Anda di halaman 1dari 17

HAMA-HAMA PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT

DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

Eritrina Windyarini
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
RINGKASAN
Hama (terutama golongan serangga) telah menjadi penyebab banyak kerusakan tanaman
hutan. Hama hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi
yang tinggi. Secara garis besar, kerusakan akibat hama dapat dikelompokkan menurut bagian
yang diserangnya, yaitu (i) buah dan biji; (ii) pucuk dan daun; (iii) batang dan (iv) akar.
Seringkali aktivitas suatu penyebab kerusakan hutan memicu penyebab-penyebab kerusakan lain
yang juga berkembang secara bersamaan. Satu faktor dapat bersifat predisposisi artinya
membuka peluang bagi faktor penyebab lain untuk menimbulkan kerusakan. Pemahaman
terhadap karakteristik hama dan bagaimana interaksinya dengan faktor lingkungan fisik yang
lain sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hama. Ruang lingkup
pengendalian hama meliputi : identifikasi OPT, pencegahan, pengendalian, pemberantasan, dan
penanggulangan paska pengendalian.

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang,


15-17 Mei 2013
Page 1

HAMA-HAMA PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT


DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

Eritrina Windyarini
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
I.

PENDAHULUAN

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya terdiri atas komunitas tumbuhan dan hewan
semata, akan tetapi meliputi juga keseluruhan interaksinya dengan faktor tempat tumbuh dan
lingkungan. Perkembangan pemanfaatan hutan akhir-akhir ini seringkali menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan dalam ekosistem hutan. Sejauh mana perubahan keseimbangan tersebut
sangat ditentukan oleh tingkat dan cara pemanfaatan yang dilakukan. Apabila dalam
pemanfaatan hutan terjadi kecenderungan dominasi jenis tumbuhan tertentu (monokultur), maka
biasanya juga akan diikuti oleh peningkatan faktor-faktor penghambatnya, seperti timbulnya
berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman hutan (Sumardi dan Widyastuti,
2006).
Hama dan penyakit pada tanaman hutan oleh masyarakat awam sering dicampur adukkan
pengertiannya, padahal sangat berbeda. Hama adalah semua binatang yang menimbulkan
kerugian pada pohon hutan dan hasil hutan seperti serangga, bajing, tikus, babi, rusa, dan lainlain. Tetapi kenyataannya di lapangan hama yang potensial dan eksplosif menimbulkan kerugian
adalah dari golongan serangga. Sedangkan penyakit adalah adanya kerusakan proses fisiologis
yang disebabkan oleh suatu tekanan/gangguan yang terus menerus dari penyebab utama
(biotik/abiotik) yang mengakibatkan aktivitas sel/jaringan menjadi abnormal yang digambarkan
dalam bentuk patologi yang khas yang disebut gejala atau tanda. Gejala atau tanda inilah yang
memberikan petunjuk apakah pohon di dalam hutan sehat atau sakit (Anggraeni dkk, 2006).
Meski secara pengertian sangat berbeda, namun hama dan penyakit biasanya tidak berdiri
sendiri dalam menyebabkan kerusakan hutan, melainkan hasil interaksi dengan berbagai faktor
lingkungan fisik lainnya. Seringkali aktivitas suatu penyebab kerusakan hutan memicu
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang,
15-17 Mei 2013
Page 2

penyebab-penyebab kerusakan lain juga berkembang secara bersamaan. Satu faktor dapat
bersifat predisposisi artinya membuka peluang bagi faktor penyebab lain untuk menimbulkan
kerusakan. Misalnya faktor lingkungan berupa kelembaban yang tinggi dalam hutan dapat
memberikan peluang jamur patogen (penyebab penyakit) untuk berkembang dan menimbulkan
kerusakan. Atau gigitan serangga yang menyebabkan luka terbuka pada tanaman inang seringkali
menjadi tempat masuknya berbagai macam mikroorganisme sehingga lebih rentan terserang
penyakit.
II.

PENGELOLAAN HAMA

Pengelolaan hama bertujuan untuk (1) melindungi tanaman dari serangan hama dan
penyakit; (2) mengurangi kerusakan/kerugian yang ditimbulkan akibat serangan

hama dan

penyakit; (3) menjaga keseimbangan ekosistem di hutan yang masing-masing unsur lingkungan
saling mendukung bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Anggraeni dkk (2006) maksud dan
tujuan dari pengendalian hama adalah untuk mempertahankan tingkat produksi yang tinggi,
mantap,

dan

berkesinambungan,

tetapi

secara

ekologis

dan

ekonomis

dapat

dipertanggungjawabkan, bahkan sekarang ini dikaitkan dengan kelestarian lingkungan. Jadi


hama/penyakit haruslah ditekan atau dikurangi dan ditiadakan sampai dibawah ambang
ekonomis. Usaha pengendalian dilakukan apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada
kerugian yang terjadi akibat serangan hama/penyakit.
Ruang Lingkup pengendalian hama meliputi kegiatan :
1. Identifikasi OPT (organisme pengganggu tanaman)
Identifikasi dilakukan untuk mengenali jenis-jenis OPT yang ada berupa gejala dan atau
tanda yang dijumpai di lapangan serta intensitas serangannya.
2. Pencegahan OPT
Pencegahan OPT dilakukan dengan tujuan untuk mempersempit serangan dan mengelola
lingkungan biofisik tanaman sehingga kemungkinan munculknya OPT dapat diminimalkan.
3. Pengendalian OPT
Pengendalian dilakukan untuk membatasi serangan/melokalisir serangan serta perlakuan
lingkungan untuk mengurangi perkembangan OPT yang tidak diinginkan.
Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang,
15-17 Mei 2013
Page 3

4. Pemberantasan OPT
Pemberantasan dilakukan untuk memusnahkan serangan OPT yang ada berikut tanaman
yang terkena serangan sehingga tidak menulaar pada tanaman lain yang sehat.
5. Penanggulangan paska pengendalian OPT
Penanggulangan paska pengendalian dilakukan untuk memonitor dan mengetahui efektifitas
pengendalian yang dilakukan sehingga munculnya OPT baru dapat diketahui.

III.

Gangguan Oleh Serangga Hama

Serangga merupakan kelompok hama paling berat yang menyebabkan kerusakan hutan.
Hama hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi yang
tinggi. Perkembangan populasi hama hingga mencapai tingkat populasi yang tinggi ditentukan
oleh potensi reproduksi, kemampuan mempertahankan diri (sintas) dan daya tahannya terhadap
kondisi lingkungan hidupnya. Beberapa hama penting pada tanaman kehutanan dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang,


15-17 Mei 2013
Page 4

No
1.

2.

Hama

Inang

Kumbang penggerek Jenis dipterocarp


Namophyes
shoreae
dan
Alcidodes
dipterocarpi
(Coleoptera)
serta
sejenis
ulat
(Lepidoptera)
menyerang
biji
dipterocarp.
Ulat
Dioryctria Tusam
amatella

Deskripsi Kerusakan
A. Hama Buah dan Biji
Serangga betina bertelur pada
kulit buah bahkan mungkin pada
bunga. Larva yang baru menetas
menggerek buah hingga terjadi
lubang gerek yang cukup besar
yang dapat terlihat dengan mata
telanjang, dari lubang gerek ini
keluar butiran-butiran kotoran
yang berwarna coklat muda.
Butiran-butiran ini djalin dengan
benang
sutera
hingga
menggumpal menutup lubang
gerek. Serangga hama pada buah
kadang-kadang terus berlangsung
sampai buah berkecambah.

Pengendalian
Insektisida sistemik dengan bahan aktif
fosfamidon melalui perendaman biji yang
akan disemaikan 6 jam dengan konsentrasi
0,35% atau monokrotofos 0,10% dengan
perendaman selama 6 jam.

B. Hama Pucuk dan Daun


1. Penghisap cairan tanaman

a.

b.

Helopeltis
sp Eukaliptus,
(penghisap
cairan Akasia
pucuk) (Hemiptera)
Tungau
merah Jati
Tetranychus
sp
(Acarina) dan kutu
putih
Ferrisia
sp

Hama serangga muda yang baru a) Penyemprotan dengan insektisida kimia


menetas dari telur menyerang
kontak atau
sistemik,
misalnya
daun muda dan pucuk tanaman,
Permetrin 6 cc/L atau Natural BVR atau
terutama pada musim kemarau,
Pestona atau sevin sesuai dengan dosis
dengan cara menusuk dan
pada kemasan secara berkala (2 minggu
menghisap
cairan
sel-sel
sekali)

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 5

c.
d.
e.

(Homoptera)
Hama
kutu
sisik Cendana
Chionapsis sp
Aphis gossypii
Eukaliptus
kutu
dompolan Tusam
(Pseudococcus sp)

2. Pemakan Daun
a.
Ulat kantong (Pteroma akasia,

epidermis
dan
mesofil b) Penyemprotan
dengan
insektisida
daun/pucuk
dengan
hayati seperti thuricide dengan dosis 5
menggunakan stiletnya (alat
cc/L dan cuka kayu dosis 2-3%/L yang
mulut). Kadangkala bersamaan
diulang setelah 2 minggu
dengan
menghisap
cairan, c) Secara mekanis dengan pemangkasan
serangga juga mengeluarkan
pucuk pucuk terserang dan mati
racun yang dapat mematikan
kemudian dikumpulkan dan dibinam
pucuk dan daun tanaman.
kedalam tanah / dibakar agar telur dan
Kerusakan yang ditimbulkan
nimpha (serangga muda) mati.
berbentuk noda-noda, perubahan d) Sanitasi
kebun,
yaitu
dengan
warna,
malformasi,
atau
membersihkan sisa - sisa tanaman /
terhentinya pertumbuhan pada
sampah kebun dan menyiang gulma
bagian yang diserang. Pada
disekitar kanopi tanaman, kemudian
serangan berat juga dapat
sampah dan gulma tadi di masukkan
menimbulkan kematian tanaman.
kedalam rorak rorak di antara
tanaman untuk menambah bahan
organik tanaman (sebaiknya sampah
dan gulma tadi diberikan EM4 dan
biotruka untuk mempercepat proses
pembakaran).
e) Menggunakan musuh dari alam berupa
jamur pafogen (Beauveria bassiana)
dan predator (semut rangrang dan
semut hitam).

pulai, Ulat

ini

menyerang

dengan a) Beauveria bassiana dosis 25 gr/L air;

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 6

plagiohelps, Amatissa lamtoro,


sp, Cryptothelea sp, eukaliptus, pinus,
Pagodiella sp)
meranti,rhizopora,
sengon dan jabon

b.

Ulat daun jati (Hyblaea


puera,
Eutectonae
machaeralis, Pyrausta
machaeraslis)

Jati

memakan jaringan daun bagian


bawah sehingga daun mengering
dan layu. Ulat kantong adalah
sejenis ngengat yang larvanya
hidup di dalam kantong yang
dibuat dari serpihan daun yang
dimakan dan dianyam dengan
benang-benang yang dikeluarkan
dari mulutnya. Apabila daun atau
makanan ulat disekitarnya habis,
ulat pindah untuk mencari
sumber makanan baru dengan
cara merambat ke atas atau ke
bawah melalui benang yang
dihasilkannya. Dengan cara ini
ulat dapat pindah dari daun ke
daun lain atau dari bibit ke bibit
lain dengan selalu membawa
kantongnya.
Serangan
yang
serius
dapat
menyebabkan
tanaman nyaris tanpa daun.
Ulat H. Puera muda memakan
bagian
daun
yang
lunak
denganmeninggalkan
urat-urat
daun dan tulang-tulang daun.
Sedangkan ulat P.damastesalis
hanya
memakan
jaringan

b)
c)
d)
e)

f)

insektisida nabati rebusan kulit buah


mahoni dosis 200 gr/L air
insektisida nabati perasan umbi gadung
dosis 125 gr/L air
insektisida nabati perasan biji mahoni
150 gr/L air
insektisida nabati mimba (Neemazal
T/S) dosis 4ml/L air,
pemasangan perangkap cahaya dapat
dilakukan untuk mengurangi populasi
hama
jarak tanam sengon jangan terlalu rapat,
karena ulat kantong dapat berpindah
dari satu pohon ke pohon yang lain

Jika ulat tidak terlalu banyak, ulat diambil


dan dimatikan secara manual. Namun jika
tingkat serangan sudah tinggi, lakukan
penyemprotan pestisida sistemik seperti
Dimercron, Perfcthion, dan Azodrin
dengan dosis 2-4 cc/L air sesuai keterangan

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 7

c.

d.

perenkim yang berwarna hijau di label kemasannya.


dan lunak di antara tulang-tulang
dan urat-urat daun sehingga
mengakibatkan daun berlubanglubang.
Kupu kuning (Eurema akasia,
sengon, Larva serangga ini biasanya a) Pada bibit atau tanaman muda dapat
blanda, E. Hecabe,E. turi, johar
menyerang daun pada anakan di
menggunakan jamur entomopatogenik
Spp)
persemaian atau tanaman muda.
Beauveria bassiana dengan dosis 25
Rusaknya daun pada anakan di
gr/L. Suspensi jamur disemprotkan
persemaian atau tanaman muda
langsung pada tubuh ulat yang sedang
dapat
mematikan
atau
aktif makan. Penyemprotan dilakukan
pertumbuhannya terganggu.
pagi atau sore hari agar lebih efektif
b) Insektisida bactospein dengan takaran 7
cc/L atau insektisida permetrin 6 cc/L.
c) Pada tegakan tua biasanya populasinya
ditekan oleh keadaan alam atau parasit
kepompong yaitu Brachymeria sp.
Ulat grayak
Jabon
Menyerang daun Jabon pada a) insektisida sistemik BPMC dnegan
malam hari. Sementara pada
dosis 0,5-2 ml/liter, atau imidakloppir
siang
ulat
grayak
akan
(confidor 200 Sl dengan dosis sama).
bersembunyi di tanah atau di b) Insektisida nabati dengan bahan aktif
bawah tanaman. Jabon yang
azadirachtin efektif terhadap ulat
diserang ulat grayak daunnya
grayak. Serbuk biji mimba (50 g/l air)
akan berlubang, bahkan bagi
mampu mematikan ulat instar III
yang sudah parah hanya akan
sebesar 67% - 83%. Insektisida
menyisakan batang daun saja.
Bacillus thuringiensis.
c) Bagi tanaman yang belum terkena

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 8

serangan hama ini, sebaiknya perlu


dijaga kebersihan lingkungan dan juga
mengendalikan gulma yang tumbuh.
3. Penggerek pucuk
a.
Ulat penggerek pucuk Jati
jati

b.

Penggerek
pucuk Mahoni
(Hypsipyla robusta)

Serangan ulat penggerek pucuk a) Monitoring rutin


jati (shoot borer) menyerang b) Aplikasi insektisida berbahan aktif
tanaman jati muda. Gejala awal
Bacillus thuringiensis perbandingan 1:1
berupa layu pada beberapa ruas c) Penyemprotan dengan fungi Beauveria
daun di bagian pucuk secara tibabassiana (25 gr biakan fungi ditambah
tiba. Gejala layu berlanjut dengan
1 L air)
mengeringnya daun dan pucuk
tanaman jati muda. Selanjutnya
muncul tunas-tunas air di bawah
bagian yang mati.. Panjang pucuk
yang mati antara 30-50 cm.
Pengamatan pada tanaman yang
mati diketahui bahwa terdapat
lubang gerekan kecil ( 2 mm) di
bawah bagian yang layu/kering.
Akibat putusnya titik tumbuh
apikal maka akan menurunkan
kualitas batang utama. Ujung
batang utama yang mati akan
keluar tunas-tunas air/cabangcabang baru.
Larva serangga menggerek dan
merusak jaringan pucuk sapling

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 9

yang
sedang
tumbuh,
menyebabkan
pertumbuhan
terhambat, dan terbentuknya
pucuk garpu
1.

2.

3.
4.
5.
6.
7.

C. Hama Batang
Xylosandrus
Akasia
Pada akasia hama betina sesudah
compactus
yang
menggerek masuk ke dalam
berasosiasi
dengan
batang bibit, kemudian berhenti
jamur ambrosia
menggerek dan tidak aktif selama
30 jam, selama ini jamur
ambrosia berkembang pesat
sehingga kumbang ini dapat
mulai
berkembang
biak.
Kerusakan tanaman disebabkan
oleh
pertumbuhan
jamur
ambrosia yang mengkontaminasi
jaringan-jaringan tanaman tempat
berbiaknya kumbang yang dapat
mengakibatkan kematian bibit
Penggerek
batang Akasia
dan Kumbang dewasa hama ini akan
(Xystrocera
sengon
meletakkan
telur
secara
festiva,X.globusa)
berkelompok pada batang muda
Zeuzera coffeae
Eukaliptus
dan bekas-bekas cabang atau
Phalypus sp
Damar
luka. Setelah menetas, larva akan
Xylanddrus compactus Ulin dan mahoni
mulai menggerek kulit batang
Dyorictria sp
Tusam
bagian dalam dan kayu muda
Prynoxytus sp
Gmelina
secara bergerombol ke arah

a) Menjebak ngengat dewasa dengan


perangkap cahaya. Ngengat dewasa
aktif pada malam hari dan sangat
tertarik dengan cahaya.
b) Jangan terlalu sering memangkas
pohon, dan jika terdapat luka pada
pohon sebaiknya ditutup dengan tanah
liat atau disemprot insektisida sistemik
c) Pada tanaman yang terserang, pada
lubang yang dibuat hama disemprot
dengan insektisida kemudian ditutup
dengan tanah. Lubang juga dapat
ditusuk-tusuk dengan kayu untuk
mematikan larva.
d) Pengeletekan kulit batang yang
terserang dan mengumpulkan larva
yang berada dibawah kulit secara
manual, kemudian dimatika atau untuk
umpan memancing.
e) Pohon yang masih terserang awal bisa
menggunakan jamur entomopatogenik

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 10

8.

Oleng-oleng
(Duomitus ceramicus)

Jati

bawah. Pada sengon, bagian


pohon yang digerek akan
mengeluarkan cairan, sehingga
terlihat berwarna hitam atau
coklat.
Bubuk-bubuk
gerek
tertinggal dalam lubang gerek
dan sebagian keluar dari lubanglubang kulit atau kulit yang
pecah. Pada tusam, serangan akan
mengakibatkan mati pucuk.
Larva merusak batang jati dengan
cara menggerek batang jati dan
membuat liang gerek 10-15 cm,
diameter gerek mencapai 15 mm.
Di pintu liang gerek terlihat
bekas kunyahan serbuk gerek dan
sisa kotoran, kotoran larva
berwarna coklat kehitaman yang
berlendir. Bagian batang yang
digerek membentuk kalus dengan
jaringan berongga, dari luar
secara visual terlihat agak
menggembung, mudah patah bila
tertiup angin. Adanya liang gerek
juga
menyebabkan
aliran
makanan dari akar terganggu,
sehingga pada serangan yang

Beauveria bassiana dalam bentuk


suspensi yang dioleskan merata pada
bagian batang yang telah dikelupas
sedikit kulit batang bagian atasnya.
f) Tanaman yang mati sebaiknya segera
ditebang,
kemudian
selanjutnya
tanaman bekas serangan dibuka untuk
membasmi sisa hama yang ada secara
manual.
a) Penggunaan perangkap lampu (light
trap) di malam hari. Untuk penggunaan
light trap, peralatan yang diperlukan
berupa : kain putih 2 x 1,5 m, lampu
bohlam/neon, dan nampan penampung
air. Ngengat yang diperoleh kemudian
dimusnahkan.
b) Insektisida fumigan, dosis : 1/8 butir
dimasukkan ke dalam liang gerek
serangga hama, kemudian lubang
ditutup dengan lilin malam.
c) Mengatur jenis-jenis tanaman tumpang
sari.

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 11

9.

Xyleborus destruens
(penggerek bubuk kayu
basah)

Jati

10.

Ulan-ulan
(Monohammus
rusticator)

Jati

berat
dapat
menyebabkan
kematian batang jati.
Kulit batang berwarna coklat
kehitaman, disebabkan adanya
lendir yang bercampur kotoran X.
destruens. Bila lendir dan
campuran
kotoran
sudah
mengering warnanya menjadi
kehitam-hitaman. Serangan hama
ini tidak mematikan pohon atau
mengganggu pertumbuhan tetapi
akibat
saluran-saluran
kecil
melingkar-melingkar di dalam
batang jati maka menurunkan
kualitas kayu.
Larva muda mulai menggerek
cambium dan bagian kayu yang
masih muda. Lubang gerek penuh
dengan kotoran-kotoran dan
serbuk gerek, sebagian dari
kotoran ini dikeluarkan melalui
lubang gerek pada permukaan
batang. Larva akan menggerek
batang searah serat kayu, dengan
membentuk liang-liang gerek
memanjang dan sempit. Pada
batang yang terserang terjadi

a) Tidak menanam jati di daerah yang


mempunyai curah hujan lebih dari 2000
mm per tahun.
b) Menebang dan memusnahkan pohonpohon yang diserang terutama pada
waktu penjarangan.
c) Mengurangi
kelembaban
mikro
tegakan, misalnya dengan mengurangi
tumbuhan bawah.
d) Melakukan penjarangan dengan baik
e) Menggunakan insektisida Brash 25EC,
Lentrek 400EC, Dragnet 380EC,
Enborer 100EC, dan Cislin 2,5EC
Menggunakan
insektisida
fumigant
phostoxin yang disuntikkan pada batang
yang terserang melalui lubang-lubang
gerek.

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 12

11.

Inger-inger (Neotermes
tectonae)

Jati

1.

Uret
helleri
stigma,
sp)

Jati

(Holotrichia
, Lepidiota
Phyllophaga

pembengkakkan
(gembol),
lubang, dan patah pada batang.
Pohon jati muda yang terserang
(berumur 1-5 tahun) hama ini
tidak selalu mati, tetapi dapat
memperlambat
pertumbuhan
serta menurunkan kualitas kayu.
Menyebabkan
pembengkakan
(gembol) pada batang atau
cabang.
Pohon
jati
dapat
terinfeksi inger-inger pada umur
3 tahun. Serangannya baru
terlihat setelah umur 7 tahun.

a) Penjarangan yang teratur


b) Mengeluarkan bagian pohon yang
terserang (dipotong/dibakar)
c) Insektisida fumigan phostoxin tablet
d) Insektisida berbahan aktif fenpropatrin
(Meothrin 50 EC).

D. Hama Akar
tanaman yang terserang tiba-tiba a) Larva dikumpulkan dan dimusnahkan
layu, berhenti tumbuh kemudian
pada saat pengolahan tanah, atau
mati. Jika media dibongkar akar
kumbang-kumbang ditangkap pada
tanaman terputus/rusak dan dapat
malam hari dengan bantuan lampu
dijumpai hama uret. Kerusakan b) Penambahan
insektisida-nematisida
dan kerugian paling besar akibat
granuler (G) di lubang tanam pada saat
serangan hama uret terutama
penanaman tanaman atau pada waktu
terjadi pada tanaman umur 1-2
pencampuran media di persemaian,
bulan di lapangan, tanaman
khususnya
pada
lokasi-lokasi
menjadi mati.

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 13

endemik/rawan hama uret. (contoh:


berbahan aktif karbosulfan (Marshal
5G), karbofuran (Furadan 3G, Petrofur
3G, Indofuran), etoprofos (Rhocap
10G), diazinon (Diazinon 10G).
c) Insektisida nabati dari gadng yang
diparut, kulit buah jambe atau biji
mahoni yang dihaluskan kemudian
dicampur dan disiramkan di sekitar
lubang atau seluruh lahan.
2.

Rayap (Coptotermes akasia, eukaliptus, Menyerang batang dan akar pada


curvignathus)
jati, tusam, jabon, tanaman muda. Rayap C.
dan kayu putih
Curvignathus membentuk liangliang dengan lubang-lubang
tertentu ke dalam jaringan yang
hidup dan akhirnya membunuh
pohon. Rayap juga memakan
akar
sehingga
pertumbuhan
tanaman merana dan mati. Pada
jabon di persemaian rayap bisa
menyerang akar, batang, dan
bibit. Sedangkan di lapangan,
rayap menyerang akar samping
atau akar tunggang. Tanah pada
bagian akar yang diserang
membentuk kerak tanah berwarna

a) Sanitasi lahan/kebun
b) Penyemprotan/penyuntikan/penyirama
n termisida
c) Pemberian abu kayu pada pangkalpangkal batang dan daerah perakaran
d) Penggunaan nematoda Steinernema
carpocapsae
e) Penggunaan insektisida nabati dari
daun sirsak dan ekstrak serai wangi
dengan konsentrasi 2%
f) Pembersihaan teratur dari gulma
g) Pemusnahan sarang-sarang rayap dan
menyemprotkan insektisida dieldrin,
aldrin, dan keptochor dengan dosis
sesuai dalam kemasan.

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 14

coklat.

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang, 15-17 Mei 2013
Page 15

III. PENUTUP
Pemahaman terhadap karakteristik hama dan bagaimana interaksinya dengan faktor
lingkungan fisik yang lain sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hama
dan penyakit. Kegiatan pencegahan dan pengendalian hama/penyakit merupakan bagian tidak
terpisahkan dari pengelolaan hutan, sejak pengumpulan materi tanaman hingga pemanenan dan
penyimpanan hasil hutan. Jadi tidak hanya ketika sudah terjadi kerusakan pada tanaman hutan.
Bahkan kegitan silvikultur/teknik pembibitan yang tepat sudah merupakan pencegahan bagi
timbulnya hama/penyakit. Selain itu monitoring dan pencegahan juga menjadi kunci. Memonitor
hama dan penyakit mutlak perlu untuk mengetahui perkembangan hama/penyakit sekecil
apapun, sehingga secara cepat perlu atau tidaknya melakukan tindakan pengendalian. Sedangkan
pencegahan adalah merupakan pendekatan utama dalam pengelolaan hama dan penyakit.
Keberhasilan dalam pengendalian tanaman yang sudah terserang hama/penyakit untuk
penyembuhan dan pengobatannya tidak selalu berhasil, kalaupun berhasil obatnya efektif, tetapi
pekerjaannya menjadi tidak efisien mengingat tanaman yang sudah tinggi dan areal yang luas.

Bahan Bacaan
Anggraeni, I., Intari, Sri Esti, dan Darwiati, Wida. 2006. Hasil-hasil Penelitian Hama/Penyakit
Tanaman Hutan dan Implementasinya. Prosiding Ekspose/Diskusi Sehari Jaringan Kerja
Litbang Hutan Tanaman pada 23 November 2006. Puslit Hutan Tanaman. Bogor.
Anggraeni, I., Intari, Sri Esti, dan Darwiati, Wida. 2006. Hama dan Penyakit Hutan Tanaman.
Prosiding Ekspose/Diskusi Sehari Jaringan Kerja Litbang Hutan Tanaman. Puslit Hutan
Tanaman. Bogor.
Anggraeni, I. dan Hardi, Teguh TW. 2006. Hama dan Penyakit Hutan Tanaman serta Cara
Pengendaliannya. Info Hutan Tanaman Vol.1 No.1:1-20. Puslit Hutan Tanaman. Bogor.
Mulyana, Dadan dan Asmarahman, Ceng. 2000. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Agromedia.
Jakarta.
Sumardi dan Widyastuti, SM. 2006. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. UGM Press. Jogjakarta.

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang,


15-17 Mei 2013
Page 16

Windyarini, E. 2009. Silvikultur Intensif Pengembangan Dan Konservasi Cendana Di NTT.


Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Tidak diterbitkan.

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan di Kaliurang,


15-17 Mei 2013
Page 17

Anda mungkin juga menyukai