Eritrina Windyarini
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
RINGKASAN
Hama (terutama golongan serangga) telah menjadi penyebab banyak kerusakan tanaman
hutan. Hama hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi
yang tinggi. Secara garis besar, kerusakan akibat hama dapat dikelompokkan menurut bagian
yang diserangnya, yaitu (i) buah dan biji; (ii) pucuk dan daun; (iii) batang dan (iv) akar.
Seringkali aktivitas suatu penyebab kerusakan hutan memicu penyebab-penyebab kerusakan lain
yang juga berkembang secara bersamaan. Satu faktor dapat bersifat predisposisi artinya
membuka peluang bagi faktor penyebab lain untuk menimbulkan kerusakan. Pemahaman
terhadap karakteristik hama dan bagaimana interaksinya dengan faktor lingkungan fisik yang
lain sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hama. Ruang lingkup
pengendalian hama meliputi : identifikasi OPT, pencegahan, pengendalian, pemberantasan, dan
penanggulangan paska pengendalian.
Eritrina Windyarini
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
I.
PENDAHULUAN
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya terdiri atas komunitas tumbuhan dan hewan
semata, akan tetapi meliputi juga keseluruhan interaksinya dengan faktor tempat tumbuh dan
lingkungan. Perkembangan pemanfaatan hutan akhir-akhir ini seringkali menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan dalam ekosistem hutan. Sejauh mana perubahan keseimbangan tersebut
sangat ditentukan oleh tingkat dan cara pemanfaatan yang dilakukan. Apabila dalam
pemanfaatan hutan terjadi kecenderungan dominasi jenis tumbuhan tertentu (monokultur), maka
biasanya juga akan diikuti oleh peningkatan faktor-faktor penghambatnya, seperti timbulnya
berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman hutan (Sumardi dan Widyastuti,
2006).
Hama dan penyakit pada tanaman hutan oleh masyarakat awam sering dicampur adukkan
pengertiannya, padahal sangat berbeda. Hama adalah semua binatang yang menimbulkan
kerugian pada pohon hutan dan hasil hutan seperti serangga, bajing, tikus, babi, rusa, dan lainlain. Tetapi kenyataannya di lapangan hama yang potensial dan eksplosif menimbulkan kerugian
adalah dari golongan serangga. Sedangkan penyakit adalah adanya kerusakan proses fisiologis
yang disebabkan oleh suatu tekanan/gangguan yang terus menerus dari penyebab utama
(biotik/abiotik) yang mengakibatkan aktivitas sel/jaringan menjadi abnormal yang digambarkan
dalam bentuk patologi yang khas yang disebut gejala atau tanda. Gejala atau tanda inilah yang
memberikan petunjuk apakah pohon di dalam hutan sehat atau sakit (Anggraeni dkk, 2006).
Meski secara pengertian sangat berbeda, namun hama dan penyakit biasanya tidak berdiri
sendiri dalam menyebabkan kerusakan hutan, melainkan hasil interaksi dengan berbagai faktor
lingkungan fisik lainnya. Seringkali aktivitas suatu penyebab kerusakan hutan memicu
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang,
15-17 Mei 2013
Page 2
penyebab-penyebab kerusakan lain juga berkembang secara bersamaan. Satu faktor dapat
bersifat predisposisi artinya membuka peluang bagi faktor penyebab lain untuk menimbulkan
kerusakan. Misalnya faktor lingkungan berupa kelembaban yang tinggi dalam hutan dapat
memberikan peluang jamur patogen (penyebab penyakit) untuk berkembang dan menimbulkan
kerusakan. Atau gigitan serangga yang menyebabkan luka terbuka pada tanaman inang seringkali
menjadi tempat masuknya berbagai macam mikroorganisme sehingga lebih rentan terserang
penyakit.
II.
PENGELOLAAN HAMA
Pengelolaan hama bertujuan untuk (1) melindungi tanaman dari serangan hama dan
penyakit; (2) mengurangi kerusakan/kerugian yang ditimbulkan akibat serangan
hama dan
penyakit; (3) menjaga keseimbangan ekosistem di hutan yang masing-masing unsur lingkungan
saling mendukung bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Anggraeni dkk (2006) maksud dan
tujuan dari pengendalian hama adalah untuk mempertahankan tingkat produksi yang tinggi,
mantap,
dan
berkesinambungan,
tetapi
secara
ekologis
dan
ekonomis
dapat
4. Pemberantasan OPT
Pemberantasan dilakukan untuk memusnahkan serangan OPT yang ada berikut tanaman
yang terkena serangan sehingga tidak menulaar pada tanaman lain yang sehat.
5. Penanggulangan paska pengendalian OPT
Penanggulangan paska pengendalian dilakukan untuk memonitor dan mengetahui efektifitas
pengendalian yang dilakukan sehingga munculnya OPT baru dapat diketahui.
III.
Serangga merupakan kelompok hama paling berat yang menyebabkan kerusakan hutan.
Hama hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi yang
tinggi. Perkembangan populasi hama hingga mencapai tingkat populasi yang tinggi ditentukan
oleh potensi reproduksi, kemampuan mempertahankan diri (sintas) dan daya tahannya terhadap
kondisi lingkungan hidupnya. Beberapa hama penting pada tanaman kehutanan dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
No
1.
2.
Hama
Inang
Deskripsi Kerusakan
A. Hama Buah dan Biji
Serangga betina bertelur pada
kulit buah bahkan mungkin pada
bunga. Larva yang baru menetas
menggerek buah hingga terjadi
lubang gerek yang cukup besar
yang dapat terlihat dengan mata
telanjang, dari lubang gerek ini
keluar butiran-butiran kotoran
yang berwarna coklat muda.
Butiran-butiran ini djalin dengan
benang
sutera
hingga
menggumpal menutup lubang
gerek. Serangga hama pada buah
kadang-kadang terus berlangsung
sampai buah berkecambah.
Pengendalian
Insektisida sistemik dengan bahan aktif
fosfamidon melalui perendaman biji yang
akan disemaikan 6 jam dengan konsentrasi
0,35% atau monokrotofos 0,10% dengan
perendaman selama 6 jam.
a.
b.
Helopeltis
sp Eukaliptus,
(penghisap
cairan Akasia
pucuk) (Hemiptera)
Tungau
merah Jati
Tetranychus
sp
(Acarina) dan kutu
putih
Ferrisia
sp
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 5
c.
d.
e.
(Homoptera)
Hama
kutu
sisik Cendana
Chionapsis sp
Aphis gossypii
Eukaliptus
kutu
dompolan Tusam
(Pseudococcus sp)
2. Pemakan Daun
a.
Ulat kantong (Pteroma akasia,
epidermis
dan
mesofil b) Penyemprotan
dengan
insektisida
daun/pucuk
dengan
hayati seperti thuricide dengan dosis 5
menggunakan stiletnya (alat
cc/L dan cuka kayu dosis 2-3%/L yang
mulut). Kadangkala bersamaan
diulang setelah 2 minggu
dengan
menghisap
cairan, c) Secara mekanis dengan pemangkasan
serangga juga mengeluarkan
pucuk pucuk terserang dan mati
racun yang dapat mematikan
kemudian dikumpulkan dan dibinam
pucuk dan daun tanaman.
kedalam tanah / dibakar agar telur dan
Kerusakan yang ditimbulkan
nimpha (serangga muda) mati.
berbentuk noda-noda, perubahan d) Sanitasi
kebun,
yaitu
dengan
warna,
malformasi,
atau
membersihkan sisa - sisa tanaman /
terhentinya pertumbuhan pada
sampah kebun dan menyiang gulma
bagian yang diserang. Pada
disekitar kanopi tanaman, kemudian
serangan berat juga dapat
sampah dan gulma tadi di masukkan
menimbulkan kematian tanaman.
kedalam rorak rorak di antara
tanaman untuk menambah bahan
organik tanaman (sebaiknya sampah
dan gulma tadi diberikan EM4 dan
biotruka untuk mempercepat proses
pembakaran).
e) Menggunakan musuh dari alam berupa
jamur pafogen (Beauveria bassiana)
dan predator (semut rangrang dan
semut hitam).
pulai, Ulat
ini
menyerang
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 6
b.
Jati
b)
c)
d)
e)
f)
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 7
c.
d.
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 8
b.
Penggerek
pucuk Mahoni
(Hypsipyla robusta)
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 9
yang
sedang
tumbuh,
menyebabkan
pertumbuhan
terhambat, dan terbentuknya
pucuk garpu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. Hama Batang
Xylosandrus
Akasia
Pada akasia hama betina sesudah
compactus
yang
menggerek masuk ke dalam
berasosiasi
dengan
batang bibit, kemudian berhenti
jamur ambrosia
menggerek dan tidak aktif selama
30 jam, selama ini jamur
ambrosia berkembang pesat
sehingga kumbang ini dapat
mulai
berkembang
biak.
Kerusakan tanaman disebabkan
oleh
pertumbuhan
jamur
ambrosia yang mengkontaminasi
jaringan-jaringan tanaman tempat
berbiaknya kumbang yang dapat
mengakibatkan kematian bibit
Penggerek
batang Akasia
dan Kumbang dewasa hama ini akan
(Xystrocera
sengon
meletakkan
telur
secara
festiva,X.globusa)
berkelompok pada batang muda
Zeuzera coffeae
Eukaliptus
dan bekas-bekas cabang atau
Phalypus sp
Damar
luka. Setelah menetas, larva akan
Xylanddrus compactus Ulin dan mahoni
mulai menggerek kulit batang
Dyorictria sp
Tusam
bagian dalam dan kayu muda
Prynoxytus sp
Gmelina
secara bergerombol ke arah
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 10
8.
Oleng-oleng
(Duomitus ceramicus)
Jati
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 11
9.
Xyleborus destruens
(penggerek bubuk kayu
basah)
Jati
10.
Ulan-ulan
(Monohammus
rusticator)
Jati
berat
dapat
menyebabkan
kematian batang jati.
Kulit batang berwarna coklat
kehitaman, disebabkan adanya
lendir yang bercampur kotoran X.
destruens. Bila lendir dan
campuran
kotoran
sudah
mengering warnanya menjadi
kehitam-hitaman. Serangan hama
ini tidak mematikan pohon atau
mengganggu pertumbuhan tetapi
akibat
saluran-saluran
kecil
melingkar-melingkar di dalam
batang jati maka menurunkan
kualitas kayu.
Larva muda mulai menggerek
cambium dan bagian kayu yang
masih muda. Lubang gerek penuh
dengan kotoran-kotoran dan
serbuk gerek, sebagian dari
kotoran ini dikeluarkan melalui
lubang gerek pada permukaan
batang. Larva akan menggerek
batang searah serat kayu, dengan
membentuk liang-liang gerek
memanjang dan sempit. Pada
batang yang terserang terjadi
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 12
11.
Inger-inger (Neotermes
tectonae)
Jati
1.
Uret
helleri
stigma,
sp)
Jati
(Holotrichia
, Lepidiota
Phyllophaga
pembengkakkan
(gembol),
lubang, dan patah pada batang.
Pohon jati muda yang terserang
(berumur 1-5 tahun) hama ini
tidak selalu mati, tetapi dapat
memperlambat
pertumbuhan
serta menurunkan kualitas kayu.
Menyebabkan
pembengkakan
(gembol) pada batang atau
cabang.
Pohon
jati
dapat
terinfeksi inger-inger pada umur
3 tahun. Serangannya baru
terlihat setelah umur 7 tahun.
D. Hama Akar
tanaman yang terserang tiba-tiba a) Larva dikumpulkan dan dimusnahkan
layu, berhenti tumbuh kemudian
pada saat pengolahan tanah, atau
mati. Jika media dibongkar akar
kumbang-kumbang ditangkap pada
tanaman terputus/rusak dan dapat
malam hari dengan bantuan lampu
dijumpai hama uret. Kerusakan b) Penambahan
insektisida-nematisida
dan kerugian paling besar akibat
granuler (G) di lubang tanam pada saat
serangan hama uret terutama
penanaman tanaman atau pada waktu
terjadi pada tanaman umur 1-2
pencampuran media di persemaian,
bulan di lapangan, tanaman
khususnya
pada
lokasi-lokasi
menjadi mati.
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 13
a) Sanitasi lahan/kebun
b) Penyemprotan/penyuntikan/penyirama
n termisida
c) Pemberian abu kayu pada pangkalpangkal batang dan daerah perakaran
d) Penggunaan nematoda Steinernema
carpocapsae
e) Penggunaan insektisida nabati dari
daun sirsak dan ekstrak serai wangi
dengan konsentrasi 2%
f) Pembersihaan teratur dari gulma
g) Pemusnahan sarang-sarang rayap dan
menyemprotkan insektisida dieldrin,
aldrin, dan keptochor dengan dosis
sesuai dalam kemasan.
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 14
coklat.
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 15
III. PENUTUP
Pemahaman terhadap karakteristik hama dan bagaimana interaksinya dengan faktor
lingkungan fisik yang lain sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hama
dan penyakit. Kegiatan pencegahan dan pengendalian hama/penyakit merupakan bagian tidak
terpisahkan dari pengelolaan hutan, sejak pengumpulan materi tanaman hingga pemanenan dan
penyimpanan hasil hutan. Jadi tidak hanya ketika sudah terjadi kerusakan pada tanaman hutan.
Bahkan kegitan silvikultur/teknik pembibitan yang tepat sudah merupakan pencegahan bagi
timbulnya hama/penyakit. Selain itu monitoring dan pencegahan juga menjadi kunci. Memonitor
hama dan penyakit mutlak perlu untuk mengetahui perkembangan hama/penyakit sekecil
apapun, sehingga secara cepat perlu atau tidaknya melakukan tindakan pengendalian. Sedangkan
pencegahan adalah merupakan pendekatan utama dalam pengelolaan hama dan penyakit.
Keberhasilan dalam pengendalian tanaman yang sudah terserang hama/penyakit untuk
penyembuhan dan pengobatannya tidak selalu berhasil, kalaupun berhasil obatnya efektif, tetapi
pekerjaannya menjadi tidak efisien mengingat tanaman yang sudah tinggi dan areal yang luas.
Bahan Bacaan
Anggraeni, I., Intari, Sri Esti, dan Darwiati, Wida. 2006. Hasil-hasil Penelitian Hama/Penyakit
Tanaman Hutan dan Implementasinya. Prosiding Ekspose/Diskusi Sehari Jaringan Kerja
Litbang Hutan Tanaman pada 23 November 2006. Puslit Hutan Tanaman. Bogor.
Anggraeni, I., Intari, Sri Esti, dan Darwiati, Wida. 2006. Hama dan Penyakit Hutan Tanaman.
Prosiding Ekspose/Diskusi Sehari Jaringan Kerja Litbang Hutan Tanaman. Puslit Hutan
Tanaman. Bogor.
Anggraeni, I. dan Hardi, Teguh TW. 2006. Hama dan Penyakit Hutan Tanaman serta Cara
Pengendaliannya. Info Hutan Tanaman Vol.1 No.1:1-20. Puslit Hutan Tanaman. Bogor.
Mulyana, Dadan dan Asmarahman, Ceng. 2000. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Agromedia.
Jakarta.
Sumardi dan Widyastuti, SM. 2006. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. UGM Press. Jogjakarta.