Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah

: Community Development

REVIEW
BAB 3
PENDEKATAN SWADAYA (SELF-HELP)
(Donald W. Littrell dan Daryl Hobbs)

KELOMPOK 2 :
HARI SUTRISNO P0204214313
IRAWAN DERMAYASAMIN IBRAHIM P0204214314

MAGISTER PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH


KONSENTRASI STUDI MANAJEMEN PERENCANAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014

1. Konsep Swadaya.
-

Dasar pemikiran konsep swadaya adalah bahwa masyarakat mampu, mau, dan seharusnya
berkolaborasi untuk memberi solusi terhadap permasalahan komunitas.
Swadaya akan memperkuat rasa kebersamaan yang merupakan pondasi dalam
berkolaborasi
Tanpa swadaya, sebuah komunitas hanya ada sebagai tempat, organisasi, atau kelompok
tetapi kapasitasnya akan kurang efektif dalam aksi dan kegiatannya.
Swadaya adalah strategi untuk membangun komunitas, sebagai model perencanaan,
pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah dengan ide yang berasal dari gagasan
komunitas itu sendiri utamanya pada komunitas kecil (Christenson dan Robinson, 1980).
Swadaya tidak hanya menekankan pada tujuan yang akan dicapai dalam dan dari dirinya
sendiri, tetapi juga sebagai strategi untuk pencapaian pengembangan objek yang lebih luas
(Bilinski, 1969).

Memicu swadaya masyarakat : sebuah dasar profesi.


Dari perspektif pengembangan atau pemberdayaan masyarakat, kapasitas swadaya dapat
dipicu dengan pendampingan dari praktisi atau organisasi yang berasal dari luar komunitas
tersebut. Hal itulah yang melandasi adanya profesi pengembangan masyarakat. Asumsi bahwa
kompleksitas permasalahan pada sebuah komunitas beragam dan tidak bisa diselesaikan
sendiri, maka ide pelibatan dan partisipasi komunitas yang lebih luas dianjurkan sebagai salah
satu upaya pencapaian tujuan dari sebuah komunitas.
Pengembangan dalam melawan perkembangan dari sebuah komunitas.
Pada perspektif swadaya, penekanan pada proses jauh lebih penting daripada perkembangan
yang dihasilkan, karena kolaborasi yang diperoleh dari rasa kebersamaan dapat berarti
keberlanjutan perbaikan pada pelayanan komunitas dan pada peningkatkan kualitas hidup
komunitas tersebut. Singkatnya, jika pelayanan masyarakat, fasilitas, atau perbaikan hanya
dikontribusi oleh lembaga atau organisasi dengan sedikit atau tidak melibatkan komunitas
setempat, maka kontribusi itu akan bersifat sementara, menyebabkan ketergantungan, tidak
mewujudkan rasa kebersamaan dalam komunitas, serta akan melemahkan kapasitas komunitas
untuk bertindak sendiri di masa mendatang. Penekanan swadaya bukan pada apa yang
diperoleh masyarakat, tetapi bagaimana masyarakat tersebut memperolehnya.

2. Swadaya Sebagai Strategi Pengembangan.


Swadaya bersifat pragmatis dan idealis, swadaya muncul sebagai komponen dari strategi
modernisasi yang bertujuan pada peningkatan kondisi kehidupan masyarakat dan juga muncul
sebagai advokasi proses demokrasi dengan pemberdayaan yang bertujuan menjaga stabilitas
politik.
Munculnya pekerja pengembangan komunitas
Salah satu alat yang digunakan pemerintah dan agen pembangunan pada strategi swadaya
adalah dengan pekerja pengembangan komunitas. Pekerja tersebut ditempatkan pada beberapa
desa dengan tujuan membawa upaya menuju pencapaian target pembangunan.
Menghubungkan sumberdaya pembangunan setempat kepada komunitas, mengakses
sumberdaya dari luar adalah salah satu yang harus dikerjakannya. Hal yang terpenting adalah
2

bagaimana perbaikan pada komunitas tersebut tercipta dan disertai dengan peningkatan
kapasitas masyarakat agar lebih efektif dalam mengorganisasikan diri mereka untuk mencapai
tujuan masa depan.
Konflik antara tujuan lokal dan tujuan nasional
Ketidaksesuaian antara tujuan pembangunan nasional dan aspirasi serta rencana masyarakat
selalu menjadi pertentangan. Inilah salah satu tugas pekerja pengembangan komunitas untuk
mengatasi pertentangan dengan melibatkan komunitas untuk mengidentifikasi kebutuhan
mereka dan berusaha merespon kebutuhan tersebut.
Swadaya pada negara industri (negara maju)
Pendekatan swadaya banyak digunakan pada negara-negara berkembang, berbeda pada negara
industri (negara maju), contohnya Amerika. Pada era 1960-1970, di Amerika muncul istilah
self-determination, community control, dan istilah power to the people, tetapi nilai-nilai
sosial tersebut tidak berkembang seiring pertumbuhan ekonomi dan kecanggihan teknologi.
Perkembangan politik, ekonomi, dan teknologi dunia modern merusak tatanan hubungan sosial
yang ada. Pada umumnya, komunitas-komunitas menjadi berorientasi keluar daripada kedalam
lingkungannya. Teknologi transportasi dan komunikasi memperluas interaksi sosial, politik dan
ekonomi masyarakat yang membuat masyarakat lebih berpartisipasi pada sistem yang lebih
luas dan kurang berpastisipasi secara lokal.
Seiring perubahan keadaan tersebut, banyak pemerhati dan analis sosial menyoroti hilangnya
rasa kebersamaan dalam komunitas. Menurut mereka, kemajuan ekonomi, pendidikan, dan
sistem pelayanan yang telah maju seharusnya mendorong pemikiran untuk menempatkan
kembali swadaya untuk mengembalikam atau menumbuhkan rasa kebersamaan.
Pemikiran tentang swadaya saat ini (1980-an)
Di era 1980-an kemunculan strategi pemberdayaan dan pengembangan masyarakat
memunculkan kritik bagi ideologi-ideologi yang ada. Keberadaan pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat menjadi fenomenal, melibatkan jutaan masyarakat, dan menjadikan
konsep pemberdayaan dan pengembangan sebagai sebuah pergerakan sosial.
Swadaya sebagai sebuah ideologi
Sangat penting untuk menyadari bahwa swadaya adalah sebuah ideologi. Merubah sudut
pandang bahwa pemberdayaan komunitas sebagai sebuah objek pembangunan akan sama atau
bahkan melampaui pembangunan yang hanya ditekankan pada pemberian fasilitas dan
pelayanan kepada masyarakat. Bahwa pemberian pengetahuan dan inovasi dan berfokus pada
pengembangan komunitas akan menghasilkan pertumbuhan bagi komunitas tersebut.
Banyak diskusi yang menyebutkan bahwa swadaya adalah kebebasan masyarakat untuk
mengelola dan mengejar apa yang ingin dicapainya dengan cara seefektif mungkin, tetapi perlu
diketahui bahwa swadaya mengartikan kebebasan sebagai sebuah hubungan komunitas yang
secara konsekuen memainkan peranan penting dalam pembangunan.

3. Implikasi Praktek Swadaya Jaman Sekarang


Setelah bertahun-tahun prektek dan pengalaman, muncul pertanyaan apakah swadaya dapat
efektif di era sekarang ini, di era kehidupan yang semakin kompleks?.
3

Partisipasi dan pengambilan keputusan secara demokrasi


Prinsip swadaya berlanjut pada keterlibatan masyarakat untuk membicarakan hal-hal penting
yang bertujuan pada kesepakatan tentang apa yang akan direncanakan, aksi apa yang dilakukan
dan bagaimana implementasinya dalam pembangunan. Secara tersirat, masyarakat tertarik,
termotivasi, dan berkeinginan untuk terlibat langsung jika saja tidak ada struktur yang
membatasi mereka. Tetapi, hal itu menjadi sulit karena keberagaman masyarakat modern saat
ini, melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan akan menghasilkan
keberagaman keputusan dan akan memakan waktu yang panjang.
Melibatkan pimpinan-pimpinan komunitas serta pejabat yang berwenang akan lebih mudah
dan lebih efisien untuk mengambil keputusan tanpa terlalu banyak mengikutkan masyarakat,
dan pengambilan keputusan seperti ini dianggap benar walaupun terkadang hasil yang
diputuskan tidak menyentuh seluruh komunitas, contohnya pengambilan keputusan dalam
sistem voting. Sehingga isu yang muncul saat ini adalah bagaimana keterkaitan partisipasi
tersebut dengan dampak yang dihasilkan dari partisipasi tersebut?.
Komunitas atau kelompok otonomi
Kebanyakan komunitas telah terlibat dan bergantung secara ekonomi, sosial, dan interaksi
politis, tidak hanya bersifat regional, tetapi juga nasional dan internasional. Di satu sisi, ada nilai
positif bahwa batasan komunitas akan lebih luas, tetapi di sisi lain akan membentuk
ketergantungan pada pelayanan dan ekonomi komunitas tersebut.
Semakin rendahnya otonomi dari sebuah komunitas disebabkan karena adanya kebutuhan
komunitas terhadap faktor luar yang mampu memberi nilai bagi komunitas tersebut. Sehingga
hal yang perlu dilakukan oleh pekerja pengembangan komunitas adalah membawa situasi yang
menekankan pada pembelajaran tentang permasalahan dan sumber daya yang ada pada
komunitas tersebut. Tidak adanya pembelajaran dan upaya akan membuat komunitas
menyimpulkan bahwa tidak ada yang bisa dilakukan dan tidak ada kemungkinan untuk
membuat perbedaan.
Swadaya (self-help) sebagai proses dalam masyarakat

Model swadaya sering disajikan sebagai suatu proses mandiri yaitu inisiatif swadaya
yang terbatas pada masalah yang dapat diatasi dengan menggunakan sumber daya yang
hanya ditemukan dalam masyarakat. Community Development (pengembangan
masyarakat) pada dasarnya adalah sebuah proses tingkat mikro memobilisasi sumber
daya masyarakat yang secara kecil, sedikit dan lokal dengan menggunakan teknologi
sederhana.
Bahwa ketergantungan eksternal telah menjadi fakta kehidupan modern di seluruh
sebagian besar dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketergantungan pada sumbersumber eksternal mengurangi otonomi dan kontrol masyarakat. Masyarakat dapat
mempertahankan jumlah sedikit kontrol dengan bijaksana menggunakan sumber daya
eksternal untuk mencapai tujuan masyarakat. Pertimbangannya bahwa ekonomi politik
modern cenderung menguras komunitas yang lebih kecil dari sumber daya mereka.
Akibatnya, masyarakat yang lebih kecil cenderung untuk mensubsidi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional dan perkotaan.
4

Oleh karena itu, atas dasar kesetaraan perlu sumber daya pembangunan yang
disalurkan kembali ke masyarakat kecil. Maka, masyarakat swadaya semakin
berorientasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan dari lembaga-lembaga dan
organisasi eksternal. Jelas ada garis tipis antara mempertahankan norma swadaya dan
ketergantungan pada sumber daya eksternal yang dapat memadamkan semangat
swadaya.
Komunitas homogen dan berbasis konsensus

Masyarakat menjadi lebih heterogen baik sosial ekonomi dan dalam hal kepentingan.
Masyarakat modern, tinggal geografis berdekatan memberikan sedikit jaminan bahwa
orang memiliki kepentingan bersama, nilai-nilai, atau keyakinan.
Perencanaan lokal dan proses pengambilan keputusan menjadi lebih rumit, untuk
sebagian besar karena berbagai kepentingan khusus kelompok, cenderung memiliki
interaksi yang relatif kecil dengan satu sama lain dan cenderung mencurahkan
partisipasi mereka untuk kepentingan tertentu dari pada yang berkaitan dengan
kepentingan umum. Sama pentingnya adalah menentukan apa konflik kepentingan ada
di antara kelompok-kelompok ini, karena konflik tersebut akan merugikan potensi
kerjasama untuk mencapai tujuan masyarakat yang lebih besar.
Sehingga diperlukan pertemuan oleh perwakilan-perwakilan kelompok untuk
membicarakan masalah tiap kelompok dan memfokuskan kerjasama apa yang dapat
dilakukan.
Keterampilan dan kemampuan diperlukan untuk partisipasi.

Ada masyarakat yang terlibat aktif mereka terus menyempurnakan kemampuan


mereka dalam organisasi masyarakat. Ada yang tidak perduli, mereka merasa mereka
tidak memiliki keterampilan untuk berpartisipasi. Masalah yang paling dihadapi adalah
bagaimana untuk memperluas basis partisipasi. Hal ini penting bagi pekerja
masyarakat untuk peka terhadap alasan mengapa beberapa orang memilih untuk tidak
berpartisipasi.
Pekerja masyarakat harus berkonsentrasi pada yang membutuhkan perhatian dan
membantu orang lain untuk belajar berpartisipasi dalam arena yang berbeda, dengan
menggunakan prosedur dan keterampilan yang sebelumnya asing bagi mereka.
Partisipasi efektif diperlukan agar swadaya terjadi, karena partisipasi adalah
masyarakat belajar untuk melakukan sendiri itu yang membedakan swadaya dari
pendekatan direktif. Partisipasi merupakan memperoleh keterampilan dan praktek
adalah salah satu metode terbaik untuk memperolehnya.
Peluang terbuka untuk ikut

Nilai dasar dan keyakinan dari swadaya adalah bahwa orang memiliki hak untuk
berpartisipasi dalam keputusan-keputusan yang berpengaruh pada kesejahteraan
mereka. (Littrell 1971, hal 4;. 1987). Diskusi terbuka mungkin tampak memperlambat
proses, tapi perspektif keberagaman dianggap, konflik dianggap dapat menghambat
5

tindakan kolaboratif. Ideologi swadaya meliputi prinsip bahwa orang akan mendukung
apa yang telah mereka ciptakan. Jika ada orang tidak memiliki kesempatan untuk
memiliki peran dalam menentukan masalah, mereka akan memiliki probabilitas yang
lebih tinggi tdk memberi jaminan penghidupan yang baik dan bahkan mungkin
menentang apa yang telah dikembangkan.
Pertimbangan tambahan untuk pekerja masyarakat.

Pekerja pengembangan masyarakat sering menemukan diri mereka sebagai mediasi


antara tiga set yang berbeda dari harapan :
1. Filosofi pengembangan masyarakat menekankan partisipasi ideal yang luas dan
norma swadaya.
2. Harapan pemberi pekerjaan, apakah pemberi pekerjaan itu adalah pemerintah,
universitas, yayasan, atau masyarakat itu sendiri.
3. Harapan masyarakat atau beberapa segmen masyarakat.
Satunya gol rakyat (terutama di awal proses) mungkin penyelesaian proyek atau
kegiatan tertentu (mereka ingin tindakan lebih dari proses), sedangkan pekerja
pengembangan masyarakat telah dilatih dalam proses dan ingin orang-orang untuk
belajar cara untuk mencapai tujuan dalam kolaboratif secara demokratis yang efektif
dan untuk mentransfer pengalaman situasi di masa depan sehingga mereka dapat
menjadi lebih mandiri.
Dilema tambahan mungkin menghadapi pekerja pengembangan masyarakat dalam
organisasi atau lembaga yang mempekerjakan dia atau cenderung lebih tertarik pada
bukti kuat dari prestasi nyata dan proyek yang diselesaikan dari pada bukti bagaimana
proyek-proyek telah diselesaikan.
Meskipun tidak ada solusi sederhana untuk dilema ini, bagi pekerja pengembangan
masyarakat, setiap proyek merupakan kesempatan untuk lebih memperluas basis
partisipasi dan untuk menekankan dan menanamkan prinsip-prinsip swadaya.
Mengatasi hambatan ini dan membangun norma kolaborasi tidak mungkin dilakukan
dengan cepat, atau melalui pengalaman, pengulangan satu proyek dan demonstrasi nilai
praktis swadaya baik masyarakat dan mempekerjakan agen cenderung menjadi sangat
penting untuk penerimaan proses sebagai bagian integral dari perbaikan masyarakat
Selain itu pekerja memiliki peran analitis dan pendidikan untuk membantu orang
memikirkan mengapa mereka menginginkan apa yang mereka inginkan, efek jangka
pendek dan jangka panjang dan hal apakah yang mereka inginkan akan
berhasil.
Pengembangan kebijakan sebagai swadaya
Pembentukan kebijakan oleh lokal, daerah, negara, dan pemerintah nasional bukanlah
hal yang baru. tetapi gagasan untuk dapat belajar berinteraksi dengan berbagai unit
pemerintah untuk membentuk kebijakan pada semua tingkatan adalah aspek yang agak
baru, menarik, dan sebagian besar belum diselidiki secara swadaya. Yang telah
dilupakan adalah bahwa orang bisa berpengaruh dalam menetapkan pedoman umum
untuk berbagai unit pemerintah untuk memanfaatkan fungsi sehari-hari.
Adapun kebutuhan untuk kelompok dan kepentingan yang berbeda dapat datang
bersama-sama untuk mengatasi perbedaan tujuan dan prioritas masyarakat luas. Salah
satu metode komunitas yang telah banyak digunakan untuk mencapai hal ini adalah
untuk berkolaborasi dalam melakukan survei masyarakat yang komprehensif yang
6

mencakup semua bidang masalah dan memberikan kesempatan bagi semua warga
negara untuk mengekspresikan preferensi mereka. Hasil latihan praktis seperti dalam
swadaya dan partisipasi dapat berfungsi sebagai dasar untuk seperangkat tujuan dan
prioritas masyarakat (kebijakan). Melalui proses politik mereka dapat menciptakan
kebijakan dan kemudian memonitor dan menegakkan pelaksanaan kebijakan itu.
Kelompok-kelompok ini telah terbukti efektif di semua tingkat pemerintahan.

4. KESIMPULAN:
Pendekatan swadaya pada pengembangan masyarakat adalah sebuah konsep yang
sederhana dimana orang-orang memiliki hak dasar dan akan dilayani dengan baik jika
mereka menggunakan hak itu untuk berkolaborasi dalam menetapkan tujuan bersama,
dalam mengorganisir diri mereka sendiri dan dalam memobilisasi sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan/gol mereka. Namun, meskipun kesederhanaan lebih
banyak masyarakat berjanji setia kepada filosofi dari pada benar-benar
mempraktekkannya. Sejumlah alasan mengapa dalam dunia yang semakin saling
tergantung. Tetapi karena saling ketergantungan yang lebih besar, itu juga berarti
bahwa banyak masyarakat yang semakin dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial,
ekonomi, teknologi, dan politik di mana mereka memiliki sedikit kontrol.
Konsekuensinya, mungkin lebih penting bagi masyarakat untuk menyesuaikan diri
guna mencapai tingkat yang lebih besar dan mengadopsi prosedur swadaya dan
prinsip-prinsip yang akan memungkinkan gagasan masyarakat untuk mempertahankan
maknanya dalam tahun-tahun mendatang.

CONTOH KASUS :
Pembangunan Desa Dengan Mendorong Swadaya : Sebuah pengalaman program
pembangunan desa dari German Technical Cooperation (GTZ) di Nepal.
Program pembangunan di Nepal pada era 60-an banyak dipengaruhi oleh teori pertumbuhan,
dengan kepercayaan bahwa efek trickle down akan memberi dampak pada masyarakat miskin.
Tetapi strategi tersebut gagal dan tidak mengatasi kemiskinan di desa-desa. Sehingga di era 70-an,
teori pertumbuhan yang konvensional yang digunakan, diarahkan pada program-program
pembangunan desa secara terintegrasi/ Integrated Rural Develompent (IRD).
Beberapa IRD ini diimplementasikan dengan pendampingan lembaga donor, dengan konsep
berbasis wilayah, bersifat top-down, dan diatur oleh Pemerintah Pusat. Penekanan IRD ini lebih
bersifat birokrasi yang bertujuan untuk memberi manfaat kepada masyarakat dibandingkan
melibatkan partisipasi masyarakat miskin pada pembangunan desanya.
A. Dukungan GTZ (saat ini bernama GIZ) pada program pembangunan desa di Nepal
Tujuan program ini adalah untuk menjawab ketidakmampuan struktur yang ada untuk
merspon kebutuhan masyarakat miskin di desa. Program ini didasarkan pada dua pendekatan
peningkatan kapasitas masyarakat pada level paling bawah yaitu dengan meningkatkan
kemandirian masyarakat sehingga mampu memanfaatkan sumber dayanya sendiri, serta
meningkatkan dukungan sarana prasarana sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Program pertama yang didukung oleh GTZ adalah Palpa Development Project (Saat ini disebut
Tinau Watershed Project) di tahun 1979, lalu Dhading Development Project (DDP) di tahun 1983.
Setiap kegiatan dalam program tersebut dilakukan oleh sektor terkait pada kementerian
pemerintah, sedangkan pemerintah daerah berkewenangan penuh pada pengkoordinasian dan
bahkan mengontrol seluruh kegiatan pada program tersebut. Selanjutnya ada Gorkha Development
Project (GDP) yang dimulai pada tahun 1991 yang dilanjutkan dengan program Rural Development
throught Self-help Promotion di Lamjung (RDSPL) pada tahun 1994, dan Bhojpur-Sankhuwasabha
Poverty Alleviation throuht Self-help Promotion (B-SPASHP) pada dua wilayah di Nepal timur di
akhir tahun 1997.
B. Deskripsi program
Secara umum, tujuan program tersebut adalah memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat
pada area program berkembang secara signifikan dan terus-menerus.
C. Tujuan program
- Penduduk desa pada area program mampu mengetahui potensi mereka untuk kemandirian
proses pembangunan secara efektif untuk mengembangkan akses ekonomi dan fasilitas sosial
masyarakat.
- Institusi pembangunan (pemerintah daerah) pada area tersebut mampu memposisikan diri
lebih baik untuk memberi pelayanan sesuai kebutuhan yang diinginkan masyarakat dengan
cara yang lebih berkelanjutan.

D. Penerima manfaat
- Rumah tangga petani miskin yang memiliki lahan untuk budidaya seluas dibawah 0,5 ha dan
tidak bekerja.
- Masyarakat dan perempuan pada kasta rendah secara tradisional.
- Masyarakat yang berada pada area kumuh.
Manajemen Usaha Ekonomi
Pengembangan
usaha lokal

NGOs

Manfaat
organisasi

Dukungan Organisasi

Peningkatkan
jumlah produksi

Peningkatkan
kapasitas
pemasaran

Faktor produksi
masyarakat
berkembang

Manajemen SDA
Peningkatan
kapasitas
pemilik usaha

Pengukuran
produksi dan
proteksi

Dukungan tambahan

Bijaksana dalam
penggunaan
sumber daya
alam

Mengembangkan
akses peluang
ekonomi dan
fasilitas sosial

Permintaan pelayanan

GTZ

Pengembangan
Lembaga agar mampu
merespon permintaan
masyarakat

Kehidupan yang
lebih baik

E. Prinsip
- Partisipasi, program didasarkan pada konsep bahwa proses program dapat dilanjutkan oleh
institusi lokal atau kelompok penerima manfaat.
- Keberagaman implementasi, kegiatan dari program dilaksanakan oleh beberapa lembaga, baik
pemerintah, NGO, bank dan swasta yang didukung dengan keberadaan Project Support Unit
(PSU) atau fasilitator.
- Transparan dan akuntabel, transparan secara aturan serta pada kegiatan-kegiatannya, alokasi
anggaran, dan lembaga pelaksananya. Dan mendorong pelaku-pelaku lainnya untuk mampu
bekerja sama, serta mampu mengidentifikasi dan berkoordinasi pada pelaksanaan kegiatannya.
- Desentralisasi dan subsidi, desentralisasi berarti memberi penguatan kapasitas kepada grup
swadaya serta organisasinya. Dan subsidi berarti memberi dukungan penuh terhadap
organisasi yang berperan.
- Keberlanjutan, bahwa program akan berdampak pada pengembangan kualitas sosial dan
ekonomi masyarakat dan manfaat dari program tersebut dapat berlanjut pada pengembangan
aktivitas dan pengusahaan masyarakat lokal bahkan setelah program tersebut selesai.
- Berorientasi gender dan kepemudaan, pendekatan program menjamin partisipasi perempuan
dan pemuda dalam setiap kegiatannya.
- Perlindungan lingkungan, berusaha menggunakan teknologi yang cocok dan tepat guna, dan
memastikan implementasi program tidak mengganggu lingkungan.
- Menggunakan tenaga dan sumber daya lokal, berkontribusi dalam mengerahkan sumber daya
lokal, penggunaan sumber daya lokal tidak akan mengganggu keragaman budaya dan tradisi
yang ada pada masyarakat.
9

Program sektoral, fungsi perimbangan dan inovasi, bergerak sendiri dalam sebuah program
bukanlah kunci dari pembangunan. GTZ hanya memberi pendampingan yang bersifat inovatif
dengan objek dan target yang spesifik, sehingga dibutuhkan kontribusi dari pelaku lainnya
dalam pembiayaan program.

F. Pendekatan proses pengembangan kemandirian masyarakat


- Lembaga masyarakat miskin sebagai pemeran utama
Program GTZ menekankan pengelolaan sendiri oleh lembaga masyarakat dan diharapkan
membentuk kemandirian terhadap proses pengembangan masyarakat desa. Masyarakat miskin
sebagai individu mampu menyelesaikan permasalahan sosial dan ekonominya sendiri, dan
masyarakat sebagai kelompok diharapkan mampu membangkitkan kekuatan dan kemandirian
secara kolektif. Proses pembentukan lembaga swadaya masyarakat ini adalah ujung tombak
pada upaya pembangunan pedesaan, masyarakat melalui lembaga swadaya ini akan sangat
berperan pada pembangunan desa.
- Kaitan dengan struktur pendukung
Kemandirian bukan berarti berdiri sendiri tanpa bantuan dan dukungan pihak luar, tetapi
dukungan pihak luar tersebut lebih didasarkan pada keunggulan komparatif dari lembaga
donor. Adaptasi prinsip keberagaman implementasi dilakukan oleh pemerintah, NGO, dan
swasta yang berkolaborasi berdasarkan spesialisasi dan potensi komparatif masing-masing.
G. Tiga program utama
- Mobilisasi sosial
Adalah kelanjutan proses untuk memotivasi dan mendidik berbagai tingkatan dari
kelompok swadaya, pengerahan potensi sumber daya lokal dan pengembangan kemampuan
kolektif untuk mengakses input dan sumber daya dari luar. Tiga tahap mobilisasi sosial telah
diamati pada Rural Program Development (RDP) yaitu :
1. Pada tahap pertama, kelompok swadaya di tingkat akar rumput terbentuk. Tabungan
kelompok dimulai pada tingkat sederhana. Para anggota kelompok yang terkena metode
organisasi dan akuntansi dasar untuk penghematan dan kredit operasi kelompok.
Kelompok mengambil proyek-proyek infrastruktur kecil seperti air minum, balai desa dan
lain-lain dengan memobilisasi tenaga kerja lokal dan pendanaan eksternal.
Districts

Groups

Households

Dhading
1.318
1.616
Gorkha
685
13.353
Lamjung
612
8.216
Total
2.615
33.185
Tabel 1. Jumlah Kelompoak dan Rumah Tangga
Cumulative Loan
Disbursement
Dhading
10.168.700
101,159,000
Gorkha
8.770,000
32,546,000
Lamjung
3,779,000
6,958,000
Total
22.717.700
115,717,000
Tabel 2. Jumlah Tabungan Kelompok Dan Pencairan Kumulatif
Districts

I Group Savings

10

Di kabupaten Dhading, Gorkha dan Lamjung, total 2.615 kelompok swadaya meliputi
33.185 rumah tangga telah dibentuk di tingkat desa atau pemukiman di bawah program
promosi swadaya berbagai LSM dikontrak oleh RDP/ GTZ. Diperkirakan bahwa sekitar 30
persen dari total rumah tangga dari ketiga kabupaten telah ditutupi oleh kelompokkelompok swadaya. Kelompok swadaya mengelola tabungan dan sistem kredit mereka
sendiri dengan menggunakan tabungan kelompok yang dihasilkan diri mereka.
Total simpanan kelompok telah berjumlah sekitar Rs 22,7 juta. Pinjaman dari tabungan
kelompok yang diambil sebagian besar untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan,
tetapi beberapa pinjaman juga telah diambil untuk biaya konsumtif. Sistem kredit berbasis
kelompok telah mengurangi ketergantungan pribadi pada rentenir dan telah secara
signifikan meningkatkan akses petani miskin untuk pinjaman kecil dan pinjaman jangka
pendek.
Pencairan kumulatif pinjaman dengan dana yang dihasilkan sendiri serta sumber eksternal
telah mencapai Rs. 115 juta di Dhading. Kabupaten Gorkha dan Lamjung. Jumlah tabungan
kelompok dan pencairan kumulatif melalui kelompok swadaya yang didukung oleh RDP
diberikan dalam Tabel 2. Dalam Dhading, sekitar 60 persen dari total kredit yang telah
diperoleh dari sumber eksternal, yang mencakup pinjaman grosir dari Bank Pembangunan
Pertanian SFCLs. Dalam Gorkha. hanya 30 persen pinjaman telah dicairkan dari sumber
eksternal dan sisanya disediakan dari tabungan kelompok sendiri Sumber eksternal di
Gorkha pada dasarnya adalah dana pusat bergulir (hingga Rs. 100.000 di setiap VDC)
disediakan oleh RDP / GTZ, dari yang mana anggota kelompok menerima pinjaman.
2. Pada tahap kedua, kelompok swadaya menjalani proses mutasi menjadi koperasi pada
tingkat lingkungan atau kelompok permukiman atau bahkan pada tingkat VDC. Cara mutasi
bervariasi dalam pendekatan diikuti oleh memobilisasi LSM yang berbeda. Tapi
denominator umum di semua pendekatan ini telah didaftarkan kelompok swadaya dengan
pemerintah terkemuka sebagai primer koperasi atau LSM untuk memperoleh badan
hukum.
Sebagian besar kelompok yang dibentuk oleh LSM di Dhading, Gorkha dan Lamjung
beroperasi kelompok swadaya informal, kecuali beberapa kelompok jatuh tempo pada
Dhading dan Gorkha (kira-kira sekitar 20) yang saat ini mempersiapkan diri untuk
pendaftaran sebagai koperasi. Contoh lain dari kelompok self-help di tahap kedua adalah 16
Petani Kecil Koperasi Ltd (SFCLs) di tingkat VDC di distrik Dhading SFCLs ini adalah
federasi kelompok petani kecil dalam VDC, dikatalisis oleh Bank Pembangunan Pertanian
Nepal. Koperasi pada tahap ini mampu untuk grosir kredit dengan bank-bank di sektor
formal, melakukan pemasaran produk, memobilisasi dukungan teknis dan sebagainya.
3. Pada tahap ketiga, koperasi kabupaten yang dibentuk oleh penyatuan koperasi tingkat VDC.
Seperti Federasi SFCL di distrik Dhading. Federasi di tingkat kabupaten bisa membantu
kelompok di urutan yang lebih rendah untuk mencapai status koperasi, mencari pendanaan
eksternal dengan tubuh kabupaten, instansi dan perusahaan swasta..
-

Promosi Ekonomi dan Manajemen Sumber Daya


Kelangkaan tabungan yang menghambat investasi dalam peluang ekonomi oleh pedesaan
yang miskin sebagian besar terpenuhi, seperti tabungan kecil kelompok diinduksi individu
tumbuh menjadi kekayaan kolektif yang cukup besar. Motivasi para anggota kelompok untuk
11

berinvestasi dalam peluang ekonomi baru atau di perusahaan-perusahaan yang ada


meningkat, sebagai kredit yang dapat tersedia dengan mudah. Risiko diminimalkan karena aksi
kelompok dalam mengakses layanan teknis dan masukan serta pemasaran barang yang
dihasilkan oleh anggota. Sebagian besar pinjaman telah diambil untuk ternak dan kegiatan
pertanian yang meningkatkan keturunan ternak hewan dan input pertanian. Sejumlah besar
pinjaman telah diambil oleh kasta kerja (orang di kasta yang lebih rendah) untuk bisnis tukang
seperti karya logam, menjahit dll.
RDP / GTZ telah mendukung penelitian aksi partisipatif untuk menguji teknologi baru dan
dalam produk ladang petani. Teknologi terbukti disebarkan di daerah yang lebih luas untuk
dampak massa yang luas. Penelitian aksi partisipatif dan diseminasi hasil diuji dilakukan
dengan kemitraan antara kelompok-kelompok swadaya penelitian dan penyuluhan pusat yang
sedang berlangsung. Aksi partisipatif penelitian dan penyuluhan program meliputi produksi
benih sayuran dan sayuran segar serta produksi anakan jeruk gratis. Kelompok-kelompok
swadaya telah terbukti dapat mengatur kelembagaan yang efektif di tingkat akar rumput untuk
mempromosikan kolaborasi antara masyarakat lokal dan para ahli di luar untuk saling belajar
dan transfer pengetahuan dan teknologi. Strategi RDP adalah untuk mengembangkan penyuluh
lokal atau teknisi dalam program dukungan teknis untuk masyarakat sehingga dukungan dari
RDP memiliki efek multiplier yang lebih besar dalam bentuk penyebaran dari petani ke petani.
Penyuluh setempat yang diidentifikasi oleh kelompok swadaya dari masyarakat setempat.
Organizational support

Technical and Networking support


Banks
Saving Investment

Rural Finance
Infrastructure
Resource Mobilization
Human Development
Intended
Beneficiaries

Organization
Sensitization

Self-help Promoting
Organizations

Selfgoverning
institutions
of the Poor

Natural
Recource
Managemant
Acces to
tecnology

Increase
Income
Opportunities

Local bodies, research and extension


services, other donors and INGOs etc

Gambar 1. Proses Promosi swadaya.


Konservasi sumber daya alam telah menjadi aspek penting lain yang memiliki hubungan
langsung dengan promosi ekonomi seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1 di atas. Bantuan
inisiatif sendiri dari pengguna ditemukan luar biasa dalam karya perlindungan khususnya
dalam program hutan kemasyarakatan. RDP melalui mitra non-pemerintah yang terlibat dalam
mobilisasi sosial adalah memperluas dukungan mobilisasi untuk mengatur pengguna komite
12

lokal untuk perlindungan sumber daya hutan dan air. Pelatihan dan eksposur telah diberikan
kepada anggota kelompok swadaya teknik pengelolaan daerah aliran sungai. Penggunaan
tanaman biogas dan ditingkatkan kompor tanpa asap mengkonsumsi kurang kayu bakar telah
dipromosikan melalui kelompok. Alternatif teknologi yang mereka memiliki berimplikasi pada
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan lahan dan konservasi sumber daya alam.
Langkah-langkah promosi ekonomi telah dilaksanakan bersamaan dengan mobilisasi sosial
dan pembangunan infrastruktur produksi. Satu jalan peluang ekonomi akan melebar,
kelompok-kelompok swadaya masuk ke tahap kematangan memperkuat fungsi mereka di
pasar keuangan dan produk.
Infrastruktur Pedesaan
Kurangnya infrastruktur fisik dasar telah menjadi salah satu faktor penghambat untuk
promosi ekonomi serta kesejahteraan sosial masyarakat pedesaan. tindakan swadaya
masyarakat melalui kelompok telah sangat efektif dalam menciptakan dan mengelola aset
masyarakat seperti infrastruktur fisik dan hutan rakyat. Kelompok dari tahap pembentukan
awal telah mengambil inisiatif dalam menciptakan infrastruktur kecil seperti skema air minum,
skema irigasi kecil, jalan dan jembatan dan bangunan masyarakat bertahap, sebagai kelompok
memperoleh kekuatan kelembagaan dari pengalaman mereka bekerja di masyarakat, mereka
telah melakukan proyek-proyek infrastruktur yang lebih besar seperti jalan pedesaan, jalan
utama dan jembatan baja untuk pejalan kaki.
Project Type
Drinking water
Irrigation
Community building
School building
Rural Roads*
Trail bridges
Trail*

Gorkha
162
21
27
54
1 (54 km)
45
2 (71 km)

Lamjung
12
5
12
3(124 km)
5

Pembangunan infrastruktur fisik tidak termasuk dalam RDP sebagai komponen dalam
isolasi. Alasan yang sebagian didasarkan pada kebutuhan penerima manfaat untuk fasilitas
sosial dasar. Tapi yang paling penting, hal ini terlihat dalam perspektif nilai sebagai dukungan
bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kelembagaan petani. Bahkan, pembangunan
infrastruktur pedesaan di RDP / GTZ bergantung pada mobilisasi kelompok-kelompok
swadaya dan kemampuan mereka untuk melakukan tindakan kolektif. Sebagian besar proyek
infrastruktur telah dilaksanakan dengan pembagian biaya yang melibatkan hibah dari badanbadan politik lokal, kontribusi tenaga kerja dari masyarakat dan dukungan teknis dan materi
dari RDP / GTZ. Komponen mobilisasi sosial RDP selalu berperan dalam semua proyek-proyek
kelompok swadaya atau pengguna di komite spesifik yang dikembangkan dalam proses
mobilisasi dan telah memainkan peran penting dalam memobilisasi sumber daya lokal,
memperoleh pendanaan eksternal, mengelola pekerjaan konstruksi dan mempertahankan
mereka setelah konstruksi.
Di antara berbagai infrastruktur yang dikembangkan dengan partisipasi masyarakat dengan
dukungan RDP itu, pembangunan biaya rendah, jalan pedesaan partisipatif dan ramah
lingkungan layak dilihat lebih dekat. Teknologi padat karya jalan pedesaan, yang juga disebut
"jalan hijau adalah metode membangun jalan dengan kerusakan paling sedikit pada tanah dan
13

vegetasi. Hal ini dibangun sepenuhnya oleh kelompok tenaga kerja lokal dengan menggunakan
alat manual. Hampir tujuh puluh persen dari total biaya yang dihabiskan dalam ekonomi lokal
dalam hal upah buruh.
Teknologi dan metode manajemen jalan pedesaan telah dikembangkan, diuji dan terus
diimprovisasi oleh GTZ di berbagai kabupaten RDP yang bekerja sama dengan badan-badan
lokal dan kelompok masyarakat. Keterlibatan aktif dari kelompok pengguna lokal dalam
pembangunan jalan pedesaan sebanyak elemen penting dari inovasi teknologi ramah
lingkungannya. Hal ini diperlukan untuk memperkuat kapasitas pengguna miskin untuk
menangani tugas-tugas besar mobilisational dan isu-isu politik, yang mungkin muncul dalam
proyek-proyek infrastruktur biaya tinggi dan sarana yang berpengaruh lebih besar seperti
jalan dan jembatan. Kelompok swadaya telah menunjukkan kemampuan mereka untuk tugastugas tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan proyek-proyek infrastruktur
menciptakan rasa kepemilikan di antara pengguna yang sangat penting untuk partisipasi
mereka dalam pemeliharaan dan operasi.
Dalam beberapa proyek infrastruktur, sistem telah mencoba untuk mendorong
penghematan dari upah yang dibayarkan kepada buruh. Para buruh harus deposit proporsi
tertentu dari upah mereka dalam masing-masing kelompok swadaya sebagai tabungan
mereka. Misalnya, di Benighat - Arughat - Arkhct jalan pedesaan (54 km) konstruksi di distrik
Gorkha, proporsi tabungan adalah 20 persen dari upah, yang telah menghasilkan sejumlah
besar tabungan lokal dengan kelompok. Belanja proyek-proyek demikian cenderung memiliki
efek multiplier yang sangat tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal.
Pengelolaan proyek oleh petani "kelompok swadaya telah di satu sisi memfasilitasi generasi
aliran yang lebih besar dari proyek pengeluaran ke tangan penerima manfaat dan akumulasi
tabungan untuk investasi lebih lanjut. Di sisi lain, ia juga telah membantu kelompok swadaya
untuk memperoleh pengalaman praktis, yang sangat penting untuk penguatan kelembagaan.
H. KESIMPULAN
- Sebuah pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal dapat dicapai hanya melalui promosi
swadaya di kalangan masyarakat.
- Keberlanjutan organisasi swadaya dapat didefinisikan sebagai kemampuan penerima manfaat
dimaksudkan untuk memecahkan masalah mereka sendiri secara partisipatif, untuk
memobilisasi atau menghasilkan sumber daya untuk melanjutkan operasi dan melakukan
tekanan dan akses sumber daya untuk peningkatan kesejahteraan anggotanya.
- Salah satu fungsi awal dari kelompok swadaya adalah untuk memobilisasi tabungan dan
memberikan kredit kecil kepada anggota yang membutuhkan.
- Secara bertahap mereka mendapatkan pengalaman dan berkembang menjadi lembaga yang
lebih tinggi, mereka juga berfungsi memperpanjang akses untuk fasilitas pembiayaan dari
lembaga keuangan formal.
- Tekanan kelompok telah mempengaruhi otoritas tingkat yang lebih tinggi untuk membuat
keputusan yang menguntungkan yang miskin. Inisiatif dan keterlibatan memberi mereka
pengetahuan dan keyakinan pengalaman yang akan menjadi penting untuk melanjutkan dan
perluasan fungsi untuk memenuhi kebutuhan diversifikasi komunitas.
- Lembaga yang sudah ada harus menjadi stakeholder utama dan mitra dari semua lembaga
pembangunan dan memiliki pilihan mitra pembangunan berdasarkan keunggulan komparatif
dalam memecahkan masalah mereka.
14

Anda mungkin juga menyukai