suatu
penelitian
terkontrol
acak
secara
tersamar-ganda
yang
TINGKAT KEPERCAYAAN: II
kortikosteroid antenatal dengan regimen tunggal dan multipel pada wanita yang
berisiko tinggi mengalami persalinan preterm. Walaupun neonatus yang dilahirkan
oleh wanita dari kelompok kortikosteroid antenatal mengalami campuran berbagai
kondisi morbiditas (sindrom distres pernafasan berat, perdarahan intraventrikuler
[derajat III atau IV], leukomalasia periventrikuler, dysplasia bronkopulmonal, atau
enterokolitis nekrotikans) dan mortalitas yang sama dibandingkan dengan
neonatus yang dilahirkan oleh wanita dari kelompok plasebo (12.9%
kortikosteroid antenatal dibandingkan dengan 12.5% plasebo, odds ratio 1.04,
interval kepercayaan [CI] 0.77 1.39; P=.83), suatu tinjauan Cochrane
menemukan adanya penurunan risiko luaran komorbiditas neonatus yang serius
jika pemberian kortikosteroid antenatal diberikan secara berulang. Dalam Studi
Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal terhadap
Kelahiran Preterm, saat dibandingkan dengan kelompok plasebo, neonatus pada
kelompok kortikosteroid antenatal memiliki ukuran antropometri yang lebih kecil.
Mereka memiliki berat badan yang lebih kecil (2,216 g dibandingkan dengan
2,330 g; P=.003), panjang badan yang lebih pendek (44.5 cm dibandingkan
dengan 45.4 cm; P=.001), dan lingkar kepala yang lebih kecil (31.1 cm
dibandingkan dengan 31.7 cm; P=.001) saat lahir.
Usia kehamilan rata-rata saat bayi lahir adalah 34.5 minggu (deviasi standar
sebesar 3.6) untuk kelompok kortikosteroid antenatal dan 34.9 minggu (deviasi
standar sebesar 3.6) untuk kelompok plasebo. Kemungkinan, neonatus pada
kelompok kortikosteroid antenatal berukuran lebih kecil sebagian disebabkan
karena neonatus tersebut lahir prematur.
Tujuan utama dari analisis sekunder ini adalah untuk menentukan apakah
efek pemberian regimen multipel kortikosteroid antenatal terhadap ukuran
antropometri neonatus merupakan akibat efek langsung dari kortikosteroid
terhadap pertumbuhan janin, atau apakah hal ini disebabkan karena bayi lahir
pada usia kehamilan yang lebih muda, atau karena keduanya. Tujuan kedua adalah
untuk menentukan apakah terdapat hubungan dosis-respon antara jumlah regimen
kortikosteroid antenatal yang diberikan dan ukuran antropometri janin yang lebih
kecil.
Preterm.
kontraindikasi
untuk
Subjek
akan
mendapatkan
dieksklusikan
jika
kortikosteroid,
mereka
memiliki
memerlukan
dosis
lebih dibandingkan dengan 0), riwayat merokok pada ibu (ibu perokok
dibandingkan dengan ibu bukan perokok), dan jumlah janin.
Analisis yang dilakukan juga meliputi analisis random intercept untuk
menyesuaikan dengan dependensi dari kehamilan ganda. Pada setiap analisis,
kesalahan yang biasa ditemukan terdiri atas komponen antar-kehamilan dan
komponen intra-kehamilan. Karena efek dari usia kehamilan saat bayi lahir
terhadap luaran kemungkinan besar bersifat nonlinear, kami memasukkan variabel
ini ke dalam analisis secara linear dan kuadratik. Analisis regresi linear multipel
digunakan untuk memperkirakan perbedaan (dan CI) berat badan, panjang badan,
dan lingkar kepala saat bayi lahir antara kedua kelompok. Tingkat signifikansi
statistik dari penelitian ini adalah kesalahan two-tailed tipe I sebesar 0.05.
Studi Pengaruh Pemberian Regimen Multipel Kortikosteroid Antenatal
terhadap Kelahiran Preterm dibiayai oleh Institusi Penelitian Kesehatan Kanada.
Institusi Penelitian Kesehatan Kanada tidak berpartisipasi dalam desain,
manajemen, pengumpulan data, analisis data, atau interpretasi data dalam
penelitian ini. Institusi Penelitian Kesehatan Kanada tidak memiliki peran apapun
dalam menyusun makalah ilmiah ini atau dalam pengambilan keputusan untuk
menerbitkan makalah ini.
HASIL
Neonatus pada kelompok kortikosteroid lahir lebih cepat dibandingkan dengan
neonatus pada kelompok plasebo (usia kehamilan 34.51 minggu dibandingkan
dengan 34.94 minggu; estimasi perbedaan dan CI: 0.428 minggu, CI 0.75336
hingga 0.10264; P<.001). Berdasarkan usia kehamilan saat bayi lahir, neonatus
pada kelompok kortikosteroid antenatal memiliki berat badan yang lebih rendah
DISKUSI
Paparan regimen multipel kortikosteroid antenatal berhubungan dengan kelahiran
prematur. Pada tahun 1969, Liggins melaporkan bahwa paparan kortikosteroid,
pada domba, dapat menginduksi kelahiran preterm. Dia mengamati bahwa bayi
domba yang terpapar kortikosteroid terlihat lebih matang dibandingkan dengan
bayi domba yang tidak terpapar kortikosteroid. Pengamatan ini memunculkan
suatu hipotesis bahwa paparan kortikosteroid antenatal dapat mempercepat
pematangan paru janin. Hipotesis ini kemudian diuji dalam suatu penelitian
terkontrol acak oleh Liggins dan Howie. Perbedaan usia kehamilan saat bayi lahir
sebelumnya tidak pernah dijelaskan dalam penelitian terkontrol acak lainnya yang
meneliti tentang pemberian regimen kortikosteroid antenatal berulang. Dalam
beberapa penelitian, ditemukan perbedaan nonstatistik pada usia kehamilan saat
bayi lahir, dimana wanita yang secara acak mendapatkan kortikosteroid antenatal
mungkin
disebabkan
karena
terdapatnya
perbedaan
paparan
kelompok plasebo. Walaupun hasil dari penelitian jangka panjang ini cukup
meyakinkan, namun skala penelitian ini terlalu kecil untuk menyingkirkan efek
samping dari pemberian regimen multipel kortikosteroid antenatal terhadap luaran
yang jarang namun serius. Kami teringat akan suatu penelitian terkontrol acak
tentang terapi kortikosteroid postnatal yang pada awalnya memperlihatkan
manfaat jangka pendek, namun kemudian seiring dengan waktu, setelah penelitian
jangka-panjang selesai dilakukan, ditemukan adanya suatu gangguan neurologis
yang serius. Sehubungan dengan kortikosteroid antenatal dalam penelitian kami
ini, kami berencana untuk melakukan penelitian follow-up jangka-panjang hingga
usia 5 tahun atau lebih, dan jika ditemukan, penelitian ini akan memberikan
informasi tambahan mengenai efek jangka-panjang dari pemberian regimen
multipel kortikosteroid antenatal. Terakhir, kami sedang melakukan suatu metaanalisis terhadap data masing-masing pasien. Meta-analisis ini akan memberikan
informasi tambahan mengenai hubungan antara kortikosteroid antenatal dan usia
kehamilan saat bayi lahir dan mengenai hubungan dosis-respon antara
kortikosteroid antenatal dan ukuran antropometri neonatus.
Kesimpulannya, janin yang terpapar regimen multipel kortikosteroid
antenatal dilahirkan lebih cepat dibandingkan dengan janin yang terpapar plasebo.
Selain itu, ditemukan suatu hubungan dosis-respon antara peningkatan jumlah
regimen kortikosteroid antenatal dan penurunan berat badan, panjang badan, dan
lingkar kepala saat bayi lahir. Arti penting secara klinis dari bayi yang dilahirkan
lebih kecil ini masih belum diketahui dengan pasti.
Sampai tersedia bukti ilmiah lebih lanjut, manfaat jangka-pendek dari
pemberian regimen multipel kotikosteroid antenatal terhadap neonatus, seperti