: Community Development
REVIEW
BAB 3
PENDEKATAN SWADAYA (SELF-HELP)
(Donald W. Littrell dan Daryl Hobbs)
KELOMPOK 2 :
HARI SUTRISNO P0204214313
IRAWAN DERMAYASAMIN IBRAHIM P0204214314
1. Konsep Swadaya.
-
Dasar pemikiran konsep swadaya adalah bahwa masyarakat mampu, mau, dan seharusnya
berkolaborasi untuk memberi solusi terhadap permasalahan komunitas.
Swadaya akan memperkuat rasa kebersamaan yang merupakan pondasi dalam
berkolaborasi
Tanpa swadaya, sebuah komunitas hanya ada sebagai tempat, organisasi, atau kelompok
tetapi kapasitasnya akan kurang efektif dalam aksi dan kegiatannya.
Swadaya adalah strategi untuk membangun komunitas, sebagai model perencanaan,
pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah dengan ide yang berasal dari gagasan
komunitas itu sendiri utamanya pada komunitas kecil (Christenson dan Robinson, 1980).
Swadaya tidak hanya menekankan pada tujuan yang akan dicapai dalam dan dari dirinya
sendiri, tetapi juga sebagai strategi untuk pencapaian pengembangan objek yang lebih luas
(Bilinski, 1969).
bagaimana perbaikan pada komunitas tersebut tercipta dan disertai dengan peningkatan
kapasitas masyarakat agar lebih efektif dalam mengorganisasikan diri mereka untuk mencapai
tujuan masa depan.
Konflik antara tujuan lokal dan tujuan nasional
Ketidaksesuaian antara tujuan pembangunan nasional dan aspirasi serta rencana masyarakat
selalu menjadi pertentangan. Inilah salah satu tugas pekerja pengembangan komunitas untuk
mengatasi pertentangan dengan melibatkan komunitas untuk mengidentifikasi kebutuhan
mereka dan berusaha merespon kebutuhan tersebut.
Swadaya pada negara industri (negara maju)
Pendekatan swadaya banyak digunakan pada negara-negara berkembang, berbeda pada negara
industri (negara maju), contohnya Amerika. Pada era 1960-1970, di Amerika muncul istilah
self-determination, community control, dan istilah power to the people, tetapi nilai-nilai
sosial tersebut tidak berkembang seiring pertumbuhan ekonomi dan kecanggihan teknologi.
Perkembangan politik, ekonomi, dan teknologi dunia modern merusak tatanan hubungan sosial
yang ada. Pada umumnya, komunitas-komunitas menjadi berorientasi keluar daripada kedalam
lingkungannya. Teknologi transportasi dan komunikasi memperluas interaksi sosial, politik dan
ekonomi masyarakat yang membuat masyarakat lebih berpartisipasi pada sistem yang lebih
luas dan kurang berpastisipasi secara lokal.
Seiring perubahan keadaan tersebut, banyak pemerhati dan analis sosial menyoroti hilangnya
rasa kebersamaan dalam komunitas. Menurut mereka, kemajuan ekonomi, pendidikan, dan
sistem pelayanan yang telah maju seharusnya mendorong pemikiran untuk menempatkan
kembali swadaya untuk mengembalikam atau menumbuhkan rasa kebersamaan.
Pemikiran tentang swadaya saat ini (1980-an)
Di era 1980-an kemunculan strategi pemberdayaan dan pengembangan masyarakat
memunculkan kritik bagi ideologi-ideologi yang ada. Keberadaan pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat menjadi fenomenal, melibatkan jutaan masyarakat, dan menjadikan
konsep pemberdayaan dan pengembangan sebagai sebuah pergerakan sosial.
Swadaya sebagai sebuah ideologi
Sangat penting untuk menyadari bahwa swadaya adalah sebuah ideologi. Merubah sudut
pandang bahwa pemberdayaan komunitas sebagai sebuah objek pembangunan akan sama atau
bahkan melampaui pembangunan yang hanya ditekankan pada pemberian fasilitas dan
pelayanan kepada masyarakat. Bahwa pemberian pengetahuan dan inovasi dan berfokus pada
pengembangan komunitas akan menghasilkan pertumbuhan bagi komunitas tersebut.
Banyak diskusi yang menyebutkan bahwa swadaya adalah kebebasan masyarakat untuk
mengelola dan mengejar apa yang ingin dicapainya dengan cara seefektif mungkin, tetapi perlu
diketahui bahwa swadaya mengartikan kebebasan sebagai sebuah hubungan komunitas yang
secara konsekuen memainkan peranan penting dalam pembangunan.
Model swadaya sering disajikan sebagai suatu proses mandiri yaitu inisiatif swadaya
yang terbatas pada masalah yang dapat diatasi dengan menggunakan sumber daya yang
hanya ditemukan dalam masyarakat. Community Development (pengembangan
masyarakat) pada dasarnya adalah sebuah proses tingkat mikro memobilisasi sumber
daya masyarakat yang secara kecil, sedikit dan lokal dengan menggunakan teknologi
sederhana.
Bahwa ketergantungan eksternal telah menjadi fakta kehidupan modern di seluruh
sebagian besar dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketergantungan pada sumbersumber eksternal mengurangi otonomi dan kontrol masyarakat. Masyarakat dapat
mempertahankan jumlah sedikit kontrol dengan bijaksana menggunakan sumber daya
eksternal untuk mencapai tujuan masyarakat. Pertimbangannya bahwa ekonomi politik
modern cenderung menguras komunitas yang lebih kecil dari sumber daya mereka.
Akibatnya, masyarakat yang lebih kecil cenderung untuk mensubsidi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional dan perkotaan.
4
Oleh karena itu, atas dasar kesetaraan perlu sumber daya pembangunan yang
disalurkan kembali ke masyarakat kecil. Maka, masyarakat swadaya semakin
berorientasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan dari lembaga-lembaga dan
organisasi eksternal. Jelas ada garis tipis antara mempertahankan norma swadaya dan
ketergantungan pada sumber daya eksternal yang dapat memadamkan semangat
swadaya.
Komunitas homogen dan berbasis konsensus
Masyarakat menjadi lebih heterogen baik sosial ekonomi dan dalam hal kepentingan.
Masyarakat modern, tinggal geografis berdekatan memberikan sedikit jaminan bahwa
orang memiliki kepentingan bersama, nilai-nilai, atau keyakinan.
Perencanaan lokal dan proses pengambilan keputusan menjadi lebih rumit, untuk
sebagian besar karena berbagai kepentingan khusus kelompok, cenderung memiliki
interaksi yang relatif kecil dengan satu sama lain dan cenderung mencurahkan
partisipasi mereka untuk kepentingan tertentu dari pada yang berkaitan dengan
kepentingan umum. Sama pentingnya adalah menentukan apa konflik kepentingan ada
di antara kelompok-kelompok ini, karena konflik tersebut akan merugikan potensi
kerjasama untuk mencapai tujuan masyarakat yang lebih besar.
Sehingga diperlukan pertemuan oleh perwakilan-perwakilan kelompok untuk
membicarakan masalah tiap kelompok dan memfokuskan kerjasama apa yang dapat
dilakukan.
Keterampilan dan kemampuan diperlukan untuk partisipasi.
Nilai dasar dan keyakinan dari swadaya adalah bahwa orang memiliki hak untuk
berpartisipasi dalam keputusan-keputusan yang berpengaruh pada kesejahteraan
mereka. (Littrell 1971, hal 4;. 1987). Diskusi terbuka mungkin tampak memperlambat
proses, tapi perspektif keberagaman dianggap, konflik dianggap dapat menghambat
5
tindakan kolaboratif. Ideologi swadaya meliputi prinsip bahwa orang akan mendukung
apa yang telah mereka ciptakan. Jika ada orang tidak memiliki kesempatan untuk
memiliki peran dalam menentukan masalah, mereka akan memiliki probabilitas yang
lebih tinggi tdk memberi jaminan penghidupan yang baik dan bahkan mungkin
menentang apa yang telah dikembangkan.
Pertimbangan tambahan untuk pekerja masyarakat.
mencakup semua bidang masalah dan memberikan kesempatan bagi semua warga
negara untuk mengekspresikan preferensi mereka. Hasil latihan praktis seperti dalam
swadaya dan partisipasi dapat berfungsi sebagai dasar untuk seperangkat tujuan dan
prioritas masyarakat (kebijakan). Melalui proses politik mereka dapat menciptakan
kebijakan dan kemudian memonitor dan menegakkan pelaksanaan kebijakan itu.
Kelompok-kelompok ini telah terbukti efektif di semua tingkat pemerintahan.
4. KESIMPULAN:
Pendekatan swadaya pada pengembangan masyarakat adalah sebuah konsep yang
sederhana dimana orang-orang memiliki hak dasar dan akan dilayani dengan baik jika
mereka menggunakan hak itu untuk berkolaborasi dalam menetapkan tujuan bersama,
dalam mengorganisir diri mereka sendiri dan dalam memobilisasi sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan/gol mereka. Namun, meskipun kesederhanaan lebih
banyak masyarakat berjanji setia kepada filosofi dari pada benar-benar
mempraktekkannya. Sejumlah alasan mengapa dalam dunia yang semakin saling
tergantung. Tetapi karena saling ketergantungan yang lebih besar, itu juga berarti
bahwa banyak masyarakat yang semakin dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial,
ekonomi, teknologi, dan politik di mana mereka memiliki sedikit kontrol.
Konsekuensinya, mungkin lebih penting bagi masyarakat untuk menyesuaikan diri
guna mencapai tingkat yang lebih besar dan mengadopsi prosedur swadaya dan
prinsip-prinsip yang akan memungkinkan gagasan masyarakat untuk mempertahankan
maknanya dalam tahun-tahun mendatang.
CONTOH KASUS :
Pembangunan Desa Dengan Mendorong Swadaya : Sebuah pengalaman program
pembangunan desa dari German Technical Cooperation (GTZ) di Nepal.
Program pembangunan di Nepal pada era 60-an banyak dipengaruhi oleh teori pertumbuhan,
dengan kepercayaan bahwa efek trickle down akan memberi dampak pada masyarakat miskin.
Tetapi strategi tersebut gagal dan tidak mengatasi kemiskinan di desa-desa. Sehingga di era 70-an,
teori pertumbuhan yang konvensional yang digunakan, diarahkan pada program-program
pembangunan desa secara terintegrasi/ Integrated Rural Develompent (IRD).
Beberapa IRD ini diimplementasikan dengan pendampingan lembaga donor, dengan konsep
berbasis wilayah, bersifat top-down, dan diatur oleh Pemerintah Pusat. Penekanan IRD ini lebih
bersifat birokrasi yang bertujuan untuk memberi manfaat kepada masyarakat dibandingkan
melibatkan partisipasi masyarakat miskin pada pembangunan desanya.
A. Dukungan GTZ (saat ini bernama GIZ) pada program pembangunan desa di Nepal
Tujuan program ini adalah untuk menjawab ketidakmampuan struktur yang ada untuk
merspon kebutuhan masyarakat miskin di desa. Program ini didasarkan pada dua pendekatan
peningkatan kapasitas masyarakat pada level paling bawah yaitu dengan meningkatkan
kemandirian masyarakat sehingga mampu memanfaatkan sumber dayanya sendiri, serta
meningkatkan dukungan sarana prasarana sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Program pertama yang didukung oleh GTZ adalah Palpa Development Project (Saat ini disebut
Tinau Watershed Project) di tahun 1979, lalu Dhading Development Project (DDP) di tahun 1983.
Setiap kegiatan dalam program tersebut dilakukan oleh sektor terkait pada kementerian
pemerintah, sedangkan pemerintah daerah berkewenangan penuh pada pengkoordinasian dan
bahkan mengontrol seluruh kegiatan pada program tersebut. Selanjutnya ada Gorkha Development
Project (GDP) yang dimulai pada tahun 1991 yang dilanjutkan dengan program Rural Development
throught Self-help Promotion di Lamjung (RDSPL) pada tahun 1994, dan Bhojpur-Sankhuwasabha
Poverty Alleviation throuht Self-help Promotion (B-SPASHP) pada dua wilayah di Nepal timur di
akhir tahun 1997.
B. Deskripsi program
Secara umum, tujuan program tersebut adalah memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat
pada area program berkembang secara signifikan dan terus-menerus.
C. Tujuan program
- Penduduk desa pada area program mampu mengetahui potensi mereka untuk kemandirian
proses pembangunan secara efektif untuk mengembangkan akses ekonomi dan fasilitas sosial
masyarakat.
- Institusi pembangunan (pemerintah daerah) pada area tersebut mampu memposisikan diri
lebih baik untuk memberi pelayanan sesuai kebutuhan yang diinginkan masyarakat dengan
cara yang lebih berkelanjutan.
D. Penerima manfaat
- Rumah tangga petani miskin yang memiliki lahan untuk budidaya seluas dibawah 0,5 ha dan
tidak bekerja.
- Masyarakat dan perempuan pada kasta rendah secara tradisional.
- Masyarakat yang berada pada area kumuh.
Manajemen Usaha Ekonomi
Pengembangan
usaha lokal
NGOs
Manfaat
organisasi
Dukungan Organisasi
Peningkatkan
jumlah produksi
Peningkatkan
kapasitas
pemasaran
Faktor produksi
masyarakat
berkembang
Manajemen SDA
Peningkatan
kapasitas
pemilik usaha
Pengukuran
produksi dan
proteksi
Dukungan tambahan
Bijaksana dalam
penggunaan
sumber daya
alam
Mengembangkan
akses peluang
ekonomi dan
fasilitas sosial
Permintaan pelayanan
GTZ
Pengembangan
Lembaga agar mampu
merespon permintaan
masyarakat
Kehidupan yang
lebih baik
E. Prinsip
- Partisipasi, program didasarkan pada konsep bahwa proses program dapat dilanjutkan oleh
institusi lokal atau kelompok penerima manfaat.
- Keberagaman implementasi, kegiatan dari program dilaksanakan oleh beberapa lembaga, baik
pemerintah, NGO, bank dan swasta yang didukung dengan keberadaan Project Support Unit
(PSU) atau fasilitator.
- Transparan dan akuntabel, transparan secara aturan serta pada kegiatan-kegiatannya, alokasi
anggaran, dan lembaga pelaksananya. Dan mendorong pelaku-pelaku lainnya untuk mampu
bekerja sama, serta mampu mengidentifikasi dan berkoordinasi pada pelaksanaan kegiatannya.
- Desentralisasi dan subsidi, desentralisasi berarti memberi penguatan kapasitas kepada grup
swadaya serta organisasinya. Dan subsidi berarti memberi dukungan penuh terhadap
organisasi yang berperan.
- Keberlanjutan, bahwa program akan berdampak pada pengembangan kualitas sosial dan
ekonomi masyarakat dan manfaat dari program tersebut dapat berlanjut pada pengembangan
aktivitas dan pengusahaan masyarakat lokal bahkan setelah program tersebut selesai.
- Berorientasi gender dan kepemudaan, pendekatan program menjamin partisipasi perempuan
dan pemuda dalam setiap kegiatannya.
- Perlindungan lingkungan, berusaha menggunakan teknologi yang cocok dan tepat guna, dan
memastikan implementasi program tidak mengganggu lingkungan.
- Menggunakan tenaga dan sumber daya lokal, berkontribusi dalam mengerahkan sumber daya
lokal, penggunaan sumber daya lokal tidak akan mengganggu keragaman budaya dan tradisi
yang ada pada masyarakat.
9
Program sektoral, fungsi perimbangan dan inovasi, bergerak sendiri dalam sebuah program
bukanlah kunci dari pembangunan. GTZ hanya memberi pendampingan yang bersifat inovatif
dengan objek dan target yang spesifik, sehingga dibutuhkan kontribusi dari pelaku lainnya
dalam pembiayaan program.
Groups
Households
Dhading
1.318
1.616
Gorkha
685
13.353
Lamjung
612
8.216
Total
2.615
33.185
Tabel 1. Jumlah Kelompoak dan Rumah Tangga
Cumulative Loan
Disbursement
Dhading
10.168.700
101,159,000
Gorkha
8.770,000
32,546,000
Lamjung
3,779,000
6,958,000
Total
22.717.700
115,717,000
Tabel 2. Jumlah Tabungan Kelompok Dan Pencairan Kumulatif
Districts
I Group Savings
10
Di kabupaten Dhading, Gorkha dan Lamjung, total 2.615 kelompok swadaya meliputi
33.185 rumah tangga telah dibentuk di tingkat desa atau pemukiman di bawah program
promosi swadaya berbagai LSM dikontrak oleh RDP/ GTZ. Diperkirakan bahwa sekitar 30
persen dari total rumah tangga dari ketiga kabupaten telah ditutupi oleh kelompokkelompok swadaya. Kelompok swadaya mengelola tabungan dan sistem kredit mereka
sendiri dengan menggunakan tabungan kelompok yang dihasilkan diri mereka.
Total simpanan kelompok telah berjumlah sekitar Rs 22,7 juta. Pinjaman dari tabungan
kelompok yang diambil sebagian besar untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan,
tetapi beberapa pinjaman juga telah diambil untuk biaya konsumtif. Sistem kredit berbasis
kelompok telah mengurangi ketergantungan pribadi pada rentenir dan telah secara
signifikan meningkatkan akses petani miskin untuk pinjaman kecil dan pinjaman jangka
pendek.
Pencairan kumulatif pinjaman dengan dana yang dihasilkan sendiri serta sumber eksternal
telah mencapai Rs. 115 juta di Dhading. Kabupaten Gorkha dan Lamjung. Jumlah tabungan
kelompok dan pencairan kumulatif melalui kelompok swadaya yang didukung oleh RDP
diberikan dalam Tabel 2. Dalam Dhading, sekitar 60 persen dari total kredit yang telah
diperoleh dari sumber eksternal, yang mencakup pinjaman grosir dari Bank Pembangunan
Pertanian SFCLs. Dalam Gorkha. hanya 30 persen pinjaman telah dicairkan dari sumber
eksternal dan sisanya disediakan dari tabungan kelompok sendiri Sumber eksternal di
Gorkha pada dasarnya adalah dana pusat bergulir (hingga Rs. 100.000 di setiap VDC)
disediakan oleh RDP / GTZ, dari yang mana anggota kelompok menerima pinjaman.
2. Pada tahap kedua, kelompok swadaya menjalani proses mutasi menjadi koperasi pada
tingkat lingkungan atau kelompok permukiman atau bahkan pada tingkat VDC. Cara mutasi
bervariasi dalam pendekatan diikuti oleh memobilisasi LSM yang berbeda. Tapi
denominator umum di semua pendekatan ini telah didaftarkan kelompok swadaya dengan
pemerintah terkemuka sebagai primer koperasi atau LSM untuk memperoleh badan
hukum.
Sebagian besar kelompok yang dibentuk oleh LSM di Dhading, Gorkha dan Lamjung
beroperasi kelompok swadaya informal, kecuali beberapa kelompok jatuh tempo pada
Dhading dan Gorkha (kira-kira sekitar 20) yang saat ini mempersiapkan diri untuk
pendaftaran sebagai koperasi. Contoh lain dari kelompok self-help di tahap kedua adalah 16
Petani Kecil Koperasi Ltd (SFCLs) di tingkat VDC di distrik Dhading SFCLs ini adalah
federasi kelompok petani kecil dalam VDC, dikatalisis oleh Bank Pembangunan Pertanian
Nepal. Koperasi pada tahap ini mampu untuk grosir kredit dengan bank-bank di sektor
formal, melakukan pemasaran produk, memobilisasi dukungan teknis dan sebagainya.
3. Pada tahap ketiga, koperasi kabupaten yang dibentuk oleh penyatuan koperasi tingkat VDC.
Seperti Federasi SFCL di distrik Dhading. Federasi di tingkat kabupaten bisa membantu
kelompok di urutan yang lebih rendah untuk mencapai status koperasi, mencari pendanaan
eksternal dengan tubuh kabupaten, instansi dan perusahaan swasta..
-
Rural Finance
Infrastructure
Resource Mobilization
Human Development
Intended
Beneficiaries
Organization
Sensitization
Self-help Promoting
Organizations
Selfgoverning
institutions
of the Poor
Natural
Recource
Managemant
Acces to
tecnology
Increase
Income
Opportunities
lokal untuk perlindungan sumber daya hutan dan air. Pelatihan dan eksposur telah diberikan
kepada anggota kelompok swadaya teknik pengelolaan daerah aliran sungai. Penggunaan
tanaman biogas dan ditingkatkan kompor tanpa asap mengkonsumsi kurang kayu bakar telah
dipromosikan melalui kelompok. Alternatif teknologi yang mereka memiliki berimplikasi pada
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan lahan dan konservasi sumber daya alam.
Langkah-langkah promosi ekonomi telah dilaksanakan bersamaan dengan mobilisasi sosial
dan pembangunan infrastruktur produksi. Satu jalan peluang ekonomi akan melebar,
kelompok-kelompok swadaya masuk ke tahap kematangan memperkuat fungsi mereka di
pasar keuangan dan produk.
Infrastruktur Pedesaan
Kurangnya infrastruktur fisik dasar telah menjadi salah satu faktor penghambat untuk
promosi ekonomi serta kesejahteraan sosial masyarakat pedesaan. tindakan swadaya
masyarakat melalui kelompok telah sangat efektif dalam menciptakan dan mengelola aset
masyarakat seperti infrastruktur fisik dan hutan rakyat. Kelompok dari tahap pembentukan
awal telah mengambil inisiatif dalam menciptakan infrastruktur kecil seperti skema air minum,
skema irigasi kecil, jalan dan jembatan dan bangunan masyarakat bertahap, sebagai kelompok
memperoleh kekuatan kelembagaan dari pengalaman mereka bekerja di masyarakat, mereka
telah melakukan proyek-proyek infrastruktur yang lebih besar seperti jalan pedesaan, jalan
utama dan jembatan baja untuk pejalan kaki.
Project Type
Drinking water
Irrigation
Community building
School building
Rural Roads*
Trail bridges
Trail*
Gorkha
162
21
27
54
1 (54 km)
45
2 (71 km)
Lamjung
12
5
12
3(124 km)
5
Pembangunan infrastruktur fisik tidak termasuk dalam RDP sebagai komponen dalam
isolasi. Alasan yang sebagian didasarkan pada kebutuhan penerima manfaat untuk fasilitas
sosial dasar. Tapi yang paling penting, hal ini terlihat dalam perspektif nilai sebagai dukungan
bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kelembagaan petani. Bahkan, pembangunan
infrastruktur pedesaan di RDP / GTZ bergantung pada mobilisasi kelompok-kelompok
swadaya dan kemampuan mereka untuk melakukan tindakan kolektif. Sebagian besar proyek
infrastruktur telah dilaksanakan dengan pembagian biaya yang melibatkan hibah dari badanbadan politik lokal, kontribusi tenaga kerja dari masyarakat dan dukungan teknis dan materi
dari RDP / GTZ. Komponen mobilisasi sosial RDP selalu berperan dalam semua proyek-proyek
kelompok swadaya atau pengguna di komite spesifik yang dikembangkan dalam proses
mobilisasi dan telah memainkan peran penting dalam memobilisasi sumber daya lokal,
memperoleh pendanaan eksternal, mengelola pekerjaan konstruksi dan mempertahankan
mereka setelah konstruksi.
Di antara berbagai infrastruktur yang dikembangkan dengan partisipasi masyarakat dengan
dukungan RDP itu, pembangunan biaya rendah, jalan pedesaan partisipatif dan ramah
lingkungan layak dilihat lebih dekat. Teknologi padat karya jalan pedesaan, yang juga disebut
"jalan hijau adalah metode membangun jalan dengan kerusakan paling sedikit pada tanah dan
13
vegetasi. Hal ini dibangun sepenuhnya oleh kelompok tenaga kerja lokal dengan menggunakan
alat manual. Hampir tujuh puluh persen dari total biaya yang dihabiskan dalam ekonomi lokal
dalam hal upah buruh.
Teknologi dan metode manajemen jalan pedesaan telah dikembangkan, diuji dan terus
diimprovisasi oleh GTZ di berbagai kabupaten RDP yang bekerja sama dengan badan-badan
lokal dan kelompok masyarakat. Keterlibatan aktif dari kelompok pengguna lokal dalam
pembangunan jalan pedesaan sebanyak elemen penting dari inovasi teknologi ramah
lingkungannya. Hal ini diperlukan untuk memperkuat kapasitas pengguna miskin untuk
menangani tugas-tugas besar mobilisational dan isu-isu politik, yang mungkin muncul dalam
proyek-proyek infrastruktur biaya tinggi dan sarana yang berpengaruh lebih besar seperti
jalan dan jembatan. Kelompok swadaya telah menunjukkan kemampuan mereka untuk tugastugas tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan proyek-proyek infrastruktur
menciptakan rasa kepemilikan di antara pengguna yang sangat penting untuk partisipasi
mereka dalam pemeliharaan dan operasi.
Dalam beberapa proyek infrastruktur, sistem telah mencoba untuk mendorong
penghematan dari upah yang dibayarkan kepada buruh. Para buruh harus deposit proporsi
tertentu dari upah mereka dalam masing-masing kelompok swadaya sebagai tabungan
mereka. Misalnya, di Benighat - Arughat - Arkhct jalan pedesaan (54 km) konstruksi di distrik
Gorkha, proporsi tabungan adalah 20 persen dari upah, yang telah menghasilkan sejumlah
besar tabungan lokal dengan kelompok. Belanja proyek-proyek demikian cenderung memiliki
efek multiplier yang sangat tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal.
Pengelolaan proyek oleh petani "kelompok swadaya telah di satu sisi memfasilitasi generasi
aliran yang lebih besar dari proyek pengeluaran ke tangan penerima manfaat dan akumulasi
tabungan untuk investasi lebih lanjut. Di sisi lain, ia juga telah membantu kelompok swadaya
untuk memperoleh pengalaman praktis, yang sangat penting untuk penguatan kelembagaan.
H. KESIMPULAN
- Sebuah pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal dapat dicapai hanya melalui promosi
swadaya di kalangan masyarakat.
- Keberlanjutan organisasi swadaya dapat didefinisikan sebagai kemampuan penerima manfaat
dimaksudkan untuk memecahkan masalah mereka sendiri secara partisipatif, untuk
memobilisasi atau menghasilkan sumber daya untuk melanjutkan operasi dan melakukan
tekanan dan akses sumber daya untuk peningkatan kesejahteraan anggotanya.
- Salah satu fungsi awal dari kelompok swadaya adalah untuk memobilisasi tabungan dan
memberikan kredit kecil kepada anggota yang membutuhkan.
- Secara bertahap mereka mendapatkan pengalaman dan berkembang menjadi lembaga yang
lebih tinggi, mereka juga berfungsi memperpanjang akses untuk fasilitas pembiayaan dari
lembaga keuangan formal.
- Tekanan kelompok telah mempengaruhi otoritas tingkat yang lebih tinggi untuk membuat
keputusan yang menguntungkan yang miskin. Inisiatif dan keterlibatan memberi mereka
pengetahuan dan keyakinan pengalaman yang akan menjadi penting untuk melanjutkan dan
perluasan fungsi untuk memenuhi kebutuhan diversifikasi komunitas.
- Lembaga yang sudah ada harus menjadi stakeholder utama dan mitra dari semua lembaga
pembangunan dan memiliki pilihan mitra pembangunan berdasarkan keunggulan komparatif
dalam memecahkan masalah mereka.
14