Anda di halaman 1dari 4

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma tumpul kepala adalah segala bentuk kekerasan tumpul yang
menimpa kepala dan akan menyebabkan luka pada kulit kepala, tulang tengkorak
dan otak (Tasmono, 2011). Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan lalu lintas, jatuh/pukulan benda tumpul (IKABI, 2004).. Anamnesis
yang berhubungan dengan kejadian trauma dapat membantu dalam menentukan
mekanisme trauma (Sudiharto,2010).
Mekanisme trauma meliputi : tabrakan dari depan, terlempar ke luar
(ejeksi), dan benturan langsung. Mekanisme trauma yang terjadi pada
pengendara sepeda motor dan sepeda meliputi benturan frontal,
benturan lateral, dan laying the bike down (Sudiharto,2010).

Fraktur tengkorak adalah cedera fisik pada kepala, dimana gaya yang
ditimbulkan cukup signifikan untuk menimbulkan diskontinuitas tulang (Dolinak,
2005). Fraktur tulang tengkorak terbagi menjadi beberapa jenis.
Otopsi adalah pemeriksaan medis terhadap tubuh yang sudah meninggal
meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian dalam tubuh dengan
membuka rongga kepala, leher, dada, perut dan panggul serta bagian tubuh lain
bila diperlukan, disertai dengan pemeriksaan jaringan dan organ tubuh, baik
secara fisik maupun dengan dukungan pemeriksaan laboratorium, dengan tujuan
untuk menemukan adanya penyakit atau mengetahui penyebabnya, melakukan
interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, dan menerangkan penyebabnya,

serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan


dengan penyebab kematian (Afandi, 2009).
Pada otopsi kepala, pertama buat irisan pada kulit kepala, mulai dari
prosesus mastoideus, melingkari kepala ke arah puncak kepala (vertex) dan
berakhir pada prosesus mastoideus sisi lain. Pengirisan dibuat sampai pisau
mencapai periostium. Kemudian kulit kepala dikelupas sampai kurang lebih 1-2
cm di atas batas margo supraorbitalis dan ke arah belakang sampai sejauh
protuberantia occipitalis externa. Perhatikan dan catat kelainan yang terdapat baik
pada permukaan dalam kulit kepala maupun permukaan luar tulang tengkorak.
Tanda kekerasan, baik resapan darah maupun garis retak/patah tulang merupakan
kelainan yang biasa ditemukan (Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FK
UI, 2000).
Melalui otopsi, dapat diidentifikasi dengan jelas jenis-jenis fraktur
tengkorak yang terjadi pada korban. Bentuk fraktur linear atau kurvalinear
mencerminkan adanya kontak antara kepala dengan objek yang lebar atau rata
(Dolinak, 2005). Fraktur linear yang mengikuti garis sutura tulang tengkorak
disebut fraktur diastasis. Fraktur kominutif adalah fraktur yang terdiri dari banyak
garis fraktur sehingga membentuk banyak segmen fraktur (Skhrum, 2006).
Fraktur linear sederhana pada tengkorak bagian oksipital banyak
ditemukan pada korban jatuh, misalnya seseorang yang dalam keadaan intoksikasi
atau tidak sadar (Dolinak, 2005). Berbagai macam fraktur linear dapat terjadi pada
tulang oksipital, seperti fraktur vertikal yang meluas ke sutura oksipitalis, atau
fraktur horizontal yang menuju ke basal otak. Tulang temporal cenderung rapuh
untuk terjadi fraktur karena bentuknya yang tipis. Fraktur pada regio ini dapat

mengenai arteri meningea media yang berjalan intrakranial di bawah tulang ini
(Lumb, 2005).
Fraktur linear frontal sebagian besar berbentuk vertikal dan berlanjut ke
arah inferior (wajah) atau ke arah posterior (os parietal). Sebagian besar fraktur ini
hanya terjadi ke arah ipsilateral dari area kontak, namun ada juga sebagian kecil
yang melintasi garis pertengahan hingga ke arah kontralateral. Ke arah inferior,
fraktur dapat berlanjut ke berbagai arah: ke atap orbita melalui tonjolan
supraorbital, ke posterior melintasi fossa kranial anterior. Fraktur juga dapat
meluas ke bawah ke dalam orbita melintasi dinding medialnya, ke tulang
lakrimalis, dan ke arah maksila (Lumb, 2005).
Fraktur tengkorak depressed disebabkan oleh daya yang bersifat fokal,
kemudian menyebabkan indestasi (cekungan) dari tengkorak. Benturan dengan
objek yang lebih kecil dan padat, cenderung menimbulkan dampak pada tulang
dengan area yang kecil dan menekannya ke bawah ke arah jaringan otak,
membentuk fraktur tengkorak depressed (Dolinak, 2005). Fraktur mozaik terdiri
atas bagian-bagian area fraktur kominutif, depressed, dan linear, yang memiliki
pola berupa fraktur linear yang bersumber dari satu titik dan menyebar ke
sekelilingnya, dengan adanya celah fraktur penghubung antara fragmen-fragmen
linear tersebut, sehingga seolah-olah seperti jaring laba-laba (Lumb, 2005).
Ring fracture adalah fraktur sirkular pada basis kranii yang meluas
mengitari foramen magnum. Ring fracture mencerminkan gaya trauma yang
sangat kuat dan biasanya merupakan akibat dari salah satu mekanisme berikut :
kepala ditimpa dari atas dan menekan basis kranii dengan keras ke kolumna

spinalis, atau kolumna spinalis terdorong ke atas melalui basis kranii (Dolinak,
2005).
Classic hinge fracture disebabkan oleh trauma yang menyebabkan cedera
yang meluas hingga basis kranii, dari satu sisi ke sisi kontralateralnya. Pada
autopsi, setelah pengangkatan kalvaria, akan tampak bagian anterior dan posterior
dari tengkorak terpisah menjadi dua bagian. Biasanya hinge fracture meluas
melalui tulang petrosus temporal, menyeberangi fossa hipofisis, dan menuju
tulang petrosus temporal kontralateral (Lumb, 2005).
3.2 Saran
Melalui otopsi, dapat diidentifikasi secara langsung bentuk fraktur yang
terjadi pada tulang tengkorak. Temuan tersebut dapat dikaitkan dengan
mekanisme terjadinya trauma pada korban. Untuk penulisan makalah selanjutnya,
dapat dibahas mengenai hubungan antara mekanisme trauma dengan temuan
fraktur tengkorak pada otopsi.

Anda mungkin juga menyukai