Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH KORTIKOSTEROID ANTENATAL TERHADAP

PERTUMBUHAN JANIN DAN USIA KEHAMILAN SAAT BAYI LAHIR


Kellie E. Murphy, MD, Andrew R. Willan, PhD, Mary E. Hannah, MDCM, Arne
Ohlsson, MD, Edmond N. Kelly, MB, Stephen G. Matthews, PhD, Saroj Saigal,
MD, Elizabeth Asztalos, MD, Susan Ross, PhD, Marie-France Delisle, MD, Kofi
Amankwah, MD, Patricia Guselle, MSc, Amiram Gafni, DSc, Shoo K. Lee, MB,
BS, dan B. Anthony Armson, MD.
TUJUAN: Untuk memperkirakan pengaruh pemberian regimen multipel
kortikosteroid antenatal terhadap ukuran antropometri neonatus, berdasarkan usia
kehamilan saat bayi lahir dan faktor-faktor pengganggu lainnya, dan untuk
menentukan apakah terhadap hubungan dosis-respon antara jumlah regimen
kortikosteroid yang diberikan pada masa antenatal dengan ukuran antropometri
neonatus.
METODE: Penelitian ini merupakan analisis kedua dari Studi Pengaruh
Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal terhadap Kelahiran
Preterm,

suatu

penelitian

terkontrol

acak

secara

tersamar-ganda

yang

membandingkan antara pemberian regimen kortikosteroid tunggal dan multipel


pada masa antenatal untuk wanita dengan risiko persalinan preterm serta
membandingkan pada kelompok janin manakah dari janin-janin yang diberikan
regimen multipel kortikosteroid antenatal yang kemudian lahir dengan berat
badan yang lebih rendah, panjang badan yang lebih pendek, dan lingkar kepala
yang lebih kecil. Seluruh wanita (n=1,858) dan anak-anak (n=2,304) yang terlibat
dalam Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal
terhadap Kelahiran Preterm juga dilibatkan dalam analisis ini. Analisis regresi
linear multipel digunakan dalam penelitian ini.

HASIL: Dibandingkan dengan kelompok plasebo, neonatus pada kelompok


kortikosteroid antenatal lahir lebih cepat (estimasi perbedaan dan interval
kepercayaan [CI]: 0.428 minggu, CI 0.10264 hingga 0.75336; P = .01).
Berdasarkan usia kehamilan saat bayi lahir dan faktor-faktor pengganggu,
pemberian regimen multipel kortikosteroid antenatal berhubungan dengan
penurunan berat badan (33.50 g, CI 66.27120 hingga 0.72880; P = .45),
panjang badan (0.339 cm, CI 0.6212 hingga 0.05676; P = .019), dan lingkar
kepala (0.296 cm, 0.45672 hingga 0.13528; P<.001). Untuk setiap pemberian
regimen tambahan kortikosteroid antenatal, terjadi kecenderungan ke arah
penurunan bertahap berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala saat bayi lahir.
KESIMPULAN: Janin yang terpapar regimen multipel kortikosteroid antenatal
memiliki ukuran antropometri yang lebih kecil. Berkurangnya ukuran
antropometri tersebut sebagian disebabkan karena janin-janin tersebut lahir pada
usia kehamilan yang lebih muda, namun sebagian juga disebabkan karena
terjadinya hambatan pada pertumbuhan janin. Terakhir, ditemukan adanya
hubungan dosis-respon antara jumlah regimen kortikosteroid yang diberikan dan
penurunan pertumbuhan janin. Efek jangka panjang dari temuan ini belum
diketahui.

TINGKAT KEPERCAYAAN: II

Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal terhadap


Kelahiran Preterm merupakan suatu penelitian terkontrol acak, tersamar-ganda,
multisenter, dengan skala internasional yang membandingkan antara pemberian

kortikosteroid antenatal dengan regimen tunggal dan multipel pada wanita yang
berisiko tinggi mengalami persalinan preterm. Walaupun neonatus yang dilahirkan
oleh wanita dari kelompok kortikosteroid antenatal mengalami campuran berbagai
kondisi morbiditas (sindrom distres pernafasan berat, perdarahan intraventrikuler
[derajat III atau IV], leukomalasia periventrikuler, dysplasia bronkopulmonal, atau
enterokolitis nekrotikans) dan mortalitas yang sama dibandingkan dengan
neonatus yang dilahirkan oleh wanita dari kelompok plasebo (12.9%
kortikosteroid antenatal dibandingkan dengan 12.5% plasebo, odds ratio 1.04,
interval kepercayaan [CI] 0.77 1.39; P=.83), suatu tinjauan Cochrane
menemukan adanya penurunan risiko luaran komorbiditas neonatus yang serius
jika pemberian kortikosteroid antenatal diberikan secara berulang. Dalam Studi
Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal terhadap
Kelahiran Preterm, saat dibandingkan dengan kelompok plasebo, neonatus pada
kelompok kortikosteroid antenatal memiliki ukuran antropometri yang lebih kecil.
Mereka memiliki berat badan yang lebih kecil (2,216 g dibandingkan dengan
2,330 g; P=.003), panjang badan yang lebih pendek (44.5 cm dibandingkan
dengan 45.4 cm; P=.001), dan lingkar kepala yang lebih kecil (31.1 cm
dibandingkan dengan 31.7 cm; P=.001) saat lahir.
Usia kehamilan rata-rata saat bayi lahir adalah 34.5 minggu (deviasi standar
sebesar 3.6) untuk kelompok kortikosteroid antenatal dan 34.9 minggu (deviasi
standar sebesar 3.6) untuk kelompok plasebo. Kemungkinan, neonatus pada
kelompok kortikosteroid antenatal berukuran lebih kecil sebagian disebabkan
karena neonatus tersebut lahir prematur.

Tujuan utama dari analisis sekunder ini adalah untuk menentukan apakah
efek pemberian regimen multipel kortikosteroid antenatal terhadap ukuran
antropometri neonatus merupakan akibat efek langsung dari kortikosteroid
terhadap pertumbuhan janin, atau apakah hal ini disebabkan karena bayi lahir
pada usia kehamilan yang lebih muda, atau karena keduanya. Tujuan kedua adalah
untuk menentukan apakah terdapat hubungan dosis-respon antara jumlah regimen
kortikosteroid antenatal yang diberikan dan ukuran antropometri janin yang lebih
kecil.

BAHAN DAN METODE


Setelah pemberian kortikosteroid antenatal inisial, wanita hamil dengan usia
kehamilan 25 0/7 minggu atau lebih dan 32 6/7 minggu atau kurang yang masih
berisiko tinggi mengalami persalinan preterm 14 hingga 21 hari setelah pemberian
kortikosteroid antenatal inisial memenuhi kriteria inklusi untuk dilibatkan dalam
Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal terhadap
Kelahiran

Preterm.

kontraindikasi

untuk

Subjek

akan

mendapatkan

dieksklusikan

jika

kortikosteroid,

mereka

memiliki

memerlukan

dosis

kortikosteroid kronis, terbukti mengalami koriamnionitis, mengandung janin yang


diketahui mengalami kelainan kongenital yang letal, mendapatkan kortikosteroid
antenatal inisial sebelum usia gestasi 23 minggu, atau sebelumnya berpartisipasi
dalam Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal
Multipel terhadap Kelahiran Preterm. Wanita dengan kehamilan ganda dianggap
memenuhi kriteria inklusi untuk Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel
Kortikosteroid Antenatal Multipel terhadap Kelahiran Preterm jika salah satu

janinnya meninggal sebelum usia gestasi 13 minggu; namun, janin yang


meninggal tersebut tidak dianggap sebagai bagian dari kehamilan tersebut. Subjek
dianggap tidak memenuhi kriteria inklusi jika kematian janin terjadi pada salah
satu janin atau lebih setelah usia gestasi 13 minggu.
Setelah mendapatkan persetujuan dari masing-masing institusi serta
memperoleh informed consent, sebanyak 1,858 orang wanita dari 80 institusi dari
20 negara diacak dengan menggunakan suatu layanan pengacakan telepon 24-jam
untuk mendapatkan regimen multipel kortikosteroid antenatal yang akan
dibandingkan dengan plasebo setiap 14 hari hingga usia gestasi 33 6/7 minggu
atau hingga lahir (salah satu yang terjadi lebih dulu). Wanita yang terpilih untuk
kelompok kortikosteroid antenatal akan mendapatkan pemberian regimen multipel
betamethasone 12 mg per dosis via intramuscular dengan interval 24 jam. Wanita
yang terpilih untuk kelompok plasebo akan mendapatkan pemberian plasebo
dengan bentuk sediaan yang sama seperti betamethasone. Wanita pertama dipilih
secara acak pada tanggal 9 April 2001, dan wanita terakhir dipilih secara acak
pada tanggal 31 Agustus 2006 (Gambar 1). Kedua kelompok memiliki
karakteristik dasar yang sama, demikian juga dengan jumlah regimen obat yang
diberikan (Tabel 1). Sebagian besar wanita mendapatkan satu atau dua obat (74%
pada kelompok kortikosteroid antenatal dan 70% pada kelompok plasebo).
Luaran yang dinilai dari analisis sekunder ini adalah ukuran antropometri
neonatus (berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala pada saat kelahiran)
berdasarkan usia kehamilan pada saat bayi lahir dan variabel-variabel pengacau
lainnya. Informasi dari seluruh anak-anak yang terlibat dalam analisis Studi

Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal terhadap


Kelahiran Preterm juga dimasukkan ke dalam analisis sekunder ini.

Gambar 1. Profil Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid


Antenatal terhadap Kelahiran Preterm. *Janin yang meninggal pada
kehamilan ganda yang terjadi sebelum pengacakan.
Untuk menentukan apakah efek dari pemberian regimen multipel
kortikosteroid antenatal terhadap ukuran antropometri neonatus merupakan suatu
efek langsung dari kortikosteroid terhadap pertumbuhan janin atau apakah hal
tersebut disebabkan karena terjadinya kelahiran yang prematur, atau keduanya,
pertama-tama kami mencoba untuk membandingkan rata-rata usia kehamilan saat
bayi lahir pada kedua kelompok. Kemudian, kami melakukan analisis regresi
linear multipel untuk memperkirakan, pertama, efek dari pemberian regimen
multipel kortikosteroid antenatal (kelompok kortikosteroid antenatal dibandingkan
dengan kelompok plasebo) terhadap berat badan, panjang badan, dan lingkar
kepala saat bayi lahir dan, kedua, efek dari pemberian regimen multipel
kortikosteroid antenatal (kelompok kortikosteroid antenatal dibandingkan dengan
kelompok plasebo) terhadap berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala saat
bayi lahir, berdasarkan usia kehamilan saat bayi lahir serta variabel-variabel

pengacau lainnya (jenis kelamin neonatus [laki-laki dibandingkan dengan


perempuan], paritas [1 atau lebih dibandingkan dengan 0], riwayat merokok pada
ibu [ibu perokok dibandingkan dengan ibu bukan perokok], dan jumlah janin).
Tabel 1. Karakteristik Dasar Ibu Hamil dan Anak-Anak yang Dilibatkan dalam
Penelitian ini serta Jumlah Regimen Obat yang Diberikan

Data merupakan rata-rata deviasi standar atau n (%).


* Beberapa nilai luput dari variabel ini; persentase dihitung dari data yang tersedia.
Seluruh wanita yang mendapatkan regimen kortikosteroid antenatal sebelum penelitian; obat yang diteliti adalah
kortikosteroid antenatal pada kelompok kortikosteroid antenatal dan plasebo pada kelompok plasebo.

Terakhir, untuk menentukan apakah terdapat hubungan dosis-respon antara


jumlah regimen kortikosteroid antenatal dan penurunan berat badan, panjang
badan, dan lingkar kepala saat bayi lahir, dilakukan suatu analisis regresi linear
multipel yang meliputi jumlah regimen kortikosteroid antenatal (2, 3, 4, atau 5
masing-masing dibandingkan dengan 1), usia kehamilan saat bayi lahir, jenis
kelamin neonatus (laki-laki dibandingkan dengan perempuan), paritas (1 atau

lebih dibandingkan dengan 0), riwayat merokok pada ibu (ibu perokok
dibandingkan dengan ibu bukan perokok), dan jumlah janin.
Analisis yang dilakukan juga meliputi analisis random intercept untuk
menyesuaikan dengan dependensi dari kehamilan ganda. Pada setiap analisis,
kesalahan yang biasa ditemukan terdiri atas komponen antar-kehamilan dan
komponen intra-kehamilan. Karena efek dari usia kehamilan saat bayi lahir
terhadap luaran kemungkinan besar bersifat nonlinear, kami memasukkan variabel
ini ke dalam analisis secara linear dan kuadratik. Analisis regresi linear multipel
digunakan untuk memperkirakan perbedaan (dan CI) berat badan, panjang badan,
dan lingkar kepala saat bayi lahir antara kedua kelompok. Tingkat signifikansi
statistik dari penelitian ini adalah kesalahan two-tailed tipe I sebesar 0.05.
Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal
terhadap Kelahiran Preterm dibiayai oleh Institusi Penelitian Kesehatan Kanada.
Institusi Penelitian Kesehatan Kanada tidak berpartisipasi dalam desain,
manajemen, pengumpulan data, analisis data, atau interpretasi data dalam
penelitian ini. Institusi Penelitian Kesehatan Kanada tidak memiliki peran apapun
dalam menyusun makalah ilmiah ini atau dalam pengambilan keputusan untuk
menerbitkan makalah ini.

HASIL
Neonatus pada kelompok kortikosteroid lahir lebih cepat dibandingkan dengan
neonatus pada kelompok plasebo (usia kehamilan 34.51 minggu dibandingkan
dengan 34.94 minggu; estimasi perbedaan dan CI: 0.428 minggu, CI 0.75336
hingga 0.10264; P<.001). Berdasarkan usia kehamilan saat bayi lahir, neonatus
pada kelompok kortikosteroid antenatal memiliki berat badan yang lebih rendah

(estimasi perbedaan dan CI untuk kelompok kortikosteroid antenatal minus


plasebo: 35.30 g, CI 68.2868 hingga 2.3132; P=.036), panjang badan yang
lebih pendek (estimasi perbedaan dan CI untuk kelompok kortikosteroid antenatal
minus plasebo: 0.352 cm, CI 0.63816 hingga 0.06584; P=.016), dan lingkar
kepala yang lebih kecil (estimasi perbedaan dan CI untuk kelompok kortikosteroid
antenatal minus plasebo: 0.307 cm, CI 0.46968 hingga 0.14432; P<.001; Tabel
2). Koefisien linear positif yang sangat signifikan untuk usia kehamilan saat bayi
lahir menunjukkan, seperti yang telah dapat diperkirakan sebelumnya, bahwa
faktor pertumbuhan meningkat seiring dengan usia kehamilan. Namun, koefisien
kuaratik negatif yang sangat signifikan untuk panjang badan dan lingkar kepala
menunjukkan bahwa untuk faktor-faktor tersebut, peningkatan tersebut berkurang
seiring dengan usia kehamilan. Berdasarkan usia kehamilan saat bayi lahir dan
faktor-faktor pengacau lainnya, jika dibandingkan dengan kelompok plasebo,
kelompok kortikosteroid antenatal multipel berhubungan dengan penurunan
ukuran berat badan (estimasi perbedaan dan CI: 33.50 g, CI 66.27120 hingga
0.72880; P=.045), panjang badan (estimasi perbedaan dan CI: 0.339 cm, CI
0.62124 hingga 0.05676; P=.019), dan lingkar kepala (estimasi perbedaan dan
CI: 0.296 cm, CI0.45672 hingga 0.13528; P<.001 saat bayi lahir, Tabel 3).
Tabel 2. Efek Kelompok Terapi terhadap Berat Badan, Panjang Badan, dan
Lingkar Kepala saat Bayi Lahir, Berdasarkan Usia Kehamilan saat Bayi
Lahir

Data merupakan estimasi perbedaan (interval kepercayaan) kecuali dinyatakan berbeda.

Terakhir, berdasarkan usia kehamilan saat bayi lahir dan faktor-faktor


pengacau lainnya, terdapat kecenderungan terjadinya penurunan bertahap pada
berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala saat bayi lahir untuk setiap
pemberian regimen kortikosteroid antenatal tambahan (Tabel 4). Estimasi
perbedaan dan CI untuk dua regimen dibandingkan dengan satu regimen adalah
sebesar 26.58 g (CI 68.68080 hingga 15.52080; P=.22) untuk berat badan,
0.267 cm (CI 0.64528 hingga 0.11128; P=.17) untuk panjang badan, dan 0.294
cm (CI 0.50900 hingga 0.07820; P=.008) untuk lingkar kepala saat bayi lahir.
Sedangkan estimasi perbedaan dan CI untuk lima regimen dibandingkan dengan
satu regimen adalah sebesar 84.75 g (CI 164.73760 hingga 4.76240; P=.038)
untuk berat badan, 0.467 cm (CI 0.97464 hingga 0.04064; P=.071) untuk
panjang badan, dan 0.527 cm (CI 0.82501 hingga 0.22799; P<.001) untuk
lingkar kepala saat bayi lahir.
Tabel 3. Efek Kelompok Terapi terhadap Berat Badan, Panjang Badan, dan
Lingkar Kepala saat Bayi Lahir, Berdasarkan Usia Kehamilan saat Bayi
Lahir, Jenis Kelamin, Paritas, Riwayat Merokok pada Ibu, dan Jumlah
Janin

Data merupakan estimasi perbedaan (interval kepercayaan) kecuali dinyatakan berbeda.


* Tidak pada analisis akhir.

Tabel 4. Efek Jumlah Regimen Kortikosteroid Antenatal terhadap Berat Badan,


Panjang Badan, dan Lingkar Kepala pada Bayi Baru Lahir, Berdasarkan
Usia Kehamilan saat Bayi Lahir, Jenis Kelamin Neonatus, Paritas,
Riwayat Merokok pada Ibu, dan Jumlah Janin

Data merupakan estimasi perbedaan (interval kepercayaan) kecuali dinyatakan berbeda.


* Tingkat signifikansi statistik untuk berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala secara keseluruhan.
Tidak pada analisis akhir.

DISKUSI
Paparan regimen multipel kortikosteroid antenatal berhubungan dengan kelahiran
prematur. Pada tahun 1969, Liggins melaporkan bahwa paparan kortikosteroid,
pada domba, dapat menginduksi kelahiran preterm. Dia mengamati bahwa bayi
domba yang terpapar kortikosteroid terlihat lebih matang dibandingkan dengan
bayi domba yang tidak terpapar kortikosteroid. Pengamatan ini memunculkan
suatu hipotesis bahwa paparan kortikosteroid antenatal dapat mempercepat
pematangan paru janin. Hipotesis ini kemudian diuji dalam suatu penelitian
terkontrol acak oleh Liggins dan Howie. Perbedaan usia kehamilan saat bayi lahir
sebelumnya tidak pernah dijelaskan dalam penelitian terkontrol acak lainnya yang
meneliti tentang pemberian regimen kortikosteroid antenatal berulang. Dalam
beberapa penelitian, ditemukan perbedaan nonstatistik pada usia kehamilan saat
bayi lahir, dimana wanita yang secara acak mendapatkan kortikosteroid antenatal

kemudian melahirkan bayinya sebelum wanita hamil dari kelompok plasebo.


Kemungkinan, penelitian-penelitian sebelumnya tidak mengamati temuan ini
karena besar sampel yang lebih kecil (seperti: Eunice Kennedy Shriver National
Institute of Child Health and Human Development [NICHD]) atau karena pada
penelitian lainnya, akumulasi paparan kortikosteroid yang diberikan masih kurang
banyak (seperti: Kolaborasi Uji Coba Pemberian Dosis Berulang Kortikosteroid
Australia).
Meskipun telah dilakukan penyesuaian berdasarkan usia kehamilan saat
bayi lahir dan faktor-faktor lainnya yang diketahui berhubungan dengan
penurunan ukuran antropometri janin (merokok, nulliparitas dibandingkan dengan
multiparitas, kehamilan ganda dibandingkan dengan kehamilan tunggal),
pemberian regimen multipel kortikosteroid antenatal berhubungan terbalik dengan
pertumbuhan janin. Secara spesifik, ditemukan suatu hubungan dosis-respon yang
negatif; dimana paparan kortikosteroid yang lebih tinggi berhubungan dengan
penurunan yang lebih besar secara progresif pada berat badan, panjang badan, dan
lingkar kepala bayi baru lahir. Hal ini secara biologis dapat terjadi dan telah
terbukti pada berbagai penelitian terhadap hewan percobaan. Kortikosteroid
diketahui dapat merangsang diferensiasi yang menyebabkan terjadinya hiperplasia
seluler. Data dari penelitian acak lainnya juga telah menunjukkan adanya
hubungan ini. Walaupun penelitian NICHD tidak menunjukkan efek dari
pemberian regimen multipel kortikosteroid antenatal terhadap berat badan bayi
baru lahir, hal ini mungkin disebabkan karena kecilnya besar sampel yang
dilibatkan dalam penelitian tersebut. Neonatus yang terpapar empat atau lebih
regimen kortikosteroid antenatal memiliki berat badan lahir yang lebih rendah

dibandingkan dengan neonatus yang mendapatkan plasebo (2,400 g dibandingkan


dengan 2,561 g; P=.01); selain itu, lebih banyak neonatus dari kelompok
kortikosteroid antenatal dibandingkan dengan kelompok plasebo yang berada di
bawah persentil 10 (24% dibandingkan dengan 15%; P=.02). Dalam suatu
tinjauan sistematis Cochrane terkini, pemberian dosis berulang kortikosteroid
berhubungan dengan penurunan rata-rata berat badan lahir (rata-rata perbedaan
75.79 g, CI 95% 117.63 hingga 33.96, sembilan penelitian, 5,626 neonatus).
Terjadinya perbedaan efek regimen multipel kortikosteroid antenatal
terhadap pertumbuhan janin pada berbagai penelitian tentang kortikosteroid
antenatal

mungkin

disebabkan

karena

terdapatnya

perbedaan

paparan

kortikosteroid pada masing-masing penelitian tersebut. Sebagian besar wanita


yang terlibat dalam Kolaborasi Uji Coba Dosis Berulang Steroid dan Studi
Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal terhadap
Kelahiran Preterm hanya mendapatkan satu atau dua regimen obat yang diteliti
(65.7% untuk Kolaborasi Uji Coba Dosis Berulang Steroid; 72% untuk Studi
Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal terhadap
Kelahiran Preterm); namun, pemberian regimen berulang kortikosteroid antenatal
pada Kolaborasi Uji Coba Dosis Berulang Steroid Australia hanya terdiri dari satu
dosis betamethasone, sedangkan pada penelitian-penelitian lainnya (Guinn,
NICHD, dan Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid
Antenatal terhadap Kelahiran Preterm) regimen berulang yang diberikan terdiri
atas dua dosis betamethasone dengan interval 24 jam. Wanita yang terlibat dalam
Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal terhadap
Kelahiran Preterm mendapatkan regimen berulang kortikosteroid antenatal setiap

14 hari, sedangkan pada beberapa penelitian lainnya (Guinn, NICHD, dan


Kolaborasi Uji Coba Dosis Berulang Steroid Australia), para partisipan
mendapatkan regimen berulang kortikosteroid antenatal setiap 7 hari.
Efek jangka panjang dari berat badan yang lebih rendah dan ukuran
lingkar kepala yang lebih kecil saat kelahiran ini masih belum diketahui. Oleh
karena itu, sangat perlu untuk dilakukan follow-up jangka panjang terhadap anakanak yang terlibat dalam penelitian ini. NICHD melakukan pemantauan terhadap
anak-anak yang terlibat dalam penelitian mereka hingga usia 2 hingga 3 tahun.
Pada pemeriksaan follow-up tersebut, parameter neurokognitif dan fisik anak-anak
dari kelompok kortikosteroid antenatal tidak berbeda dibandingkan dengan anakanak dari kelompok plasebo; namun, terdapat sedikit peningkatan risiko serebral
palsi yang tidak signifikan pada anak-anak yang terpapar regimen kortikosteroid
antenatal setiap minggu (2.9% kortikosteroid antenatal dibandingkan dengan 0.5%
plasebo). Peneliti dari Kolaborasi Uji Coba Dosis Berulang Steroid Australis
melaporkan luaran dari anak-anak yang terlibat dalam penelitian tersebut setelah
mereka berusia 2 tahun. Luaran utama, yaitu angka kelangsungan hidup tanpa
kecacatan mayor, sama pada kedua kelompok. Namun, anak-anak yang terpapar
regimen kortikosteroid antenatal setiap minggu memiliki kebutuhan yang lebih
besar untuk menjalani pemeriksaan masalah atensi dibandingkan dengan anakanak dari kelompok kontrol (P=.04). Penilaian follow-up tentang kematian,
gangguan neurologis, dan ukuran antropometri pada usia 18 hingga 24 bulan
untuk anak-anak yang terlibat dalam Studi Pengaruh Pemberian Regimen
Multipel Kortikosteroid Antenatal terhadap Kelahiran Preterm memperlihatkan
hasil yang sama antara anak-anak dari kelompok kortikosteroid antenatal dan

kelompok plasebo. Walaupun hasil dari penelitian jangka panjang ini cukup
meyakinkan, namun skala penelitian ini terlalu kecil untuk menyingkirkan efek
samping dari pemberian regimen multipel kortikosteroid antenatal terhadap luaran
yang jarang namun serius. Kami teringat akan suatu penelitian terkontrol acak
tentang terapi kortikosteroid postnatal yang pada awalnya memperlihatkan
manfaat jangka pendek, namun kemudian seiring dengan waktu, setelah penelitian
jangka-panjang selesai dilakukan, ditemukan adanya suatu gangguan neurologis
yang serius. Sehubungan dengan kortikosteroid antenatal dalam penelitian kami
ini, kami berencana untuk melakukan penelitian follow-up jangka-panjang hingga
usia 5 tahun atau lebih, dan jika ditemukan, penelitian ini akan memberikan
informasi tambahan mengenai efek jangka-panjang dari pemberian regimen
multipel kortikosteroid antenatal. Terakhir, kami sedang melakukan suatu metaanalisis terhadap data masing-masing pasien. Meta-analisis ini akan memberikan
informasi tambahan mengenai hubungan antara kortikosteroid antenatal dan usia
kehamilan saat bayi lahir dan mengenai hubungan dosis-respon antara
kortikosteroid antenatal dan ukuran antropometri neonatus.
Kesimpulannya, janin yang terpapar regimen multipel kortikosteroid
antenatal dilahirkan lebih cepat dibandingkan dengan janin yang terpapar plasebo.
Selain itu, ditemukan suatu hubungan dosis-respon antara peningkatan jumlah
regimen kortikosteroid antenatal dan penurunan berat badan, panjang badan, dan
lingkar kepala saat bayi lahir. Arti penting secara klinis dari bayi yang dilahirkan
lebih kecil ini masih belum diketahui dengan pasti.
Sampai tersedia bukti ilmiah lebih lanjut, manfaat jangka-pendek dari
pemberian regimen multipel kotikosteroid antenatal terhadap neonatus, seperti

yang ditemukan dalam tinjauan Cochrane terkini, harus ditimbang dan


dibandingkan dengan kemungkinan risiko bahaya yang mungkin terjadi akibat
kecilnya berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala saat bayi lahir. Karena
tidak ditemukan adanya manfaat dari pemberian regimen multipel kortikosteroid
antenatal pada Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid
Antenatal terhadap Kelahiran Preterm, pemberian regimen multipel kortikosteroid
antenatal setiap 14 hari tidak direkomendasikan.

Anda mungkin juga menyukai