Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Sejarah Pembentukan Minyak Bumi Dan Gas Alam


Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan
dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa organisme
tersebut mengendap di dasar lautan, kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan
lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan
lapisan di atasnya.
Kemudian, dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob
menguraikan sisa-sisa jasad renik tersebut dan mengubahnya menjadi minyak
dan gas. Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini memakan waktu jutaan
tahun. Minyak dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori
seperti air dalam batu karang. Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari
suatu daerah ke daerah lain.
Walupun minyak bumi dan gas alam terbentuk di dasar lautan, banyak
sumber minyak bumi yang terdapat di daratan. Hal ini terjadi karena
pergerakan kulit bumi, sehingga sebagian lautan sekarang berubah menjadi
daratan.

Teori Terbentuknya Minyak Bumi


Ada dua teori utama mengenai asal usul terjadinya minyak bumi, antara
lain :
a) Teori Anorganik (Abiogenesis)
Tahun 1866 Barthelot mengemukakan bahwa di dalam minyak
bumi terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan
temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO 2 membentuk asitilena.
Kemudian tahun 1877 Mandeleyev berpendapat bahwa minyak bumi
terbentuk akibat adanya pengaruh uap pada karbida-karbida logam
dalam bumi.

b) Teori organik (Biogenesis)

Berdasarkan

teori

Biogenesis, minyak bumi


terbentuk karena adanya
siklus

karbon.

Siklus

karbon ini terjadi antara


atmosfir

dengan

permukaan bumi, yang


digambarkan dengan dua
panah dengan arah yang berlawanan, dimana karbon diangkut dalam
oleh karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon dioksida di
atmosfir berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh
organisme fotosintetik darat dan laut. Pada arah yang kedua CO 2
dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk hidup
(tumbuhan, hewan dan mikroorganisme)
Bukti-bukti yang menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari zat
organik yaitu :

Minyak bumi memiliki sifat dapat memutar bidang polarisasi, ini


disebabkan oleh adanya kolesterol atau zat lemak yang terdapat
dalam darah, sedangkan zat organik tidak terdapat dalam darah dan
tidak dapat memutar bidang polarisasi.

Minyak bumi mengandung porfirin atau zat kompleks yang terdiri


dari hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel, dsb.

Susunan hidrokarbon yang terdiri dari atom C dan H sangat mirip


dengan zat organik, yang terdiri dari C, H dan O. Walaupun zat
organik menggandung oksigen dan nitrogen cukup besar.

Hidrokarbon terdapat di dalam lapisan sedimen dan merupakan


bagian integral sedimentasi.

Minyak bumi mengandung klorofil seperti tumbuhan.

Tahapan penguburan bahan alam mengalami tiga masa perubahan


kimiawi yaitu:
a. Diagenesis
Masa ini merupakan zona tak matang dan terjadi perengkahan tak
mencolok (10%), yang dibagi dalam tiga bagian yaitu :
1) Diagenesis dini, yaitu peralihan dari senyawa yang stabil saat
di permukaan bumi, menjadi senyawa yang stabil pada
kedalaman ribuan meter dengan suhu sekitar 40-42 oC. Pada
masa ini terjadi pembentukan kerogen (fase dari petroleum
2)

yang tidak dapat larut dalam pelarut organik dan anorganik).


Diagenesis pertengahan, terjadi proses aromatisasi (senyawa
rantai panjang membentuk senyawa aromatik, lingkar dan

3)

mempunyai ikatan rangkap dengan elektron terdelokalisasi).


Diagenesis akhir, adalah proses yang terjadi pengkhelatan
logam oleh senyawa organik yang terbentuk pada masa

sebelumnya.
Pembentukan minyak bumi terjadi pada diagenesis akhir dan dapat
dikenal berdasar hasil eksplorasi.
b. Katagenesis
Katagenesis adalah zona minyak dan gas basah. Pada masa ini
terjadi perengkahan mencolok, dimana terjadi perubahan senyawa
kimia yang diakibatkan oleh suhu dan kedalaman pendaman
(penguburan) sehingga menyebabkan penguraian termal kerogen.
c. Metagenesis
Pada tahap ini terjadi masa perusakan termal dari karakter
senyawa

(cairan)

mengakibatkan

menjadi

senyawa

residu

organik

(padatan),

menjadi

sehingga

senyawa

yang

kekurangan hidrogen, dan material tak bernilai atau menjadi


material bernilai dari senyawa karbon (grafit, intan).

Adapun

proses pengendapan bahan organik dalam proses pembentukan


minyak bumi ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar
Diagram
Pembentukan
Minyak Bumi

1.2.

Proses Pembentukan Minyak Bumi Dan Gas

Alam
1.2.1. Element Minyak Bumi dan Gas Alam
Element atau unsur minyak bumi dan gas alam dibagi menjadi 5,
yaitu:

Batuan induk (Source)


Batuan induk adalah batuan yang mempunyai banyak kandungan material
organic yang mempunyai sifat mampu mengawetkan kandungan material
organik seperti batu lempung, batu gamping.

Batuan penyimpan (Reservoir)


Batuan penyimpanan adalah batuan yang mempunyai kemampuan
menyimpan fluida seperti batu pasir, batu gamping.

Batuan penutup (Seal)


Batuan penutup adalah batuan yang impermeable atau batuan yang tidak
gampang tembus karena berbutir sangat halus dimana butiran satu sama
lain sangat rapat.

Migrasi (Migration)
Migrasi adalah berpindahnya minyak atau gas bumi yang terbentuk dari
batuan induk ke batuan penyimpan hingga minyak dan gas bumi tidak
dapat berpindah lagi.

Jebakan (Trap)
Jebakan adalah bentuk dari suatu geometri yang mampu menahan minyak
dan gas bumi untuk dapat berkumpul.

1.2.2. Proses Pembentukan Minyak Bumi & Gas Alam


Proses pembentukan minyak bumi dan gas alam dibagi menjadi 5
tahap, yaitu:

Pembentukan (Generation)
Tekanan dari batuan-batuan di atas batuan induk memiliki temperatur dan
tekanan yang tinggi dan menyebabkan batuan induk berubah dari material
organik menjadi minyak atau gas bumi.

Migrasi atau perpindahan (Migration)


Senyawa hidrokarbon (minyak dan gas bumi) akan cenderung berpindah
dari batuan induk (source) ke batuan penyimpan (reservoir) karena berat
jenisnya yang ringan dibandingkan air.

Pengumpulan (Accumulation)
Sejumlah senyawa hidrokarbon yang lebih cepat berpindah dari batuan
induk ke batuan penyimpan dibandingkan waktu hilangnya jebakan akan
membuat minyak dan gas bumi terkumpul.

Penyimpanan (Preservation)
Minyak atau gas bumi tetap tersimpan di batuan penyimpan dan tidak
berubah oleh proses lainnya seperti biodegradation (berubah karena ada
mikroba-mikroba yang dapat merusak kualitas minyak).

Waktu (Timing)
Jebakan harus terbentuk sebelum atau selama minyak bumi berpindah dari
batuan induk ke batuan penyimpan.

1.3.

Komposisi Penyusun Minyak Bumi Dan Gas Alam


Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon
dan senyawa-senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen
yang paling banyak terkandung di dalam minyak bumi dan gas alam. Gas
alam terdiri dari alkana suku rendah, yaitu metana, etana, propana, dan
butana. Selain alkana juga terdapat berbagai gas lain seperti karbondioksida
(CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), beberapa sumur gas mengandung He.
Sedangkan hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi terutama adalah
alkana dan sikloalkana, senyawa lain yang terkandung didalam minyak bumi
diantaranya adalah Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang
mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga. Komposisi
minyak bumi sangat bervariasi dari satu sumur ke sumur lainnya dan dari
daerah ke daerah lainnya.
Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat
bervariasi. Berdasarkan hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :
83,0-87,0 %

Karbon

Hidrogen 10,0-14,0 %

Nitrogen 0,1-2,0 %

Oksigen

Sulfur

0,05-1,5 %
0,05-6,0 %

Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah:

Alkana (parafin)

CnH2n+2 , alkana ini memiliki rantai lurus

dan bercabang, fraksi ini merupakan yang terbesar di dalam minyak


mentah.

Sikloalkana (napten)

CnH2n , Sikloalkana ada yang memiliki

cincin 5 (lima) yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu


sikloheksana.

Siklopentana

Aromatik

jumlah

kecil,

Sikloheksana

CnH2n-6, Aromatik

hanya

terdapat

dalam

tetapi sangat diperlukan dalam bensin karena :


Memiliki harga anti knock yang tinggi

Stabilitas penyimpanan yang baik

Kegunaannya yang lain sebagai bahan bakar (fuels) Proporsi


dari ketiga tipe hidrokarbon sangat tergantung pada sumber dari
minyak bumi.
Pada umumnya alkana merupakan hidrokarbon yang terbanyak tetapi

kadang-kadang mengandung sikloalkana sebagai komponen yang terbesar,


sedangkan aromatik selalu merupakan komponen yang paling sedikit.

10

11

Zat-Zat Pengotor yang sering terdapat dalam minyak bumi :


Senyawa Sulfur
Minyak mentah (Crude oil) yang massa jenisnya lebih tinggi
mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggu pula. Keberadaan
Sulfur dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat,
misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi, karena
terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil
pembakaran gasoline) dan air.
Senyawa Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2
%. Kandungan oksigen bisa menaik apabila itu lama berhubungan
dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk
ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa
monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa
asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.
Senyawa Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah,
yaitu 0,1-0,9 %. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan
dapat membentuk getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak
terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen kelas dasar yang
mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan
asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang
tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.
Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium
pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab
dapat menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan

12

pembentukkan coke. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang


mengandung natrium dan vanadium dapat bereaksi dengan refactory
furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran
sehingga merusakkan refractory itu.

1.4.

Eksplorasi Minyak Bumi


Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian yang
melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian
dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang menguasai
ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas pencarian
hidrokarbon tersebut.

1.5.

Proses Pengolahan Minyak Bumi Dan Gas Alam


Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut.
Minyak bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang
diperoleh ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke
stasiun tangki atau ke kilang minyak. Minyak mentah (crude oil) berbentuk
cairan kental hitam dan berbau kurang sedap. Minyak mentah belum dapat
digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus
diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis
hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon
meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam
molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui
destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompokkelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.

13

Secara umum Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai


berikut :

1.5.1. Destilasi

14

Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan


perbedaan titik didihnya. Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran
pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu 370C. Minyak mentah
yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi
pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah
kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka
dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi)
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian
atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda.
Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun
ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik
ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung.
Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin
rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan
terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian
yang lebih atas lagi. Komponen yang mencapai puncak adalah komponen
yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas
petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu
minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki
rantai karbon sejumlah lebih dari 20. Fraksi minyak bumi yang dihasilkan
berdasarkan rentang titik didihnya antara lain sebagai berikut :

Gas
Rentang rantai karbon

: C1 sampai C5

Titik didih

: 0 sampai 50C

Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon

: C6 sampai C11

Titik didih

: 50 sampai 85C

15

Kerosin (Minyak Tanah)


Rentang rantai karbon

: C12 sampai C20

Titik didih

: 85 sampai 105C

Solar
Rentang rantai karbon

: C21 sampai C30

Titik didih

: 105 sampai 135C

Minyak Berat
Rentang ranai karbon

: C31 sampai C40

Titik didih

: 135 sampai 300C

Residu
Rentang rantai karbon

: di atas C40

Titik didih

: di atas 300C

Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum


memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu
pengolahan lebih lanjut yang meliputi proses cracking, reforming,
polimerisasi, treating, dan blending.
1.5.2. Cracking
Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon
yang besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil.
Contoh cracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah
menjadi bensin. Proses ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas dan
perolehan fraksi gasolin (bensin). Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :
a.

Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi


dan tekanan yang rendah.

16

Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :

b.

Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis.


Katalis yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari
perengkahan katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium.
Mula-mula karena katalis bersifat asam menambahkna proton ke molekul
olevin atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan
terbentuknya ion karbonium :

c.

Hidrocracking, merupakan kombinasi antara perengkahan dan


hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut
dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini
adalah bahwa belerang yang terkandung dalam minyak diubah menjadi
hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.

1.5.3. Reforming
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang
bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih
baik (rantai karbon bercabang). Yang biasa disebut isomerisasi. Reforming
dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.

17

Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari


hidrokarbon parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi.
Pada proses ini digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al 2O3 atau
platina dalam lempung.
Contoh reaksinya :

18

1.5.4. Alkilasi Dan Polimerisasi


Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan
katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3.
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil
menjadi molekul besar. Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa
isobutena dengan senyawa isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi,
yaitu isooktana.
Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :

1.5.5. Treating
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan
pengotor-pengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :

Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan


pengotor yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.

19

Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.

Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat


molekul tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak
pelumas dengan pour point yang rendah.

Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk


minyak pelumas

Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.


desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan
senyawa sulfur dari minyak bumi. Ada 3 cara desulfurisasi, yaitu dengan :
1) Ekstraksi menggunakan pelarut.
2) Dekomposisi senyawa sulfur secara katalitik dengan proses
hidrogenasi selektif .
3) Bio-desulfurisasi, merupakan penyingkiran sulfur secara selektif dari
minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme.

1.5.6. Blending
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi
minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut.
Bensin yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil
minyak bumi yang paling banyak digunakan di berbagai negara dengan
berbagai variasi cuaca. Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah
Tetra Ethyl Lead (TEL). TEL berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin

20

1.6.

Produk Pengolahan Minyak Bumi Dan Gas Alam


Keberadaan minyak bumi dan berbagai macam produk olahannya
memiliki manfaat yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari,
sebagai contoh penggunaan minyak tanah, gas, dan bensin. Tanpa ketiga
produk hasil olahan minyak bumi tersebut mungkin kegiatan pendidikan,
perekonomian, pertanian, dan aspek-aspek lainnya tidak akan dapat berjalan
lancar. Di bawah ini adalah beberapa produk hasil olahan minyak bumi :

1.

Elpiji (LPG)
LPG (liquified petroleum gas) adalah campuran dari berbagai unsur
hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan
menurunkan

suhunya,

didominasi propana

gas

berubah

menjadi

dan butana

cair. Komponennya

. Elpiji juga mengandung

hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana


pentana

dan

Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji


campuran, elpiji propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing
elpiji tercantum dalam keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi
Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah
elpiji campuran. Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut :

Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar

Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat

Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau


silinder.

21

Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.

Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati
daerah yang rendah.

Penggunaan elpiji
Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan
bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar
alat dapur.

Bahaya elpiji
Salah satu resiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran
pada tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat
menyebabkan kebakaran. Umumnya berbau khas yang menusuk.

2.

Naptha atau Petroleum eter


Biasa digunakan sebagai pelarut dalam industri.

3. Gasolin (bensin)
Biasa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
4. Kerosin (minyak tanah)
Biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.
Selain itu kerosin juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin
melalui proses cracking.

22

5. Minyak solar atau minyak diesel


Biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel pada kendaraan
bermotor seperti bus, truk, kereta api dan traktor
6. Minyak pelumas
Biasa digunakan untuk lubrikasi mesin-mesin.
7. Residu
Minyak bumi yang terdiri dari :

Parafin , digunakan dalam proses pembuatan obat-obatan, kosmetika,


tutup botol, industri tenun menenun, korek api, lilin batik, dan masih
banyak lagi.

Aspal , digunakan sebagai pengeras jalan raya

23

1.7.

Bensin
Bensin merupakan bahan bakar transportasi yang masih memegang
peranan penting sampai saat ini. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis
hidrokarbon yang memiliki rantai C5-C10. Kadarnya bervariasi tergantung
komposisi minyak mentah dan kualitas yang diinginkan.

Bensin Sebagai Bahan Bakar Kendaraan


Karena bensin hanya terbakar dalam fase uap, maka bensin harus
diuapkan dalam karburator sebelum dibakar dalam silinder mesin
kendaraan. Energi yang dihasilkan dari proses pembakaran bensin diubah
menjadi gerak
BAB II

ORIGIN DEEP MARINE HYDROCARBON

Sekitar 70% daerah bumi ini merupakan daerah cekungan laut dengan alas
kerak samudra tipe basaltis. Daerah cekungan laut dalam merupakan daerah yang
pada bagian atanya dibatasi oleh lingkungan shelf pada zona break, secara topografi
ditandai dengan kemiringan yang curam (lebih besar) dibandingkan dengan shelf.
Berdasarkan dari fisiografinya, lingkungan laut dalam ini dibagi menjadi tiga daerah
yaitu :
1. Continental slope,
2. Continental rise dan
3. Cekungan laut dalam
2.1. Lingkungan Laut Dalam (Deep Marine)

24

Lingkungan laut dalam (deep marine) cakupannya dimulai dari bagian pantai
(coastal) dan daerah muara (estuarine) hingga ke tengah samudera, dimulai dari
bagian permukaan air hingga dasar perairan yang bermacam-macam tipe
kedalamannya dan bentuk morfologisnya. Kondisi lingkungan laut dalam sangat
esktrim, mulai dari tekanan tinggi (dapat mencapai 1000 kali tekanan atmosfer), suhu
yang sedikit diatas titik beku, dasar laut yang berlumpur dan pengendapan sedimen
lautnya.
2.2. Lingkungan Pengendapan
Secara tradisional sedimen laut diklasifikasikan berdasarkan kedalaman
pengendapannya yaitu : Litoral ( 0 m 20 m), Neritic ( 20 m 200 m) dan Bathyal
( 200 m 2000 m). Ada ciri khusus yang khas pada sedimen laut yaitu, material
sumber pembentuk sedimen itu sendiri yaitu sumber endapan yang berasal dari
daratan dan sumber sedimen yang berasal dari laut itu sendiri yang khas dalam
mineraloginya atau berdasarkan kandungan material organiknya, atau secara lebih
jauh ada perbedaan yang signifikan antara sedimen laut yang terendapkan pada
lingkungan sekitar continental margin dengan sedimen pelagic yang terendapkan
pada lingkungan laut dalam.
2.3. Sedimen Deep Marine
Sedikit bagian dari benua juga termasuk pada lingungan sedimen ini,
lingkungan ini berada pada continental slope yaitu pada kedalaman ( 100 m 200 m).
Perbedaan yang signifikan yang dapat diamati pada sedimen lingkungan ini adalah
pada karakteristik sedimentasi serta pola pengendapannya yang muncul pada sedimen
yang mana mendapat suplai sementasi dari daratan dan sedimen yang mempunyai
material laut secara kimia dan kandungan material organiknya. Sedimen laut dalam
dapat dibagi menjadi 2 yaitu sedimen biogenic pelagis dan sedimen terigen pelagis.
2.4. Material Sedimen Deep Marine
Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik
terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu

25

berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur


organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk
hujan sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di
dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan
sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan
kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman
dulu.
Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas
materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut
sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan
aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa
oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang
mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen
pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau
tempat asalnya.
2.5. Pembentukan Hydrocarobon pada Deep Marine
Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad
mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa tumbuhan
dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama
jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan
proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad
organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung
sangat lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang
sangat lama. Itulah sebabnya minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak

26

dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan


pemakaiannya.
Hasil peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang
berwujud gas menjadi gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat
dilakukan dengan pengeboran. Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan
lilin. Minyak dan lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi. Bagian-bagian
tersebut akan membentuk bintik-bintik, warnanya pun berubah menjadi cokelat tua.
Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan mengeras karena terkena
tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi batuan dan terkubur semakin dalam
di dalam perut bumi. Tekanan dan panas bumi secara alami akan mengenai batuan
lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di
dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan
terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat
batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat
encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian
besar berupa metana.
Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di
berbagai tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam
pori-pori batu pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di
perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak
bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh
batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam
batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak bumi juga disebut petroleum. Petroleum
berasal dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak.
Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak
bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini
berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi
bercampur gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa
jenisnya lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak
bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan, minyak

27

bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur
minyak yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-lokasi sumursumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis sedimen
karakter dan struktur sumber.
Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta
gambar ilustrasi:
1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari
matahari dengan fotosintesis.

2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar


cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan
induk adalah batuan yang mengandung karbon (High Total Organic
Carbon). Batuan ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta,
maupun di dasar laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi
batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan
sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Jika karbon ini
teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang
tidak mungkin dimasak.

28

3.

Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang berlangsung


selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung terus menerus.
Salah

satu

batuan

yang

menimbun

batuan

induk

adalah

batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang adalah batu pasir, batu
gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang berporipori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh
batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini
akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka
suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai
180 Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila
suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah
karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan
batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada
menjadi gas.

29

4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk


hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah
matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik
minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting
adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih
tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air.
Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung
akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan
yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan
siap ditambang.

30

BAB III

CONTOH STUDI KASUS DI INDONESIA

Lapangan hidrokarbon West Seno di pinggiran Selat Makassar yang baru-baru ini
telah berproduksi menandai babak baru eksplorasi dan eksploitasi perminyakan di
Indonesia.Kenapa?Karena West Seno merupakan proyek deep marine (deepwater)
pertama di Indonesia yang sudah berproduksi. Kedalaman laut (jarak dari permukaan
air sampai ke dasar laut) di area tersebut berkisar 1000 m. Di industri perminyakan,
lebih dari 200 m umumnya didefinisikan sebagai deep marine. Tulisan ini bermaksud
untuk mengulas secara populer karakteristik dan tantangan memproduksi hidrokarbon
(minyak

bumi

dan/atau

gas

alam)

dari

area

deep

marine

tersebut.

Eksplorasi di deep marine dimulai pada akhir tahun 70-an di perairan Teluk Meksiko
(Amerika Serikat), lepas pantai Brazil dan Afrika Barat. Selain di pinggiran Selat
Makassar, di wilayah Australasia lainnya ada di lepas pantai Malaysia Timur dan
Australia sebelah baratdaya. Berkembangnya penambangan deep marine ini
dikarenakan dua faktor utama. Pertama, cadangan hidrokarbon dunia semakin

31

menipis di daerah konvensional (daratan dan laut-dangkal) sementara permintaan


selalu naik. Kedua, teknologinya terus berkembang dan makin dikuasai.
3.1. Kronologi Permulaan Adanya Lapangan Hidrokarbon West Seno
Selama 100-tahun sejarah penambangan hidrokarbon lepas pantai, sudah tak
terhitung banyaknya perkembangan yang telah dicapai.Namun khusus di area deep
marine tantangan yang sebenarnya barulah dimulai.Tingkat keberhasilan eksplorasi di
deep marine naik dari 10% menjadi 30% sekarang. Sampai hari ini, deep marine
telah menyumbang sebanyak 60 milyar barrel (9.5 milyar m 3) ke cadangan minyak
dunia. Menurut estimasi, 95% dari area lautan yang potensial mengandung
hidrokarbon tetapi belum dieksplorasi terletak di kedalaman lebih dari 1000 m.
Diperkirakan cadangannya mencapai angka 8-15 milyar barrel (1.3-2.4 milyar m3)
minyak. Baru 25% dari cadangan deep marine tersebut yang telah/sedang
dikembangkan dan hanya 5% yang sudah berproduksi.
Selama dekade terakhir, operator industri perminyakan berlomba-lomba membuat
rekor di wilayah deep marine dengan mengaplikasikan berbagai teknologi canggih
dan pengalaman.Semuanya sejalan dengan tujuan mencari dan memproduksi minyak
dan gas untuk memenuhi kebutuhan peradaban manusia. Mengingat planet bumi
sebagian besar permukaanya ditutupi lautan dan juga teknologi yang tidak pernah
berhenti untuk berkembang, bolehlah kita tetap optimis bahwa minyak dan gas alam
dunia akan masih terus ditemukan dan diproduksi sampai puluhan tahun ke depan.
Deep marine telah menjadi frontier terbaru di kancah industri perminyakan, termasuk
di Indonesia.
3.2. Karakteristik Penambangan Deep Marine:
1. Biaya operasional yang lebih tinggi. Hampir semua aktivitas di atas rig
lebih kompleks dan membutuhkan waktu yang lebih lama mengakibatkan
ongkos sewa rig makin mahal (sewa rig untuk deep marine perharinya
termasuk yang termahal).
2. Suhu air yang rendah, diperparah dengan gradien temperatur yang tak
linear dan arus bawah laut. Di perairan tropis sekalipun, suhu air bisa

32

mencapai sekitar 1-2 C di kedalaman 1700m. Temperatur dingin dapat


berefek ke:
a. Perubahan viskositas, densitas dan rheology fluida. Fluida ini bisa
meliputi lumpur pemboran, campuran semen, fluida pengisi sumur
ataupun fluida hidrokarbon itu sendiri.
b. Waktu yang dibutuhkan semen untuk mengering lebih lama. Semen
umumnya didesain agar dapat mengeras secepat mungkin untuk
menghindari intrusi gas ke dalam annular sumur dan juga mengurangi
ongkos stand-by rig. Sumur tidak dapat diapa-apakan kalau semennya
belum mengeras sempurna.
c. Resiko hidrat-gas di sekitar permukaan dasar laut. Hidrat-gas terjadi
karena efek tekanan tinggi dan suhu rendah, yang merupakan kondisi
alami di dasar deep marine. Hidrat-gas yang bentuknya mirip es batu,
berisi campuran air dan gas-alam, dapat menyumbat berbagai macam
saluran, baik untuk produksi maupun untuk pengendalian sumur (wellcontrol). Hidrat-gas juga dapat membuat dehidrasi semen dan lumpur
pemboran. Untuk menghindarinya, yang praktis dilakukan adalah
menambahkan garam atau glikol ke dalam lumpur. Cara lain,
mensirkulasi lumpur atau memanasinya agar temperaturnya naik.
Densitas lumpur juga bisa didesain serendah mungkin dalam batas
aman untuk mengurangi tekanan hidrostatisnya.
d. Jika reservoarnya mengandung paraffin atau asphaltene, pada suhu
rendah material ini dapat menjadi deposit solid dan dapat menyumbat
atau mengganggu aliran fluida.
3. Margin tekanan reservoar (pore pressure) dan tekanan rekah (fracture
pressure) umumnya tipis, sementara viskositas dan densitas lumpur malah
naik akibat suhu dingin. Akibatnya sukar untuk menghindari larinya dan
hilangnya fluida sumur ke dalam reservoar. Kondisi ini sering memaksa
sumur didesain memakai casing (pipa tubular sumur) yang kompleks.
4. Bahaya shallow water/gas flow. Sering terjadi jika terdapat lapisan
bebatuan yang masih labil pada kedalaman rendah dan berisi fluida (air

33

atau gas) bertekanan tinggi. Suhu rendah menyebabkan semen


konvensional akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengeras.
Pada saat fasa semen masih belum solid, air atau gas bertekanan tadi dapat
masuk ke dalam anular sumur berisi semen lalu naik ke permukaan dasar
laut. Jika ini terjadi, integrasi semen akan dikatakan gagal dan
penyemenan remedial yang ongkosnya mahal harus dilakukan. Sebelum
mulai menggali sumur, sering operator melakukan pekerjaan seismik di
kedalaman rendah untuk mendeteksi kemungkinan adanya lapisan shallow
water/gas tersebut. Juga sumur pendahuluan (pilot well) sering digali
terlebih dahulu untuk mengumpulkan data-data reservoar di area tersebut.
Selain itu, sekarang telah ditemukan sistem semen yang memakai ilmu
chemistry canggih dan dapat menciptakan properti semen yang cocok
untuk sumur deep marine. Walaupun pada suhu mendekati titik beku air,
waktu mengerasnya semen dapat kita kontrol sesuai dengan yang
diinginkan. Hasilnya, instrusi gas ke dalam anular dapat dicegah, waktu
tunggu rig bisa dipercepat dan ongkos rigpun dapat ditekan.
5. Pengendalian sumur yang lebih sulit karena BOP (alat pencegah
meledaknya sumur di permukaan/blow-out) terletak jauh di dasar laut dan
properti lumpur yang berubah di suhu rendah. Lumpur merupakan salah
satu komponen penting untuk pengendalian sumur. Kuantitas lumpur yang
dipakai umumnya dalam jumlah besar, bisa lebih dari 4000 barrel
(636m3), dan waktu sirkulasi sumur yang lama, menyebabkan lumpur
harus dimonitor secara periodik agar masalah yang mungkin timbul dapat
dideteksi dari awal. Dengan menganalisis properti lumpur dapat
diprediksikan apa yang sedang atau akan terjadi di bawah sana. Berbagai
sensor elektronik dan mekanik yang sangat akurat dipakai untuk
mengambil data-data densitas, rheology, pH, konduktivitas, suhu lumpur
dan lainnya secara real-time dan kontinyu.

34

6. Fasilitas produksi bawah-air yang harus tahan temperatur rendah dan


tekanan hidrostatik air yang tinggi (bisa mencapai 5000psi atau 34.5MPa).
Berbeda dengan laut-dangkal, umumnya kontur geografis permukaan
dasar laut di daerah deep marine tidaklah datar, melainkan miring karena
daerah ini merupakan batas paparan benua. Juga, sering kondisi
permukaannya tidak stabil. Kedua hal ini mendorong diciptakannya
fasilitas yang mengambang di dalam air, tidak duduk di atas permukaan
dasar laut. Fasilitas yang harus reliabel dan kompleks ini mengakibatkan
harganya sangat mahal. Umumnya juga sumur-sumur di deep marine
terletak relatif jauh dari garis pantai atau jauh dari fasilitas pengumpulan
hidrokarbon di darat. Untuk mengatasinya, sekarang sudah banyak
dioperasikan fasilitas produksi yang mengapung di atas kapal atau
platform (FPS-floating production systems dan EPS-early production
systems). Dengan fasilitas ini, waktu pemrosesan hidrokarbon dapat
dipersingkat dan minyak/gas dapat cepat bisa dijual. Uang yang
diinvestasikan pun dapat lebih segera kembali.
3.3. Era Teknologi Deep Marine Indonesia
Dalam skala dunia, pengembangan ladang minyak dan gas lepas pantai di deep
marine sebetulnya sudah dimulai sejak tahun 1990-an. Data dalam Gambar 6
memperlihatkan pengembangan ladang produksi di perairan dengan kedalaman lebih
dari 300 m. Dalam grafik tersebut terlihat dengan jelas laju pertambahannya yang
sangat pesat.

35

Gambar.
Pertumbuhan ladang minyak dan gas bumi di deep marine

Dalam konteks Indonesia, barangkali tren Teknologi deep marine ini


makin keras gaungnya segera setelah diinstalnya anjungan TLP-A pada tahun
2003 oleh sebuah perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia, di
ladang West Seno di perairan Selat Makasar pada kedalaman laut sekitar 1000
m. Anjungan ini menjadi anjungan TLP pertama yang diinstall dan
dioperasikan di Indonesia. Momentum ini menjadi sangat monumental bagi
bangsa Indonesia, yaitu dapat dijadikan sebagai pintu gerbang mulai
masuknya komunitas lepas-pantai Indonesia ke dalam era baru, Era
Teknologi Deep Marine. Hal ini akan semakin terasa dengan mulai
dioperasikannya juga beberapa jenis FPSO dan FPU di perairan lainnya di
Indonesia.
Tentunya kondisi ini sangat menggembirakan bagi perkembangan
teknologi kelautan di Indonesia pada umumnya dan teknologi bangunan lepas
pantai pada khususnya. Namun disisi lain, mulai saat itu juga, dan di masa
mendatang, terbentang tantangan yang tidak ringan bagi segenap pihak yang
terlibat sekaligus menaruh perhatian, baik dari kalangan akademisi, industri
migas maupun industri lainnya yang terkait, terhadap perkembangan teknologi

36

dan industri lepas-pantai di Indonesia. Bahkan lebih dari itu, untuk sampai
pada taraf kemandirian teknologi dalam bidang kelautan, maka tak dapat
dipungkiri lagi, tenaga-tenaga ahli/SDM Indonesia harus dituntut secara aktif
untuk semakin banyak lagi melibatkan diri di dalamnya. Di sisi lain,
pemerintah sendiripun harus senantiasa menyadari peran aktifnya yang
sinergis dan kondusif dalam menelurkan regulasi-regulasinya yang tepat bagi
perkembangan teknologi dan industri kelautan Indonesia.

37

3.4. Cara Eksplorasi Pada Lapangan West Seno


Pada lapangan West Seno merupakan lapangan yang tergolong dalam cakupan
deep marine reservoir. Data sesimik digunakan untuk menggambarkan keadaan
subsurface dan struktur bawah permukaan, untuk mengidentifikasi adanya kandungan
hidrokarbon yang potensial pada reservoir berdasarkan interpretasi data seismic.
Agar lebih meyakinkan pihak company dan investor maka dibutuhkan pula
pengembangan data interpretasi kedalam bentuk 3D dengan menggunakan metode
Electro Magnetik. Metode ini dinamakan Controlled Source Electro Magnetik
(CSEM) yang mana dapat menganalisa data electric resistivity dari endapan
hydrocarbon dengan endapan air. log resistivity pada sumur menjadi kunci dalam
mengindikasi hydrocarbon. Untuk sedimentasi yang tersaturasi dengan gas dan oil
akan menunjukkan tingkat resistivity yang tinggi daripada endapan sedimen yang
tersaturasi dengan air.
Dalam proses pengumpulan datanya menggunakan metode CSEM adalah dengan
mengumpulkan data resistivity langsung dari permukaan dasar laut. Gelombang
energy electro magnetic tingkat tinggi

ditembakkan menuju receiver didasar

permukaan deep marine yang ditempatkan dengan jarak 1 3 km perbagian alat


receiver , dengan merefleksikan energy dari lapisan-lapisan subsurface kita dapat
menentukan area yang memiliki tingkat resistivity yang tinggi yan ditangkap oleh
receiver dipermukaan dasar laut dan dapat mengidinkasikan adanya cadangan
hydrocarbon.
Untuk 1 barisan receiver kita mendapatkan gambaran penampang vertical dengan
resolusi yang terbatas. Dengan survey dalam bentuk 3D data yang diperoleh lebih
akurat dari data 1 baris receiver dan azimuth data yang dapat memberikan gambaran
3D dengan jelas dan resolusi yang tinggi pula. Dengan menggabungkan data seismic
dan data EM (Electro Magnetic) dapat meningkatkan pemahaman mengenai keadaan
geologi subsurfacenya.
3.5. Cara Eksploitasi Pada Lapangan West Seno

38

Dalam proses eksploitasi hydrocarbon yang terdapat pada daerah deep marine,
tidak dapat menggunakan sembarang jenis rig off-shore seperti pada daerah laut
dangkal. Sebab struktur lapisan dasar lautnya yang berbeda, untuk itu pada lapangan
West Seno menggunakan teknologi Tension Leg Platform (TLP) yang memang cocok
untuk daerah deep marine. Jika perairannya semakin dalam (lebih dari 1000 m), maka
hanya jenis sistem terapung seperti FPSO, FPF, TLP dan SPAR/DDCV, atau sistem
bawah laut sajalah yang secara teknis maupun ekonomis layak untuk dioperasikan.
Selain teknologi struktur terapung itu sendiri, beberapa teknologi lainnya yang terkait
dengan sistim terapung tersebut antara lain adalah catenary mooring, taut
mooring dan tension leg mooring, flexible risers serta control umbilicals. Teknologi
seperti itulah yang akan sangat mempengaruhi efektifitas biaya dalam pengembangan
ladang di laut-dalam, dan juga nantinya akan sangat memegang peranan dalam
pengembangan ladang minyak dan gas di area perairan sangat-dalam (ultra deepwater
fields) yaitu yang mencapai lebih dari 2000 m. (Hirayama dkk, 2002).
Tension Leg Platform (TLP) adalah salah satu jenis struktur lepas pantai yang
dapat dikelompokkan ke dalam golongan compliant structures yang mana jenis ini
sangat cocok dipakai di perairan dalam. Karakteristik utama TLP yang berbeda
dengan jenis struktur terpancang (fixed jacket type) adalah sifat respon TLP yang
sangat lentur terhadap gaya-gaya luarnya. Dengan kata lain, responnya cenderung
bersifat ikut bergerak bersama gelombang dari pada harus menahan gelombang
secara kaku. Dengan demikian, keadaannya akan menjadi lebih baik jika harus berada
di perairan dalam yang mana kondisi lingkungan yang lebih berat.
Unocal Makassar mengembangkan West Seno dengan

konsep

dasar

pengembangan bertahap (dalam dua fase) dengan mengacu pada konsep teknologi
yang baru pertama kali diterapkan di bumi Indonesia yaitu penggunaan dua buah
anjungan lepas pantai jenis TLP (Tension Leg Platform), sebuah FPU (Floating
Production Unit), dan sepasang sistim pipa laut (pipeline) yang langsung
dihubungkan dengan jaringan yang ada di darat untuk menyalurkan produk ke
infrastruktur di pantai.

39

Gambar.
Rencana Pengembangan Ladang West Seno

Awal projek pengembangan lapangan West Seno ditandai dengan dipasangnya


anjungan TLP A, sebagai anjungan pertama, pada bulan Februari, tahun 2003
(Gambar 3). Pengembangan Fase 1 ini dilanjutkan dengan operasi pemboran sumur
pengembangan pada tanggal 19 Maret 2003. Pemboran sumur pengembangan pada
anjungan TLP A ini direncanakan akan berjumlah 28 buah, dan akan diselesaikan
pada akhir tahun 2004. Sumur-sumur ini akan digunakan untuk mengeksploitasi
sumber hidrokarbon di bagian utara dari ladang West Seno. Sehingga TLP A akan
mendukung 28 sumur dan sebuah tender-assist drilling rig. Hal ini merupakan
aplikasi pertama bagi sebuah tender-assist drilling rig dalam suatu lingkungan
perairan-dalam. Selanjutnya TLP A dihubungkan dengan FPU di sebelahnya tempat
dimana minyak dan gas mengalami proses produksi.
Fase 2 meliputi penambahan TLP ke dua, yang dipasang pada jarak 3 mil dari
TLP A dan penambahan hingga 24 sumur, sesuai dengan kapasitas TLP-nya, di
bagian selatan dari ladang. Instalasi anjungan TLP B ini, direncanakan akan dimulai
pada kwartal terakhir tahun 2005, dan sumur pegembangan yang akan dibor pada

40

anjungan ini berjumlah 20 sumur yang akan dimulai pada kwartal pertama tahun
2006.
BAB IV

KESIMPULAN

1. Proses terbentuknya Hydrocarbon deep marine sama saja seperti proses


pembentukan hydrocarbon pada umumnya, hanya saja reservoirnya terletak pada
kedalaman yang mencapai > 200 meter.
2. Dalam proses eksplorasinya menggunakan metode CSEM yang memberikan
gambaran 3D mengenai kenampakan lapisan yang berada di subsurface.
3. Adapun hambatan yang dialami pada saat proses produksi dilingkungan deep
marine berupa biaya operasional, suhu air, margin tekanan reservoir dan tekanan
rekah, bahaya shallow water / gas flow, pengendalian BOP, fasilitas produksi
bawah air
4. Pada studi kasus yang dibahas pada lapangan West Seno merupakan lapangan
minyak dan gas bumi deep marine pertama kali di Indonesia, lapangan West Seno
mulai diproduksikan pada 5 Agustus 2003.
5. Dalam proses eksploitasi minyak dan gas bumi di lapangan West Seno
menggunakan teknologi Tension Leg Platform yang didesain untuk perairan deep
marine.

Anda mungkin juga menyukai