Anda di halaman 1dari 16

PERBANDINGAN PENDIDIKAN KEJURUAN

DI JERMAN DAN INDONESIA


A. Latar Belakang
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia , Pendidikan Kejuruan merupakan salah satu jenis
pendidikan yang dilaksanakan (Pasal 15 UUSPN No.20/Tahun 2003). Pendidikan kejuruan ini
sebenarnya memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan
mandiri.. Akan tetapi kenyataannya bahwa Pendidikan Kejuruan yang selama ini dilaksanakan
mempunyai disparitas yang sangat mencolok antara kemampuan yang diharapkan dunia kerja
dengan lulusan yang dihasilkan dunia pendidikan khususnya pendidikan kejuruan.
Perhatian pemerintah terhadap pendidikan kejuruan hanya

sebatas

slogan

yang

mencanangkan Renstra (Rencana Strategis) Depdiknas 2005 2009 yang menargetkan 70%
SMK : 30% SMA sampai pada tahun 2015, demikian juga dunia industri sangat kurang
perhatiannya terhadap dunia pendidikan sekolah kejuruan.
Sedangkan Negara Jerman dikenal sebagai negara yang sangat peduli dengan pendidikan
vokasi/ kejuruan. Pendidikan vokasi di Jerman bisa maju karena sector pendidikan mendapat
perhatian yang baik dari pemerintah. Ada kalaborasi yang baik antara pemerintah, sekolah, dan
dunia industry dalam mengembangkan pendidikan vokasi, maka sangat tidak mengherankan
pada tahun 1970 sistem pendidikan Jerman sudah mampu meraih tujuan-tujuan yang
dicanangkan, hanya sekitar 25 tahun setelah Jerman rata dengan tanah akibat kekalahan dalam
Perang Dunia II.
Beberapa hal menarik yang dapat dipelajari pada sistem pendidikan yang diterapkan di
Jerman, khususnya pendidikan kejuruan (Berufsbildung). Sistem Pendidikan kejuruan yang
dilaksanakan di Republik Federal Jerman sangat baik. Diakui bahwa pendidikan merupakan
kewajiban bersama dari semua pihak, khususnya antara Pemerintah dan Dunia Usaha dan
Industri. Siswa-siswa di Jerman sangat menikmati belajar dengan mengalami dua pengalaman
yang saling mendukung yaitu belajar dan bekerja.
Tujuan penulisan makalah ini yaitu, membandingkan dan mencari nilai positif dari berbagai
jenis pendidikan mengenai Sekolah Menengah Kejuruan di luar negeri dalam hal ini negara
Jerman.

B. Pendidikan SMK di Negara Jerman


Sistem Pendidikan Jerman terdiri atas sektor-sektor Primer, Sekunder dan Tersier. Pada
masing-masing sektor terdapat tipe-tipe sekolah.Anak-anak wajib masuk sekolah secara full
time mulai umur enam tahun, periode ini berlangsung sampai anak berumur sembilan tahun (di
beberapa negara bagian sampai sepuluh tahun). Setelah menyelesaikan periode ini, anak muda
tidak harus masuk sekolah secara full time, tetapi bisa juga masuk sekolah part time (sekolah
kejuruan) selama tiga tahun. Secara sederhananya, anak-anak di Jerman harus sekolah mulai
umur 6 hingga 18 tahun. Setelah empat tahun di sekolah dasar (Grundschule), anak dapat
memasuki jenjang pendidikan sekunder yang terdiri atas Hauptschule, Realschule, Gymnasium,
dan Gesamtschule. Dari sini kemudian siswa melanjutkan ke Berufsschule, Berufsfachschule,
atau Gymnasium tergantung pada kemampuan akademisnya.
a.

Sistem Ganda
Di dunia internasional, sistem ganda yang berlaku dalam pendidikan kerja di Jerman

merupakan hal istimewa. Sistem Ganda sebagai suatu bentuk yang dominan pada Pendidikan
dan Pelatihan Kejuruan di Jerman telah dikenal luas di dunia.Sistem ini telah berkembang secara
mantap dan membawa perubahan pada masyarakat, ekonomi, dan teknologi tanpa kehilangan
identitas sebagai suatu bentuk pelatihan yang paling sesuai dengan ekonomi dan pasar kerja.
Sekitar separuh dari jumlah lulusan sekolah menjalani pendidikan kejuruan dalam salah
satu di antara ke-350 pekerjaan didikan yang diakui negara dalam sistem ganda tersebut. Proses
memasuki dunia kerja ini berbeda dengan pendidikan kejuruan yang hanya berlangsung di
sekolah, seperti yang masih berlaku di banyak negara: Bagian praktek dipelajari selama tiga
sampai empat hari seminggu di perusahaan; disusul oleh pelajaran teori di sekolah kejuruan
selama satu atau dua hari per minggu.
Berkat pendidikan kerja sistem ganda itu, jumlah orang muda yang tidak memiliki
pekerjaan atau tempat pendidikan kerja di Jerman relatif kecil. Untuk kelompok umur 15 sampai
19 tahun, jumlah itu hanya sebesar 4,2 persen. Kombinasi antara teori dan praktek menjamin
kualifikasi tinggi dari tukang dan pekerja terampil. Di samping itu terbuka dua jalur pendidikan
kerja lanjutan sebagai sarana peningkatan karier. Jalan yang tradisional memuncak dalam
penerimaan ijazah Meister (ahli yang berhak memimpin perusahaan).

Pendidikan vokasi (dual training) di Jerman didesain untuk memberikan ilmu secara teori
maupun praktik bagi siswanya. Ketika belajar di sekolah vokasi, 75% waktu siswa digunakan
untuk bekerja di industri, sedangkan sisanya mereka belajar teori di sekolah. Nantinya setelah
siswa mengikuti pendidikan vokasi di sekolah dan bekerja pada sebuah industri, mereka akan
mendapatkan sertifikat dari asosiasi industri (chamber) yang dapat digunakan untuk melamar
pekerjaan.
Kurikulum yang dirancang pada pendidikan vokasi di Jerman adalah berorientasi pada
penggabungan

antara instruction dan construction,

sehingga

pendekatan

utama

dalam

membentuk tahapan pembelajaran yang mengacu pada fase pembelajaran di sekolah ataupun
praktik di industri dan berorientasi pada hasil proses pembelajaran yang diinginkan. Selain itu,
perlu mempertimbangkan orientasi kompetensi pada berbagai level sejalan dengan pendesainan
proses pembelajaran.
Dalam melaksanakan pengembangan pendidikan kejuruan mereka mempunyai lima kunci
sukses, The succes of German vocational education and training is based on five
characteristics wich also represent added value for development of VET system in others
countries yaitu :
1) Cooperation of government and industry
Bersama-sama antara Pemerintah dan Industri menyusun dan mendesain kerangka
pendidikan kejuruan dan demikian juga pelatihan. Kerjasama dapat mencakup pembiayaan dan
pengembangan kurikulum dan implementasinya, serta bersama-sama melaksanakan assessment
proses dan lulusan pendidikan kejuruan itu.
2) Learning within the work process,
Tujuan dari pendidikan kejuruan Negara Republik Federal Jerman adalah menciptakan
kemampuan kerja para lulusannya yang adaptif dengan dunia industri yang mereka miliki. Oleh
karenanya pendidikan berorientasi kerja mengharuskan para siswa/peserta (Teilnehmer) suatu
kegiatan pendidikan atau pelatihan kejuruan belajar di dua tempat pembelajaran yaitu di sekolah
dan di industry.

3) Acceptante of national standards


Penerapan standar nasional, merupakan salah satu kunci system pendidikan kejuruan. Kualitas
daripada pendidikan itu sendiri dijamin dengan diterapkannya standar-standar pendidikan dan
dipatuhi sebagai acuan proses. Untuk memenuhi kualifikasi standar lulusan yang akan memasuki
pasar kerja, mereka juga menerapkan standar assessment yang benar-benar ketat. Sehingga
kualifikasi tersebut para lulusan dapatmemenuhi tuntutan persyaratan penerimaan tenaga kerja
dengan mobilitas yang tinggi dan penerimaan masyarakat yang baik.
4) Qualified vocational education and training staff
Kualifikasi tenaga pendidikan kejuruan adalah salah satu pondasi untuk kualitas. Para tenaga
pendidik

kejuruan

harus

menguasai

dan

memahami

konsep

Pedagogik

Kejuruan

(Berufspdagogik). Dengan memahami dari konsep Pedagogik Kejuruan para Guru (tenaga
kependidikan kejuruan) mampu mendesain strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dunia
kerja.
5) Institutionalized research and career guidance
Kunci yang berikutnya adalah tersedianya instistusi Penelitian Pendidikan Kejuruan
(Berufsbildung) dan Konsultasi Karir. Mereka berfungsi untuk terus melakukan penelitian yang
berguna bagi pengembangan pendidikan kejuruan dan pasar kerja. Penelitian melibatkan
Pemerintah, pelaku Ekonomi (dalam hal ini dunia usaha dan Industri) dan elemen sosial lainnya.
Hasilnya mendorong pendidikan kejuruan tersebut untuk mengetahui apa yang sedang
berkembang di dunia industri, dan bagaimana kebutuhan dunia industri atau dunia usaha
terhadap kompetensi lulusan pendidikan kejuruan dapat secara dini diidentifikasi. Sehingga
pendidikan kejuruan yang melibatkan sekolah dan industri juga dapat menerapkan strategi nyata
dalam proses pembelajaran (Lernprozess). Hasilnya juga digunakan untuk mengembangkan
konsep-konsep pembelajaran baru (Lernkonzepte).

b.

Tujuan Utama Sistem Ganda

Tujuan utama Sistem Ganda adalah untuk menjamin secara berkelanjutan keterserapan tenaga
kerja pada pasar kerja tertentu sesuai perkembangan teknologi dan kebutuhan individu. Untuk
memenuhi permintaan ini pendidikan dan pelatihan harus mengembangkan kualifikasi
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan hasil kinerja secara independen.
c.

Struktur Sistem Ganda

Struktur Sistem Ganda di Jerman dibatasi pada empat aspek, yaitu pemilahan tanggungjawab
untuk pendidikan/pengajaran teori dan pelatihan praktik, pembagian waktu pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan, pengorganisasi pendidikan dan pelatihan serta konsentrasi pada mata
pelajaran utama dalam pembelajaran teori.
1) Pembelajaran Teori
Republik Federasi Jerman (BRD) terdiri atas 16 negera bagian (Lnder). Masing-masing negara
bagian memiliki otonomi dalam bidang budaya, termasuk di dalamnya berwenang dalam bidang
pendidikan. Pembelajaran teori di sekolah menckup juga pembelajaran praktik yang diperlukan
untuk memahami suatu teori tertentu. Monitoring pelaksanaan pembelajaran teori di lakukan
oleh masing-masing negara bagian.
2) Pelatihan Praktik
Seluruh kegiatan pelatihan praktik dilaksanakan di perusahaan sesuai dengan bidang kerja yang
harus dipelajari. Pelatihan juga meliputi teori-teori yang dibutuhakn untuk memahami suatu
kegiatan praktik dan untuk bekerja secara profesional. Misalnya Matematika, Fisika, Kimia atau
Biologi tidak diajarkan sebagai satu mata pelajaran khusus, tetapi include dalam pelatihan
praktik kejuruan.
Inilah pembagian struktur pendidikan dengan sistem ganda :
Tempat belajar Perusahaan
(Lernort Betrieb)
Diatur
dengan

Undang-undang

Tempat belajar SMK


(Lernort Berufsschule )
Diklat Diatur dengan Undang-undang

Tentang

Kejuruan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Sekolah yang dikeluarkan oleh Negara Bagian
Federal (Berufsausbildung-sgesetz/BBiG)
(Schulgesetz)
Antara peserta pelatihan dengan perusahaan Antara siswa dengan sekolah diikat dengan

diikat

dengan

suatu

kontrak

pelatihan suatu kewajiban untuk sekolah (Schulpflicht)

(Berufsbildungsvertrag)
Jalannya pelatihan diatur dengan Tataurutan Pembelajaran

mengacu

Pelatihan (Ausbildung-sordnung)
(Lehrplne)
Bertanggungjawab pada pelaksanaan pelatihan Bertanggungjawab

pada

pada

kurikulum

tranfer

ilmu

praktik kejuruan (praktische Berufsausbildung) pengetahuan teori (theoritische Unterweisung)


3) Pembagian Waktu
Pendidikan dan pelatihan kejuruan umumnya berlangsung anatar 3 sampai 3,5 tahun. Sekolah
dan perusahaan mempunyai tanggung jawab dan kerja bersama untuk melaksanakan pendidikan
dan pelatihan kejuruan yang berkualitas. Mereka membagi waktu pendidikan dan pelatihan
sedemikian rupa sehingga peserta diklat (Auszubildender-in/ Lehrlinger-in) memperolah 3-4 hari
praktik di perusahaan dan 1-2 hari belajar di sekolah atau 3-4 minggu di perusahaan dan 1-2
minggu di sekolah. Pada pertengan pelaksanaan diklat, biasanya pada akhir tahun kedua, peserta
diklat harus menempuh ujian pertengahan (Zwischenprfung). Ujian ini tidak menyebabkan
pembatasan ataupun keuntungan. Ujian ini hanya dimaksudkan untuk memberikan informasi
kepada sekolah, perusahaan dan peserta diklat itu sendiri tentang level kemampuan yang telah
dicapainya. Setelah menempuh ujian akhir (Abschluprfung) dan dinyatakan lulus, peserta
diklat mendapat surat keterangan sebagai tenaga terampil pada bidang tertentu.
4) Pengorganisasian Diklat
Hal yang terpenting pada tahun pertama diklat (1. Ausbildungsjahr) adalah pengorganisasian
bentuk dari diklat dasar. Keterampilan praktik dan isi teori merupakan bagian dari rencana diklat
dan silabi yang spesifik untuk proses kerja sesuai bidang kerjanya.
Tahun kedua diklat (2. Ausbildungsjahr) adalah tahap spesialisasi pertama, tetapi spesialisasi ini
masih bersifat luas. Spesialisasi ini berorientasi pada kemampuan khusus yang essensial pada
suatu skup kelompok kejuruan kecil.
Tahun ketiga diklat (3. Ausbildungsjahr) dan tahun keempat diklat (4. Ausbildungsjahr)
difokuskan pada spesialisasi keterampilan khusus dari suatu bidang kerja dan yang secara khusus
diperlukan oleh tempat kerja.

5) Konsentrasi pada Mata Pelajaran Utama Teori


Walaupun silabi kurikulum dapat berbeda pada masing-masing negera bagian, sebagian besar
negara-negara bagian mengacu pada keputusan pendidikan yang sama, yaitu menempatkan
teknologi atau subyek kejuruan sebagai disiplin utama ke dalam fokus pembelajaran teori.
Semua mata pelajaran dirancang untuk mendukung pambelajaran kejuruan utama. Isi dan tujuan
pembelajaran yang merupakan bagian dari bidang kejuruan yang sesuai harus dipilih untuk
pengembangan/perluasan semaksimal mungkin. Seluruh tujuan diklat berorientasi pada aktivitas
dan kehususan bidang kejuruan, baik dalam hal isi maupun pelaksanaannya.
6) Kelompok Sekolah Menengah Kejuruan di Jerman
Terdapat 2 kelompok sekolah menengah kejuruan di Jerman
a.

Voolzeit

Secara harfiah, Voolzeit berarti waktu penuh belajar di sekolah (tidak menerapkan dual system),
artinya proses belajar siswa berlangsung si sekolah selama 6 hari dalam seminggu, dan menjadi
tanggung jawab penuh bagi sekolah.
b. Teilzeit
Sekolah kejuruan yang separuh waktu belajar di sekolah dan separuh waktu lagi bekerja di
Industri. Sekolah kejuruan ini yang dinamakan Duale Ausbildung, dikalangan internasional
disebut sebagai dual system. Pendidikan dan pelatihan kejuruan berlangsung antara 3 sampai
3,5 tahun. Sekolah dan perusahaan mempunyai tanggung jawab dan kerja sama untuk
melaksanakan pendidikan dan pelatihan kejuruan yang berkualitas. Meraka membagi waktu
pendidikan dan pelatihan sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh 3 4 hari praktek
diperusahaan dan 1 2 hari belajar di sekolah atau 3 4 minggu di perusahaan dan 1 2 minggu
di sekolah. Contoh SMK Einzelhandle di Bremen system belajarnya 3 hari bekerja di Industri
(24 jam untuk satu minggu) dan dua hari belajar di sekolah (12 jam seminggu).

d.

Manajemen Pendidikan
Otorita

Konstitusi Federal telah menetapkan wewenang Lander atas pendidikan, maka beberapa Lender
membuat beberapa ketentuan dalam konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan
masalah-masalah pendidikan, dan selurunya melalui proses legislative. Pengaturan itu mencakup
penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam sistem daerah mereka
masing-masing.

Pendanaan

Dengan pengecualian pendidikan tinggi, keuangan pendidikan sepenuhnya berada di tangan


Lender dan masyarakat setempat. Secara umum, seluruh biaya personil ditanggung oleh
pemerintah negara bagian, dan infra struktur oleh masyarakat. Hampir semua program
pendidikan (termasuk pembebbasan uang kuliah pada pendidikan tinggi) bersifat gratis.
Pemerintah Federal juga memberikan bantuan kepada sebagian siswa sekolah menengah dan
mahasiswa perguruan tinggi, banyak diantaranya yang menerima bantuan dari anggaran
pemerintah dengan jumlah yang cukup besar (kira-kira 90% dari biaya operasional sekolah).
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan mencapai 3,7% (Jerman Barat) dari GNP (Gross
National Product) dalam tahun 1990, dan ditambah 1,7% untuk penelitian. Investasi swasta
untuk penelitian dan pembangunan berjumlah 3,9%, sehingga pengeluaran tahun 1990 mencapai
9,3% dari GNP. Tetapi semenjak 1975 sebagai pertanda berakhirnya perluasan sistem secara
menyeluruh. Dalam tahun 1989, unit biaya pendidikan persiswa untuk sekolah-sekolah adalah
DM 6,2000 (Us$3,650) dan DM 17,100 (US$10,060) permahasiswa pada pendidikan tinggi.

Personalia

Guru-guru Gymnasien dan sebagian guru-guru spesialis untuk bidang keuangan yang di
didik ditingkat universitas, dengan tekanan utama di bidang keahlian di bandingkan dengan
bidang keguruan. Pada umumnya, pendidikan bidang studi mencakup dua disiplin ilmu yang
dapat diambil pada universitas atau fakultas. Untuk beberapa spesialisasi, bidang pendidikan
umum dilengkapi dengan mata kuliah khusus sepert bidang membaca bagi calon guru
pendidikandasar atau diagnosis terapan bagi yang bermaksud mengajar pada lembaga

pendidikan khusus.dalam jurusan pendidikan, tekanan terberat adalah pada pendekatan sejarah,
filosofis, dan orientasi pada praktikum.

Kurikulum
Menteri-menteri pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga jenis
instrumen yaitu, pertama, tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta mata
pelajaran sesuai dengan grade dan jenis sekolah, kedua, pedoman kurikulum,ketiga, pemberian
wewenang penulisan dan pengadaan buku teks.
Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah (sering dinyatakan pada
Mukadimah suatu Keputusan, sedangkan tujuan khusus diterbitkan dalam kaitannya dengan
pedoman kurikulum. Ini diputuskan oleh kementrian negara bagian dan mencakup silabus,
rekomendasi metode mengajar, dan kadang-kadang juga model rencana pelajaran. Mengenai
buku teks , tidak ada yang dapat dipakai di sekolah-sekolah Jerman tanpa mendapat persetujuan
dari mentri negara bagian.
Keputusan untuk metode mengajar tertentu sepenuhnya diserahkan kepada guru. Dengan
semakin menurunnya rasio murid-guru(dari 30:1 tahun 1960 menjadi 15:1 dalam tahun 1980),
makin jelas kecenderungannya bahwa metode mengajar techer-centered makin di tinggalkan
beralih pada bekerja dengan kelompok kecil murid dalam kerangka pendekatan studentcentered. Semenjak akhir tahun 1980-an, konsep pengajaran terbuka atau open instruction
yang menekankan pada murid belajar atas dorongan sendiri semakin berkembang dan semakin
popular pada sekolah-sekolah pendidikan dasar dan juga pada sebagian sekolah menegah
pertama.

Ujian, Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi


Tes formal pada prinsipnya tidak digunakan untuk menilai keberhasilan anak disekolah.

Pengecualian itu hanya untuk keperluan diagnostik yaitu mengidentifikasi jenis-jenis dyslexia
(kesulitan belajar membaca dan menulis karena kondisi pada otak). Kemudia seperti telah
disebutkan terdahulu, tidak ada kenaikan kelas secara otomatis, tetapi kelas mengulang juga
sudah hampir tidak dilaksanakan lagi (hanya 1,5% per kelas di pendidikan dasar, dan kira-kira
4% di sekolah tingkat menengah pada tahun 1990).

Sertifikat dan diploma yang dicapai di universitas dan jian-ujian negara bagian dan
memberi hak kepada pemegangnya untuk memasuki program pendidikan yang lebih tinggi, dan
juga mengandung nama-nama profesional, termasuk gelar akedemik .

Evaluasi, dan penelitian pendidikan


Tidak ada evaluasi nasional yang dilakukan secara teratur mengenai hasil pendidikan.

Komponen Jerman dalam Asosiasi Internasional untuk Penelitian Penilaian Pencapaian


Pendidikan dalam bidang Membaca merupakan survei pertama dalam dua dekade terakhir
yang didasrkan pada sempelprobabilitas siswa secara nasional. Apabila di bandingkan dengan
negara lain, Jerman belum banyak melakukan penelitian empiris dalam bidang pendidikan.
C. Studi Banding Pendidikan Vokasi di Indonesia dengan Jerman

Dasar Dan Tujuan Pendidikan Kejuruan


Sekolah menenah kejuruan memiliki peran strategis mewujudkan sumber daya Indonesia

yang handal. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 29 tahun 1990 Bab I pasal 1 yaitu : Pendidikan
menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangakan sikap propesional.
Lebih lanjut PP No 73 tahun 1991, pasal 3 ayat 6 menyatakan bahwa: Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Berdasarkan PP tersebut jelaslah bahwa pendidikan kejuruan memiliki peran yang sangat
strategis, dalam upaya pembangunan nasional, khususnya dalam sector pembangunan social dan
ekonomi. Pendidikan kejuruan merupakan investasi yang mahal, namun sangat strategis dalam
menghasilkan manusia Indonesia yang trampil dan berkeahlian dalam bidang-bidangnya sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa, khususnya kebutuhan dunia usaha dan industry.

Struktur pendidikan
Departemen pengelola utama pendidikan di Indonesia adalah departemen pendidikan dan

kebudayaan. Kebijakan pendidikan dikembangkan di pusat (Departemen) dan disebarkan


keseluruh Wilayah dengan lembaga pendidikannya seperti hal kurikulum dan ujian-ujian, serta
pembinaan lain seperti administrasi dan supervisi. Negara berkembang berhasilnya pelaksanaan

wajib belajar taraf SD berakibat perlunya pemikiran tentang kebijaksanaan untuk mingkatkan
wajib belajar sampai taraf SMA/SMK. Untuk menanggapi ini perlu mendapat pertimbangan
seperti ekonomi dan politik.

Sistem Pendidikan
Hak dan kewenangan dalam bidang administrasi pendidikan sejalan dengan alur dalam

pemerintahan atau polotik, untuk ini dikenal dengan sentralisasi, desentralisasi, dan otonomi.
1. Sentralisasi menunjuk pada hak dan wewenang yang terpusat pada pemerintah pusat.
2. Desentralisasi menunjuk pada hak dan wewenang pada daerah.
3. Otonomi daerah adalah pada aspek-aspek yang bebas pengelolaannya pada daerah, sehingga
otonomi ini kurang lazim digunakan dalam bidang administrasi pendidikan.

Pendidikan Sistem Ganda (PSG)


Sesungguhnya, penerapan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK telah berjalan sejak

tahun 1993/1994 hingga sekarang. Sistem ini merupakan implementasi dari konsep mitch and
match. Dengan PSG, perancangan kurikulum, proses pembelajaran, dan penyelenggaraan
evaluasinya didesain dan dilaksanakan bersama-sama antara pihak sekolah dan industri.
Diharapkan nantinya para lulusan SMK akan menjadi para lulusan yang siap kerja. Melalui
PSG, siswa belajar di dua tempat, yaitu sekolah dan industri.
Di sekolah, para siswa belajar teori dari para guru atau instruktur yang kegiatannya yang
pada umumnya dibiayai pemerintah. Sedangkan kegiatan belajar yang diselenggarakan di
perusahaan/industri, artinya para siswa ini belajar dan mendapatkan pelatihan praktik dari para
instruktur dari pihak sekolah yang bersangkutan. Pembiayaannya dilakukan oleh perusahaan
terkait.
Dalam konteks ini, bisa dikatakan bahwa sekolah melakukan semacam outsourcing yang
dikerjakan oleh industri dalam bentuk penyediaan alat, instruktur, dan pengalaman praktik di
lapangan. Sedangkan industri melihat sekolah sebagai bagian dari Human Resources
Development (HRD) atau sumber daya manusia perusahaannya yang mencetak tenaga ahli yang
andal dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Untuk memuluskan kerjasama antar sekolah dan industri dalam penyelenggaraan PSG,
MPKN tingkat provinsi yang beranggotakan unsur-unsur dari kedua belah pihak, berfungsi

menjembataninya. Melalui kelompok-kelompok bidang keahliannya, MPKN membantu SMK


dalam mengembangkan standar penyelenggaraaan pendidikan dan pelatihan, maupun bahan ajar
yang diperlukan.
Pada awalnya bagi para siswa SMK, diberlakukan masa praktik kerja industri selama 3
bulan. Namun menurut Gatot, hasil dan prosesnya dinilai kurang efisien dan terlalu sebentar.
Maka, mulai tahun 1999 hingga sekarang, diterapkan masa praktik kerja industri selama 6 bulan.
Malah, sebenarnya waktu 6 bulan ini juga masih dirasa cukup singkat bagi proses praktik kerja
industri. Gatot membandingkannya dengan sistem pendidikan kejuruan yang ada di Jerman.
Dalam sepekan, selama 2 hari anak-anak mendapatkan teori di kelas, sedangkan tiga hari
berikutnya kegiatan pembelajaran berlangsung di industri. Mungkin, di Indonesia masih perlu
berubah setahap demi setahap.
Setelah pemberlakuan masa praktik kerja yang diperpanjang menjadi 6 bulan, proses ini juga
memudahkan para siswa untuk memperoleh peluang praktik kerja ke luar negeri. Kegiatan
praktik kerja di luar negeri ini telah dilakukan sejak tahun 1999. Pada mulanya, Direktorat
Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) mengirimkan 200 kepala sekolah SMK untuk
melakukan studi banding ke Malaysia. Berikutnya, giliran para siswanya yang diberangkatkan
magang ke luar negeri. Di tahun yang sama, sekitar 400 siswa SMK berangkat praktik kerja ke
luar negeri. Hingga perkembangannya sampai dengan tahun 2004, telah ada sekitar 2.000 siswa
SMK seluruh Indonesia yang dikirim ke Malaysia. 80% nya melakukan praktik kerja di bidang
perhotelan dan pariwisata.
Negara tujuannya tak hanya sebatas Tanah Melayu Malaysia, melainkan juga ke negaranegara lain misalnya ke Singapura, Jepang, Inggris, Jerman, Oman, dan Kuwait. Saat itu, Gatot
Hari Priowirjanto berharap, pada tahun 2020 nanti sebanyak 10% dari bisnis hotel dan pariwisata
di dunia, tenaga kerjanya berasal dari Indonesia. Ini memang sebuah mimpi besar. Dan kita
harus menyiapkannya secara serius, ucapnya. Selain memfasilitasi para siswa SMK melakukan
praktik kerja di luar negeri, Direktorat Dikmenjur juga mendorong dan memberi kesempatan
bagi para guru, kepala sekolah, pejabat Dinas Pendidikan dan pengajaran di tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota untuk ikut memperluas pengetahuan konsep penyelenggaraan
pendidikan kejuruan di luar negeri.

Namun, seiring dengan perkembangan politik yang begitu dominan memainkan perannya
dalam dunia pendidikan (dengan bergantinya pejabat kementerian pendidikan nasional), PSG
tampaknya telah mulai ditinggalkan tanpa memberikan alternatif pengganti yang jelas.

Kurikulum

Kurikulum pendidikan nasional berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 36 yaitu:


1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a. Peningkatan iman dan takwa
b. Peningkatan akhlak mulia
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan
e. Tuntutan pembangunan daerah da lingkungan
f. Tuntutan dunia kerja
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
h. Agama
i. Dinamika perkembangan global
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pendanaan Pendidikan
a. Tanggung Jawab Pendidikan Pasal 46

1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah


daerah, dan masyarakat.
2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan anggaran
pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


3) Ketentuan mengenai tanggung jawab pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
b. Sumber Pendanaan Pendidikan
1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan
keberlanjutan.
2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai
dengan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
c. Pengelolaan Dana Pendidikan
1) Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik.
2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
d. Pengalokasian Dana Pendidikan
Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Daerah.

Evaluasi Pendidikan
a. Evaluasi Pasal 57

1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur
formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
b. Evaluasi Pasal 58
1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga
mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar
nasional pendidikan.
D. Kesimpulan

No
1

PERMASALAHAN

PERBANDINGAN

PENDIDIKAN
Tujuan

JERMAN

INDONESIA

Mengembangkan

PP No 73 tahun 1991, pasal 3 ayat

individualitas dan partisi-pasi 6 menyatakan bahwa: Pendidikan


dalam kehidupan masyarakat. kejuruan merupa-kan pendidikan
Menyiapkan lulusan yang yang

Dual System

Sistem

warga

belajar untuk bekerja dalam bidang

berkualitas.
2

mem-persiapkan

ter-tentu.
Ganda Sistem Pendidikan

Pendidikan

Ganda

di

berjalan sampai sekarang dan Indonesia hanya berjalan beberapa


tidak

dipengaruhi

oleh tahun,

kebijakan politik.
4

Kurikulum

karena

system

mempengaruhi

politik

kebijakan

pendidikan.
Menteri-menteri pendidik-an Berdasarkan

standar

nasional

negara bagian menen-tukan disesuaikan

dengan

perkem-

kurikulum

mereka

sesuai bangan

peserta

didik

dengan

dengan peraturan perundang- kebutuhan lingkungan pen-didikan


6

Evaluasi

undangan yang berlaku


nasional.
Tidak ada evaluasi nasional 1. Evaluasi hasi belajar peserta
yang dilakukan

didik

dilakukan oleh

pendidik

untuk memantau proses, kemajuan,


dan perbaikan hasil belajar peserta
7

Pembiayaan

Seluruh

biaya

didik secara berkesinambungan.


personil Sumber pendanaan pendidikan di

ditanggung oleh pemerin-tah Indonesia


negara

bagian,

dan

struktur oleh masyarakat

berasal

dari APBN,

infra APBD ditanggung bersama antar


pusat, daerah dan masyarakat

E. Daftar Pustaka

PERBANDINGAN PENDIDIKAN VOCATIONAL INDONESIA DENGAN JERMAN. (n.d.).


Retrieved 09 25, 2014, from muhammadramli13:
http://muhammadramli13.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai