Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, dan pendidikan
merupakan sarana yang membantu manusia dalam belajar berbagai hal. Belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan individu secara sadar untuk
memperoleh kemampuan, keterampilan dan sikap yang dapat menghasilkan
perubahan tingkah laku baik potensial maupun aktual sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang diperoleh meliputi tiga
aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Proses pembelajaran bukan hanya membentuk kecerdasan atau
memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan
mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Namun demikian, pembelajaran yang secara khusus
mengembangkan kemampuan afektif tampaknya masih kurang mendapat
perhatian. Kalaupun dilakukan mungkin hanya dijadikan sebagai efek
pengiring (nurturant effect) yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga kurang terperhatikan.
Dalam suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan
pengisolasian siswa, sikap dan hubungan yang negatif akan terbentuk dan
mematikan siswa. Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan
pengetahuan secara aktif sehingga sikap siswa dalam proses pembelajaran
lebih cenderung pasif. Fenomena rendahnya respon / aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran antara lain disebabkan oleh proses pembelajaran yang
bersifat reseptif yaitu guru banyak ceramah, guru kurang melatih
mengembangkan potensi bertanya, semangat belajar rendah, tidak tahu manfaat
belajar. Pendek kata penggunaan strategi ceramah dalam proses pembelajaran,
akan melahirkan siswa yang lemah, pasif, duduk, dengar, dan catat. Nilai ilmu

pengetahuan yang diperoleh dengan duduk, dengar, dan catat bersifat mudah
dilupakan.
Mayoritas peserta didik menganggap bahwa mata pelajaran biologi
adalah mata pelajaran yang cenderung membosankan karena hampir semua
materi berupa materi hafalan, oleh karena itu dalam membelajarkan biologi
kepada peserta didik, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi
pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan
pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik
atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan
pembelajarannya,

kesesuaian

dengan

materi

pembelajaran,

tingkat

perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola


pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada. Salah
satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah model
pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif lebih
menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan
sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu
siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi
pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode konvensional.
Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah tipe Group
Investigation (GI) yang menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group
process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian
menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai model pembelajaran kooperatif group investigation.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif?


2. Apa yang dimaksud model pembelajaran kooperatif Group Investigation
(GI)?
3. Bagaimana sintaks dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI)?
4. Apakah kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI)?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang model pembelajaran kooperatif
2. Mengetahui tentang model pembelajaran kooperatif Group Invetigation (GI).
3. Mengetahui tahap- tahap model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI).
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif


Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran
yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran
yang matang oleh guru.
Model

pembelajaran

kooperatif

merupakan

salah

satu

model

pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran


kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang
terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok
(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong
royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan
bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang
terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan model
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning, bahwa
model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok,
tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok
yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk itu harus
diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

Saling ketergantungan positif.


Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai

tujuan mereka.
Tanggung jawab perseorangan.
Jika

tugas

dan

pola

penilaian

dibuat

menurut

prosedur

modelpembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung


jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam metode
pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam
kelompok bisa dilaksanakan.

Tatap muka.
Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini
akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai

perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.


Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
berbagai

keterampilan

berkomunikasi,

karena

keberhasilan

suatu

kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling


mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat
mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan
proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar

dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.


Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk


mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.
(2000), yaitu:

Hasil belajar akademik


Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting
lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang
metode ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping
mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah
maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

akademik.
Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara
luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur

penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.


Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilanketerampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)


Salah satu model pembelajaran yang mendukung keterlibatan siswa
dalam kegiatan belajar adalah model pembelajaran Group Investigation
(Krismanto, 2003:6). Sudjana (Mudrika, 2007:15) mengemukakan bahwa Group
Investigation (GI) dikembangkan oleh Herbert Thelen sebagai upaya untuk
mengkombinasikan strategi mengajar yang berorientasi pada pengembangan
proses

pengkajian

akademis.

Kemudian

Joyce

dan

Weil

(1980:230)

menambahkan bahwa model pembelajaran GI yang dikembangkan oleh Thelen


yang bertolak dari pandangan John Dewey dan Michaelis yang memberikan
pernyataan bahwa pendidikan dalam masyarakat demokrasi seyogyanya
mengajarkan demokrasi langsung.
Ide model pembelajaran group investigation bermula dari perpsektif
filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki
pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku
Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas
konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan
berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran
Dewey yang utama tentang pendidikan adalah:
a. Siswa hendaknya aktif, learning by doing;
b. Belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik;
c. Pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap;
d. Kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa;
e. Pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling
memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur
demokratis sangat penting;
f. Kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.
Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model groupinvestigation yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen
menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang
bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi (Arends, 1998).
Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui

internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik


maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun
dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih
siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa
secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran.
Di sini guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik
yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan masalah,
pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait dengan
proses pemecahan masalah berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat
dan fokus masalah. Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan
informasi yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh
informasi tersebut. Pemaknaan perseorangan berkenaan dengan inferensi yang
diorganisasi oleh kelompok dan bagaimana membedakan kemampuan
perseorangan.
Selanjutnya Thelen (Joyce dan Weil, 1980:332) mengemukakan tiga
konsep utama dalam pembelajaran GI, yaitu: penelitian atau inkuiri;
pengetahuan atau knowledge; dan dinamika kelompok atau the dynamic of the
learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses
dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah
tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok
menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi
yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman
melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal
penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah:
1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus
mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa
dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar

kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap


anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2. Rencana Kooperatif
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang
mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan
mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3. Peran Guru
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara
kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan
membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa
menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat
juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu
topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang

telah dipilih, kemudian

menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.


Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa,
bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, peralatan penelitian
yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang
sudah ditata untuk itu.
Pembelajaran kooperatif tipe GI memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
a. Tujuan kognitif untuk menginformasikan akademik tinggi dan keterampilan
inkuiri.
b. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang
heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan pertimbangan keakraban
persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu.
c. Siswa terlibat langsung sejak perencanaan pembelajaran (menentukan topik
dan cara investigasi) hingga akhir pembelajaran (penyajian laporan).
d. Diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
e. Adanya sifat demokrasi dalam kooperatif (keputusan-keputusan yang
dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks
masalah yang diselidiki).

f. Guru dan murid memiliki status yang sama dalam mengatasi masalah dengan
peranan yang berbeda.
C. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation
Model group investigation memiliki enam langkah pembelajaran (Slavin,
1995), yaitu:
1. Tahap Pengelompokkan (Grouping)/ Pemilihan topic
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta membentuk
kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada
tahap ini:
1) Siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategorikategori topik permasalahan
2) Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik
yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki
3) Guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4
sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
2. Tahap Perencanaan kooperatif (Planning)
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan
khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap
pertama. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang:
1) Apa yang mereka pelajari?
2) Bagaimana mereka belajar?
3) Siapa dan melakukan apa?
4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?
3. Tahap Penyelidikan (Investigation)/ Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap
kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan
keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenisjenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru
secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan
bila diperlukan. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki
2) Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap
kegiatan kelompok
3) Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mempersatukan
ide dan pendapat.
4. Tahap Pengorganisasian (Organizing)/ Analisis dan sintesis

10

Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap


ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan
disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan
kepada seluruh kelas. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut:
1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proyeknya
masing-masing
2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana mempresentasikannya
3) Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas
dalam presentasi investigasi.
5. Tahap Presentasi hasil final (Presenting)
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan
cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan siswa yang lain
saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh
perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru. Kegiatan
pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi
bentuk penyajian
2) Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai
pendengar
3) Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan
atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.
6. Tahap Evaluasi (Evaluating)
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topic
yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap
kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa
penilaian individual atau kelompok. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa
dalam pembelajaran sebagai berikut:
1) Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan
yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman
efektifnya
2) Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran
yang telah dilaksanakan
3) Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

11

Tahapan-tahapan

kemajuan

siswa

di

dalam

pembelajaran

yang

menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat


pada tabel berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30):
Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam model Pembelajaran
Kooperatif dengan Group Investigation.
Tahap 1

Mengidentifikasi topik Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk


dan membagi siswa ke memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki.
dalam kelompok.

Tahap II

Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.

Merencanakan tugas. Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh


anggota. Kemudian membuat perencanaan dari
masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan
sumber apa yang akan dipakai.

Tahap III

Membuat

Siswa

mengumpulkan,

penyelidikan.

mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan


mengaplikasikan

bagian

menganalisis
mereka

ke

dan
dalam

pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah


kelompok
Tahap IV

Tahap V

Tahap VI

Mempersiapkan tugas Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang


akhir

akan dipresentasikan di depan kelas.

Mempresentasikan

Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok

tugas akhir

lain tetap mengikuti.

Evaluasi.

Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah


diselidiki dan dipresentasikan.

12

D. Kelebihan

dan

Kekurangan

Model

Pembelajaran

Kooperatif

Group

Investigation
Menurut Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari
pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
1) Secara Pribadi
Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
2) Secara Sosial / Kelompok
Meningkatkan belajar bekerja sama
Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
Belajar menghargai pendapat orang lain
Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
Sedangkan untuk kekurangan dari penerapan model pembelajaran
kooperatif group investigation:
1) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal
3) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation
(GI) model pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang
menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang
dialami sendiri
4) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

13

Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran


kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui
internet. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Selanjutnya Thelen (Joyce
dan Weil, 1980:332) mengemukakan tiga konsep utama dalam pembelajaran GI,
yaitu: penelitian atau inkuiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika
kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75).
Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap
masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman
belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan
sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta
saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Pembelajaran kooperatif tipe GI memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
a. Tujuan kognitif untuk menginformasikan akademik tinggi dan keterampilan
inkuiri.
b. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa
yang heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan pertimbangan keakraban
persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu.
c. Siswa terlibat langsung sejak perencanaan pembelajaran (menentukan topik
dan cara investigasi) hingga akhir pembelajaran (penyajian laporan).
d. Diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
e. Adanya sifat demokrasi dalam kooperatif (keputusan-keputusan yang
dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks
masalah yang diselidiki).
f. Guru dan murid memiliki status yang sama dalam mengatasi masalah dengan
peranan yang berbeda.
Model group-investigation memiliki enam langkah pembelajaran (Slavin,
1995), yaitu:
1. Tahap Pengelompokkan (Grouping)/ Pemilihan topic
2. Tahap Perencanaan kooperatif (Planning)
3. Tahap Penyelidikan (Investigation)/ Implementasi

14

4. Tahap Pengorganisasian (Organizing)/ Analisis dan sintesis


5. Tahap Presentasi hasil final (Presenting)
6. Tahap Evaluasi (Evaluating)
Menurut Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari
pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
3) Secara Pribadi
Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
4) Secara Sosial / Kelompok
Meningkatkan belajar bekerja sama
Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
Belajar menghargai pendapat orang lain
Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
Sedangkan untuk kekurangan dari penerapan model pembelajaran
kooperatif group investigation:
5) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
6) Sulitnya memberikan penilaian secara personal
7) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation
(GI) model pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang
menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang
dialami sendiri
8) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi bagi pembaca.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan yang membangun dari pembaca.
Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan
menyadari dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang
bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran di
sekolah, model pembelajaran kooperatif perlu lebih sering digunakan karena
suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencintai pelajaran dan sekolah/guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih
terdorong untuk belajar dan berpikir.

15

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia. Cet. Ke-5.


Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGrawHill
Joyce dan Weil, 1980:332)
Siti Maesaroh. 2005. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan
Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas
Terbuka. Cet. Ke-1.

16

Anda mungkin juga menyukai