifan relatif yang mengakibatkan
terbentuknya karbokation yang berlainan. Energi keadaan transisi yang akan membentuk
karbokation ditentukan

oleh

kestabilan karbokation yang dalam keadaan setengah

terbentuk pada keadaan transisi ini. Reaksi yang menghasilkan karbokation yang berenergi
lebih rendah dan lebih stabil akan berlangsung lebih lambat.Urutan kestabilan karbokation
dalam reaksi SN1 adalah sebagai berikut:

CH3
|

CH3 <

CH3CH

+
2

<

CH3 C

<

CH3 C

CH3

CH3

Diagram perubahan energi reaksi SN1

Tahap penentu kecepatan adalah pembentukan karbokation

Reaksi SN1 dari alkil halida tersier berlangsung dengan laju yang tinggi karena
menghasilkan karbokation yang lebih stabil daripada karbokation yang dihasilkan oleh
metil halida atau alkil halida primer.
Banyaknya gugus alkil yang terikat pada atom C trivalen positif berhubungan
dengan kestabilan karbokation tersebut. Kestabilan karbokation ini dapat dijelaskan dengan
hukum fisika yang menyatakan bahwa sistem yang bermuatan akan distabilkan oleh
penyebaran (delokalisasi) muatan. Gugus alkil adalah gugus pendorong elektron, artinya
gugus alkil ini akan memindahkan kerapatan elektronnya ke atom yang bermuatan positif.
Melalui pemindahan elektron ini, gugus alkil yang terikat pada atom C positif dari
karbokation mendelokalisasikan muatan positif atom C. Dengan cara ini maka gugus alkil
tersebut membantu menstabilkan karbokation.
Orbital yang
tumpang tindih
H

C
H

C
H

Orbital kosong

Kerapatan elektron pada ikatan sigma () C-H gugus metil mengalir ke orbital p
yang kosong dari karbokation karena orbital-orbital ini dapat bertumpang tindih sebagian.
Dengan pergeseran kerapatan elektron ini, muatan positif dari atom C karbokation
berkurang dari atom H gugus metil menjadi bermuatan parsial positif. Delokalisasi muatan
seperti ini akan menyebabkan kestabilan karbokation meningkat.
Ada tiga gugus metil pendorong elektron di sekeliling atom C pusat yang dapat
membantu delokalisasi muatan positif, pada karbokation tersier butil. Pada Kation
isopropil memiliki 2 gugus metil, karbokation etil memiliki satu gugus metil, sedangkan
dalam

karbokation

metil

tidak

ada

satupun

gugus

yang

dapat

membantu

mendelokalisasikan muatan positif. Dengan demikian maka delokalisasi muatan dan urutan
kestabilan karbokation berkaitan erat dengan gugus metil yang terikat pada atom C positif
karbokation, seperti yang dijelaskan berikut ini:
+

CH3

CH3

CH3

>

+
CH3

CH3

> CH3

| +

|
H

>

H- C

|
H

|
H

Tanda panah menunjukkan aliran elektron

Perbedakan perubahan stereokimia substrat pada reaksi SN1 dan SN2


Stereokimia reaksi SN1

Intermediet yang planar menghasilkan kekiralan. Karbokation bebas adalah

akiral
Produk reaksi adalah rasemat atau beberapa ada yang mengalami inversi

Elektrofilisitas/keelektrofilan
Elektrofilitas merupakan sesuatu yang tertarik pada elektron, Dan karena tertarik
oleh daerah negatif, elektrofil harus merupakan sesuatu yang memebawa muatan positif
penuh atau memiliki sedikit muatan positif disuatu daerah padanya.
Tahapan reaksi substitusi elektrofilik unimolekuler, SE1:
Tahap pertama
Seandainya elektrofil merupakan ion positif X+. Dua dari elektron pada sisten yang
terdeloakalisai tertarik kearah X+ dan membentuk ikatan. Sehingga terjadi pemutusan
dislokalisasi, walaupun tidak seluruhnya.

Ion yang terbentuk pada tahap ini bukan merupakan hasil akhir. Tahap ini hanya
merupakan tahap antara. Hasilnya merupakan hasil antara.

Masih terjadi delokalisasi pada hasil antara, namun hanya pada sebagian daerah
dari ion. Ion pada hasil antara bermuatan positif sebagai hasil dari penggabungan molekul
netral dan ion positif. Muatan positif ini lalu menyebar sepanjang daerah yang
terdelokalisasi pada cincin. Anda cukup menggambarkan + pada bagian tengah cincin
untuk menunjukkan hal ini. Hidrogen pada bagian bagian atas dari gambar bukanlah
hidrogen yang baru, hidrogen tersebut sudah berikatan pada carbon yang sama sebelum
reaksi. Dan untuk lebih memperjelas reaksi selanjutnya hidrogen tersebut perlu dituliskan.
Tahap kedua

Disini kita akan memerkenalkan ion baru, Y-. Darimana ini datang? Anda harus ingat
bahwa tidak mungkin untuk mendapatkan positif ion saja pada suatu sistem kimia. Jadi ion
Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.

Elektron tidak berpasangan pada Y-membentuk ikatan dengan atom hidrogen pada
bagian atas dari cincin. Ini berarti bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan
hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan
mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi
elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen-pun kembali. Mekanisme reaksi E1
merupakan alternatif dari mekanisme reaksi SN1. Karbokation dapat memberikan sebuah
proton kepada suatu basa dalam reaksi eliminasi.
Mekanisme reaksi E1 terdiri dari dua tahap, yaitu :
Tahap 1, yang merupakan reaksi E1 yang berjalan lambat.
Tahap 2, yang merupakn reaksi E1 yang dengan berjalan cepat.
Mekanisme reaksi substitusi elektrofilik unimolekuler, SE1
Mekanisme reaksi substitusi elektrofilik unimolekuler (SE1) terdiri dari dua tahap,
yaitu tahap ionisasi yang berlangsung lambat dan merupakan tahap penentu laju reaksi, dan
tahap penggabungan karbanion dengan elektrofil yang berlangsung cepat.
R- :

Tahap 1. R-X

Tahap 2. R- :

Y+

X+

R-Y

Tahapan reaksi substitusi elektrofilik bimolekuler, SE2


Reaksi E2 menggunakan basa kuat seperti -OH, -OR, dan juga membutuhkan kalor.
Pada reaksi SE2 ini terjadi dengan satu tahap. Dengan memanaskan alkil halida dalam
KOH, CH3CH2ONa.
Mekanisme reaksi substitusi elektrofilik bimolekuler, SE2
Dalam reaksi SE2, penyerangan dari belakang, dan proton harus dengan posisi
periplanar (Cis/Trans). Mekanisme reksi substitusi elektrofilik bimolekuler pada senyawa
alifatik terjadi melalui pemutusan ikatan antara gugus pergi dengan substrat dan
pembentukan ikatan baru antara elektrofil dengan substrat berlangsung dalam waktu yang
bersamaan. Oleh karena itu laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat.
Pada mekanisme SE2, ada dua kemungkinan arah serangan elektrofil terhada
substrat, yaitu dari arah depan, yang disebut dengan SE 2 (depan) dan dari arah belakang,
yang disebut dengan SE2 (belakang) dapat digambarkan sebagai berikut:
c

c
b

Y + X+

Y+

c
Y+

(SE2 depan)

X+

(SE2, belakang)

Mekanisme reaksi SE1


Mekanisme reaksi substitusi elektrofilik unimolekuler (SE1) terdiri dari dua tahap,
yaitu tahap ionisasi yang berlangsung lambat dan merupakan tahap penentu laju reaksi, dan
tahap penggabungan karbanion dengan elektrofil yang berlangsung cepat.
R- :

Tahap 1. R-X
Tahap 2. R- :

Y+

X+
R-Y

Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi
elektrofil karena tahap penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan
karbanion).Produk reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 dapat menghasilkan produk

dengan mempertahankan konfigurasi semula (retensi), atau rasemisasi, atau pembalikan


konfigurasi (inversi) sebagian, tergantung pada faktor-faktor kestabilan karbanion,
konsentrasi elektrofil, kekuatan elektrofil, dan konfigurasi karbanion.
Reaksi akan menghasilkan produk rasemisasi jika :
Karbanion terstabilkan oleh delokalisasi dan konsentrasi elektrofil rendah atau
kekuatan elektrofilnya rendah,
Karbanion berstruktur datar dan muatan negatif terdelokalisasi sehingga elektrofil
dapat menyerang karbanion dari kedua sisi,
Karbanion berstruktur tetrahedral tetapi membentuk campuran kesetimbangan
anion enantiomerik dengan laju yang lebih cepat daripada laju pembentukan
produk.
Reaksi SE1 yang berlangsung dengan mempertahankan konfigurasi semula (retensi) dapat
terjadi dengan dua cara:
Karbanion berstruktur datar dan tersolvasi secara tidak simetris oleh elektrofil pada
sisi yang sama dengan kedudukan gugus pergi,
Karbanion berstruktur tetrahedral dan elektrofil terikat sebelum karbanion berubah
ke struktur enantiomernya
Membedakan perubahan stereokimia substrat pada reaksi SE1 dan SE2
Stereokimia E2

Tumpang tindih orbital pada keadaan transisi membutuhkan geometri


periplanar, anti penataan

Anda mungkin juga menyukai

  • Test Excel
    Test Excel
    Dokumen2 halaman
    Test Excel
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Ibu Mengajar Kelas Berapa
    Ibu Mengajar Kelas Berapa
    Dokumen1 halaman
    Ibu Mengajar Kelas Berapa
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • 10.naskah Publikasi
    10.naskah Publikasi
    Dokumen14 halaman
    10.naskah Publikasi
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Tugas Judul Proposal
    Tugas Judul Proposal
    Dokumen2 halaman
    Tugas Judul Proposal
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Contoh Surat Lamaran UMUM
    Contoh Surat Lamaran UMUM
    Dokumen1 halaman
    Contoh Surat Lamaran UMUM
    Arifin Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Ka An Fisik
    Ka An Fisik
    Dokumen20 halaman
    Ka An Fisik
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Hipotesis
    Hipotesis
    Dokumen1 halaman
    Hipotesis
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • RPP XI Kimia
    RPP XI Kimia
    Dokumen31 halaman
    RPP XI Kimia
    Furyanto Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Tugas Perencanaan Pembelajaran Silabus
    Tugas Perencanaan Pembelajaran Silabus
    Dokumen1 halaman
    Tugas Perencanaan Pembelajaran Silabus
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kompetensi Dasar
    Tugas Kompetensi Dasar
    Dokumen1 halaman
    Tugas Kompetensi Dasar
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Karbohidrat
    Karbohidrat
    Dokumen18 halaman
    Karbohidrat
    Anike Merliza
    Belum ada peringkat
  • Ibu Mengajar Kelas Berapa
    Ibu Mengajar Kelas Berapa
    Dokumen1 halaman
    Ibu Mengajar Kelas Berapa
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Makalah Asam Basa
    Makalah Asam Basa
    Dokumen9 halaman
    Makalah Asam Basa
    hifzani nurwanti
    Belum ada peringkat
  • Redoks
    Redoks
    Dokumen3 halaman
    Redoks
    Muhammad Iman Hadyan Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Do Cod Bod TSS
    Do Cod Bod TSS
    Dokumen6 halaman
    Do Cod Bod TSS
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Bifunsional
    Bifunsional
    Dokumen5 halaman
    Bifunsional
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Asam Basa Keras Dan Lunak
    Asam Basa Keras Dan Lunak
    Dokumen15 halaman
    Asam Basa Keras Dan Lunak
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen7 halaman
    Makalah
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Tgas Remidi
    Tgas Remidi
    Dokumen14 halaman
    Tgas Remidi
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • BUKU Menjadi GURU
    BUKU Menjadi GURU
    Dokumen60 halaman
    BUKU Menjadi GURU
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Per Mangano Metri
    Per Mangano Metri
    Dokumen6 halaman
    Per Mangano Metri
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Uji Protein
    Uji Protein
    Dokumen3 halaman
    Uji Protein
    Anike Merliza
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen7 halaman
    Makalah
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Lap Permanganometry
    Lap Permanganometry
    Dokumen7 halaman
    Lap Permanganometry
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Makalah 2
    Makalah 2
    Dokumen18 halaman
    Makalah 2
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Do Cod Bod TSS
    Do Cod Bod TSS
    Dokumen6 halaman
    Do Cod Bod TSS
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat
  • Bab 8
    Bab 8
    Dokumen15 halaman
    Bab 8
    WarsitoIbrahim
    Belum ada peringkat