Anda di halaman 1dari 6

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Metode Perhitungan Kasus Kerugian Negara/Daerah atas Putusan Mahkamah Agung


Nomor
Judul Kasus

: 22 K
: Tindak Pidana Korupsi berupa penyalahgunaan dana bantuan perbaikan akibat bencana
alam banjir dari pos anggaran dana tak tersangka APBD sebesar Rp2.156.025.000,00

A. Kasus Posisi
1. Terdakwa dalam kasus ini adalah Kepala Kantor Pengairan.
2. Bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi berupa penyalahgunaan dana bantuan
perbaikan akibat bencana alam banjir yang bersumber dari pos anggaran dana tak tersangka APBD
dengan cara menggunakan dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir tidak sesuai
sebagaimana tersebut dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB Teknis) dan Lampiran Usulan kepada
Bupati dengan Surat Kepala Kantor Pengairan Nomor 362 untuk usulan dana bantuan perbaikan akibat
bencana alam banjir sebesar Rp997.500.000,00 dan Surat Kepala Kantor Pengairan Kabupaten Nomor
362 untuk usulan dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir sebesar Rp2.500.000.000,00.
Terhadap dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir sebesar Rp3.497.500.000,00 terdakwa
hanya melaksanakan 10%-20% volume pekerjaan perbaikan senilai Rp443.174.000,00. Sebagian dari
dana bantuan perbaikan akibat bencana alam diserahkan kepada Plt. Kepala Bagian Keuangan
sebesar Rp1.000.000.000 melalui Rekening Bank dan sebesar Rp784.199.000,00 secara langsung.
Sisa dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir sebesar Rp371.826.000,00 tidak dapat
dipertanggungjawabkan oleh terdakwa dan dipergunakan untuk kepentingan pribadinya sehingga
penggunaan dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir tidak sesuai dengan peruntukkannya
dan merugikan negara sebesar Rp2.156.025.000,00.
Pada saat Badan Pengawas Provinsi (Bawasprov) melakukan pemeriksaan terhadap proyek perbaikan
akibat bencana alam banjir menemukan adanya sisa dana bantuan perbaikan akibat bencana alam
banjir sebesar Rp898.301.000,00. Atas perintah Bawasprov, sisa dana tersebut telah disetor ke Kas
Daerah dengan bukti Surat Tanda Setor.
3. Bahwa tindakan terdakwa melakukan penyalahgunaan dana bantuan perbaikan akibat bencana alam
banjir yang bersumber dari pos anggaran dana tak tersangka APBD merupakan tindak pidana korupsi
karena memenuhi unsur penyalahgunaan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan selaku Kepala Kantor Pengairan secara berlanjut dan memperkaya diri
sendiri atau orang lain sehingga memenuhi unsur Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana ditambah dan diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 jo
Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.

4. Putusan Hakim Mahkamah Agung


Majelis hakim pada Mahkamah Agung memutuskan menolak permohonan pemohon kasasi dan
membebankan biaya perkara dalam tingkat kasasi kepada pemohon kasasi dengan pertimbangan
bahwa judex facti (Pengadilan Tinggi) yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri sudah tepat dalam
pertimbangan dan putusannya serta tidak salah menerapkan hukum atau tidak melanggar hukum atau
undang-undang yang berlaku.
Pertimbangan putusan majelis hakim antara lain:
a. Bahwa dari fakta-fakta hukum di persidangan terbukti terdakwa telah melakukan korupsi secara
bersama-sama dan berlanjut dalam Proyek Dana Perbaikan Akibat Bencana Alam Banjir;

b. Bahwa terdakwa mempunyai motif jahat yang sangat jelas untuk melakukan korupsi dengan cara
bersama-sama dan terencana. Sebagai Pimpinan Kepala Dinas Pengairan, terdakwa memberi
contoh yang buruk kepada bawahannya dan terdakwa telah menikmati uang korupsi tersebut;
c. Bahwa adanya hubungan kausal antara perbuatan terdakwa dengan kerugian keuangan negara
sebesar Rp 371.025.000,00 (tiga ratus tujuh puluh satu juta dua puluh lima ribu rupiah);
d. Bahwa terdakwa menderita berbagai macam penyakit, sehingga pidana yang dijatuhkan oleh judex
facti dipandang sudah tepat;
e. Keberatan terdakwa mengenai hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu
kenyataan tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi karena
pemeriksaan pada tingkat kasasi hanya berkenaan dengan tidak diterapkan suatu peraturan
hukum atau peraturan hukum diterapkan tidak sebagaimana mestinya, atau apakah cara mengadili
tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal
253 KUHP (Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981).

B. Analisis
1. Unsur-unsur tindak pidana
Berdasar posisi kasus di atas maka putusan kasasi tersebut dapat dilakukan analisis ditinjau dari
hukum pidana dalam hal ini tindak pidana korupsi sebagai berikut:
Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri, terdakwa dinyatakan terbukti secara sah dan menyakinkan
melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut Umum dalam Pasal 3
jo Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana ditambah dan diubah dengan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP yang
menyatakan bahwa:
Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999
(1) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
sebagai pidana tambahan adalah:
a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak
bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk
perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang
yang menggantikan barang-barang tersebut;
b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda
yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;
c.

penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun;

d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian
keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana.
(2) Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi
uang pengganti tersebut.
(3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang
pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara
yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan
pengadilan.
Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP

(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:


1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan
perbuatan;
Pasal 64 ayat (1) KUHP
Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran,
ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka
hanya diterapkan satu aturan pidana; jika berbeda-beda, yang diterapkan yang memuat ancaman
pidana pokok yang paling berat.
Berdasarkan pasal-pasal yang didakwakan kepada terdakwa tersebut, unsur-unsur tindak pidana
korupsi dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Adanya pelaku
Pelaku pada kasus tindak pidana korupsi penyalahgunaan dana bantuan perbaikan akibat bencana
alam banjir yang bersumber dari pos anggaran dana tak tersangka APBD adalah terdakwa yang
diangkat sebagai Kepala Kantor Pengairan berdasarkan Surat Keputusan Bupati.
2) Menguntungkan diri sendiri atau orang lain
Bahwa terdakwa selaku Kepala Kantor Pengairan mengusulkan Bantuan Dana Perbaikan Akibat
Bencana Alam Banjir kepada Bupati yang anggarannya bersumber dari Anggaran Dana Tak
Tersangka, dalam pelaksanaannya diketahui bahwa terdakwa hanya melaksanakan 10%-20%
volume perkerjaan dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) Teknis yang telah disusun sehingga dana
bantuan perbaikan tersebut tidak sepenuhnya direalisasikan untuk proyek perbaikan akibat
bencana alam banjir namun sebagian dana tersebut digunakan oleh terdakwa untuk kepentingan
pribadi terdakwa sebesar Rp371.826.000,00 dan diserahkan kepada Plt. Kepala Bagian Keuangan
sebesar Rp1.784.199.000,00.
3) Menyalahgunakan wewenang, sarana atau jabatan
Bahwa terdakwa selaku Kepala Kantor Pengairan Kabupaten telah melakukan perbuatan melawan
hukum berupa menyalahgunakan wewenang dan jabatan yang ada padanya dengan tidak
melaksanakan proyek perbaikan akibat bencana alam banjir sesuai dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) Teknis yang telah disusun dan diusulkan kepada Bupati, namun terdakwa hanya
melaksanakan 10%-20% volume pekerjaan senilai Rp443.174.000,00 dari total dana bantuan
perbaikan akibat bencana alam banjir sebesar Rp3.497.500.000,00. Selain itu sebagian dana
bantuan perbaikan tersebut diserahkan kepada
Plt. Kepala Bagian Keuangan sebesar
Rp1.784.199.000,00 dan digunakan untuk kepentingan pribadi terdakwa sebesar
Rp371.826.000,00.
4) Merugikan keuangan negara
Bahwa perbuatan terdakwa yang hanya melaksanakan 10%-20% volume pekerjaan dari Rencana
Anggaran Biaya (RAB) Teknis yang telah disusun dan diusulkan kepada Bupati dan telah
menguntungkan diri sendiri sebesar Rp371.826.000,00 dan menguntungkan orang lain, yaitu
Plt. Kepala Bagian Keuangan sebesar Rp1.784.199.000,00 mengakibatkan kerugian keuangan
negara cq. Pemerintah Kabupaten sebesar Rp2.156.025.000,00.
Selain unsur-unsur tersebut diatas, putusan majelis hakim Pengadilan Negeri yang dikuatkan oleh
Pengadilan Tinggi mempertimbangkan pengenaan hukuman berdasarkan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) yaitu tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh terdakwa merupakan suatu
perbuatan berlanjut karena dilakukan beberapa kali dan masing-masing perbuatan ada hubungannya
sedemikian rupa dan adanya pidana tambahan selain pidana pokok yang dijatuhkan kepada terdakwa
untuk membayar uang pengganti sebesar Rp371.025.000,00.
2. Unsur-unsur kerugian negara ditinjau dari Hukum Administrasi
Mendasarkan ketentuan Pasal 1 angka 22 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
bahwa kerugian negara/daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan
pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Ketentuan pasal

ini setidaknya menyatakan adanya 4 (empat) unsur kerugian negara/daerah, yaitu (1) kekurangan
uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya, (2) adanya perbuatan melawan
hukum baik sengaja maupun lalai, (3) adanya kausalitas antara perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan kerugian negara yang terjadi, dan (4) adanya pelaku.
Berdasarkan uraian diatas, unsur-unsur kerugian negara menurut Pasal 1 angka 22 UU Nomor 1
Tahun 2004 pada kasus penyalahgunaan dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir yang
bersumber dari pos anggaran dana tak tersangka APBD Tahun 2005 dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kekurangan uang, surat berharga, dan barang
1) Telah terjadi kekurangan uang negara akibat penyalahgunaan dana bantuan perbaikan akibat
bencana alam banjir yang dipergunakan tidak sebagaimana Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Teknis melainkan digunakan untuk kepentingan pribadi terdakwa dan atau orang lain.
2) Dana bantuan untuk perbaikan akibat bencana alam banjir tersebut bersumber dari pos
Anggaran Dana Tak Tersangka APBD merupakan keuangan negara sehingga dalam hal telah
terjadi penyalahgunaan uang negara merupakan kekurangan uang negara.
b. Perbuatan melawan hukum
Bahwa kekurangan uang terjadi karena tindakan perbuatan melawan hukum berupa
penyalahgunaan dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir dengan cara:
1) Dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir sebesar Rp997.500.000,00 yang dicairkan
dengan SPM Nomor 308 dalam pelaksanaannya hanya digunakan sebesar Rp163.458.000,00;
2) Dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir sebesar Rp2.500.000.000,00 yang
dicairkan dengan SPM Nomor 467 dalam pelaksanaannya hanya digunakan sebesar
Rp279.716.000,00;
3) Dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir sebesar Rp2.156.025.000,00 tidak
digunakan untuk keperluan proyek perbaikan akibat bencana alam banjir melainkan diserahkan
kepada Plt. Kepala Bagian Keuangan sebesar Rp1.784.199.000,00 dan sisanya digunakan
untuk kepentingan pribadi terdakwa sebesar Rp371.826.000,00.
c.

Hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum dengan kekurangan uang


Bahwa kekurangan uang sebesar Rp2.156.025.000,00 terjadi karena tindakan melawan hukum
terdakwa dengan menyalahgunakan dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir untuk
kepentingan pribadi terdakwa dan atau menguntungkan orang lain.

d. Penanggung jawab
Bahwa penanggung jawab kekurangan uang negara pada kasus ini adalah terdakwa karena telah
melakukan perbuatan melawan hukum berupa penyalahgunaan dana bantuan perbaikan akibat
bencana alam banjir yang dipergunakan tidak sebagaimana Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Teknis melainkan digunakan untuk kepentingan pribadi terdakwa.
Berkenaan dengan uraian di atas, maka unsur-unsur kerugian negara sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 telah terpenuhi, dan terdakwa
harus mempertanggungjawabkan penggantian kerugian negara sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Pasal 59 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004.
3. Metodologi penghitungan kerugian negara
a. Dasar penghitungan
Kerugian negara yang ditetapkan oleh Kejaksaan Negeri sebesar Rp2.156.025.000,00 diperoleh
berdasarkan perhitungan kerugian negara yang dilakukan dengan mendasarkan pada bukti-bukti
yang diperoleh dari penyidikan kasus tersebut, antara lain:
1) Keputusan Bupati tentang Otorisasi Anggaran Belanja Daerah;
2) Surat Kepala Kantor Pengairan kepada Bupati;
3) Surat Perintah Membayar (SPM) Nomor 0308;
4) Surat Perintah Membayar (SPM) Nomor 0467;
5) Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Beban Tetap Anggaran Belanja Nomor 10;
6) Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Beban Tetap Anggaran Belanja Nomor 13;
7) Rencana Anggaran Biaya (RAB Teknis);

8)
9)
10)
11)
12)
13)

Buku Kas Pendapatan dan Belanja Daerah;


Surat Tanda Setoran (STS) Pemerintah Kabupaten sebesar Rp898.301.000,00;
Bukti Setoran;
Surat Pertanggungjawaban (SPJ);
Kwitansi-kwitansi tanda terima Raskin;
dan lain-lain.

b. Metodologi penghitungan
Metodologi penghitungan kerugian negara yang dipakai oleh Penuntut Umum atas kasus tersebut
adalah metode perhitungan berdasarkan selisih antara nilai dana bantuan perbaikan akibat
bencana alam banjir yang telah dicairkan melalui Anggaran Dana Tak Tersangka APBD
dibandingkan dengan realisasi volume pekerjaan perbaikan akibat bencana alam banjir yang telah
dilaksanakan dan sisa dana bantuan yang telah disetorkan ke Kas Daerah, dengan rincian sebagai
berikut:
Dana Perbaikan pertama yang disetujui Bupati
Dana Perbaikan kedua yang disetujui Bupati
Total Dana Bantuan Perbaikan

Rp 997.500.000,00
Rp2.500.000.000,00 +
Rp3.497.500.000,00

Jumlah dana untuk Proyek Perbaikan I


Jumlah dana untuk Proyek Perbaikan II
Total dana untuk Proyek Perbaikan

Rp163.458.000,00
Rp279.716.000,00 +
Rp443.174.000,00

Sisa dana bantuan yang disetor ke Kas Daerah


Nilai Kerugian Negara

Rp898.301.000,00 Rp2.156.025.000,00

Total kerugian negara yaitu dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir yang telah
dicairkan namun tidak dipergunakan sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB) Teknis dan
penggunaan dana bantuan perbaikan tersebut untuk kepentingan pribadi dan atau menguntungkan
orang lain, berdasarkan perhitungan dari Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri sebesar
Rp2.156.025.000,00.
4. Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah atas Perkara dalam Hukum Administrasi
Dalam kasus penyalahgunaan dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir yang bersumber
dari pos anggaran dana tak tersangka APBD diketahui telah terjadi kerugian negara sebesar
Rp2.156.025.000,00 akibat perbuatan melawan hukum terdakwa yaitu menguntungkan diri sendiri dan
atau orang lain dengan rincian sebagian dari dana sebesar Rp1.784.199.000,00 diserahkan kepada
Plt. Kepala Bagian Keuangan dan sisanya sebesar Rp371.826.000,00 digunakan untuk kepentingan
pribadi terdakwa.
Atas kerugian negara tersebut majelis hakim pada Pengadilan menetapkan terdakwa membayar uang
pengganti untuk mengganti kerugian negara yang diakibatkan oleh yang bersangkutan sebesar
Rp371.025.000,00.

C. Simpulan
1. Berkenaan dengan uraian di atas, maka unsur-unsur tindak pidana dalam tindak pidana korupsi
penyalahgunaan dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir yang bersumber dari pos
anggaran dana tak tersangka APBD sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 3 jo Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana ditambah dan diubah dengan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP dan unsur-unsur kerugian
negara sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun
2004 telah terpenuhi, sehingga terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan
menjalani hukuman pidana berupa pidana penjara selama 1 (satu) tahun, pidana denda sebesar

Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan kurungan dan membayar uang pengganti
kerugian negara sebesar Rp371.025.000,00.
2. Metodologi perhitungan kerugian negara yang dilakukan oleh Jaksa/Penuntut Umum mendasarkan
pada bukti-bukti yang diperoleh dari proses penyidikan atas fakta-fakta yang terjadi. Perhitungan
kerugian negara dilakukan secara cermat dan teliti oleh Jaksa/Penuntut Umum berdasarkan bukti-bukti
yang dikumpulkan sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi pada saat kasus terjadi dimana jumlah uang
pengganti yang wajib dibayar oleh terdakwa dikaitkan dengan kerugian negara yang timbul akibat
tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa.
Metodologi penghitungan kerugian negara yang digunakan oleh Penuntut Umum atas kasus tersebut
adalah metode perhitungan berdasarkan selisih antara nilai dana bantuan perbaikan akibat bencana
alam banjir yang telah dicairkan melalui Anggaran Dana Tak Tersangka APBD dibandingkan dengan
realisasi volume pekerjaan perbaikan akibat bencana alam banjir yang telah dilaksanakan dan sisa
dana bantuan yang telah disetorkan ke Kas Daerah.
3. Penetapan putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri yang menjatuhkan vonis 1 (satu) tahun penjara,
pidana denda sebesar Rp50.000.000,00 subsidair 3 (tiga) bulan kurungan, dan pidana tambahan
berupa kewajiban membayar uang pengganti kerugian negara sebesar Rp371.025.000,00 subsidair 6
(enam) bulan pidana penjara telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan putusan majelis hakim
pun telah mempertimbangkan terpenuhinya unsur-unsur tindak pidana korupsi sebagaimana Pasal 3 jo
Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana ditambah dan diubah dengan Undangundang Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. Keputusan
tersebut dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi dan Majelis Hakim Mahkamah Agung menolak permohonan
kasasi dari terdakwa.
4. Penetapan pidana tambahan berupa uang pengganti kerugian negara sebesar Rp371.025.000,00
sesuai jumlah kerugian negara yang timbul akibat tindakan melawan hukum terdakwa yang diperoleh
berdasarkan penghitungan kerugian negara oleh Jaksa/Penuntut Umum belum sesuai dengan jumlah
kerugian negara yang dihitung oleh Jaksa/Penuntut Umum sebesar Rp371.826.000,00.

D. Pendapat
1. Berdasarkan analisis dan kesimpulan sebagaimana tersebut di atas maka hakim Pengadilan Negeri
dan Mahkamah Agung telah tepat dalam memutuskan perkara dengan dasar bahwa unsur-unsur
tindak pidana sebagaimana dimakasud dalam ketentuan Pasal 3 Undang-undang Tindak Pidana
Korupsi terbukti secara sah dan meyakinkan dilakukan oleh terdakwa, yaitu menguntungkan diri sendiri
dan atau orang lain dalam hal ini setidak-tidaknya dana bantuan perbaikan akibat bencana alam banjir
sebesar Rp2.156.025.000,00 digunakan untuk kepentingan pribadi terdakwa maupun untuk orang lain;
menyalahgunakan wewenang dan kesempatan yang ada padanya dalam hal ini terdakwa selaku
Kepala Kantor Pengairan Kabupaten menyalahgunakan wewenang, sarana, kesempatan dengan tidak
melaksanakan proyek pekerjaan perbaikan akibat bencana alam banjir sesuai dengan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) Teknis yang telah disusun dan diusulkan kepada Bupati; menggunakan dana
bantuan perbaikan tersebut untuk kepentingan pribadi terdakwa dan atau orang lain.
2. Metodologi penghitungan kerugian negara yang digunakan oleh Penuntut Umum atas kasus tersebut
adalah metode perhitungan berdasarkan selisih antara nilai dana bantuan perbaikan akibat bencana
alam banjir yang telah dicairkan melalui Anggaran Dana Tak Tersangka APBD dibandingkan dengan
realisasi volume pekerjaan perbaikan akibat bencana alam banjir yang telah dilaksanakan dan sisa
dana bantuan perbaikan yang telah disetorkan ke Kas Daerah.
3. Penggantian kerugian negara dalam putusan hukum pidana sebesar Rp371.025.000,00 belum sesuai
dengan jumlah kerugian negara yang dihitung oleh Jaksa/Penuntut Umum sebesar Rp371.826.000,00.

Anda mungkin juga menyukai