PENDAHULUAN
1.1.
Berdasarkan
teori
karbon.
Siklus
dengan
3)
sebelumnya.
Pembentukan minyak bumi terjadi pada diagenesis akhir dan dapat
dikenal berdasar hasil eksplorasi.
b. Katagenesis
Katagenesis adalah zona minyak dan gas basah. Pada masa ini
terjadi perengkahan mencolok, dimana terjadi perubahan senyawa
kimia yang diakibatkan oleh suhu dan kedalaman pendaman
(penguburan) sehingga menyebabkan penguraian termal kerogen.
c. Metagenesis
Pada tahap ini terjadi masa perusakan termal dari karakter
senyawa
(cairan)
mengakibatkan
menjadi
senyawa
residu
organik
(padatan),
menjadi
sehingga
senyawa
yang
Adapun
Gambar
Diagram
Pembentukan
Minyak Bumi
1.2.
Alam
1.2.1. Element Minyak Bumi dan Gas Alam
Element atau unsur minyak bumi dan gas alam dibagi menjadi 5,
yaitu:
Migrasi (Migration)
Migrasi adalah berpindahnya minyak atau gas bumi yang terbentuk dari
batuan induk ke batuan penyimpan hingga minyak dan gas bumi tidak
dapat berpindah lagi.
Jebakan (Trap)
Jebakan adalah bentuk dari suatu geometri yang mampu menahan minyak
dan gas bumi untuk dapat berkumpul.
Pembentukan (Generation)
Tekanan dari batuan-batuan di atas batuan induk memiliki temperatur dan
tekanan yang tinggi dan menyebabkan batuan induk berubah dari material
organik menjadi minyak atau gas bumi.
Pengumpulan (Accumulation)
Sejumlah senyawa hidrokarbon yang lebih cepat berpindah dari batuan
induk ke batuan penyimpan dibandingkan waktu hilangnya jebakan akan
membuat minyak dan gas bumi terkumpul.
Penyimpanan (Preservation)
Minyak atau gas bumi tetap tersimpan di batuan penyimpan dan tidak
berubah oleh proses lainnya seperti biodegradation (berubah karena ada
mikroba-mikroba yang dapat merusak kualitas minyak).
Waktu (Timing)
Jebakan harus terbentuk sebelum atau selama minyak bumi berpindah dari
batuan induk ke batuan penyimpan.
1.3.
Karbon
Hidrogen 10,0-14,0 %
Nitrogen 0,1-2,0 %
Oksigen
Sulfur
0,05-1,5 %
0,05-6,0 %
Alkana (parafin)
Sikloalkana (napten)
Siklopentana
Aromatik
jumlah
kecil,
Sikloheksana
CnH2n-6, Aromatik
hanya
terdapat
dalam
10
11
12
1.4.
1.5.
13
1.5.1. Destilasi
14
Gas
Rentang rantai karbon
: C1 sampai C5
Titik didih
: 0 sampai 50C
Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon
: C6 sampai C11
Titik didih
: 50 sampai 85C
15
Titik didih
: 85 sampai 105C
Solar
Rentang rantai karbon
Titik didih
Minyak Berat
Rentang ranai karbon
Titik didih
Residu
Rentang rantai karbon
: di atas C40
Titik didih
: di atas 300C
16
b.
c.
1.5.3. Reforming
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang
bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih
baik (rantai karbon bercabang). Yang biasa disebut isomerisasi. Reforming
dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
17
18
1.5.5. Treating
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan
pengotor-pengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :
19
1.5.6. Blending
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi
minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut.
Bensin yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil
minyak bumi yang paling banyak digunakan di berbagai negara dengan
berbagai variasi cuaca. Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah
Tetra Ethyl Lead (TEL). TEL berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin
20
1.6.
1.
Elpiji (LPG)
LPG (liquified petroleum gas) adalah campuran dari berbagai unsur
hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan
menurunkan
suhunya,
didominasi propana
gas
berubah
menjadi
dan butana
cair. Komponennya
dan
21
Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati
daerah yang rendah.
Penggunaan elpiji
Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan
bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar
alat dapur.
Bahaya elpiji
Salah satu resiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran
pada tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat
menyebabkan kebakaran. Umumnya berbau khas yang menusuk.
2.
3. Gasolin (bensin)
Biasa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
4. Kerosin (minyak tanah)
Biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.
Selain itu kerosin juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin
melalui proses cracking.
22
23
1.7.
Bensin
Bensin merupakan bahan bakar transportasi yang masih memegang
peranan penting sampai saat ini. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis
hidrokarbon yang memiliki rantai C5-C10. Kadarnya bervariasi tergantung
komposisi minyak mentah dan kualitas yang diinginkan.
Sekitar 70% daerah bumi ini merupakan daerah cekungan laut dengan alas
kerak samudra tipe basaltis. Daerah cekungan laut dalam merupakan daerah yang
pada bagian atanya dibatasi oleh lingkungan shelf pada zona break, secara topografi
ditandai dengan kemiringan yang curam (lebih besar) dibandingkan dengan shelf.
Berdasarkan dari fisiografinya, lingkungan laut dalam ini dibagi menjadi tiga daerah
yaitu :
1. Continental slope,
2. Continental rise dan
3. Cekungan laut dalam
2.1. Lingkungan Laut Dalam (Deep Marine)
24
Lingkungan laut dalam (deep marine) cakupannya dimulai dari bagian pantai
(coastal) dan daerah muara (estuarine) hingga ke tengah samudera, dimulai dari
bagian permukaan air hingga dasar perairan yang bermacam-macam tipe
kedalamannya dan bentuk morfologisnya. Kondisi lingkungan laut dalam sangat
esktrim, mulai dari tekanan tinggi (dapat mencapai 1000 kali tekanan atmosfer), suhu
yang sedikit diatas titik beku, dasar laut yang berlumpur dan pengendapan sedimen
lautnya.
2.2. Lingkungan Pengendapan
Secara tradisional sedimen laut diklasifikasikan berdasarkan kedalaman
pengendapannya yaitu : Litoral ( 0 m 20 m), Neritic ( 20 m 200 m) dan Bathyal
( 200 m 2000 m). Ada ciri khusus yang khas pada sedimen laut yaitu, material
sumber pembentuk sedimen itu sendiri yaitu sumber endapan yang berasal dari
daratan dan sumber sedimen yang berasal dari laut itu sendiri yang khas dalam
mineraloginya atau berdasarkan kandungan material organiknya, atau secara lebih
jauh ada perbedaan yang signifikan antara sedimen laut yang terendapkan pada
lingkungan sekitar continental margin dengan sedimen pelagic yang terendapkan
pada lingkungan laut dalam.
2.3. Sedimen Deep Marine
Sedikit bagian dari benua juga termasuk pada lingungan sedimen ini,
lingkungan ini berada pada continental slope yaitu pada kedalaman ( 100 m 200 m).
Perbedaan yang signifikan yang dapat diamati pada sedimen lingkungan ini adalah
pada karakteristik sedimentasi serta pola pengendapannya yang muncul pada sedimen
yang mana mendapat suplai sementasi dari daratan dan sedimen yang mempunyai
material laut secara kimia dan kandungan material organiknya. Sedimen laut dalam
dapat dibagi menjadi 2 yaitu sedimen biogenic pelagis dan sedimen terigen pelagis.
2.4. Material Sedimen Deep Marine
Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik
terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu
25
26
27
bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur
minyak yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-lokasi sumursumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis sedimen
karakter dan struktur sumber.
Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta
gambar ilustrasi:
1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari
matahari dengan fotosintesis.
28
3.
satu
batuan
yang
menimbun
batuan
induk
adalah
batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang adalah batu pasir, batu
gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang berporipori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh
batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini
akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka
suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai
180 Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila
suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah
karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan
batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada
menjadi gas.
29
30
BAB III
Lapangan hidrokarbon West Seno di pinggiran Selat Makassar yang baru-baru ini
telah berproduksi menandai babak baru eksplorasi dan eksploitasi perminyakan di
Indonesia.Kenapa?Karena West Seno merupakan proyek deep marine (deepwater)
pertama di Indonesia yang sudah berproduksi. Kedalaman laut (jarak dari permukaan
air sampai ke dasar laut) di area tersebut berkisar 1000 m. Di industri perminyakan,
lebih dari 200 m umumnya didefinisikan sebagai deep marine. Tulisan ini bermaksud
untuk mengulas secara populer karakteristik dan tantangan memproduksi hidrokarbon
(minyak
bumi
dan/atau
gas
alam)
dari
area
deep
marine
tersebut.
Eksplorasi di deep marine dimulai pada akhir tahun 70-an di perairan Teluk Meksiko
(Amerika Serikat), lepas pantai Brazil dan Afrika Barat. Selain di pinggiran Selat
Makassar, di wilayah Australasia lainnya ada di lepas pantai Malaysia Timur dan
Australia sebelah baratdaya. Berkembangnya penambangan deep marine ini
dikarenakan dua faktor utama. Pertama, cadangan hidrokarbon dunia semakin
31
32
33
34
35
Gambar.
Pertumbuhan ladang minyak dan gas bumi di deep marine
36
dan industri lepas-pantai di Indonesia. Bahkan lebih dari itu, untuk sampai
pada taraf kemandirian teknologi dalam bidang kelautan, maka tak dapat
dipungkiri lagi, tenaga-tenaga ahli/SDM Indonesia harus dituntut secara aktif
untuk semakin banyak lagi melibatkan diri di dalamnya. Di sisi lain,
pemerintah sendiripun harus senantiasa menyadari peran aktifnya yang
sinergis dan kondusif dalam menelurkan regulasi-regulasinya yang tepat bagi
perkembangan teknologi dan industri kelautan Indonesia.
37
38
Dalam proses eksploitasi hydrocarbon yang terdapat pada daerah deep marine,
tidak dapat menggunakan sembarang jenis rig off-shore seperti pada daerah laut
dangkal. Sebab struktur lapisan dasar lautnya yang berbeda, untuk itu pada lapangan
West Seno menggunakan teknologi Tension Leg Platform (TLP) yang memang cocok
untuk daerah deep marine. Jika perairannya semakin dalam (lebih dari 1000 m), maka
hanya jenis sistem terapung seperti FPSO, FPF, TLP dan SPAR/DDCV, atau sistem
bawah laut sajalah yang secara teknis maupun ekonomis layak untuk dioperasikan.
Selain teknologi struktur terapung itu sendiri, beberapa teknologi lainnya yang terkait
dengan sistim terapung tersebut antara lain adalah catenary mooring, taut
mooring dan tension leg mooring, flexible risers serta control umbilicals. Teknologi
seperti itulah yang akan sangat mempengaruhi efektifitas biaya dalam pengembangan
ladang di laut-dalam, dan juga nantinya akan sangat memegang peranan dalam
pengembangan ladang minyak dan gas di area perairan sangat-dalam (ultra deepwater
fields) yaitu yang mencapai lebih dari 2000 m. (Hirayama dkk, 2002).
Tension Leg Platform (TLP) adalah salah satu jenis struktur lepas pantai yang
dapat dikelompokkan ke dalam golongan compliant structures yang mana jenis ini
sangat cocok dipakai di perairan dalam. Karakteristik utama TLP yang berbeda
dengan jenis struktur terpancang (fixed jacket type) adalah sifat respon TLP yang
sangat lentur terhadap gaya-gaya luarnya. Dengan kata lain, responnya cenderung
bersifat ikut bergerak bersama gelombang dari pada harus menahan gelombang
secara kaku. Dengan demikian, keadaannya akan menjadi lebih baik jika harus berada
di perairan dalam yang mana kondisi lingkungan yang lebih berat.
Unocal Makassar mengembangkan West Seno dengan
konsep
dasar
pengembangan bertahap (dalam dua fase) dengan mengacu pada konsep teknologi
yang baru pertama kali diterapkan di bumi Indonesia yaitu penggunaan dua buah
anjungan lepas pantai jenis TLP (Tension Leg Platform), sebuah FPU (Floating
Production Unit), dan sepasang sistim pipa laut (pipeline) yang langsung
dihubungkan dengan jaringan yang ada di darat untuk menyalurkan produk ke
infrastruktur di pantai.
39
Gambar.
Rencana Pengembangan Ladang West Seno
40
anjungan ini berjumlah 20 sumur yang akan dimulai pada kwartal pertama tahun
2006.
BAB IV
KESIMPULAN