Anda di halaman 1dari 35

BULETIN

FORUM GEOSAINTIS MUDA INDONESIA


Indonesian Young Geoscientist Forum

Januari 2013

Edisi Ke 2

FGMI Berkumpul untuk Berbagi dan Berkarya

FGMI Peduli

FGMI di PIT IAGI Jogja

Karya Geosaintis Muda

Gabung, Kunjungi dan Unduh E-Buletin di:


Dipublikasikan oleh:
ONES
I ND
IA

RUM GEO
FO

Website: http://fgmi.iagi.or.id

INTIS MUD
SA FGMI

Webforum: http://forum.iagi.or.id

Didukung:

*PROLOG* FGMI#

SAMBUTAN
PENGURUS

P en an g g u n g Jaw ab

ahun 2013 merupakan tahun pertama bagi kepengurusan jilid


1 Forum Geosaintis Muda Indonesia, setelah diresmikan pada
17 September 2012 di PIT IAGI ke-40 Yogyakarta. Pada
tahun ini pula Forum Geosaintis Muda Indonesia akan mencoba
menapaki langkah awal sebagai organisasi profesi kepemudaan.
Berbagai macam kegiatan yang mendukung kepada perwujudan visi
dan misi Forum Geosaintis Muda Indonesia telah disusun
sedemikian rupa. Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan seperti
Experiance Sharing Knowledge, FGMI goes to community akan
dilaksanakan di beberapa kota di Indonesia. Pelaksanaan diluar kota
diharapkan akan membantu Forum Geosaintis Muda Indonesia
untuk dapat melebarkan sayap sehingga dapat dikenal seluruh
masyarakat, tidak hanya masyarakat yang berkecimpung di bidang
geosaintis akan tetapi juga masyarakat umum non geosaintis.
Semoga di Tahun 2013 ini akan menjadi tahun titik balik
perubahan, dan menjadi tahun yang cemerlang bagi kita semua.

Penanggung Jawab

Rovicky Dwi Putrohari,


Bhaskara Aji
Pimpinan Redaksi

Aldis Ramadhan

Anggota Redaksi

Prihatin S., Bhaskara Aji.,


Kontributor

Bhaskara A., Iqbal F.,


Aveliansyah., Aldis R., Prihatin
T.S., Ristya M., Rizqi S., Rismauly
S., Tatzky S., Asri W., Maulida
Balqis A.

SELAMAT TAHUN BARU 2013!!


Jabat Erat,
Bhaskara Aji (Ketua Forum Geosaintis Muda Indonesia 20122014)

Forum Geosaintis Muda Indonesia

Gabung
di WebForum FGMI :
http://forum.iagi.or.id
Tempat Berdiskusi
dan Berbagi Ilmu

Edisi No.2-2013

Website Resmi FGMI :


http://fgmi.iagi.or.id

HALAMAN 1

#FGMI *KONTEN*

DIENG
ESK
FGMI
Mengenal
Lebih Jauh
Gumuk
Pasir

HALAMAN 2

Edisi No.2-2013

*KONTEN* FGMI#

Edisi No.2-2013

HALAMAN 3

#FGMI *GEOWisata*

Dieng adalah sebuah kawasan dataran tinggi


yang telah menjadi salah tempat tujuan wisata
paling banyak diminati wisatawan lokal maupun
mancanegara di Jawa Tengah. Secara
administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa
Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten
Banjarnegara dan Dieng ("Dieng Wetan"),
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Secara geografis Dieng terletaknya di sebelah
barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung
Sumbing. Untuk mencapai kesana
membutuhkan waktu perjalanan sekitar 1 jam
dari Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan tata
bahasa, Dieng merupakan gabungan dua kata
bahasa kawi yaitu "di" yang berarti "gunung"
dan "Hyang" yang bermakna (Dewa), yang
secara harfiah berarti Gunung dimana para
dewa bersemayam.
Dieng mempunyai bentang alam berupa plataeu
terletak 2000 m diatas permukaan laut,
disebabkan letak Dieng yang berada cukup
tinggi sering kali pada pagi (subuh) dan sore
(menjelang maghrib) jika kita melihat dari gardu
pandang Dieng maka awan akan berada di
bawah kaki kita, sehingga tidak aneh jika Dieng
sering dijuluki negeri diatas awan. Suhu relatif
di Dieng antara 822C. Pada musim hujan,
suhu dapat menurun drastis hingga mencapai
0C di pagi hari sehingga muncul apa yang oleh
masyarakat Dieng disebut bun upas (embun
beku). Bun Upas ini tidak berbahaya bagi
manusia namun dapat menyebabkan kerusakan
tanaman pertanian.

HALAMAN 4

Secara geologi, Dieng merupakan sebuah


kawasan kompleks gunung api aktif. Hal ini
ditandai dengan masih aktifnya beberapa kawah
yang ada disekitar Dieng, salah satunya adalah
Kawah Candradimuka. Kondisi geologi yang
merupakan kawasan gunung aktif membuat kita
berpikir apakah Dieng memiliki potensi
geothermal?
Seperti yang kita ketahui bahwa manifestasi
permukaan geothermal yaitu
1. Area Warm Ground
2. Hot Steaming Groung
3. Hot Pools
4. Hot Lake
5. Hot Springs
6. Fumarol
7. Geysers
8. Hydrothermal Eruptions
9. Geothermal Seepages
10. Mud Pool dll
Selain objek wisata geologi nya (kawasan
gunung vulkanik) Dieng juga memiliki beberapa
site yang menarik untuk dijadikan sebagai
tujuan untuk berwisata seperti
1. Candi Arjuna
2. Telaga Warna
3. Anak berambut gimbal dll
Candi Arjuna sebagai salah satu saksi dari
kebesaran masa lalu nenek moyang yang
mendiami Dieng. Candi ini pertama kali

Edisi No.2-2013

*GEOWisata* FGMI#
ditemukan oleh seorang tentara
Inggris bernama Van Kinsbergen
pada tahun 1814. Berbeda
dengan candi lainnya yang
sebagian besar ditemukan
terkubur di bawah tanah,
candicandi di Dieng
plateau ditemukan di rawa
air. Proses pengeringan
dimulai lebih dari 40 tahun
kemudian. Turut serta Candi Srikandi,
Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra berada
tidak jauh dari Candi Arjuna.
Telaga Warna terletak tidak jauh dari Candi
Arjuna, dan untuk mencapai kesana sangat
mudah dikarenakan sudah banyaknya marka
jalan penunjuk jalan menuju ke Telaga Warna.
Pada bagian depan pintu masuk Telaga Warna
terdapat komplek parkir beserta tempat jajanan
makanan. Untuk masuk ke Telaga Warna setiap
orang akan dikenakan biaya yang murah. Bunyi
kicauan burung burung yang berada di dalam
kawasan Telaga Warna menambah rasa
ketidaksabaran untuk masuk kedalam sana.
Jalanan paving block yang tersusun rapi dan
bersih membawa pengunjung ke sebuah danau
yang berwarna hijau. Air kehijauan tampak
tenang, tidak ada riak sama sekali. Suara burung
liar berkicau dan hutan lebat yang liar
dipertahankan menyajikan suasana yang
menenangkan perdamaian.

Bagi kebanyakan orang, gimbal merupakan


refleksi dari pilihan gaya hidup, tetapi
tidak untuk anakanak gimbal
di Dataran Tinggi Dieng.
Seperti tanah masih diyakini
sebagai rumah bagi Tuhan,
aura mistis dan mitos lainnya
banyak yang masih terkenal
dalam kehidupan masyarakat.
Salah satu yang paling menarik
adalah fenomena anakanak
gimbal. Anak berambut Gimbal
Dieng adalah anak lahir normal, sama seperti
anakanak lainnya. Pada satu titik, tibatiba
rambut mereka menjadi gimbal. Berbagai
penelitian ilmiah untuk menyelidiki
penyebabnya belum menemukan alasan logis
dari pertumbuhan gimbal.
Jika sudah lelah berjalan jalan mengelilingi
Dieng, jangan lupa untuk mencoba mencicipi
makanan khas sekitar yaitu Mie Ongklok dan
Keripik Jamur. Mie Ongklok tidak seperti mie
pada umumnya, Mie Ongklok adalah mie yang
direbus kemudian diberikan kuah sangat kental
dan berwarna bening kecoklatan, biasanya Mie
Ongklok ini disajikan bersamaan dengan sate
sapi bumbu kacang.

Telaga Warna, Surga di atas Awan

Anak Gimbal, si Unik dari Dieng

Edisi No.2-2013

an kala dingin
Lezat hangat tem
Mie Ongklok, si

HALAMAN 5

FGMI *GEOKnowledge*

Penjabaran Singkat: Pengolahan Data Seismik


(Raw Data to Post Stack Time Migrated)

Pengolahan data seismik merupakan tahapan


yang paling mendasar dalam bidang eksplorasi
minyak dan gas. Bayangkan tanpa data seismik
yang terolah, tidak akan ada berbagai macam
temuan temuan lapangan produksi. Secara
umum, tahapan dalam eksplorasi minyak dan
gas dapat dijabarkan sebagai:
1. Reconnaissance, dalam tahap ini beberapa
metode geofisika yang bersifat regional yaitu
metode geomagnet dan gaya berat dilakukan
untuk mengetahui anomali nilai suseptibilitas
dan densitas sebagai indikasi area of interest.

2. Rekaman seismik, ketika area of interest


sudah ditentukan, maka studi dalam skala lebih
lokal dilakukan dengan merekam data seismik
dengan terlebih dahulu melakukan penembakan
seismik.

akuisisi dimasukkan dalam proses pengolahan


data seperti elevasi, pola penembakan, pattern
pada pola penembakan, jarak dari geofon ke
datum, dsb. Pemasukan data geometri menjadi
sangat berarti dalam tahap awal pengolahan
data terlebih lagi dengan proses pemeriksaan
kesesuaian antara data lapangan dan data digital
serta koreksi yang dilakukan untuk memastikan
data yang dimasukkan untuk diolah sudah benar
dan tepat.
3. Muting dan Editing, yaitu proses filterisasi
sinyal sinyal yang bukan berupa sinyal refleksi
dan terekam dalam data seismik.

3. Pengolahan data seismik, data seismik yang


terekam kemudian diolah menjadi penampang
seismik yang termigrasi dalam domain waktu
atau kedalaman.
4. Interpretasi data seismik, dimana interpretasi
struktur dan model reservoir kemudian
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Setelah petroleum system didapat barulah
dilakukan pemboran eksplorasi.
Tahapan pengolahan data seismik meliputi
proses pembacaan data yang berbentuk matriks,
pengurutan data yang disebut demultiplexing,
proses geometry input yang mana faktor faktor
pendukung pada akuisisi juga dimasukkan, dan
yang terpenting adalah proses penguatan sinyal
yang dikombinasikan dengan penghilangan
noise. Secara sistematis, penjelasan singkat
mengenai pengolahan data seismik dari data
mentah hingga menjadi data post stack
termigrasi yaitu:
1. Demultiplexing, data seismik yang terekam
disimpan dalam pita magnetic dalam format
multiplexer dalam deret jarak bukan waktu.
Demultiplexing disini mengubah matriks data
seismik yang tersimpan dalam deret jarak
menjadi deret waktu.
2. Pemasukan Data Geometri, dalam tahapan ini
nilai nilai parameter lapangan yang ada dalam

HALAMAN 6

Gambar 1. Editing Data Seismik

4. Automatic Gain Control, merupakan proses


kompensasi amplitude yang mungkin terabsorp
pada saat proses akuisisi
5. Filtering, yang bertujuan untuk
menghilangkan efek noise (data yang tidak
diinginkan) yang rentang frekuensinya atau
amplitudonya berada di luar rentang data
dominan. Ada berbagai macam filter yang biasa
dilakukan, contohnya filter digital, yaitu filter
yang dilakukan dalam domain waktu atau
domain frekuensi
6. Koreksi Statik, merupakan proses koreksi
waktu tempuh gelombang seismik yang menjadi
lebih lambat tiba di permukaan akibat efek
absorpsi oleh lapisan lapuk.
7. Analisis Kecepatan dan NMO, keduanya
merupakan proses untuk mendapatkan resolusi
vertikal yang baik, dimana analisis kecepatan
bertujuan untuk memperoleh nilai kecepatan

Edisi No.2-2013

*GEOKnowledge* FGMI#
dan sesudah proses stacking
9. Stack, proses ini merupakan penjumlahan tras
tras seismik dalam suatu CMP tertentu dengan
tujuan meningkatkan rasio sinyal terhadap
noise.

Gambar 2. Pemrosesan Koreksi Statik

absolute di tiap perlapisan dengan cara


menganalisis spektrum kecepatan dari data
seismik, sedangkan NMO atau Normal Move
Out merupakan koreksi yang diperlukan untuk
membawa gelombang refleksi dari pantulan
miring ke pantulan normal dengan mengetahui
waktu tempuh gelombang seismik.

Gambar 5. Stacking Data Seismik

10. Migrasi, proses ini dilakukan untuk


memindahkan energi difraksi ke titik asalnya
atau lapisan yang sangat miring ke posisi
aslinya. Migrasi memerlukan informasi
kecepatan masing masing perlapisan yang
didapat dari analisis kecepatan.

Gambar 3. Koreksi NMO

8. Dekonvolusi, proses ini juga bertujuan untuk


meningkatkan resolusi vertikal sehingga kita
mendapatkan gambaran bawah permukaan yang
mendekati reflektivitas bumi. Diasumsikan
bahwa tras seismik adalah hasil konvolusi dari
reflektivitas bumi dengan wavelet seismik yang
berasal dari dinamit, sehingga proses
dekonvolusi adalah pembalikan dari proses
konvolusi untuk mendapatkan reflektivitas
bumi. Dekonvolusi biasanya dilakukan sebelum

Gambar 1. Migrasi Data Seismik

Tahapan dalam pengolahan data seismik secara


garis besar meliputi preprocessing dan
processing, dimana preprocessing meliputi
bagian edit geometri sampai ke dekonvolusi pre
stack sedangkan processing meliputi analisis
kecepatan sampai ke migrasi. Dua hal tersebut
memiliki fokus yang berbeda dalam proses
pengolahan data. Preprocessing berfokus ke
persiapan data dan penguatan sinyal seismik,
sedangkan processing sendiri lebih berfokus ke
penguatan sinyal seismik secara vertikal
(temporal) dengan dekonvolusi dan secara
horizontal (lateral) dengan migrasi.
*Rismauly (Divisi Humas FGMI)

Gambar 4. Dekonvolusi

Edisi No.2-2013

Referensi: penyederhanaan dari


http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/pe
ngolahandataseismik.html

HALAMAN 7

#FGMI *EXPERIENCE SHARING KNOWLEDGE*

EXPERIENCE SHARING
KNOWLEDGE III

11 November 2012
Experience Sharing Knowledge edisi ketiga ini
telah diselenggarakan tanggal 11 November 2012
di Bakrie Tower lantai 10 , tepatnya di kantor
Bumi Resource Mineral (BRM). Namun kegiatan
ini tidak sepenuhnya berjalan dengan baik.
Awalnya, pelaksanaan ESK III akan dilakukan
ruang meeting Diamond, tetapi harus
dipindahkan ke ruangan Copper dan Gold
disebabkan adanya masalah koneksi dengan
server sehingga data dikomputer tidak dapat
ditampilkan. Dengan inisiatif yang cepat
tersebut dapat dihindari tetundanya acara ini.
Di ruangan tersebut telah hadir 28 geosaintis
muda yang akan berdiskusi dengan 3 pembicara
yaitu Gayuh Putranto (BRM) dengan tema
Porphyry System, Fajar Setiawan (Micromine)
dengan tema Modelling Minerals Deposits, dan
Aveliansyah (PHE ONWJ) dengan tema Going
Deeper Exploration.

Porphyry, dan juga dapat membentuk alterasi


lainnya dengan pengaruh dari air permukaan,
yang lazim disebut epithermal.
Kemudian di sesi kedua Fajar Setiawan
mengajak geosaintis muda yang hadir berdiskusi
tentang pembuatan model endapan mineral.
Dijelaskan dengan apik mengenai bagaimana
membuat sebuah modeling untuk perhitungan
cadangan endapan mineral dengan baik dan
benar dari data data geologi yang ada. Metoda
perhitungan berbeda beda dengan tahapan
eksplorasi yang dilakukan, apabila masih belum
melakukan pengeboran maka metoda
perhitungan anomali yang dilakukan berbeda
dengan perhitungan pada saat fase pengeboran,
harus ada faktor jarak dan pengikat data di
dalamnya, sehingga model yang nanti
didapatkan reliable.

Diskusi terakhir dibawakan oleh Aveliansyah


yang menawarkan sebuah pemikiran untuk lebih
melihat targettarget yang lebih dalam untuk
mendapatkan cadangan hidrokarbon. Dengan
Gayuh Putranto membuka sesi pertama dengan
jargon lama "new area old ideas menjadi old
menghadirkan Porphyry System dengan aroma
area new ideas. Aveliansyah memperlihatkan
alterasi dan magmatisme. Hubungan antara
hasil interpretasi ulang dari data lama yang
magmatisme dengan alterasi sungguh sangat
merupakan sedimen tuff
serasi ditampilkan oleh
yang masif, menjadi
beliau. Belum lagi pengaruh
beberapa unit litologi yang
magmatisme dengan
berbeda beda. Ada
tektonisme, begitu banyak
beberapa hal menarik yang
pengaruh yang dihasilkan
terjadi pada sesi ini yaitu
untuk membentuk
mengenai keberadaan
magmatisme. Alterasi yang
batugamping dalam
dihasilkan dari sebuah
lingkungan sedimentasi
intrusi digambarkan sangat
tuff serta penentuan
begitu ideal dengan model
batugamping yang hadir
yang ditampilkan, tetapi
tersebut. Tetapi yang
sekali lagi geologi adalah
Geosaintis-geosaintis muda sedang berdiskusi
namanya interpretasi dapat
sebuah kedinamisan, tidak
bermacam

macam,
sesuai dengan tingkat
harus semua parameter ditemukan dengan
pemahaman terhadapa daerah yang
kondisi yang sama. Intrusi dapat membentuk
diinterpretasi.
alterasi yang berada dekat dengan sumber
intrusi yang bernama yang biasanya disebut

HALAMAN 8

Edisi No.2-2013

*EXPERIENCE SHARING KNOWLEDGE* FGMI


Akhirnya setelah diskusi yang lumayan hebat
dan panjang, acara ESK III ditutup dengan foto
bersama peserta dan pembicara di lobi Bumi
Resources Mineral. Saya berpendapat, dengan
bakat bakat yang selalu diasah saya
berimajinasi Indonesia yang berisi orang
orang pintar seperti mereka. Indonesia
dipundak kita, Indonesia ada di hati kita,
Indonesia pintar, Indonesia bisa!.
*Tatzky R.S (Divisi Penelitian dan Pengembangan Keprofesian)

Aveliansyah berbagi pengalamannya

Fajar dengan semangat memaparkan cara


modelling di mineral endapan

Gayuh berbagi pengetahuannya di


sistem Porpiri

FORUM GEOSAINTIS MUDA INDONESIA

Gedung Mineral dan Batubara Lantai 6


Jalan Prof Dr Supomo SH 1 0, Menteng Dalam, Tebet,
Jakarta -1 2870
Telepon :(021 ) 83702577 - (021 ) 83702848
Fax
:(021 ) 83702848

Edisi No.2-2013

HALAMAN 9

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*

Karakteristik, Aspek Sedimentologi serta Suksesi Vertikal Gumuk Pasir: Studi


Pendahuluan dari Resen Sedimen di Parangtritis, Jawa Tengah bagian Selatan

Feri Andika Cahyo12, Aldis Ramadhan12, Agip Dwi Noviawan2,Iqbal Fardiansyah2, Carolus Prasetyadi1
1 Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPNVeteran Yogyakarta
2 GeoPangea Research Group (GPRG)

blog: http://gprgindonesia.wordpress.com

Pendahuluan

tiga yaitu pengambilan sampel


granulometri, pengukuran ripple
index, dan pengukuran arah
Daerah pantai dilihat dari sudut
gumuk pasir. Pengambilan
pandang geologi merupakan
sampel granulo dilakukan untuk
suatu wilayah yang kompleks
mengetahui aspek tekstural dari
dan penuh dinamika. Dinamika
material penyusun gumuk pasir.
proses yang senantiasa dijumpai
Pengukuran ripple index
di pantai disebabkan oleh
bertujuan untuk mengetahui
interaksi antara gelombang laut,
dimensi dari gumuk pasir dan
pasang surut, iklim dan faktor
penyebarannya di lapangan.
lain yang saling mempengaruhi.
Sedangkan pengukuran arah
Interaksi yang saling
gumuk pasir bertujuan untuk
berkesinambungan ini
mengetahui karakteristik
menyebabkan beragamnya
aktivitas angin yang berperan
sublingkungan dari pantai
dalam pembentukan gumuk
sendiri, mulai dari area pasang
Metodologi
pasir. Setelah itu semua data
surut, area muka pantai, area
yang sudah didapatkan ini
gumuk pasir, dll. Di sisi lain
Penelitian diawali dengan
dianlisa di laboratorium dan
dinamika pantai juga dapat
identifikasi masalah yaitu
studio. Hasil dari analisa ini
dilihat dari beragamnya bencana
bagaimana memahami aspek
digunakan untuk
alam yang dapat terjadi di sekitar
geologi yang berperan dalam
mengintrepertasi proses
daerah pantai mulai dari
pembentukan gumuk pasir dan
pembentukan gumuk pasir.
tsunami, intrusi air laut, hingga
mengidentifikasi aspek
Kemudian, untuk mengetahui
banjir. Kendati demikian pantai
sedimentologi yang dapat
karakteristik gumuk pasir secara
tetap memiliki kaitan erat
diamati pada gumuk pasir.
vertikal maka dilakukan coring
dengan aspek sosiokultural
Kemudian dilanjutkan dengan
pada salah satu titik
manusia.Pantai Parangtritis di
tinjauan pustaka dengan mencari pengamatan.
Yogyakarta merupakan salah
berbagai literatur yang
satu pantai di Indonesia yang
membahas gumuk pasir baik itu
dekat dengan kehidupan
Karakter Gumuk Pasir dan
mengenai aspek morfologi,
manusia. Secara Adimistratif
Aspek Sedimentologinya
sedimen, dll. Tinjauan pustaka
Parangtritis terletak di wilayah
dilanjutkan dengan
Kecamatan Kretek, Kabupaten
mengintrepertasi foto udara
Gumuk pasir adalah bentukan
Bantul, Propinsi D.I.Y
Parangtritis sehingga didapatkan positif berupa gundukan yang
gambaran keadaan lapangan
terbentuk karena akumulasi
Gumuk pasir merupakan salah
secara umum, dan juga
pasir yang terbawa oleh aktivitas
satu ciri khas Pantai Parangtritis membantu dalam perencanaan
hembusan angin. Gumuk juga
yang keberadaannya dapat
pekerjaan lapangan. Setelah itu
didefinisikan sebagai salah satu
menunjang pembelajaran geologi barulah dimulai proses
jenis bedform yang terbentuk
dalam studi prosesproses
pengumpulan data lapangan.
saat fase lower flow regime.
sedimentologi saat ini. Gumuk
Pengumpulan data lapangan
Gumuk atau dunes dibedakan
pasir di Parangtritis yang
secara garis besar dibagi menjadi dengan bedform lainnya oleh
merupakan satusatunya gumuk

HALAMAN 10

pasir yang berkembang baik di


Indonesia, melampar mulai dari
muara Sungai Opak hingga bukit
karst pegunungan Sewu di
sepanjang pesisir Pantai
Parangtritis. Gumuk pasir yang
ada sekarang telah banyak
dimanfaatkan oleh warga untuk
lahan pertanian, dan wisata.
Pemanfaatan gumuk di masa ini
cenderung tidak dirumuskan
dengan baik sehingga dapat
berdampak buruk bagi
keberlangsungan gumuk pasir.

Edisi No.2-2013

*KARYA GEOSAINTIS MUDA* FGMI#


Tabel 1. Data hasil pengukuran berbagai aspek gumuk
tipe barchan

Gambar 1. . Pembagian area gumuk berdasarkan Ripple Gambar 2. Ukuran butir versus panjang gelombang dari
Index, panah hitam menunjukan arah slip face dari bedform
gumuk tipe barchan.

ripple index(rasio dari panjang


dan tinggi dari bedform), dan
suatu bedform diklasifikasikan
sebagai gumuk/dunes jika
memiliki ripple index sebesar 35
(Gambar 1). Ciriciri dari gumuk
adalah adanya struktur internal
berupa silang siur dengan
kemiringan crosslamination
berkisar antara 280 sampai 420
tergantung dari material pasir
penyusun gumuk.(Allen, 1969).
Berdasarkan morfologi, jumlah
slip face dan arah angin yang
bekerja gumuk pasir secara ideal
dibagi menjadi 11 tipe(Ahlbrandt
dan Fryberger tahun 1982, pada
Sam Boggs, Jr. 1987) . Tipe
barchans, barchanoid ridge, dan
transverse terbentuk oleh
pengaruh aktivitas angin yang
bersifat satu arah. Gumuk
gumuk terebut memiliki satu slip
face dan merepresentasikan
suatu seri gradasi sehubungan
dengan peningkatan pasokan
material. Gumuk tipe parabolic
dan blowout memiliki satu atau
lebih slip face. Perkembangan
dari gumuk dengan tipe ini
dikontrol oleh keberadaan
vegetasi penutup. Gumuk tipe
dome memiliki kenampakan
sirkular dari arah pandang atas

Edisi No.2-2013

dan tidak memiliki jumlah slip


face tertentu. Gumuk tipe linear
atau longitudinal memiliki
bentuk punggungan simetri
sedangkan gumuk tipe reverse
memiliki bentuk punggungan
asimetri, keduanya samasama
memiliki jumlah slip face
sebanyak 2. Sedangkan gumuk
tipe star memiliki bebereapa slip
face dan terbentuk oleh
pengaruh aktivitas angin dengan
arah beragam yang sangat intens.

berkembang adalah tipe blow


out, transverse, dll. Dan
persebaran dimensi yang relatif
besar dominan pada bagian
timur pantai Prangtritis,
sebaliknya dominan gumuk pasir
berdimensi relatif kecil pada
bagian barat pantai Parangtritis.

Gumuk pasir tipe barchan adalah


tipe gumuk pasir yang paling
banyak dijumpai (Tabel 1).
Gumuk pasir tipe barchan yang
ada di Parangtritis memiliki
karakteristik kemiringan slip face
Berdasarkan peninjauan di
berkisar antara 320 sampai 400.
lapangan Pantai Parangtritis
Setelah dilakukan pengukuran
hampir semua tipe gumuk pasir
yang telah dijelaskan sebelumnya panjang dan tinggi dari beberapa
dapat dijumpai. Inilah salah satu gumuk pasir tipe barchan yang
ada didapatkan nilai ripple index
keistimewaan Parangtritis
berkisar antara 4,5 sampai 6
dimana kondisi yang ada dapat
memungkinkan berkembangnya dengan persebaran semakin baik
ke arah timur. Berdasarkan hasil
berbagai macam tipe gumuk
coring dan pengamatan
pasir. Kendati demikian
singkapan yang dilakukan
berdasarkan pengamatan yang
didapatkan struktur internal
telah dilakukan perkembangan
berupa laminasi sejajar di bagian
tiap tipe gumuk pasir yang ada
atas, struktur scouring chaotic
tidaklah sama. Beberapa tipe
small slump yang
gumuk pasir lebih banyak
mengindikasikan adanya aliran
dijumpai daripada yang lain.
gravitasi dan semakin ke bawah
Tipe yang dijumpai paling
didominasi oleh struktur silang
banyak berkembang adalah
siur. Struktur silang siur yang
gumuk pasir tipe barchan,
diamati memiliki kemiringan
longitudinal, dan parabolic.
crosslamination berkisar antara
Sedangkan gumuk yang kurang

HALAMAN 11

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*

Gambar 3. (A) lee slope dari gumuk tipe barchan melebihi angle of repose aktif slipface dan akumulasi
sedimen memicu adanya runtuhan yang membentuk endapan grainflow. (B) singkapan internal dari gumuk
tipe barchan , a) struktur plannar cross bedding, b) struktur paralel laminasi dan small scale ripple di bagian
atas, c) Contoh endapan hasil gravitasi membentuk struktur scouring serta chaotic-small slump , d) struktur
paralel laminasi.

240 sampai 300. Hasil


pengukuran dari gumuk pasir
tipe barchan (Gambar 3).
Setelah gumuk tipe barchan
gumuk tipe longitudinal adalah
tipe berikutnya yang juga sering
dijumpai. Gumuk tipe
longitudinal yang ada di
Parangtritis memiliki
karakteristik berorientasi
beragam. Berdasarkan hasil
pengamatan gumuk tipe ini ada
yang berorientasi tenggarabarat
laut dan juga timur lautbarat
daya. Berbeda halnya dengan
gumuk tipe barchan pengukuran
rippleindex tidak dapat
dilakukan pada gumuk tipe
longitudinal dikarenakan gumuk
tipe ini hadir tidak berdekatan.
Ketinggian ratarata gumuk tipe
ini mencapai sekitar 2,5 meter
dengan panjang sumbu gumuk
mencapai sekitar 50 meter.
Struktur internal yang
berkembang di dalam gumuk
pasir tipe longitudinal ini adalah
silang siur dengan besar sudut
crosslamination ratarata 420.
Pada struktur silang siur ini
dijumpai bounding surface
berupa bidang erosi yang
mengindikasikan fluktuasi
intensitas angin dan pasokan

HALAMAN 12

Gambar 4. Diagram Roset


Orientasi Gumuk

Gambar 6. (A) . Penampang singkapan yang menunjukkan struktur internal gumuk


tipe longitudinal (B)Kenampakan sampel pasir dari tiga pantai di selatan Jawa
Tengah di dalam mikroskop binokuler (a): pasir Pantai Baron, sampel (b): pasir
Pantai Parangtritis, sampel (c): pasir Pantai Samas.

material. Seperti yang sudah


dijelaskan sebelumnya gumuk
tipe ini terbentuk oleh pengaruh
aktivitas angin dengan dua arah
yang berbeda (Gambar 6A).

menggunakan anemometer tiap


interval 1 menit dengan jangka
waktu 20 menit. Dari hasil
pengukuran didapat data
kecepatan yang beragam dengan
nilai ratarata 1,19 m/s.
Sedangkan pengukuran arah
Gumuk tipe parabolic frekwensi
angin dilakukan dengan
kehadirannya lebih kecil
mengukur arah orientasi gumuk,
daripada gumuk tipe barchan
ripple, dan pengamatan keadaan
dan tipe longitudinal, kendati
demikian tipe ini tetap salah satu alam sekitar. Dari hasil
pengukuran arah angin ini juga
yang dominan berkembang di
wilayah Parangtritis. Gumuk tipe didapatkan arah yang beragam
namun angin dominan
ini perkembangannya sangat
berhembus dari arah tenggara ke
dikontrol oleh keberadaan
barat laut. Data arah angin dapat
vegetasi yang memang banyak
dilihat dari gambar diagram
dijumpai di sekitar Parangtritis.
Foto Peserta FGMI Experience
Knowledge
I
rosetSharing
(Gambar
4).
Vegetasi yang berperan dalam
perkembangan gumuk tipe ini
Sampel pasir dari Pantai
diantaranya semaksemak,
Parangtritis yang telah diambil
pohon kelapa, dll. Selain itu
juga diamati di bawah mikroskop
aktivitas warga yang
binokuler, dan dibandingkan
menggunakan area gumuk pasir
dengan sampel pasir lain yang
sebagai tempat bercocok tanam
diambil dari Pantai Samas dan
ikut menambah jumlah vegetasi
Pantai Baron. Dari pengamatan
yang ada, dan secara otomatis
yang telah dilakukan terlihat
mendukung perkembangan
bahwa sampel pasir yang diambil
gumuk pasir tipe parabolic ini.
dari Pantai Parangtritis
didominasi oleh kuarsa, mineral
Selain pengukuran ripple index
dilakukan juga pengukuran arah besi antara lain hematite dan
dan kecepatan angin yang ada di magnetite, dan plagioklas.
Sedangkan konstituen yang
sekitar daerah Pantai
bersifat minor adalah litik,
Parangtritis. Pengukuran
hornblende, dan piroksen.
kecepatan dilakukan dengan

Edisi No.2-2013

*KARYA GEOSAINTIS MUDA* FGMI#


Sampel yang diambil dari Pantai
Samas menunjukkan perbedaan
signifikan dalam jumlah litik
yang jauh lebih dominan
daripada sampel yang diambil
dari Pantai Parangtritis.
Kehadiran hornblende, ortoklas
dalam bentuk yang cukup
sempurna dan proporsi yang
lebih dominan juga menjadi
perbedaan yang cukup mencolok.
Kendati demikian kedua sampel
ini diintrepertasikan samasama
berasal dari gunung merapi.
Perbedaan yang ada diakibatkan
oleh proses transportasi material
yang berbeda. Terakhir sampel
yang diambil dari Pantai Baron
memperlihatkan kenampakan
pecahan cangkang, kalsit, dan
aragonit yang sangat dominan.
Bentuk butirnya yang rounded
juga berbeda dengan 2 sampel
lain yang cenderung berbentuk
subangular. Sampel ini
diintrepertasikan berasal dari
hasil rombakan gamping yang
ada di sekitar pantai Baron itu
sendiri (Gambar 6B)

data yang telah dipaparkan


penulis akan mencoba
mendiskusikan genesa
pembentukan gumuk pasir ini.

Gambar 7. Profil vertikal singkapan


gumuk pasir

mgntite,hmtite,plgks,ltk
hrnbld,prks. mengkasar ke atas
dengan penjajaran kerikil
dibagian atas bottom set dan
foreset lapisan.
*Psr ksr, prlel bedding, sub ang
rnd mineral : krs,
mgntite,hmtite,plgks,ltk
hrnbld,prks. mengkasar ke atas .

Komposisi mineral pada profil


vertikal gumuk pasir sangat
mirip dengan mineralmineral
yang di analisa pada mikroskop
Hasil pengambilan core di bagian binokuler yang mengindikasikan
barat Parangtritis pada lokasi H
gumuk pasir tersebut memang
menunjukan sikuen mengkasar
materialnya disuplai oleh sungai
ke atas, butiran bervariasi mulai opak.
dari pasir sedang hingga kerikil
dengan struktur silang siur
Diskusi dan Kesimpulan
sejajar dan penjajaran kerikil
pada bagian atas. Dari hasil
Keberadaan gumuk pasir yang
interpretasi profil lebih
hanya terkonsentrasi di
menggambaran endapan pantai
sepanjang pesisir Pantai
mulai dari backshore hingga
Parangtritis menarik untuk
foreshore yang di tutupi oleh
dijelaskan dari sudut pandang
endapan gumuk.
geologi. Interaksi berbagai faktor
seperti iklim, pasokan material,
Berikut deskripsi profil vertikal
aktivitas transport oleh sungai,
gumuk pasir parangtritis dari tua
aktivitas angin, dll menciptakan
ke muda :
suatu kondisi yang khas di
*Psr sdgkrkl, prlel lmnsi, sub
Parangtritis yang dapat
angrnd mineral : krs,
mengakomodasi perkembangan
mgntite,hmtite,plgks,ltk
gumuk pasir. Akibatnya
hrnbld,prks. mengkasar ke atas
perkembangan dan
dengan penjajaran kerikil
pembentukan gumuk ini sendiri
dibagian atas.
sangat kompleks dan
*Psr sdg, prlel cross stratifi, sub
menimbulkan berbagai
angrnd mineral : krs,
pertanyaan. Berdasarkan data
Suksesi Vertikal Gumuk
Pasir

Edisi No.2-2013

Gumuk pasir hanya dijumpai dan


berkembang di area Pantai
Parangtritis disebabkan oleh
beberapa fenomena yang
berperan sebagai faktor
pendukung sehingga gumuk
berkembang baik di area ini.
Pertama adalah adanya
penghalang berupa tinggian
wonosari dan vegetasi yang
menyebabkan pengendapan
pasir hanya terkonsentrasi di
sekitar area Parangtritis.
Tinggian yang ada inipun
letaknya juga mendukung karena
tidak terlalu dekat dengan garis
pantai sehingga menyediakan
ruang yang cukup untuk
pengendapan. Selain itu vegetasi
yang ada di Parangtritis juga
mengakomodasi perkembangan
gumuk karena tidak terlalu rapat.
Penulis menjumpai di lapangan
bahwa jika vegetasi terlalu rapat
maka justru akan menghalangi
perkembangan gumuk itu
sendiri. Aktivitas angin yang
intens dan iklim yang relatif
kering juga sangat mendukung.
Faktorfaktor yang telah
disebutkan mungkin telah
banyak diketahui, namun ada
satu faktor yang selama ini tidak
terlalu diperhatikan, yaitu
intensitas dan proses transport
material.
Intensitas dan Proses
transportasi material pasir
pembentuk gumuk pasir ini
dapat dengan jelas teramati dari
hasil penelitian penulis. Dari
beberapa data yang telah
disajikan terlihat bahwa ada
perubahan nilai mean, modus,
skewness, dan ripple index mulai
dari bagian barat gumuk hingga
ke timur. Penulis berpendapat
perubahan nilainilai ini
signifikan dalam pembentukan
gumuk yang ada dan
menunjukkan perbedaan
intensitas transport material
yang dialami oleh material pasir

HALAMAN 13

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*


gumuk. Material pasir yang ada
di bagian barat atau dekat
dengan sumber memperlihatkan
indikasi intensitas transport yang
relative kecil(ditunjukkan
dengan skewness coarse),
sebaliknya material pasir yang
ada di bagian timur
memperlihatkan intensitas
transport yang relative lebih
besar (ditunjukkan dengan
skewness fine). Akibatnya
aktivitas angin tentu akan lebih
mudah membentuk morfologi
gumuk pada area yang
materialnya telah mengalami
intensitas transport lebih besar.
Jadi penulis berpendapat
besarnya dimensi gumuk pasir
berbanding lurus dengan
besarnya intensitas transport.
Secara lebih mendalam,
intensitas transport material
pembentuk gumuk ini secara
garis besar dipengaruhi oleh
setidaknya dua aspek. Aspek
pertama adalah agen utama
pemasok material pembentuk
gumuk yaitu sungai opak. Sungai
opak sebagai agen utama
pemasok material pembentuk
gumuk dilihat dari kenampakan
foto udara menunjukkan bentuk
tipe sungai berkelok. Kelokan
kelokan yang ada pada sungai ini
menyebabkan nilai sinuosity
yang besar, sekaligus jarak
tempuh sungai yang makin besar
pula sehingga material yang
sampai ke Pantai Parangtritis
melalui sungai opak memiliki
karakteristikkarakteristik
seperti yang telah dijelaskan di
atas. Aspek kedua adalah
aktivitas longshore current yang
menyebarkan material pasir ini
dari muara sungai ke sepanjang
pesisir pantai. Penulis
berpendapat aktivitas inilah yang
menyebabkan adanya semacam
gradasi intensitas transport
material yang dapat dilihat dari
hasil analisa granulometri, dll.
Kendati demikian perlu adanya
penyelidikan lebih mendalam
sehingga kedua aspek ini dapat
dimengerti secara lebih baik dari
segi kuantitatif dan kualitatif.

HALAMAN 14

Gumuk pasir yang ada di Pantai


Parangtritis memiliki
kenampakan morfologi yang
sangat beragam, mulai dari
barchan dan parabolic yang
dominan sampai blow out yang
tidak dominan. Seperti yang
sudah penulis bahas hampir
semua bentukan morfologi
berdasarkan slipface dapat
dijumpai di Pantai Parangtritis.
Hal ini disebabkan oleh
dinamika aktivitas angin di area
Pantai Parangtritis yang
beragam. Keberagaman ini
adalah dalam hal arah dan
kecepatannya. Arah orientasi
angin memang dominan dari
tenggara ke barat laut, namun
juga dijumpai orientasi yang lain.
Gumuk tipe barchan
berkembang diakibatkan
aktivitas angin yang relative
berorientasi tengarabarat laut,
sedangkan gumuk tipe lain
seperti longitudinal, dll
disebabkan oleh interaksi
beberapa aktivitas angin yang
memiliki orientasi berbeda.
Sedangkan variasi dari kecepatan
angin selain dapat dilihat dari
pengukuran kecepatan angin
dengan anemometer dan juga
kenampakan struktur internal
dari gumuk pasir sendiri. Dilihat
dari berkembangnya dua
struktur internal yang dominan
yaitu struktur laminasi sejajar
dan silang siur maka bisa
diintrepertasikan gumuk pasir
tipe barchan terbentuk dalam
dua fase aliran angin yang
berbeda. Struktur pararel
laminasi yang ada di bagian atas
terbentuk saat fase upper flow
regime sedangkan struktur silang
siur yang ada di bagian bawah
terbentuk saat fase lower flow
regime.

lebih menggambaran endapan


pantai mulai dari backshore
hingga foreshore yang di tutupi
oleh endapan gumuk.
Ucapan Terima Kasih
Coastal dunes research
merupakan hasil penelitian
pertama GPRG pada tahun 2010.
Penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada Zaenal
Fanani, Adrean Novadhani,
Alfon Bunga Naen, Adi
Gunawan, dan Agung Budiman
yang memberikan banyak
kontribusi dalam penyelesaian
penelitian ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih
kepada adikadik angkatan 2008
dan 2009 Teknik Geologi UPN
yang membantu dalam
pengerjaan lapangan serta pihak
pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu dalam
penelitian ini.
Daftar Pustaka
Allen, J.R.L.1969.Physical Proses Of
Sedimentation, Unwin University Books,
England.
Boggs, Sam Jr.1987. Principles of
Sedimentologi and Stratigraphy,
Macmillan Publishing Company, New
York
Posamentier.H.W, Walker.R.G. 2006.
Facies Model Revisited. Society for
Sedimentary
Geology(SEPM),Tulsa,Oklahoma,U.S.

Pengamatan dari data core di


bagian barat Parangtritis pada
lokasi H menunjukan sikuen
mengkasar ke atas, butiran
bervariasi mulai dari pasir
sedang hingga kerikil dengan
struktur silang siur sejajar dan
penjajaran kerikil pada bagian
atas. Dari hasil interpretasi profil

Edisi No.2-2013

*PENGURUS FGMI 2012-2014* FGMI#

etelah melakukan rapat dan diskusi maka akhirnya dibentuk kepengurusan resmi di Forum Geosaintis
Muda Indonesia tahun 2012-2014. Semoga FGMI yang merupakan organisasi bernaung dibawah
IAGI yang dapat mengajak dan mengobarkan semangat jiwa-jiwa Geosaintis muda untuk selalu
berkarya dan bersemangat untuk menyambut tantangan masa depan kita. Selamat bertugas untuk pengurus
FGMI 2012-2014. Viva Geosaintis Muda Indonesia!!
Penasihat

: Gayuh Putranto (Bumi Resources)

Divisi Hubungan Kemasyarakatan

Ketua

: Bhaskara Aji (SKK MIGAS)

- Anggota

Bendahara

: Rachmadhea Perwitasari (Pertamina EP)

Sekjen

Sekretaris

Diky Setiawan (HESS)

: Aveliansyah (PHE ONWJ))


: Agresty Parasyuanita (Price
Waterhouse Coopers)

Divisi Penelitian dan Pengembangan Keahlian


- Ketua Divisi
- Anggota

: Prihatin Tri Setyobudi (GDA Consultant)


: Ratna Widiarti (Exxon Mobil)

Asri Wulandari (Bumi Resources)


Elok Galih K (Schlumberger)

Tatzky Reza S (Bumi Resources)


Syahrul S Kamil (Undip)
Divisi Dana Usaha & Sponsorship
- Ketua Divisi
- Anggota

: Alfiady (Pertamina Geothermal Energy)


: Dheva Satria (DESDM)

Fadinilla W. N (Sugico)
Resky Yustiawan (EMP)

Edisi No.2-2013

- Ketua Divisi

: Rizky Syawal (KSO-PEP Tiga Tanjung)

Sub Divisi Buletin : Aldis Ramadhan (Pertamina EP)


Yuki Nagarani (EMP)

Sub Divisi Internal : Rismauly (Lemigas)

Adhi Wicaksono(JOB PHE-MedcoSimenggaris)


Poetri Monalia (Petronas)

Sub Divisi Eksternal: Maulida Balqis N (Lemigas)

Rezky Adityo (LAPI ITB - PEP)

Divisi Teknologi Informasi


- Ketua Divisi

: Akhmad Aksin (Elnusa Geosains)

Divisi Keanggotaan dan Kemahasiswaan


- Ketua Divisi
- Anggota

: Hikmatullah (Micromine)
: Wahid Agung

Dini Andriani (Patra Nusa Data)


Devi Gasiani (LAPI ITB - PEP)
Yanuar A. R (Berau Coal)

HALAMAN 15

#FGMI *KISAH*

PIT IAGI 201 2

esuksesan penyelenggaraan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IAGI tidak dapat lepas dari peran
adik-adik mahasiswa yang dengan sukarela (walaupun terkadang diberi uang jajan pada akhir
acara) membantu panitia PIT dalam mepersiapkan detil event tersebut. Berikut penuturan
pengalaman dari salah satu Student Volunteer pada PIT IAGI ke-41 Yogyakarta.
Dalam
rangka
Pertemua
n Ilmiah
Ikatan
Ahli
Geologi
Indonesia
ke 41
yang
diselengga
rakan
pada
tanggal 17
20
September
2012
bertempat
di Hotel
Mulia
Purosani
Yogyakarta,
dengan menggusung tema
Geology Living with Harmony.
Organizing Committee yang
menghandle acara ini
mengadakan penawaran
Student Volunteer terutama
bagi mahasiswa mahasiswa
Teknik geologi yang berada
pada wilayah DIY Yogyakarta
secara online, dari hasil seleksi
muncullah 10 nama nama
perwakilan mahasiswa dari
masing masing kampus yaitu
UPN Veteran Yogyakarta, UGM,
IST AKPRIND , STTNAS.
Pemberitahuan secara resmi
diumumkan 2 minggu sebelum
acara dilaksanakan kepada
mahasiswamahasiswa yang
terpilih dari masing masing
universitas, melalui himpunan
mahasiswa. Kami sebagai
Student Volunteers diberi
amanah untuk pembuatan
desain dan percetakaan block

HALAMAN 16

note, sertifikat, poster,


spanduk, momento, tas,
kostum, proceeding IAGI 2012
dan lain lain. Hal tersebut kita
selesaikan hingga begadang
hampir setiap malam diselasela
kesibukan praktikum dan
kuliah. Meski banyak
kesalahpahaman yang terjadi
namun satu hal yang membuat
kita bersemangat untuk
menyelesaikannya adalah
support dari Dr.Premonowati
selaku ketua PIT IAGI 2012,
beliau berpesan agar kami
berusahan menghargai suatu
effort dalam menyelesaikan
sesuatu. Menjelang H3 pihak
organizing commite
memberikan tugastugas untuk
masing masing student
volunteer, salah satunya adalah
bagian technical session.
Mahasiswa yang bertugas untuk
membantu dalam program
acara oresentasi oral maupun
poster. Pada H2 kami

diundang
oleh
Bapak
Moh.
Syaiful ke
tempat
technical
session
untuk
dilatih
bagaiman
a langkah
langkah
kami
sebagai
student
volunteer
pada saat
presentasi
oral
berlangsun
g. Dan

akhirnya tiba saat


penyelenggaraan, meski kita
telah melakukan sebaik
mungkin tapi semua hal tidak
akan pernah semulus yang kita
bayangkan, kendala pasti selalu
ada tergantung kita
menyikapinya.

Evaluasi selalu dilakukan


selepas makan malam oleh Pak
Syaiful ataupun Bu
Premonowati, entah membahas
masalah teknis ataupun
membahas para peserta yang
kurang nyaman dengan kerja
kami sebagai student volunteer,
hal ini ditujukan agar acara
berikutnya kita bisa saling
mengingatkan dan
memperbaikinya. Diakhir
penutupan acara kami diundang
oleh ketua Ikatan Ahli Geologi
Indonesia untuk makan malam
bersama direstoran di
Yogyakarta namun acara

Edisi No.2-2013

*KISAH* FGMI#
tersebut gagal karena beliau mennghadiri acara
dadakan untuk meeting dengan staffnya ,
sempet kecewa juga karena kebahagiaan kami
untuk berbincang bincang dan langsung

diperkuliahan, menyimak 150 makalah


makalah ilmiah yang dipresentasikan oleh para
pakarnya dalam bidang mining industry
ataupun petroleum industry serta mitigasi da

bertatap muka dengan beliau tidak dapat


terealisasi.

konservasi lingkungan , dan juga dalam hal ini


kami belajar untuk bekerja sama, berkomunikasi
dengan orang orang baru yang berbeda
karakter. Bertemu dengan para professional
geologist baik dalam negri maupun luar negri ,
akademisi , pegawai instansi pemerintah dan
rekan rekan mahasiswa dari seluruh
Indonesia. Semoga acara PIT IAGI 2013 tahun
depan yang diselenggarakan di Medan jauh lebih
baik dari pada acara PIT AGI 2012 di
Yogyakarta.

Satu hal yang sangat kami syukuri adalah


kesempatan yang berharga ini yang mungkin
tidak semua mahasiswa bisa mendapatkannya,
Seperti halnya kesempatan untuk ikut
mendengarkan diskusi panel oleh para
professional dalam bidang kebumian yang mana
teori teori yang mereka paparkan sangat
bermutu dan mungkin tidak kita dapatkan

*Risty M (Mahasiswa Teknik Geologi UPN Yogya)

Pertemuan Ilmiah Tahunan IAGI


pertamakali dilaksanakan di Bandung.
Event ini merupakan ajang tukar pikiran,
berbagi pengalaman serta teoriteori baru dari
tiaptiap geosaintis indonesia. Banyak sekali
manfaat yang didapatkan dengan terselenggaranya
event ini, selain itu dengan adanya event ini maka
silaturahmi para geosaintis dapat terjaga. PIT IAGI
diselenggarakan setahun sekali, dan beberapa kali
pelaksanaannya bergabung dengan HAGI maupun Perhapi.
Berikut adalah tempat pelaksanaan PIT IAGI satu dekade
terakhir :
PIT30 Yogyakarta/ Geosea 2001
PIT31 Surabaya 2002
PIT32 Jakarta / IAGIHAGI 2003
PIT33 Bandung 2004
PIT34 Surabaya / IAGIHAGI 2005
PIT35 Pekanbaru 2006
PIT36 Bali / IAGIHAGI 2007
PIT37 Bandung 2008
PIT38 Semarang 2009
PIT39 Lombok 2010
PIT40 Makasar / IAGIHAGI 2011
PIT41 Yogyakarta 2012

Edisi No.2-2013

HALAMAN 17

#FGMI *EXPERIENCE SHARING KNOWLEDGE*

Sabtu, 15 Desember 2012 untuk ke empat


kalinya ditahun 2012 ini FGMI kembali
menyelenggarakan acara Experience Sharing
Knowledge (ESK). Acara yang dikoordinir oleh
divisi penelitian dan pengembangan ini
mengambil tema tentang pemaparan hasil tugas
akhir para geosaintis muda sewaktu kuliah dulu.
Alasannya adalah, karya yang susah payah kita
kerjakan selama berbulanbulan mengolah
banyak data, bolakbalik menghadap dosen
pembimbing, berdiskusi sampai berdebat
mempertahankan argumen selama kolokium
dan sidang, rasanya sayang sekali jika
perjuangan selama menyelesaikan tugas akhir
tersebut pada akhirnya hanya terpajang manis di
pojokan lemari perpustakaan jurusan. Maka dari
itu, FGMI mengundang temanteman untuk
mempresentasikan hasil karya tugas akhir
mereka, dengan tujuan untuk berbagi ilmu dan
berdiskusi bersama sehingga hasil karya tugas
akhir tersebut dapat semakin memberikan
banyak manfaat bagi penulis ataupun para
peserta yang mendengarkan.
Pembicara pertama adalah Prihatin Tri
Setyobudi, mempresentasika Studi Karakteristik
dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar
Granitik dengan Data Sumur Pemboran dan
Seismik 3D pada Lapangan PT, sub Cekungan
Jambi, Cekungan Sumatera Selatan. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik
batuan dasar granit, dan nantinya akan
diketahui pula potensi batuan tersebut menjadi
reservoir hidrokarbon. Diketahui umur batuan
granit di salah satu sumur eksplorasi disana
berumur Eosen Akhir, ini didapat dari hasil
analisis KAr dating mineral biotit di granit
tersebut. Permasalahan pertama muncul,
regional geologi menyebutkan bahwa pada kala
Eosen Akhir, daerah penelitian mengalami
proses rifting, apakah mungkin intrusi granit
tersebut muncul pada saat rifting terjadi? Atau
mungkin granit tersebut bukan berumur Eosen,
akan tetapi berumur Cretaceous seperti sumur

HALAMAN 18

yang berada di dekatnya? Dengan asumsi


kesalahan penarikan umur disebabkan karena
biotit yang dianalisa KAr tersebut sudah
mengalami proses alterasi. Prihatin membagi
batuan dasar granit tersebut kedalam 4
kelompok, yaitu fresh granite, fractured granite,
weathered granite, dan granite washed.
Pengelompokan tersebut didasarkan pada data
core, kurva log GRResNeuDenSonic, serta
didukung oleh konsepkonsep geologi yang
diperkuat oleh beberapa analog outcrop.
Permasalahan kedua muncul, dari data core
yang dimiliki, bagaimana cara membedakan
fracture yang terbentuk secara alami karena
proses tektonik (natural fractured) dengan
fracture yang terbentuk akibat proses pemboran
(mechanical induced fractured)?
Diskusi berjalan dengan sangat menarik,
masingmasing
peserta saling
melemparkan
analisis dan
pengetahuan dan
pengalaman yang
mereka miliki,
sampai akhirnya
diskusi yang
berjalan lebih
kurang 70 menit
ini ditutup dengan
kesimpulan bahwa
fractured granite
adalah zona yang
paling baik
sebagai zona
reservoir, ini
didukung oleh
data mud log,
completion log,
core, dan hasil DST. Ada beberapa saran yang
diberikan peserta untuk penelitian ini, salah
satunya untuk melihat kembali hasil DST sumur
tersebut apakah sudah konklusif atau belum?
Mudweight yang digunakan berapa? Open hole
atau cased hole? Water yang keluar merupakan
formation water atau bukan?
Sesi diskusi kedua dilanjutkan oleh Octa Vika
Malda, membawakan judul Geologi dan Studi
Geometri Fasies Endapan Turbidit Formasi
Kerek Berdasarkan Data Permukan di Daerah
Kedungjati dan sekitarnya. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman
orang terhadap karakteristik endapan turbidit
laut dalam, dimana pada saat ini jarang sekali
eksplorasi di Indonesia yang menargetkan
reservoir pada level ini, pada umumnya
reservoir target di Indonesia masih berkisar di

Edisi No.2-2013

*EXPERIENCE SHARING KNOWLEDGE* FGMI#

sedimen fluvial, delta, dan karbonat.


Berbekal studi lapangan di beberapa titip
pengamatan, Octa menampilkan kolom
stratigrafi yang ia buat, dan
mengklasifikasik
annya kedalam
beberapa fasies
berdasarkan
sumbersumber
yang ia kutip
dari beberapa
ahli sedimen laut
dalam seperti
Mutti, Walker,
Shanmugam,
dan Bouma. Dari
hasil analisis
yang ia lakukan,
diperoleh
kesimpulan
bahwa provenace
sediment
Formasi Kerek
ini berasal dari
Utara, hal ini
didapatkan dari
hasil penemuan di lapangan yang menunjukkan
bahwa hampir semua sedimen di lokasi
penelitian tersusun atas semen karbonat.
Formasi Kerek ini merupakan bagian dari
Kendeng Zone, dimana pada bagian selatan
merupakan pegunungan vulkanik, sehingga

Edisi No.2-2013

tidak mungkin bisa menyuplai sedimen karbonat


ke formasi kerek, sedangkan di bagian utara dari
zona ini merupakan carbonate platform yang
diduga kuat sebagai provenance dari sedimen
sedimen di lokasi penelitian. Hal ini tentunya
bertentangan dengan beberapa peneliti
sebelumnya yang menyebutkan bahwa
provenance Formasi Kerek berasal dari
pegunungan vulkanik di bagian selatan zona
kendeng. Selain itu, interpretasi octa tersebut
juga didukung oleh hasil pengukuran
paleocurrent dari beberapa struktur sediment
yang menunjukkan arah pengendapan berasal
dari arah utara.
Diskusi sesi terakhir ditutup oleh penampilah
enerjik dari Tatzky Reza Setiawan yang
membawakan judul penelitian Studi
Karakteristik Batuan Beku Pegunungan
Schwaner Berumur KapurMiosen. Studi ini
menggunakan data geokimia batuan
*Aveliansyah (Sekjen FGMI)

HALAMAN 19

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*

Model Konseptual, Sebaran Satuan dan Kualitas Reservoir Batuan Dasar


Granitik Eosen Sub-Cekungan Jambi, Cekungan Sumatera Selatan
Prihatin Tri Setyobudi1
1

Geosain Delta Andalan (GDA) Consulting

Korespondensi : pt_budie@yahoo.co.id

Pendahuluan

Maksud Dan Tujuan

Cekungan Sumatra Selatan merupakan salah


satu cekungan mature di Indonesia. Sudah
banyak
perusahaan
hulu
perminyakan
beroperasi di sana dengan berbagai macam
target reservoir. Target conventional reservoir
telah berhasil dieksplorasi seperti di Formasi
Lemat, Talang Akar, Baturaja dan Air Benakat
dan Gumai. Lebih jauhnya lagi pada cekungan
ini telah terbukti memiliki potensi hidrokarbon
yang terakumulasi pada batuan dasar sebagai

Maksud penulisan karya tulis ini adalah


memberikan gambaran model konseptual
reservoir granitik. Sedangkan tujuannya adalah
dapat mengetahui variasi unit batuan dasar
granitik dan sebaran variasi tersebut serta
kualitas reservoirnya.
Metodologi
Penelitian ini diawali dengan melakukan studi
pustaka yang memberikan deskripsi singkapan
granit dan proses geologi yang menyertainya.
Dan kemudian dilajutkan dengan analisis
karakteristik dan sebaran reservoir dari data
data inti pemboran, log sumur, dan drill stem
test serta data seismik 3D.
Kajian Teori

Gambar 1. Peta Lokasi Lapangan PT

salah satu unconventional reservoir. Batuan


dasar merupakan batuan beku atau metamorf
yang menjadi dasar dari pengendapan sedimen
di dalam suatu cekungan. Batuandasar
umumnya memiliki sifat pejal dan ketat dapat
menjadi reservoir yang baik oleh karna proses
geologi, baik proses eksogen atupun proses
endogen yang menyebabkan batuan dasar
tersebut memiliki porositas sekunder.
Salah satu jenis batuan dasar yang terkenal
menjadi reservoir hidrokarbon di Sumatra
selatan adalah granit. Lapangan PT (Gambar 1)
memiliki potensi reservoir pada batuan dasar
granit. Lapangan ini merupakan lapangan
pengembangan yang secara geologi merupakan
lapangan yang posisinya di bagian tepi utara dari
Cekungan Sumatra Selatan.

HALAMAN 20

Jenis rekahan pada granit menurut Sanders, dkk


dalam Petford & MCCaffrey (2003) adalah:
1. Rekahan primer (primary fracture)
Rekahan primer atau rekahan pendinginan
(coaling fracture) adalah terekahkan selama
emplacement, kristalisasi dan pendinginan
magma di kerak atas. Rekahan primer
dikarakteristikkan oleh kumpulan rekahan
terbuka yang datar yang orthogonal satu sama
lainnya. Rekahan sebagian besar rekahan
dilatasi (atau rekahan tipe I) sering terisi oleh
pegmatites, leleran yang kaya volatile terbentuk
pada tahap akhir segregasi dari kristalisasi
magma.
2. Rekahan Sekunder (secondary fracture)
Rekahan sekunder hasil dari deformasi massa
batuan berkaitan dengan gaya tektonik. Rekahan
ini hadir terbentuk sebgaian besar selama
deformasi ekstensi cekungan. Kelompok
rekahan ini secara umum dikaraktersasikan
oleh kelompok rekahan berpasangan (conjugate
shear), dengan sudut terkecil anatara rekahan
pada arah sigma 1 dari regional stress field.
Rekahan tekronik dikarakterisasikan secara
dominan oleh type II atau shear fractures,
menunjukkan pergeseran yang cukup besar.
Dengan pergerakan rekahan yang terusmenerus
sepanjang bidang rekahan, rekahan
mengembangkan zona hancuran (damage zone)

Edisi No.2-2013

*KARYA GEOSAINTIS MUDA* FGMI#


mengalami ubahan, tingkat
dan fragsinasi batuan dan
material tanah pada permukaan ubahan dibagi menjadi:
atau dekat permukaan bumi
1. Pervasive
yang disebabkan karena proses
Penggantian seluruh atau
fisik, kimia dan biologi. Hasil
sebagian besar mineral primer
dari pelapukan ini merupakan
pembentuk batuan, walaupun
asal (source) dari batuan
intensitasnya berbeda.
sedimen dan tanah (soil).
2. Selectively Pervasive
Kiranya penting untuk diketahui Proses ubahan hanya terjadi
bahwa proses pelapukan akan
pada mineralmineral tertentu
menghacurkan batuan atau
pada batuan.
bahkan melarutkan sebagian
3. NonPervasive
dari mineral untuk kemudian
Hanya bagian tertentu dari
menjadi tanah atau diangkut dan
keseluruhan batuan yang
diendapkan sebagai batuan
mengalami ubahan.
sedimen klastik. Sebagian dari
mineral mungkin larut secara
Intensitas ubahan didefinisikan
menyeluruh dan membentuk
sebagai tingkat atau derajat
Gambar 2. Stratigrafi Sub Cekungan mineral baru. Inilah sebabnya
ubahan yang didasarkan pada
Jambi, Sumatra Selatan (Holis dkk, dalam studi tanah atau batuan
persentase mineral sekunder.
2010).
klastika mempunyai komposisi
Adapun intensitas ubahan
yang dapat sangat berbeda
dengan gouge atau breksi sesar
menurut Morrison (1997) dapat
dengan batuan asalnya.
dan pada waktu yang sama
dibedakan menjadi:
Komposisi tanah tidak hanya
terjadi penambahan panjang.
tergantung pada batuan asalnya, 1. Tidak terubah (unaltered):
Ketika konsentrasi strain
tidak ada mineral sekunder.
tetapi juga dipengaruhi oleh
berlanjut, subseismic faults
2. Lemah (weak): mineral
hadir. Batuan dikarakterisasikan alam, intensitas, dan lama
(duration) pelapukan dan proses sekunder < 25 %.
utama oleh shear fractures yang
3. Sedang (moderate): mineral
jenis pembentukan tanah itu
umumnya mempunyai sebuah
porositas dan konektifitas yang
tinggi dibandingkan dengan
rekahan primer, karena lebih
panjangnya rekahan, lebar zona
hancuran, dan terkadang hard
subseismic fault, yang
mempengaruhi peran sebagai
jalur pergerakan fluida. Variasi
pada densitas dan orientasi
rekahan tektonik adalah
didominasi oleh sejarah dan
intensitas proses deformasi.
3. Rekahan pembebasan beban
(exhumation fracture)
Rekahan yang terbentuk
selama pembebasan beban
batuan ke permukaan. Tepat
sebelum penghilangan beban,
batuan di bawah kondisi regim
stress insitu. Berkaitan dengan
Gambar 3. Zona Pelapukan dan Rekahan pada Granit di Big Mountain, Vung
tidak terbebani berasosiasi
Tau (a), Pelapukan dan Alterasi Granit di Long Hai, Vung Tau (b)
dengan ekshumasi, regime stress (Priambodo, 2010). Granit Wash Yang Tererosi dari Tinggian
bekerja pada perubahan massa
Wichita/Amarillo, Oklahoma dan Terdeposisi Sepanjang Batas Flank Utara
batuan. Batuan terkena stress
dan Selatan (c) (www.ogs.ou.edu, 2010).
tinggalan pada bagian atas dari
sekunder 25 75 %.
sendiri (Boggs, 1995).
kerak bumi menghasilkan
4. Kuat (strong): mineral
rekahan batuan yang parallel
sekunder > 75 %.
Pirajno (1992) membagi tiga
dengan permukaan bumi.
5. Intens: seluruh mineral
pola ubahan berdasarkan
primer terubah (kecuali kuarsa,
kestabilan
mineral
primer
yang
Pelapukan adalah proses alterasi

Edisi No.2-2013

HALAMAN 21

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*


zircon,dan apatit), tetapi tekstur
primernya masih terlihat.
6. Total: seluruh mineral primer
terubah (kecuali kuarsa,
zircon,dan apatit), dan tekstur
primernya tidak terlihat.

mengisi cekungan atau terban di Berdasarkan pengamatan


atas batuan dasar bersamaan
berbagai macam referensi
dengan kegiatan gunung api.
singkapan granit di berbagai
Terjadi pengisian awal dari
lokasi yang dapat menjadi analog
cekungan yaitu Formasi Lahat.
bawah permukaan, unitunit
litologi yang berhubungan
3. Fase ketiga yaitu adanya
dengan bukit intrusi tersebut
aktivitas tektonik Intra Miosen
adalah Granite Segar atau Real
Menurut Satyana (2009) Granite menyebabkan pengangkatan
Basement, Unit Granit
tepitepi cekungan dan diikuti
wash sukar dibedakan dari
Terekahkan (Fractured Granite),
granit yang insitu, bahkan dalam pengendapan bahanbahan
Granit Terlapukkan (Weathered
klastika. Yaitu terendapkannya
singkapan, apalagi ke dalam
Granit), dan Granite Wash. Unit
Formasi
Talang
Akar,
Formasi
lubang bor. Bertambah kompleks
unit tersebut secara konseptual
Baturaja,
Formasi
Gumai,
dengan adanya alterasi yang
Formasi
Air
Benakat,
dan
merubah fabric asli batuan.
Formasi Muara Enim.
Beberapa pendekatan telah
4. Fase keempat berupa gerak
digunakan untuk menentukan
apakah bagian atas granit pluton kompresional pada Plio
Plistosen menyebabkan sebagian
beberapa telah tererosi dan
Formasi Air Benakat dan
terdeposisi menjadi granite
Formasi Muara Enim telah
wash. Pendekatan itu meliputi
menjadi tinggian tererosi,
petrografi, absolute dating dari
sedangkan pada daerah yang
granit dan uratnya, dan
relatif turun diendapkan
paleomagnetik dari granit.
Formasi Kasai. Selanjutnya,
Gambar 4. Sketsa Model Konseptual
Sejatinya, wash adalah suatu
Reservoir Granit (Bachtiar, 2012)
terjadi pengangkatan dan
istilah pertambangan untuk
perlipatan berarah barat laut di
loose, surface deposits of sand,
seluruh daerah cekungan yang
gravel dan boulders atau coarse
dapat dimodelkan sesuai sketsa
mengakhiri pengendapan Tersier pada Gambar 4.
alluvium jelas merupakan
di Cekungan Sumatra Selatan.
produk erosi. Dalam hal ini,
Selain itu terjadi aktivitas
provenancenya adalah suatu
Umur absolut granit yang
volkanisme pada cekungan
tinggian batuan dasar granitik,
diambil dari inti pemboran pada
belakang busur.
sehingga disebut granite wash,
sumur PT1, dari hasil dating
juga endapannya kaya akan
radiokatif KAr mineral biotit
fragmen granit (Gambar 3c).
Tatanan stratigrafi Cekungan
adalah 34.30 0.91 juta tahun
Sumatra Selatan terdiri dari
lalu. Jika merujuk ke skala waktu
beberapa formasi yang
Tatanan Geologi Cekungan
geologi yaitu sebanding dengan
diendapkan di atas batuan dasar Eosen Akhir. Berdasarkan
Sumatera Selatan
(Gambar 2). Secara berurutan
Pengamatan Petrografi dari inti
dari tua ke muda yaitu Formasi
Peristiwa Tektonik yang
pemboran yang diambil, jenis
Lahat, Formasi Talang Akar
berperan dalam perkembangan
batuan dasar di lapangan PT
Bawah, Formasi Talang Akar
Pulau Sumatra dan Cekungan
adalah Granit yang memiliki
Atas, Formasi Baturaja, Formasi tekstur porfiritik (Setyobudi,
Sumatra Selatan menurut
Gumai, Formasi Air Benakat,
Pulonggono dkk (1992) adalah:
2012) (Gambar 5)
Formasi Muara Enim, dan
1. Fase kompresi yang
Dari pengamatan karakteristik
Formasi Kasai. Menurut Salim
berlangsung dari Jurasik awal
dkk (1995), Batuan Dasar
sampai Kapur. Tektonik ini
bervariasi pada komposisi,
menghasilkan sesar geser
batuan praTersier yaitu terdiri
dekstral WNW ESE seperti
dari granit, kuarsit,
Sesar Lematang, Kepayang,
batugamping, serpih, meta
Saka, Pantai Selatan Lampung,
sedimen, filit, sekis, andesit, dan
Musi Lineament dan N S
trend. Terjadi wrench movement basalt. Umur sekuen litologi pra
Tersier berkisar antara Paleozoik
dan intrusi granit berumur
akhir sampai Mesozoik Akhir.
Jurasik Kapur.
2. Fase tensional pada Kapur
Variasi dan Posisi Unit
Akhir sampai Tersier Awal yang
Litologi, Serta Model
menghasilkan sesar normal dan
Gambar 5. Sayatan Petrografi 10 dan Plotting Pe
sesar tumbuh berarah N S dan Konseptual
Batuan Beku Asam menurut IUGS (Setyobudi 20
WNW ESE. Sedimentasi

HALAMAN 22

Edisi No.2-2013

*KARYA GEOSAINTIS MUDA* FGMI#


log Sumur yang menembus
Granit Eosen dengan bentukan
intrusi di salah satu lapangan di
Sub Cekungan Jambi, Cekungan
Sumatra Selatan, satuan batuan
dasar granitik dapat pula
dibedakan menjadi unit Granit
Terekahkan, Granit
Terlapukkan, Granit Wash, dan
Real Basement (Setyobudi,
2011).
Granit terekahkan (Fractured
granite) memiliki karakteristik
log porositas neutron yang
nilanya bervariasi dari 0,058
0,201 npu, begitu pula deep
resistivitynya yang sangat
bervariasi nilainya, yaitu dari
16,1 sampai 801 ohmM,
densitasnya antara 2,252,54
gm/cc, soniknya 65,790,4 s/ft.
Berdasarkan data sumur,
ketebalan satuan ini adalah
bervariasi 31238 ft yaitu berada
pada kedalaman 4223 ft SSTVD
sampai 5233 ft SSTVD.

Gambar 6. Posisi satuan-satuan litologi batuan dasar granitik dapat diketahui


dari korelasi log sumur, interpretasi dan pemetaan seismik 3-D

sehingga batuan menjadi kedap,


sehingga satuan ini berpotensi
sebagai batuan penudung.
Satuan ini terdapat pada bagian
atas tubuh intrusi dan lereng
namun tidak hadir pada lembah.
Pendeteksian rekahan pada
Ketebalannya bervariasi 112 ft
granit secara tidak langsung
berada pada kedalaman 4215ft
dengan data wireline log,
SSTVD sampai 4970 ft SSTVD.
ditunjukan oleh terdapat defleksi Karena terbentukknya mineral
spektral uranium ke angka yang
lempung yang konduktif seperti
tinggi, pergerakan kurva
klorit dan kaolinit akibat adanya
mikroresistivitas (MSFL) yang
proses pelapukan, maka
cepat, harga anomali sonik yang resisitivitas batuan granit
mengalami peningkatan secara
terlapukkan lebih rendah
tajam dibandingkan harga sonik daripada granit terekahkan dan
di batuan di atas atau bawahnya. real basement yaitu berkisar
3,8781,5 ohmM. Selain itu
Granit terlapukkan (Weathered
gamma ray nya berkisar 98,7
granite) yang terbentuk karena
250 API lebih rendah daripada
batuan granit terekspose ke
Granit terekahkan. Densitasnya
permukaan dan mengalami
2,342,53 gr/cc, porositas
pelapukan dan alterasi argilik
neutron 0,0830,206 npu, dan
soniknya 67,6101 s/ft.
Granit wash memiliki
karakteristik yang hampir sama
dengan Granit terekahkan. Yaitu
gamma ray 360386 API,
sedangkan memiliki porositas
relatif lebih besar daripada
granit terekahkan yaitu berkisar
0,1620,185 npu, dan densitas
relatif lebih rendah daripada
Granit terekahkan yaitu 2,36
2,38 gm/cc, dan resistivitas lebih
ersentase Mineral QAP pada Diagram Klasifikasi rendah daripada Granit

011).

Edisi No.2-2013

terekahkan yaitu 5,39166 ohm


M, Vshnya 0,3160,612 dan log
soniknya 91,292,9 s/ft.
Ketebalan satuan ini adalah 33
296 ft berada pada kedalaman
4674 ft SSTVD sampai dengan
4931 ft SSTVD.
Dibawah Satuan Granit
terekahkan terdapat Satuan Real
basement yang merupakan
litologi batuan dasar yang tidak
ekonomis atau tidak dapat
berpotensi sebagai reservoir
hidrokarbon dilihat dari data
drill stem test yang tidak
mengandung fluida dan total gas
yang kecil kurang dari 100 unit.
Dari wireline log nilai log gamma
raynya tinggi yaitu berkisar 259
431 API, resistivitasnya 19,0
6092 ohmM, densitasnya 2,12
2,61 gr/cc, log porositas neutron
yang rendah berkisar 0,014
0,274 npu dan log soniknya 52,2
72,0 s/ft.
Posisi satuansatuan litologi
batuan dasar granitik dapat
diketahui dari korelasi log
sumur, interpretasi dan
pemetaan seismik 3D (Gambar
6). Karena dalam satu peak
terdapat tiga top horizon, maka
dalam pemetaan sebaran unit
batuan dasar granitik yang dapat
menjadi reservoir hidrokarbon

HALAMAN 23

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*


maka ketiga horizon dipetakan
menjadi satu horizon, kemudian
variasinya diketahui dengan
melihat data sumur dan
mempertimbangkan
paleogeografi atau posisi relatif
sumur satu dengan lainnya
sebelum terendapkannya
Formasi Talang Akar Bawah.
Granit di lapangan ini
mengalami perekahan pada
seluruh bagian dari Lapangan PT
yang disebabkan oleh proses
tektonik di lapangan ini. Di atas
Satuan Granit terekahkan ini
terdapat satuan Granit
terlapukkan dengan intensitas
pelapukan yang berbedabeda
tergantung dari elevasi, posisi
dan adanya erosi. Sehingga pada
puncak bukit, batuan granitnya
akan menagalamai pelapukan
lebih tebal daripada yang di
lereng. Dan pada lembah yang
biasanya menjadi penyaluran air,
maka pelapukan tidak terjadi
pada daerah lembah. Pada
bagian dasar lereng di sebelah
barat laut berkembang Satuan
Granit wash yang tertansport
dari puncak dan lereng bukit
dengan jarak yang dekat dan
sistem aliran debris sehingga
karakteristiknya mirip dengan
granit yang insitu (Gambar 10).
Struktur Geologi
Pada Lapangan PT terdapat
beberapa kelompok struktur
geologi (Gambar 11), yaitu
1. Sebuah sesar berbalik sebagai
batas Timur Lapangan PT. sesar
yang besar ini berorientasi barat
laut tenggara (NWSE). yang
terbentuk oleh gaya kompresi
Pliosen Plistosen.
2. Sebuah sesar normal
berorientasi utara selatan,
yang terbentuk oleh gaya
ekstensi Jurasik Tersier awal.
3. Sebuah sesar yang
berorientasi utarabaratlaut
selatantenggara (NNW SSW)
sebagai batas barat Lapangan
PT. Berdasarkan pergerakannya,
sesar ini diinterpretasikan
sebagai sesar gunting, awalnya

HALAMAN 24

Gambar 7. Penafsiran Struktur Geologi Berdasarkan Trend dan Strain


Elipsoid Struktur Regional (Setyobudi, 2011)

merupakan sesar normal yang


terbentuk oleh gaya kompresi
pada JurasikKapur, dan
berkembang menjadi sesar
gunting akibat kompresi Plio
Plistosen.
4. Enam buah sesar normal
berorientasi timurlaut
baratdaya. yang terbentuk oleh
gaya kompresi Pliosen
Plistosen.

intensitas ubahan batuan yaitu


dari lemah sampai dengan
sedang. Intensitas ubahan
sedang hanya terjadi pada satu
sayatan tipis paling atas.
Kemungkianan hal itu terjadi
karena batuan lebih dekat
dengan permukaan daripada
batuan yang disayat lainnya,
sehingga intensitas
pelapukannya lebih tinggi.
Tingkat ubahan yang terjadi
selectively pervasive yaitu proses
Alterasi Batuan dan
ubahan hanya terjadi pada
Kualitas Reservoir
mineralmineral tertentu yang
tidak terlalu resisten pada
Dari 10 sayatan petrografi,
mineral sekunder yang terbentuk batuan.
yaitu paling rendah 5,60% dan
Dari sayatan petrografi terlihat
paling tinggi adalah 32,00%.
Berdasarkan persentase mineral beberapa jenis mikro pori yang
sekunder pada batuan granit dan terbentuk. Berdasarkan
genesanya yaitu pori yang
mengacu pada klasifikasi yang
terbentuk akibat pelarutan atau
dibuat oleh Morrison (1997)
sering disebut dissolution/vuggy
porosity (Gambar 12) dan pori
akibat rekahan. Rekahan yang
terbentuk pun ada yang terbuka
atau opened fracture (Gambar
12) dan ada pula yang terisi oleh
mineral sekunder merupakan
kelanjutan dari proses pelarutan
yang terjadi. Rekahan ini disebut
dengan resistive fracture atau
filled fracture (Gambar 12).
Gambar 8. Mikroporositas yang Mineral yang sering mengisi
Terlihat dari Sayatan Tipis (Setyobudi, rekahan adalah mineral siderite
2012)
dan kaolinit.

Edisi No.2-2013

*KARYA GEOSAINTIS MUDA* FGMI#


fluida disitu.
Kesimpulan
1. Berdasarkan
pengamatan berbagai
macam referensi
singkapan granit di
berbagai lokasi dan hasil
analisis data bawah
permukaan pada
Lapangan PT Satuan
litologi yang
berhubungan dengan
bukit intrusi granitik
tersebut adalah Granite
Segar (Real Basement),
Granit Terekahkan
(Fractured Granite),
Gambar 9. Peta Lowest Know Oil (LKO) dan Granit Terlapukkan
Lowest Known Gas (LKG) serta Drill Stem Test (Weathered Granit), dan
(DST) Interval Granite Wash dan Fractured
Granite Wash.
Granit (Setyobudi, 2012)
2. Granit Terekahkan
tersebar pada seluruh bagian
Besaran porositas terlihat
dari Lapangan PT yang
(visible porosity) dari
disebabkan oleh proses tektonik
pengamatan petrografi 10
yang mengenai batuan granit di
sayatan tipis yang dilakukan
lapangan ini, di atas Satuan
adalah untuk porositas rekahan
Granit terekahkan ini terdapat
berkisar dari 0 2% sedangkan
satuan Granit terlapukkan.
untuk porositas pelarutan
Satuan Granit wash berada pada
berkisar 0 7.2%. ataupun jika
dasar lereng yang tertansport
dijumlah untuk setiap sayatan
dari puncak dan lereng bukit
adalah bervariasi dari 0.8%
dengan jarak yang dekat. Satuan
8.8%.
Real basement yang merupakan
litologi batuan dasar yang tidak
Berdasarkan studi karakteristik
dan pemetaan sebaran reservoir ekonomis atau tidak dapat
berpotensi sebagai reservoir
granitik terdahulu di lapangan
hidrokarbon dilihat dari data
yang distudi, diketahui bahwa
drill stem test yang tidak
bentukan tubuh granit didaerah
mengandung fluida dan total gas
penelitianadalah membentuk
bukit intrusi. Telah dilakukan uji yang kecil.
3. Satuan Batuan dasar yang
laju alir fluida pada sumur
terbukti berpotensi sangat bagus
sumur diberbagai posisi dari
sebagai reservoir adalah satuan
bukit intrusi tersebut (Gambar
granit terekahkan dengan
13). Uji laju alir terbaik adalah
prositasnya NOB 11,8%20,7%
1044 BOPD pada yaitu posisi
dan permeabilitas horizontal
sumurnya pada flank atau
1,1946,4 md, dan DST terbaik
pinggir dari bukit intrusi.
sebesar 1044 BOPD. Granit wash
Sedangkan pada bagian dasar
dari bukit intrusi dihasilkan laju berpotensi sebagai reservoir
alir terbaik yaitu 23.8 BOPD dan dengan porositas neutron 0,162
0,185 npu. DST terbaiknya yaitu
pengujian semakin kebawah
23.8 BOPD.
semakin kecil bahkan tidak ada
fluida hidrokarbonnya. Selain itu
Daftar Pustaka
pengujian juga dilakukan di
puncak bukit intrusi, dan
Boggs, Sam Jr. 1987. Principle of
hasilnya tidak terdapat aliran

Edisi No.2-2013

Sedimentology and Stratigraphy. Merrill

Publishing Company: Ohio.


Bachtiar, Andang. 2012. GDAIAGI
Fieldtrip Summary South Sumatra
Basin Sedimentology and Petroleum
System. Unpublished.
Holis, Z., Benyamin, S., I Nyoman S.,
Moh., Kusuma, U., Meli, H. 2010. Fault
Characteristic and Palinspatic
Reconstruction of The Jabung Field,
South Sumatra Basin, Indonesia.
Proceedings 39th IAGI Annual
Convention: Lombok.
Morison, Kingston. 1997.
Hydrothermal Minerals and Their
Significance. Geothermal and Mineral
Service Division of Kingston Morrison
Ltd: Auckland.
Petford, N. dan McCaffrey, K.J.W.
2003. Hydrocarbon in Crystaline Rock.
Geological Society of London: London.
Pirajno, F. 1992. Hydrothermal Mineral
Deposits. Principles and Fundamental
Concepts for the Exploration Geologist,
SpringerVerlag: Berlin.
Priambodo, Doddy. 2010. Bisnis
Eksplorasi Migas, Industri, dan
Universitas. Handout Presentasi Short
Course AAPG SC UNDIP: Semarang.
Pulonggono, A.S., Agus, H., dan
Kosuma, C.G. 1992. PreTertiary and
Tertiary fault systems as a framework of
the South Sumatra Basin a study of
SARmaps. Proccedings 21st Annual
Convention Indonesian Petroleum
Association: Jakarta.
Salim, Y., Nana, D., Maryke, P.,
Yustika, I., Mimi S., dan M., Fauzi. 1995.
Technical Study Report Remaining
Potential of The South Sumatra Basin.
South Sumatra AMI Study Group.
Satyana, Awang. 2009. Talang Akar
dan Lemat. Mailinglist IAGI.
http://www.mailarchive.com/iagi
net@iagi.or.id/msg23811.html
Setyobudi, P.T., Bambang, W.H., Banu,
A., Krisputranto, W.N., Hadi, N.,
Sudaryo, B.. 2011. Study of
Characteristic and Lateral Distribution
of Granitic Basement Reservoir by Well
and 3D Seismic Datas at PT Field,
Jambi SubBasin, South Sumatra Basin.
Proceedings the 36th HAGI and 40th
IAGI Annual Convention and
Exhibition: Makasar.
Setyobudi, P.T. and Bambang, W.H..
2012. Petrography and Reservoir
Characteristic of Eocene Granite in
Jambi Sub Basin, South Sumatra Basin.
Proceedings the 41st IAGI Annual
Convention and Exhibtion: Yogyakarta.
__________.2010. Mid Continent
Wash Play. diunduh tanggal 30
Nopember 2010 dari
www.ogs.ou.edu/MEETINGS/.../Granit
eWash08/GWOverview.ppt

HALAMAN 25

#FGMI *GEOKnowledge*

Definisi Hujan
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang
berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat
berwujud padat (misalnya salju dan hujan es)
atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan
terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke
bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai
ke permukaan bumi karena sebagian menguap
ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis
ini disebut sebagai virga.

Gambar 1. Siklus Hidrologi (USGS)

Hujan memainkan peranan penting dalam siklus


hidrologi. Lembaban dari laut menguap,
berubah menjadi awan, terkumpul menjadi
awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan
akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan
anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu
semula.
Jenis Hujan Menurut Kejadiannya
Berdasarkan dari kejadiannya hujan di bagi
menjadi beberapa jenis berdasarkan
kejadiannya, antara lain
Jenis jenis hujan berdasarkan terjadinya :
1. Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi
karena udara panas yang naik disertai dengan
angin berputar.
2. Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering

HALAMAN 26

terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat


pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan
Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut
naik dan membentuk gumpalangumpalan awan
di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi
jenuh dan turunlah hujan.
3. Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi
karena angin yang mengandung uap air yang
bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju
pegunungan, suhu udara menjadi dingin
sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di
sekitar pegunungan.
4. Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi
apabila massa udara yang dingin bertemu
dengan massa udara yang panas. Tempat
pertemuan antara kedua massa itu disebut
bidang front. Karena lebih berat massa udara
dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang
front inilah sering terjadi hujan lebat yang
disebut hujan frontal.
5. Hujan muson atau hujan musiman, yaitu
hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin
Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson
adalah karena adanya pergerakan semu tahunan
Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis
Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi
bulan Oktober sampai April. Sementara di
kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai
Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan
adanya musim penghujan dan musim kemarau.
Proses Terbentuknya Hujan
terbentuknya hujan di muka bumi di pengaruhi
oleh arus konveksi di atmosfer bumi dan lautan.
Konveksi adalah proses pemindahan panas ole
gerak massa suatu fluida dari suatu daerah ke
daerah lainnya. Konveksi bebas dalam atmosfer
turut memainkan peran penting dalam
menentukan cuaca seharihari,sedangkan
konveksi di lautan merupakan mekanisme
pemindahan panas global yang penting Kedua
konveksi di atas dapat digunakan untuk
menjelaskan terjadiya awan hujan.Uap air yang
berasal dari lautan bersamasama dengan
udara,ternagkat ke atas akibat adanya gaya

Edisi No.2-2013

*GEOKnowledge* FGMI#
membesar secara vertikal, sehingga
menyebabkan awan saling bertindihtindih.
Membesarnya awan secara vertikal ini
menyebabkan gumpalan besar awan tersebut
mencapai wilayahwilayah atmosfir yang
bersuhu lebih dingin, di mana butiranbutiran
air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin
membesar. Ketika butiran air dan es ini telah
menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang
oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai
lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai
hujan air, hujan es, dsb

Gambar 2. Jenis-jenis Awan

tekan hingga mencapai 12 km18 km dan


kemudin membentu awan.Gumpalan awan
berdiameter 5 km mengandung kurang lebih 5 x
108 kg air.Ketika campura uap air dan udara
terkondensasi,maka terbentuk hujan yang
membebaskan sekitar 108 J energi ke atmosfer
(sebanding dengan energi listrik yagn digunakan
oleh 100.000 orang dalam sebulan).Udara
kemudiantertekan ke bawah bersamasama
dengan air sehingga membentuk curah hujan
yang cukup besar.Curah hujan akan melemah
seiring dengan berkurangnya energi disuplai
oleh campuran air dan udara yang naik ke atas

"Longsor dan banjir


bandang merupakan
aliran massa yang akan
menerjang apa saja
tanpa ampun"
Pengaruh Hujan Terhadap Longsor

Menurut Amin Widodo (pakar Kebumian ITS),


Tanah yang menempel pada lereng gunung bisa
dianalogkan seperti benda di bidang miring
seperti dalam ilmu fisika. Benda di bidang
miring itu akan stabil kalau tidak ada gangguan.
Saat air hujan turun akan memicu longsor
karena akan menambah berat dan menurunkan
Tahap Pembentukan Hujan
kohesi tanah di lereng sehingga tanah di lereng
tidak stabil dan akan longsor atau bahkan bisa
Tahaptahap pembentukan kumulonimbus,
mengalir sebagai aliran lumpur. Kalau material
sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:
banyak bongkah bongkah batu dan atau kayu
TAHAP 1. Pergerakan awan oleh angin:
kayu gelondongan maka menjadi aliran massa
Awanawan dibawa, dengan kata lain, ditiup
(debris) yang bisa berakibat sangat mengerikan.
oleh angin.
Terkadang diikuti suara ledakan akibat bongkah
TAHAP 2. Pembentukan awan yang lebih
batu saling bertumbukan. Bila material ini
besar: Kemudian awanawan kecil (awan
masuk ke alur
kumulus) yang
sungai dan
digerakkan
membendung
angin, saling
sungai bisa
bergabung dan
menimbulkan
membentuk
banjir bandang.
awan yang lebih
Longsor dan
besar.
banjir bandang
TAHAP 3.
merupakan
Pembentukan
aliran massa
awan yang
yang akan
bertumpang
menerjang apa
Gambar 3. Hujan dapat memicu terjadinya longsor (Amien Widodo)
tindih: Ketika
saja tanpa
awanawan kecil
ampun. Faktor alam yang juga bisa memicu
saling bertemu dan bergabung membentuk awan
terjadinya longsor adalah getaran gempa.
yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas
terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara
Kalau diamati ternyata tidak seluruh tanah di
vertikal ini lebih kuat di bagian tengah
lereng gunung longsor tapi hanya sebagian saja.
dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara
Ini berarti ada masalah pada lereng yg longsor
ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh
tersebut. Sama saja saat terjadi gempa dan angin

Edisi No.2-2013

HALAMAN 27

#FGMI *GEOKnowledge*
puting beliung tidak semua rumah roboh rata
dengan tanah, hanya rumah rumah yang tidak
mengikuti standar bangunan yang roboh. Bisa
jadi lereng yg longsor ada masalah misalnya
lereng sudah kritis karena ada penggundulan
hutan sehingga tanah tidak terlindungi karena
selama ini tanah bisa stabil karena diikat oleh
akar pohon, atau lereng kritis karena ada
penggalian di bagian bawah lereng sehingga
sudut kemiringan lereng menjadi curam atau
karena ada penebangan hutan yang diikuti
pembangunan banyak vila/hotel di bagian
puncak yg memperberat lereng dll.
Walau begitu tanah di lereng tidak langsung
longsor tapi umumnya akan dimulai tanda
tanda seperti ada longsorlongsor kecil, retakan
retakan di tanah dan di tembok/pagar, pohon
yang tumbuh miring atau tiang listrik miring,
muncul sumbersumber air di lereng dll. Untuk
menghindari jatuhnya korban maka harus

Judul
Pengarang
Penerbit
Tebal

: Petroleum Geoscience
: Knut Bjrlykke
: Springer London
: 508 halaman

Buku setebal 508 halaman ini berisi tentang rangkuman


materi yang diperlukan untuk menjadi seorang Petroleum
Geoscience. Knut Bjrlykke yang merupakan salah satu
pengajar di Oslo University memberi gambaran serta
karakteristik untuk terbentuk serta terakumulasinya
hidrokarbon. Beliau dengan gamblang memaparkan tiap
tiap komponen dalam suatu sitem petroleum. Dan yang
menarik di buku ini juga diberikan penjelasan yang cukup
jelas mengenai heat transport, subsurface water dan
fluid flow dalam suatu cekungan sedimenter yang
memberikan kita pemahaman tentang faktorfaktor lain
yang diperhitungkan dalam eksplorasi minyak dan gas.

HALAMAN 28

dilihat dan diteliti kawasan yg yang sudah


menunjukkan tanda tanda mau longsor,
terutama mengamati arah material yang akan
longsor misalnya apakah akan longsor ke arah
permukiman, atau apakah akan masuk ke sungai
dan akan berubah jadi banjir bandang, atau apa
ke arah ladang kosong. *Rizky Syawal (Divisi Hubungan
Kemasyrakatan FGMI)

Daftar Pustaka :

Widodo, Amien. 2012. Budayakan antisipasi bencana


tanah longsor . IAGI
Priyantari, N. dan C. Wahyono. 2005. Penentuan Bidang
Gelincir Tanah Longsor Berdasarkan Sifat Kelistrikan Bumi
(Determination Of Slip Surface Based On Geoelectricity
Properties).
Taufik Ramlan Ramalis.2010.Analisis Bidang Gelincir
Dalam Menentukan Potensi Dan Arah Longsoran Dengan
Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner Di
Desa Kayuambon Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Bandung : LPPM Universitas Pendidikan Indonesia
http://wikipedia.org
geologi.iagi.or.id/wpcontent/uploads/2011/02/bencana
alamkahini.jpg

Judul
Pengarang
Penerbit
Tebal

: Sumatra : Geology, Resources and


Tectonic Evolution
: A.J Barber, M.J Crow, J.S Milson
: The Geological Society London
: 304 halaman

Buku ini merupakan kerja keras bertahuntahun dari tim


Southeast Asia Research Group dibantu oleh Pusat
Sumberdaya Geologi Bandung serta LEMIGAS. Konten
dari buku ini sangat lengkap membahas aspekaspek
kegeologian di Sumatera. Di bagian awal dipaparkan
sejarah penelitian penelitian geologi awal Sumatra
sebelum perang dunia ke2 hingga sekarang dan
dipaparkan pula perubahan serta penambahan konsep
konsep dari tiaptiap penelitian yang pernah ada. Sesuai
dengan judulnya, buku ini memparkan pula potensi
potensi keekonomian yang ada di Sumatra. Buku ini
sangat cocok untuk temanteman yang akan
melaksanakan penelitian maupun tugas akhir di Sumatra.

Edisi No.2-2013

*KISAH* FGMI#

Tulisan ini merupakan opini saya sebagai


seorang geologist dalam mengamati pola laku
temanteman seprofesi saya sekaligus sebagai
renungan kita tentang sisi kehidupan lain. Saat
ini, para ulusan Teknik Geologi tidaklah seperti
dulu yang sering di pandang sebelah mata.
Banyak siswa Sekolah Menengah Umum (SMU)
yang telah lulus menargetkan untuk masuk di
jurusan Teknik Geologi.
Antusiasme ini disebabkan imingiming gaji
besar dan menggiurkan jika nanti bekerja
sebagai seorang Geologist. Namun, terjadi
dilema saat telah lulus, disebabkan kegalauan
dalam memilih pekerjaan di bidang non
migas atau migas , maupun
permasalahan tempat
kerja yang
mengharuska
n kita di kota
besar atau di
daerah
terpencil (site).
Teman yang
bekerja di kota
(Jakarta)
menggalau dengan
kehidupa
n sosial, lingkungan dan kemacetan di
Jakarta yang menurut mereka tidak
bersahabat. Sementara teman yang
bekerja di site menggalau dengan
keterasingan hidup, dan kejenuhan
kehidupan di site. Hal ini lumrah, karena
didukung pula suasana kerja yang relatif baru
dirasakan namun tidak seharusnya kegalauan ini
menjadikan lulusanlulusan geologi menjadi
manusia yang berjibaku dengan
membandingkan kehidupannya dengan teman
sesama profesinya.
Dan saya salah satu geologist yang mencari
nafkah di Jakarta dan menurut saya banyak
hikmah yang bisa saya ambil dari rutinitas
kehidupan perjalanan saat pergi dan pulang
bekerja di kota Metropolitan ini. Pada saat
menaiki transportasi umum, bukan hanya
mengkonsumsi asapasap dan polusi yang kotor
namun ada hal lain yang bisa kita renung dan
saksikan yaitu aktivitas manusia disekitar kita.

bapak dan ibuibu tua bahkan kakeknenek yang


sudah renta. Setelah letih pulang bekerja,
mereka tetap harus berdesakdesakan di
angkutan umum. Saya yang masih muda menjadi
urung mengeluh melihat raut wajah mereka yang
mengingatkan dengan wajah kedua orang tua
saya.
saya mulai mengamati orang lain dengan profesi
lainnya yang menjalani kehidupan, mereka
bekerja dengan setulus hati. Karena pada
hakikatnnya bekerja adalah Ibadah.
Bahkan terlihat
beberapa kali
Tuna Netra yang
tetap teguh, orang
yang memiliki
kekurangan tetapi
tetap semangat
melaju di
kehidupan. Saya
seperti tertepuk
dengan halhal yang
saya lihat ini.
Miris saat melihat anak
anak kecil yang
seharusnya menuntut
ilmu, berbahagia
menikmati masa kecilnya
tetapi malah harus
membanting tulang.
Hujan, dan tanpa alas
kaki tidak masalah buat mereka, yang terpenting
mereka harus mendapatkan uang. Maka tidak
sepatutnya kita berkeluhkesah terhadap apa
yang kita jalani dan sudah seharusnya kita
bersyukur atas nikmat yang begitu banyak
dianugerahkan olehNya kepada kita. Dan dari
kehidupan sekitar kita, banyak peristiwa yang
dapat kita petik untuk lebih bersyukur.
* Maulida Balqis Arbinesya (Divisi Humas FGMI)

Saya melihat orangorang yang berjuang keras


untuk mengarungi hidupnya, melihat bapak

Edisi No.2-2013

HALAMAN 29

#FGMI *FGMI GOES TO CAMPUS*

Pada hari jumat, 23 November 2012 subdivisi


pertambangan divisi libang FGMI baru saja
mengadakan sharing ilmu dari anggota FGMI
kepada mahasiswa geosain. Pada kesempatan ini
FGMI bekerja sama dengan salah satu organisasi
mahasiswa yang bergerak dibidang economic
geology atau lebih dikenal dengan (SCSEG).
Berdasarkan
kesepakatan
akhirnya
diputuskan
bahwa acara
tersebut akan
diadakan di
Universitas
Padjajaran
(UNPAD).

dugaan ternyata ada hampir 50 orang yang


sudah mendaftar ke panitia baik dari kalangan
mahasiswa maupun professional. Kami sebagai
penyelenggara sangat bangga sekali sebab
jumlah tersebut merupakan batas maksimal dari
kapasitas orang dalam ruangan yang sudah
disiapkan. Hal ini juga menjadi penyemangat
kami selaku panitia
dari FGMI untuk
memberikan hasil
yang maksimal.

Acara dimulai pada


pukul 08.00 WIB
diawali dengan
registrasi kemudian
dilanjutkan dengan
presentasi profil
FGMI yang
Oleh karena
dibawakan oleh Mas
itu kami
Gayuh. Sekedar
namakan acara
informasi jumlah
ini FGMI goes
peserta yang hadir
to UNPAD.
sebanyak 48
Persiapan pun
Suasana Ruangan Acara FGMI Goes to UNPAD
orang tidak
mulai
hanya dihadiri oleh mahasiswa tetapi juga
dilakukan baik dari FGMI maupun SCSEG
professional dan kalangan akademisi. Setelah itu
UNPAD. Mulai dari mencari pembicara yang
baru dimulai sesi pertama yang disampaikan
bisa hadir pada acara ini karena seperti kita
oleh mas Arif Bastian dengan judul Stages and
ketahui kebanyakan pembicara yang bergelut di
Methods in Gold Exploration. Pada sesi ini
dunia mineral bekerja di luar Jawa dan sistem
dijelaskan secara detail mengenai tahaptahap
roster sehingga sedikit mengalami kesulitan
eksplorasi dalam dunia tambang, meliputi
dalam mengatur jadwal pembicara tersebut.
tahapan eksplorasi geofisika, geologi
(pemetaan), hingga tahapan geokimia untuk
Alhasil didapatkan empat pembicara yang luar
menunjang data pada tahap awal eksplorasi.
biasa yaitu Arif Bastian (PT Newmont), Ridwan
Disamping itu selain dijelaskan tahapan tersebut
Permana Sidik (PT Antam Tbk), Doly Rizky
disinggung sedikit mengenai pengolahan data
Panggabean (PT. Bumi Resources Mineral), Arti
yang didapatkan baik data geologi, geofisika, dan
Primadona (PT. Black Diamond Energy). Dilihat
geokimia sehingga dibagian akhir didapatkan
dari keempat pembicara yang bisa hadir dengan
data modeling dari suatu daerah. Terlihat para
berlatar belakang dibidangnya masingmasing
peserta sangat antusias dengan materi yang
maka kami selaku panitia membuat tema dari
diberikan. Mulailah bermunculan pertanyaan
acara tersebut yaitu An Introduction to
saat presentasi tersebut, Sesi ini diakhiri dengan
Economic Mineral Exploration. Setelah
kuis yang diberikan oleh pembicara dan berhasil
didapatkan pembicara yang pasti bisa, kemudian
dijawab oleh dua mahasiswa dari Universitas
panitia baik dari FGMI maupun SCSEG
Padjajaran.
membuat publikasi acara ini yang selanjutnya
akan disebarkan ke kampuskampus dan di
Sesi kedua baru dimulai sekitar pukul 10.30
kalangan anggota FGMI sendiri.
WIB, sesi ini tidak kalah serunya, dibawakan
oleh mas Ridwan Permana dengan judul
Tiga hari sebelum acara berlangsung, diluar

HALAMAN 30

Edisi No.2-2013

*FGMI GOES TO CAMPUS* FGMI#


ditemukan oleh orang Indonesia. Jadi semakin
Applied Structural Geology on Pongkor, Low
bangga bahwa bangsa Indonesia tidak kalah
Sulphidation Epithermal. Sesi kedua ini sudah
saing dengan luar negeri. Sesi yang terakhir
masuk tahapan lanjut dari dunia eksplorasi yang
disampaikan oleh mbak arti (PT Black Diamond
dijelaskan oleh Mas ridwan salah satunya
Energy) dengan judul An overview of Nickel
melalui analisis struktur dengan contoh daerah
Deposit. Materi yang disampaikan pada sesi ini
Pongkor, Jawa Barat. Pada sesi ini tidak hanya
dijelaskan mengenai tipe laterit yang
dijelaskan mengenai struktur geologi yang
berkembang serta
berkembang
proses pembentukan
saja melainkan
nikel deposit secara
juga dijelaskan
umum, dan proses
mengenail
persebaran dari
aplikasi
endapan nikel yang
struktur
berkembang. Sangat
tersebut
menarik penyampaian
terhadap
dari mbak arti dan
tahapan
diakhiri dengan kuis
eksplorasi.
tebak daerah yang
Sedikit
paling prospek dilihat
disinggung
dari IUP yang
juga mengenai
diberikan. Pada kuis
mineralisasi
ini membuat audience
yang
tertantang daya
berkembang di
Pemateri FGMI Goes to UNPAD
analisisnya dalam
daerah
mempertimbangkan
Pongkor.
hal tersebut.
Berhubung pada hari tersebut adalah hari Jumat
maka sesi kedua dilanjutkan kembali setelah
break.
Setelah materi diberikan semua, acara FGMI
Selanjutnya sesi ketiga merupakan sesi yang
goes to UNPAD diakhiri dengan pembagian
sangat ditunggutunggu karena pada sesi yang
plakat kepada pembicara dan foto bersama. Hal
bertajuk Exploraton of The Tamagot Banded
menarik dari acara ini adalah, disamping
Iron Formation, Mauritania, Africa. Sesi ini
mahasiswa belajar kami juga bisa belajar. Sebab
dibawakan oleh mas Doli. Materi yang
tanpa membaca dan belajar niscaya nasib
disampaikan
seorang manusia
pada sesi ini
tidak berubah.
sangat menarik
Disampaikan
mulai dari
banyak
proses
terimakasih
pembentikan
kepada para
Banded Iron
pemateri, peserta,
Formation (BIF)
pengurus UNPAD
serta mineral
SEG SC, dan pihak
mineral yang
Fakultas Geologi
berkembang
UNPAD atas segala
didaerah
bentuk bantuan
tersebut dan
dan kerjasamanya
tahapan
sehingga acara ini
eksplorasi yang
dapat berjalan
digunakan,
lancar, dan semoga
sebab tipe
kedepan tetap
Peserta FGMI Goes to UNPAD
alterasi ini
dapat menjalin
sangat jarang terjadi di Indonesia. Ada hal yang
kerjasama yang baik dalam rangka berbagi ilmu.
*Asri Wulandari (Divisi Penilitian dan Pengembangan Keprofesian
menarik pada presentasi ini meskipun prospek
FGMI)
daerah tersebut berada di Afrika tetapi
kebanyakan nama prospeknya diambil dari kata
dalam bahasa sunda seperti kabayan, otoy,
dll.
Hal ini menandakan bahwa prospek tersebut

Edisi No.2-2013

HALAMAN 31

#FGMI *GALERI*

Duuh, Capeknya jadi SV !!


(Yogyakarta, Melia Purosani)

Merapi : Sang Pasak Pulau Jawa


(Foto Oleh Syahrul Kamil)

Geosaintis Muda di PIT IAGI 2012


(Foto oleh Rizky Syawal, Editing oleh Gayuh Putranto)

HALAMAN 32

Edisi No.2-2013

*FGMI PEDULI* FGMI#

FGMI PEDULI adalah sebuah kegiatan sosial


yang diinisiasi oleh Forum Geosaintis Muda
Indonesia periode tahun 2012 2014 untuk
merespon kejadian bencana alam yang terjadi di
seluruh nusantara Indonesia. FGMI PEDULI
BANJIR JAKARTA merupakan suatu langkah
awal partisipasi para geosaintis muda Indonesia
terhadap korban banjir yang melanda Jakarta.
FGMI PEDULI BANJIR JAKARTA juga
bekerjasama dengan SKKMIGAS sebagai partner
dan Himpunan Mahasiswa Trisakti (Geologi dan
Perminyakan) sebagai tim yang bertugas untuk
berkoordinasi di lapangan.
FGMI PEDULI BANJIR JAKARTA yang
dikoordinasi oleh Maulida Balqis Arbinesya dan
berkonsentrasi terhadap
penyediaan air bersih untuk
Mandi Cuci Kakus (MCK).
Pengiriman air ini pun sudah
dilakukan ke beberapa
daerah seperti Pondok Gede
Permai, MT. Haryono,
Kalibata, Jelambar, Muara
Baru, Pluit dll. FGMI
PEDULI BANJIR JAKARTA
juga menyalurkan bantuan
berupa peralatan kebutuhan
hidup seperti makanan, susu,
pampers dll. Seluruh dana
yang terkumpul akan digunakan akan digunakan
untuk membantu korban banjir Jakarta.

Edisi No.2-2013

FGMI PEDULI BANJIR JAKARTA diawali


dengan publikasi pada tanggal 19 Januari 2013
terkait pengumpulan dana. Publikasi dilakukan
dengan sangat intensif seperti melalui email,
mailist, blackberry broadcast message,
blackberry group, facebook, twitter dll. Publikasi
yang sangat intensif tersebut menghasilkan
sumbangan para donatur yang cukup besar
mencapai Rp. 40,374,781.
FGMI PEDULI BANJIR JAKARTA yang
berkonsentrasi terhadap penyediaan air bersih
untuk Mandi Cuci Kakus (MCK) dan pengiriman
air ini sudah dilakukan ke beberapa daerah
seperti Pondok Gede, Muwardi, Jelambar dan
beberapa daerah banjir lainnya . Selain air
bersih, FGMI PEDULI BANJIR JAKARTA juga
menyalurkan bantuan berupa peralatan
kebutuhan hidup seperti makanan, susu,
pampers dll.
Dana yang tersisa sebanyak Rp. 25.724.781 akan
disimpan dan digunakan untuk kegiatan FGMI
PEDULI selanjutnya. dan FGMI PEDULI
BANJIR JAKARTA menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggitingginya kepada
para donatur atas segala
bantuan serta mohon maaf
yang sebesarbesarnya
kepada para donatur atas
kekurangan dalam
penanganan distribusi
bantuan.
*(Maulida Balqis Arbinesya Divisi
Humas FGMI)

HALAMAN 33

Disponsori oleh

ONES
IND
IA

R UM G EO
FO

INTIS MUD
SA FGMI

FGMI
Sekretariat
Gedung Mineral dan Batubara Lt 6
Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH No 10
Jakarta 12870 Indonesia
Phone : 62-21 837 02848 Fax : 62-21 837 02577
e-mail: geosaintismuda@gmail.com
webforum: http://forum.iagi.or.id
website : http://fgmi.iagi.or.id

Anda mungkin juga menyukai