Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN DASAR GERAK ALIRAN FLUIDA*)

Ririn Agustina **)


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara kerja dimmer
(Peredup) cahaya lampu yang dapat mengatur kuat cahaya lampu.

Kata kunci :
I. PENDAHULUAN
Semua bahan terdiri atas dua keadaan yaitu fluida dan zat padat. Secara
teknis perbedaannya terletak pada reaksi kedua zat tersebut terhadap tegangan
geser yang dialaminya. Zat padat dapat menahan tegangan geser dengan
deformasi statik sedangkan fluida tidak.
Secara umum fluida dikenal memiliki kecenderungan untuk bergerak atau
mengalir. Sangat sulit untuk mengekang fluida agar tidak bergerak. Tegangan
geser yang kecil saja sudah menyebabkan fluida bergerak. (Munson: 2008). Fluida
tersebut bergerak dan berubah bentuk terus menerus selama tegangan geser
bekerja.
Suatu bagian kecil fluida terdiri dari banyak molekul yang menjadikannya
sangat tidak realistis. Gabungan dari banyak molekul tersebut disebut partikel.
Partikel-partikel fluida yang sangat kecil terikat kuat bersama-sama (Munson:
2008). Jadi, aliran suatu fluida dapat digambarkan dalam gerakan partikel-partikel
fluida.
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Aliran fluida
Menurut (Ridwan) berdasarkan gerakan partikelnya maka aliran dapat
dibedakan menjadi aliran

laminar, aliran turbulen dan aliran transisi. Aliran

laminar terjadi bila partikel-partikel bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang


halus dalam lamina-lamina atau lapisan-lapisan, dengan satu lapisan meluncur
secara lancar. Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam

kecendrungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan. Sehingga aliran laminar


memenuhi hukum viskositas Newton yaitu :
=

du
dy
Aliran turbulen adalah pergerakan dari partikel partikel fluida sangat

tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan,
yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian
fluida yang lain dalam skala yang besar. Sedangkan aliran transisi yaitu aliran
peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.
Menurut (Efendy) jika aliran diklasifiikasikan berdasarkan perubahannya
terhadap waktu yaitu aliran tunak (steady flow) dan tak tunak. Berdasarkan
terjadinya perpindahan panas, maka aliran diklasifikasikan menjadi aliran
adiabatic dan aliran isentropis. Aliran juga diklasifikasikan menjadi aliran satu,
dua, tiga dimensi. Artinya aliran fluida bervariasi tergantung dengan tinjauan yang
diamati.
Menurut (Efendy) jika aliran diklasifiikasikan berdasarkan perubahannya
terhadap waktu yaitu aliran tunak (steady flow) dan tak tunak. Berdasarkan
terjadinya perpindahan panas, maka aliran diklasifikasikan menjadi aliran
adiabatic dan aliran isentropis. Aliran juga diklasifikasikan menjadi aliran satu,
dua, tiga dimensi. Artinya aliran fluida bervariasi tergantung dengan tinjauan yang
diamati.
Menurut (Munson, Young, dan Okiishi) secara umum gerakan elemen
fluida tidak hanya bertranslasi dari satu posisi tetapi juga mengalami perubahan
volume (deformasi linier), berotasi, dan mengalami perubahan bentuk (deformasi
angular). Artinya meskipun gerakan elemen fluida tersebut terjadi bersamaan
namun hal tersebut dapat ditinjau satu persatu secara terpisah.

Gambar 1. Jenis gerakan dan deformasi sebuah elemen fluida


b. Medan kecepatan dan percepatan
Menurut (Munson: 2008) medan kecepatan dapat digambarkan dengan
menentukan kecepatan V di seluruh titik dan pada seluruh saat di dalam medan
aliran yang ditinjau. Untuk menyatakan kecepatan dalam tiga komponen yang
saling tegak lurus sehingga
^ ^j+ w k^
V =u i+v
Dimana u, v, dan w adalah komponen-komponen kecepatan dalam arah x, y, dan z
^ ^j , dan k^
i,
adalah vector satuan yang bersesuaian. Kemudian percepatan

dan

untuk sebuah partikel fluida dapat dinyatakan sebagai


a=

V
V
V
V
+u
+v
+w
t
x
y
z

Dan dalam bentuk komponennya:


a x=

u
u
u
u
+u
+v
+w
t
x
y
z

a y=

u
u
u
u
+u
+v
+w
t
x
y
z

a z=

u
u
u
u
+u
+v
+w
t
x
y
z

Percepatan juga dinyatakan dengan singkat sebagai


3

a=

DV
Dt

Artinya sebuah elemen fluida

mengalir karena terdapat gerakan netto dari

molekul-molekul dari satu titik ke titik lainnya di dalam ruang sebagai fungsi
waktu. Turunan material diatas digunakan untuk menggambarkan laju perubahan
terhadap perubahan waktu dari sebuah parikel.
c. Rotasi
Menurut (Setyawan) Gerak rotasi hanya berputar merubah koordinat saja
tanpa merubah bentuk atau tanpa distorsi. Syarat terjadinya rotasi adalah jika
kecepatan suatu sumbu adalah fungsi dari sumbu-sumbu yang lain. Sebagai
contoh, kecepatan pada arah sumbu x merupakan fungsi dari sumbu-y dan sumbuz. Salah satu contoh gerak rotasi adalah fluida yang menuruni jeram yang curam.
Pada bagian atas, tepat sebelum fluida meluncur turun, fluida tidak mengalami
gerak rotasi karena aliran fluida perbedaan kecepatannya tidak terlalu besar.
Setelah fluida berada di posisi yang lebih curam, gerak rotasi terjadi. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan kecepatan akibat gesekan dengan dinding. Secara
ringkas perubahan posisi elemen fluida dapat dilihat dari faktor-faktor dilatasi,
deformasi sudut dan rotasi. Faktor dilatasi adalah komponen-komponen dari
gradien kecepatan. Komponen deformasi sudut adalah penjumlahan antara
perubahan kecepatan terhadap sumbu yang berlawanan, misalnya kecepatan u
terhadap sumbu y ditambahkan kecepatan v terhadap sumbu x. Komponen rotasi
adalah pengurangan antara perubahan kecepatan terhadap sumbu yang
berlawanan.
Menurut (Mohanty) sebuah elemen fluida mungkin mengalami rotasi
karena momentum sudut di medan aliran. Jika sebuah elemen fluida berdeformasi,
rata-rata rotasi dari dua garis, saling tegak lurus diawal. Sebuah elemen bidang
fluida dengan sisi

x dan y . Digambarkan pada bidang x-y, sumbuh rotasi

adalah sumbu x. OA dan OB awalnya tegak lurus pada garis di elemen fluida.

Gambar 2 a) Rotasi dengan rgangan geser

b)

rotasi

tanpa

regangan

geser

(irrotational)
Komponen kecepatan di O adalah u dan v. garis OA dan OB kemudian
berubah posisi menjadi OA dan OB karena perbedaan kecepatan di A dan B dari
O, maka fungsi waktu dt adalah
v
A A'=
xd t
x
B B' =

v
ydt
y

Sesuai sudut dari deformasi per waktu diperoleh masing-masing sudut


sebagai berikut:
v
1 =
( berlawanan arah jarum jam )
x

2 =

v
( searah jarum jam)
y

d. Translasi dan deformasi linier


Jenis yang paling sederhana dari gerakan yang dialami oleh sebuah elemen
fluida adalah translasi, seperti yang diilustrasikan. Dalam suatu interval waktu
yang singkat t , sebuah partikel yang terletak pada titik O akan pindah ke titik
O seperti yang diilustrasikan dalam gambar. Jika seluruh titik di dalam elemen
tersebut mempunyai kecepatan yang sama (jika gradient kecepatan tidak ada),
maka elemen tersebut hanya akan bertranslasi dari satu titik ke titik lainnya.
Namun, akibat adanya gradient kecepatan, secara umum elemen tersebut akan
berdeformasi dan berotasi selagi bergerak. sisinya x , y , z .

Gambar 3 Translasi sebuah elemen fluida


Jika komponen x dari kecepatan O dan B adalah u, maka pada titik di
dekatnya A dan C komponenx dari kecepatan dapat dinyatakan sebagai
u+( u / x ) x . Perbedaan kecepatan ini menyebabkan suatu peregangan dari

elemen volume sebesar

u
)( x)(t )
selama selang waktu yang singkat
x

di mana OA meregang menjadi OA dan BC. Akibatnya, perubahan dari volume


awal V =x y z

Perubahan dari

adalah

( ux x )(y z)(t)

V=

Dan laju di mana volume

berubah per satuan volume akibat gradient

u/ x adalah

1 d ( V )
=lim
V dt
t 0

[ ]
(

u
) t
x
u
=
t
x

Jika gradient kecepatan

/ y

dan

w / z

juga ada, maka dengan

menggunakan analisis yang serupa, kita dapatkan untuk kasus yang umum bahwa

1 d ( V ) u v w
= +
+
= V
V dt
x y z
Persamaan ini menunjukkan perubahan volume per satuan volume yang disebut
sebagai laju dilatasi volumetrik. Jadi, kita bisa lihat bahwa volume fluida dapat
berubah ketika elemennya bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya di dalam
medan aliran. Turunan silang seperti

u/ y

dan

v / x , akan

menyebabkan elemen tersebut berotasi dan secara umum akan mengalami


deformasi angular, yang akan mengubah bentuk elemen.

Gambar 4. Deformasi linier sebuah elemen fluida


e. Gerakan dan deformasi Angular
Dengan tinjauan di bidang x, y tetapi hasil-hasilnya dapat diperluas untuk
kasus yang lebih umum. Variasi kecepatan yang menyebabkan rotasi dan
deformasi angular diilustrasikan pada gambar (a) di atas. Dalam selang waktu
yang singkat
dan

segmen garis OA dan OB akan berotasi sejauh sudut

menjadi posisi baru OA dan OB, seperti yang ditunjukkan pada

gambar (b) diatas. Kecepatan angular garis OA,


OA = lim

t 0

OA

, adalah

Untuk sudut-sudut kecil

v
x t
(
x)
v
==
= t
x
tan

Sehingga

[ ]
(

OA = lim

t 0

Jika

v
)t
x
v
=
t
x

v / x

adalah positif,

OA

berlawanan dengan arah perputaran jarum

jam. Demikian pula halnya, kecepatan angular garis OB adalah

OB =lim
t 0 t
Dan
u
yt
(
y)
u
tan = =
=
t
y

Sehingga

[ ]
(

OB =lim

t 0

u
)t
y
u
=
t
x

Dalam hal ini

u/ y

adalah positif, maka

OB

, searah perputaran jarum

jam.

Gambar 5 deformasi angular


Z
Rotasi
dari elemen terhadap sumbu z didefinisikan sebagai kecepatan
OA

angular rata-rata
tegak lurus. Maka
1 v u
Z=

2 x y

dan

OB

dari kedua garis OA dan OB yang saling

Rotasi dari elemen fluida terhadap dua koordinat lainnya dapat diperoleh dengan
cara yang sama, dengan hasil bahwa untuk rotasi terhadap sumbu x adalah
1 w u
x=

2 y z

Dan untuk rotasi terhadap sumbu y adalah


1 u w
y=

2 z x

x , y , z

Ketiga komponen
dalam bentuk
^
^
^
= x i+
y j+ z k

dapat digaungkan menjadi suatu vektor rotasi,

meriksaan terhadap hasil ini menunjukkan bahwa

sama dengan setengah dari curl vektor. Artinya


1
1
= curl V = V
2
2
Karena menurut definisi operator vektor V

i^
1
1
V =
2
2 x
u

^j

y
v

k^

z
w

1 w v ^ 1 u w ^ 1 v u ^

i+

j+

k
2 y z
2 z x
2 x y

) (

) (

Vortisitas, , didefinisikan sebagai sebuah vektor yang dua kalinya vektor


rotasi; artinya
=2 = V

Penggunaan vortisitas untuk menggambarkan karakteristik perputaran sebuah


fluida akan menghilangkan faktor ( ) yang berkaitan dengan vektor rotasi.
f. Kegunaan Vortisitas
Menurut (Takeda dalam Hariadi) mempergunakan nilai divergensi dan
vortisitas sebagai indikator keadaan sesaat proses presipitasi di atas suatu tempat.
Selain itu Tornado merupakan hasil akibat dari vortisitas di dinding mata siklon
yang tetap bertahan hingga mencapai daratan. dilain hal votisitas digunakan untuk
menjelaskan prinsip terbang pesawat yang lebih akurat, Vortisitas ujung sayap
terjadi ketika sayap menghasilkan gaya angkat. Air dari bawah sayap akan muncul
di sekitar ujung sayap ke wilayah atas sayap oleh tekanan rendah di atas sayap,
menyebabkan pusaran jejak dari tiap-tiap ujung sayap. Turbulensi Wake ada
dalam aliran vortex di belakang sayap. Kekuatan vortisitas ujung sayap ditentukan
terutama oleh berat dan kecepatan pesawat di udara. Vortisitas ujung sayap
membentuk komponen utama dan paling berbahaya dari turbulensi wake.

10

Anda mungkin juga menyukai