MAKALAH
MONITORING KUALITAS UDARA
METODE PENGUKURAN GAS
oleh :
RIZAL YULISTIO AJI
115090801111002
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir
yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada
bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui
sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan
dan berbau tajam.
Kadar NOx di udara perkotaan biasanya 10100 kali lebih tinggi dari pada di
udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerahperkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500
ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena
sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan
pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan
sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang,
minyak, gas, dan bensin.
Metoda Griess Saltzman
Metode Gries Saltzman adalah metoda yang digunakan dalam menentukan
konsentrasi gas pencemar nitrogen dioksida (NO 2) dalam udara. NO2 di udara direaksikan
dengan pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk senyawa yang berwarna ungu.
Intensitas warna yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550
nm. Absorber untuk penangkapan NO2 adalah absorber dengan desain khusus dan porositas
frittednya berukuran 60 m. Untuk pengukuran NO, sample gas harus dilewatkan ke dalam
oxidator terlebih dahulu ( seperti KMnO4, Cr2O3). Langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengambilan sampel gas pencemar nitrogen dioksida (NO 2) menggunakan larutan
penyerap
2. Pembuatan Larutan Absorban untuk sampel nitrogen dioksida (NO 2) di udara
3. Analisa konsetrasi nitrogen dioksida (NO 2) dengan spektrofotometer
Metode Chemiluminescence .
Gas NO diudara direaksikan dengan gas ozon membentuk nitrogen dioksida
tereksitasi. NO2 yang tereksitasi akan kembali pada posisi ground state dengan melepaskan
energi berupa cahaya pada panjang gelombang 600 - 875 nm. Intensitas cahaya yang
diemisikan diukur dengan photomulltifier , Intensitas yang dihasilkan sebanding dengan
senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas
yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang
berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu
haemoglobin. Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi
metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO
buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar
bensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati
60 juta Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang
menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak
seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah
domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara
perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga
mengandung CO.
Berikut ini adalah beberapa metode analisis gas CO :
a. Metode Non-Dispersive Infrared (NDIR).
Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah
pada panjang 4,6 m . Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan
konsentrasi CO di udara. Analyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah, tabung
sampel dan reference, detektor dan rekorder. Gas dalam alat dapat menyerap energi
infra merah sebanding dengan konsentrasinya
gas, yaitu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas cair (KGC). Dalam
kedua hal ini sebagai fasa bergerak adalah gas (hingga keduanya disebut kromatografi
gas), tetapi fasa diamnya berbeda. Meskipun kedua cara tersebut mempunyai banyak
persamaan. Perbedaan antara keduanya hanya pada cara kerjanya. Pada kromatografi
gas padat (KGP) terdapat adsorbsi dan pada kromatografi gas cair (KGC) terdapat
partisi (larutan).
Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat melalui satu sisi
detektor kemudian memasuki kolom. Di dekat kolom ada suatu alat di mana sampel
sampel bisa dimasukkan ke dalam gas pembawa (tempat injeksi). Sampel sampel
tersebut dapat berupa gas atau cairan yang volatil (mudah menguap). Lubang injeksi
dipanaskan agar sampel teruapkan dengan cepat. Aliran gas selanjutnya menemui
kolom, kolom merupakan jantung intrumen tempat di mana kromatografi berlangsung.
Kolom berisi suatu padatan halus dengan luas permukaan yang besar dan relatif inert.
Namun padatan teresebut hanya sebuah penyangga mekanika untuk cairan. Sebelum
diisi ke dalam kolom, padatan tersebut diimpregnasi dengan cairan yang diinginkan
yang berperan sebagai fasa diam atau stasioner sesungguhnya, cairan ini harus stabil
dan nonvolatil pada temperatur kolom dan harus sesuai dengan pemisahan tertentu.
Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain detektor. Maka elusi
zat terlarut dari kolom mengatur ketidakseimbangan antara dua sisi detektor yang
direkam secara elektrik. Respon detektor terhadap molekul-molekul di dalam sample
secara ideal tergambar sebagai kurva Gauss yang dikenal sebagai bentuk kromatogram
yang ideal. Kromatogram merupakan hubungan antara respon detektor waktu (menit)
hingga terlihat puncak dari kromatogram tersebut.
4. Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan senyawa yang terdiri atas unsur Hidrogen dan karbon.
Bentuk fisik dari komponen ini dapat berupa gas, cair, dan padat berdasarkan
banyaknya unsur karbon yang terkandung didalamnya. Hidrokarbon yang mengandung
1-4 unsur karbon memiliki ciri berbentuk gas karena semakin besar jumlah unsure
karbon yang dikandung, maka bentuknya akan semakin padat. Hidrokarbon yang
menimbulkan masalah di udara merupakan hidrokarbon yang berbentuk gas pada suhu
normal dan berbentuk cair yang bersifat volatile/ mudah menguap pada suhu tersebut.
Hidrokarbon yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya.
Sedangkan bila berupa cair maka hidrokarbon akan membentuk semacam kabut
minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya
menggumpal menjadi debu.
Menurut SNI 19-4843-1998, pencemaran hidrokarbon di udara adalah adanya
hidrokarbon di udara dalam jumlah dan waktu tertentu, yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan, dan atau benda. Polusi gas hidrokarbon
di udara berasal dari proses biologi makhluk hidup seperti dekomposisi bahan organik,
dan aktivitas geothermal seperti gas alam, minyak bumi, api alam dan sebagainya.
Selain itu, hidrokarbon juga berasal dari proses industri yang diemisikan ke udara dan
kemudian menjadi sumber fotokimia dari ozon. Kegiatan industri yang berpotensi
menimbulkan cemaran dalam bentuk hidrokarbon adalah industri plastik, resin, pigmen,
zat warna, pestisida dan pemrosesan karet. Diperkirakan emisi industri sebesar 10 %
berupa hidrokarbon. Sumber hidrokarbon dapat pula berasal dari sarana transportasi.
Kondisi mesin yang kurang baik akan menghasilkan hidrokarbon.
Berikut ini adalah beberapa metode analisis hidrokarbon di udara:
a. Pengukuran secara langsung dengan Gas Chromatograf
Hidrokarbon diukur sebagai total hidrokarbon (THC) dan Non Methanic
Hydrocarbon (NMHC). Metode yang digunakan adalah kromatografi gas dengan
detektor Flame Ionisasi (FID). Metode ini menggunakan kolom dengan absorbent
padat berlapis senyawa cair pada tekanan uap rendah. Hidrokarbon dari udara
dibakar pada flame yang berasal dari gas hidrogen membentuk ion-ion. Ion yang
terbentuk pada flame akan ditangkap oleh elektrode negatif. Banyaknya arus ion
yang terbentuk menunjukkan konsentrasi hidrokarbon
b. Metode adsorpsi dengan adsorbent karbon aktif
Sample gas dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas
tertentu ( 0, 3 liter/menit). Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi
hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan. Untuk
melepaskan hidrokarbon , karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti
CS2), kemudian disuntikan ke dalam GC. Atau karbon aktif di purging dengan
gas inert seperti N2, atau He, kemudian dialirkan /disuntikan ke dalam GC.