Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PERSALINAN LAMA


DI RSPAD GATOT SOEBROTO
Wiwit Wijayanti1

1
Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Kesehatan, Universitas MH. Thamrin
Alamat korespondensi:
Prodi DIII Kebidanan, Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin,
Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550
Telp: 021 8096411 ext 1501

ABSTRAK

Persalinan merupakan hal yang menyenangkan sekaligus menakutkan bagi ibu karena sarat dengan risiko terjadinya
morbiditas dan mortalitas, salah satu penyebabya adalah persalinan lama. Oleh karenanya perlu persiapan fisik dan mental
ibu yang salah satu caranya melalui senam hamil. Penelitian ini untuk mengetahui Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya persalinan lama di RSPAD Gatot Soebroto dari Desember 2009 – Desember 2010. Studi ini menggunakan
desain kasus kontrol demgan 117 kasus persalinan lama dan 117 kontrol. Data diperoleh dari catatan medis, Analisis data
dengan Regresi logistik. Ibu yang tidak melakukan senam hamil akan berisiko mengalami kejadian persalinan lama 7.9
kali dibandingkan ibu yang mengikuti senam hamil setelah dikontrol variabel tinggi badan dan paritas. Faktor determinan
persalinan lama adalah senam hamil, berat badan lahir , tinggi badan dan paritas.

Saran untuk mengenalkan dan memberikan penyuluhan pada setiap ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal
tentang manfaat senam hamil serta memotivasi ibu untuk mengikuti kegiatan senam hamil di RSPAD Gatot Soebroto
karena senam hamil hamil dapat menurunkan risiko terjadinya persalinan lama.

Kata Kunci :Persalinan lama, Senam hamil.

PENDAHULUAN Kelainan pada faktor tenaga bisa


disebabkan karena terjadinya his yang tidak sesuai
Menurut Maternal dan Neonatal Health (MNH) tahun dengan fasenya (inersia), his yang tidak teratur,
2002 kematian terbayak ibu di Indonesia terjadi dalam tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara
kurun waktu dua jam semasa atau pasca persalinan, yang kontraksi bagian-bagiannya (inkoordinate) dan his
disebabkan oleh perdarahan (45.2%), komplikasi aborsi yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga
(11.1%), sepsis post partum (9.6%) dan persalinan lama tidak ada relaksasi rahim (tetanik). Hal tersebut
(6.5%) sisanya karena eklamsia (12.9%) dan anemia (1.6%) dapat menyebabkan kemacetan persalinan atau
(Kasdu, 2007). sering disebut persalinan lama sehingga jika tidak
Persalinan adalah suatu proses alamiah dengan kehamilan segera ditangani dapat mengakibatkan ruptur uteri
cukup bulan. Rata-rata usia kehamilan 9 bulan 10 hari dan gawat janin, salah satu upaya yang dapat
atau sekitar 280 hari, dimulai dengan terjadinya dilatasi dilakukan yaitu dengan melakukan senam hamil
serviks sehingga terjadi proses lahirnya bayi dan sehingga diharapkan persalinan dapat berj alan
plasenta. Bayi dapat hidup di luar kandungan melalui dengan normal dan dapat dikendalikan
jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Winjosastro, 2006).
Namun jika persalinan berjalan lebih dari 24 jam Persalinan lama dalah salah satu penyebab paling
untuk seorang primi gravida dan atau 18 jam untuk umum untuk kesakitan ibu dan perinatal serta kematian di
seorang multigravida maka persalinan tidak lagi Negara- Negara berkembang. Menyadari penyebab
normal atau sering disebut dengan persalinan persalinan lama adalah penting dan komplikasi harus
lama, adapun penyebab persalinan lama adalah dicegah. Pencegahan hanya dapat dicapai melalui
kelainan letak janin, kela inan panggul, kelainan pendekatan multidisipliner yang bertujuan dalam jangka
faktor tenaga, terjadi ketidakseimbangan pendek untuk mengidentifikasi kasus berisiko tinggi dan
sefalopelvik, pimpinan persalinan yang salah dan dalam jangka panjang untuk meningkatkan gizi yaitu pada
primi tua primer atau sekunder (Manuaba, 2007). masa bayi, kanak-kanak, masa dewasa dini, dan yang
terpenting adalah masa kehamilan.

154
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
Menurut Depkes tahun 2004, ibu persalinan lama hamil mengikuti senam hamil dan belum pernah
yang rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia diperoleh dilakukan penelitian , Atas pertimbangan di atas penulis
proporsi 4,3% yaitu 12.176 dari 281.050 persalinan dan tertarik untuk melakukan penelitian faktor-faktor yang
CFR ibu akibat persalinan lama 0,7%. mempengaruhi persalinan lama di RSPAD Gatot Soebroto.
Dari hasil penelitian Khan di RS Pemerintah
Karachi tahun 1991-1994 diperoleh proporsi persalinan METODE
lama 2,6% yaitu 118 kasus dari 4.500 persalinan. Hasil Penelitian ini menggunakan metode kasus kontrol,
penelitian Daffalah dkk di RS Pendidikan Wad Medani yaitu dengan melihat pasien yang mengalami persalinan
Sudan tahun 1997-1999 diperoleh proporsi persalinan lama lama. Adapun yang menjadi pajanan dalam penelitian ini
1,3% yaitu 207 kasus dari 16.221 persalinan. adalah senam hamil. Pasien yang mengalami persalinan
Kehamilan bukanlah suatu alasan untuk lama ditelusuri riwayat kehamilanya (mengikuti senam
meninggalkan olahraga, karena dengan olahraga hamil atau tidak), sedangkan kontrolnya adalah persalinan
memungkinkan tubuh tetap bugar dan sehat. normal.
Walaupun sedang hamil tetaplah berolahraga tentu Penelitian ini dilaksanakan di RSPAD Gatot
saja olahraga yang dilakukan tidak seperti sebelum Soebroto DITKESAD, Jakarta Pusat. Dan dilaksanakan
hamil, artinya olahraga yang digunakan meski untuk pada bulan Mei – Juni 2011, dengan Dalam penelitian ini
menjaga kebugaran dan kesehatan, tetapi tidak boleh populasi kasus dan kontrol berasal dari tempat yang sama
membahayakan ibu hamil dan janinnya. Selama atau di RSPAD Gatot Soebroto, populasi adalah seluruh
program latihan intensitas menegah sampai tinggi yang ibu bersalin (primipara dan multipara) di RSPAD Gatot
dirancang dengan baik, kemampuan tubuh Soebroto DITKESAD dari 1 Desember 2009 sampai
mengantarkan dan menggunakan oksigen dan bergerak dengan 31 Desember 2010. Pengambilan sampel dengan
dengan ketahanan, kekuatan, elastisitas, keseimbangan, menggunakan simple random sampling dengan Jumlah
koordinasi dan efisiensi menjadi lebih baik, hasilnya sampel minimal yang diperoleh adalah 117 sampel,
tubuh tidak terlalu stres saat bekerja pada intensitas sehingga jumlah total sampel untuk kasus dan kontrol
yang lebih rendah sehingga bermanfaat dalam adalah 234 sampel. Dengan criteria inklusi sebagai berikut
mempertahankan aktifitas ketahanan tubuh selama Ibu dengan persalinan tunggal, Usia 15 – 45 tahun, Ibu
kehamilan, persalinan, kelahiran dan perawatan,serta dengan tinggi badan 145 cm atau lebih, Ibu tidak
dapat mengantarkan oksigen dan nutrisi ke janin selain terdeteksi risiko tinggi kehamilan, Ibu bersalin tanpa
itu olahraga dapat mengurangi perubahan hormon yang memperhatikan status kawinya, Ibu bersalin tanpa kelainan
dapat memicu timbulnya kontraksi rahim yang letak janin dan Usia kehamilan ibu saat bersalin 37 sampai
mengakibatkan keguguran (Varney dkk, 2007). dengan 41 minggu . Sedangkan Kriteria ekslusinya adalah
Hubungan senam hamil dengan persalinan akan Ibu bersalin dengan bayi kembar, ibu yang terdeteksi ada
menguntungkan baik fisik maupun mental, keuntungan risiko tinggi kehamilan dan Ibu yang sejak awal
latihan fisik adalah untuk meningkatkan dan direncanakan SC (sectio caesaria). variabel independen
memperbaiki sistem peredaran darah, khususnya ke utama yaitu senam hamil dan variabel independen lain
otot-otot sehingga meningkatkan kekuatan dari tonus yaitu karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas
otot serta meningkatkan sirkulasi darah ke uteroplasenta, ,tinggi badan, IMT) dan karakteristik janin (berat badan
sedangkan studi yang dilakukan pada tahun 2000 lahir) dengan variabel dependen (Persalinan Lama).
menyebutkan bahwa ibu yang tidak mengikuti Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis
senam hamil memiliki risiko 4,5 kali lebih besar bivariat dan analisis multivariat dengan regresi logistik
untuk melahirkan dengan sectio caesar ganda.
dibandingkan yang mengikuti senam hamil (Varney
dkk, 2007). HASIL
Latihan senam hamil tidak dapat dikatakan sempurna Sampel penelitian adalah pasien bersalin RSPAD
bila penyajiannya tidak disusun secara teratur yaitu Gatot Soebroto DITKESAD dari Desember 2009 sampai
minimal satu kali dalam seminggu yang dimulai saat umur dengan Desember 2010. Adapun Kriteria kasus adalah
kehamilan 24 minggu. Dengan mengikuti senam hamil persalinan lama dan persalinan normal. Jumlah persalinan
secara teratur dan intensif, wanita tersebut akan menjaga yang teridentifikasi sebagai kasus adalah 117 responden,
kesehatan tubuhnya dan janin yang dikandungnya secara kemudian dilakukan pemilihan kontrol sama dengan kasus
optimal (Evariny, 2007). (117 responden).
Senam hamil sendiri di Indonesia masih jarang Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol,
dilakukan hanya beberapa kota besar yang sudah peserta yang diikutsertakan dalam penelitian ini telah
melaksanakan senam hamil seperti Medan, memenuhi kriteria inklusi, adapun masalah yang dihadapi
Surabaya, Bandung dan jakarta termasuk RSPAD peneliti dilapangan selama penelitian berlangsung adalah
Gatot Soebroto DITKESAD, tetapi tidak semua ibu peneliti menggunakan data sekunder yaitu data rekam

155
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
medis sehingga ada keterbatasan, terutama pencarian rekam nama ibu sehingga dikhawatirkan
medis karena masih menggunakan system manual dan data terjadi bias. Untuk menghindari hal tersebut peneliti
senam hamil yang tidak tercantum dalam rekam medis . melakukan penelusuran dengan cara wawancara dengan
Setelah ditelusuri ke poli kebidanan, catatan hanya berupa responden melalui telepon.

Tabel 1
Distribusi Ibu Bersalin Berdasarkan Senam dan Frekwensinya
di RSPAD Gatot Soebroto DITKESAD
Variabel Kontrol Kasus
N % n %
Ibu yang mengikuti senam hamil 89 76.1 38 32.5
Ibu yang tidak mengikuti senam hamil 28 23.9 79 67.5
Total 117 100 117 100

Dari 234 reponden, kelompok kasus hanya 38 orang yang mengikuti senam hamil dibandingkan kelompok kontrol
yaitu sebanyak 89 responden(76.1%), sedangkan kelompok kasus yang tidak mengikuti senam hamil 28 (23.9%)
responden dan yang kelompok kontrol adalah 79 (67.5) responden

Tabel 2
Hubungan Karakteristik Ibu dan Bayi Dengan Risiko Terjadinya Persalinan Lama
di RSPAD Gatot Soebroto DITKESAD 2009/2010
Kontrol Kasus
(n= 117) (n= 117) OR 95% CI p
n % n %
Umur 0.86 0.398 - 1.849 0.846
Tidak berisiko 101 86.3 103 88.00
Berisiko 16 13.7 14 12.00
Pendidikan 1.07 0.638 - 1.803 0.895
Tinggi 50 42.7 48 41.10
Menengah 67 57.3 69 59.00
Pekerjaan 2.89 1.678 - 4.989 0.000
Bekerja 61 52.1 32 27.40
Tidak bekerja 56 47.9 85 72.60
Tinggi badan 3.37 1.551 - 7.306 0.003
>150 107 91.5 89 76.10
≤ 150 10 8.5 28 23.90
IMT 1.39 0.782 - 2.461 0.329
Baik 37 31.6 29 25
Kurang 80 68.4 87 75
Paritas 1.95 1.152 - 3.284 0.018
≥2 61 52.1 42 35.90
=1 56 47.9 75 64.10
Berat badan
lahir 2.65 1.403 - 4.987 0.004
< 3500 99 84.6 79 67.50
> 3500 18 15.4 38 32.50

Dari tabel 5.3 terlihat bahwa proporsi kasus yang presentase kasus pada usia reproduktif sehat (88 %) lebih
umurnya berisiko tinggi (12 %) lebih rendah dibandingkan tinggi dibandingkan presentase kontrol (86.3 %). Jika
kelompok kontrol yaitu (13.7%), namun sebaliknya ditinjau dari pendidikan ibu, pada kasus maupun kontrol
156
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
tidak banyak berbeda dengan pendidikan menengah (25 %) lebih rendah dari kontrol (31.6%) sedangkan
kontrol (57.3 %) dan kasus (59 %), sedangkan pada Indeks masa tubuh yang lebih (>25) dari kelompok kasus
pendidikan tinggi kontrol (42.7 %) dan kasus (41%). Pada (75 %) dan kelompok kontrol (68.4 %). Pada ibu dengan
kasus ibu yang bekerja (27.4%) jauh lebih rendah dari pada paritas rendah (1) kelompok kasus (64.1%) dan
kelompok kontrol (52.1%) namun sebaliknya presentase kontrol(47.9%) sedangkan pada paritas tinggi (>2)
kasus pada ibu yang tidak bekerja (72.6%) lebih tinggi darikelompok kasus (35.9%) dan kontrol (52.1%).
dibandingkan kelompok kontrol (47.9%). Tinggi badan ibu Karakteristik bayi baru lahir dengan berat badan
yang kurang atau sama dengan 150cm pada kasus (23.9%) >3500 gram pada kelompok kasus (32.55) lebih tinggi dari
lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (8,5%) kontrol (15.4%) sedangkan bayi baru lahir dengan berat
sedangkan tinggi badan ibu yang lebih dari 150 cm pada badan < 3500 gram pada kelompok kasus (67.5%) lebih
kasus (76.1%) dan pada kontrol (91.5%). Untuk Indeks rendah dibandingkan kontrol (84.6%).
massa tubuh yang normal (18.5 - 25) pada kelompok kasus

Tabel 3
Hubungan Karakteristik Ibu dan Bayi Dengan Risiko Terjadinya Persalinan Lama
di RSPAD Gatot Soebroto DITKESAD 2009/2010

Variabel B OR 95% CI p
Tidak Senam Hamil 2.1 7.9 4.211 – 14.720 .000
Tinggi badan< 150 0.4 1.5 0.795 – 2.691 .221
Paritas =1 1.7 5.6 2.343 – 13.157 .000
Constant -1.4 0.2 2.343 – 13.157 .000

Dari tabel diatas dapat dianalisis sebagai berikut, melakukan senam hamil akan berisiko mengalami kejadian
faktor confounding yang berkaitan dengan persalinan lama persalinan lama7.9 kali dibandingkan ibu yang mengikuti
adalah paritas, dan tinggi badan. Hasil analisis dari tabel senam hamil setelah dikontrol variabel tinggi badan dan
diatas adalah OR senam hamil 7.9 artinya ibu yang tidak paritas.

Tabel 4
Model Akhir

95% C.I.for EXP(B)


B S.E. Sig. Exp(B) Lower Upper
Tidak senham 2.018 .342 .000 7.5 3.853 14.700
Tidak bekerja 1.235 .342 .000 3.4 1.756 6.725
Tb < 150 1.980 .482 .000 7.2 2.814 18.636
Bbl> 3500 1.229 .408 .003 3.4 1.537 7.598
Paritas =1 .755 .344 .028 2.1 1.084 4.173
Constant -2.672 .428 .000 .07

Dari hasil analisis ternyata variabel yang dikontrol variabel kerja, berat badan lahir, senam hamil dan
berhubungan bermakna kejadian persalinan lama adalah paritas.
kerja, tb, bbl dan paritas. Hasil analisis yang didapat adalah Ibu yang memiliki bayi dengan berat lahir > 3500
OR senam hamil 7.5 artinya ibu yang tidak melakukan gram akan berisiko mengalami kejadian persalinan lama
senam hamil akan berisiko mengalami kejadian persalinan 3.4 kali dibandingkan ibu yang memiliki bayi dengan berat
lama 7.5 kali dibandingkan ibu yang mengikuti senam lahir < 3500 gram setelah dikontrol variabel kerja, senam
hamil setelah dikontrol variabel kerja, berat badan lahir, hamil, tinggi badan dan paritas. Sedangkan ibu yang tidak
tinggi badan dan paritas. bekerja akan berisiko mengalami kejadian persalinan lama
Ibu yang tinggi badanya < 150 cm akan berisiko 3.4 kali dibandingkan ibu yang bekerja setelah dikontrol
mengalami kejadian persalinan lama 7.2 kali dibandingkan variabel senam hamil, berat badan lahir, tinggi badan dan
ibu yang ibu yang tinggi badanya > 150 cm setelah paritas. Ibu dengan paritas rendah (p=1) mengalami
157
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
kejadian persalinan lama 2.1 kali dibandingkan ibu dengan uterus lebih optimal dan terkoordinasi disaat
paritas tinggi (p>2) persalinan. Senam hamil memberikan efek yang
positif terhadap pembukaan serviks dan aktivitas
PEMBAHASAN uterus yang terkoordinasi saat persalinan, persalinan
Menurut WHO dalam Hakimi (2010) kejadian lebih awal dan lebih singkat pada wanita yang
persalinan lama bervariasi antara 1 – 7 %. Menurut Depkes melakukan senam hamil dibandingkan dengan wanita
tahun 2004, ibu persalinan lama yang rawat inap di Rumah yang tidak melakukan senam hamil (Artal dkk,
Sakit di Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu 12.176 (1999).
dari 281.050 persalinan dan CFR ibu akibat persalinan Dari 234 responden, kelompok kasus hanya 38
lama 0,7%. Dari hasil penelitian Khan di RS Pemerintah orang (32.5%) yang mengikuti senam hamil lebih sedikit
Karachi tahun 1991-1994 diperoleh proporsi persalinan dibandingkan dikelompok kontrol yaitu sebanyak 89
lama 2,6% yaitu 118 kasus dari 4.500 persalinan responden (76.1%). Hasil analisa hubungan antara senam
Penelitian Rusmartini (2003) kejadian persalinan lama di hamil dengan persalinan lama adalah ibu yang saat hamil
RSIA Hermina Bekasi ditemukan 176 kasus dan bila rata- tidak mengikuti senam hamil memiliki risiko 7.9 kali untuk
rata persalinan rumah sakit tersebut perhari 8 orang maka terjadi persalinan lama dibandingkan dengan ibu yang saat
jumlah persalinan lama sekitar 5.6%. Peneltian lain oleh hamil mengikuti senam hamil. Hubungan ini bermakna
Amaliah (2004) tentang kejadian persalinan lama di Jawa secara statistic dengan p< 0.05.
Barat memperlihatkan kasus persalinan lama 6.4% . Hal ini sejalan dengan penelitian Rusmartini (2003)
Gambaran ini menunjukkan bahwa kejadian persalinan yang dilakukan di RSIA hemina menunjukkan bahwa
lama pada penelitian ini cukup tinggi dibandingkan dengan proporsi kasus yang tidak mengikuti senam hamil 83.9 %
temuan sebelumnya , kondisi ini dikarenakan RSPAD sedangkan proporsi kontrol yang tidak senam hamil sebesar
Gatot Soebroto DITKESAD merupakan rumah sakit tipe A 32.3%, ibu yang tidak melakukan senam hamil berisiko
dan rumah sakit rujukan pertama untuk angkatan darat secara bermakna untuk mengalami persalinan lama 3.61
sehingga kasus rujukan dari rumah sakit lain sangat banyak kali (CI 1.02 – 12.79) dibandingkan dengan ibu yang
sehingga dapat meningkatkan kasus persalinan lama, untuk senam hamil. Penelitian lain oleh Siska yulia (2006) yang
mengantisipasinya dapat digunakan partograf untuk menilai dilakukan di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang ini
kemajuan persalinan dan untuk mengidentifikasi ketika menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
intervensi diperlukan. Penelitian telah menunjukkan bahwa antara senam hamil dengan kejadian persalinan lama (nilai
menggunakan partograph dapat sangat efektif dalam p = 0,033) dengan OR sebesar 5,5 yang berarti bahwa
mengurangi komplikasi dari persalinan lama bagi ibu senam hamil dapat menurunkan kejadian persalinan lama
(perdarahan postpartum, sepsis, ruptur uterus, dll) dan sebesar 5,5 kali dibandingkan pada ibu yang tidak
untuk bayi yang baru lahir (kematian, anoksia, infeksi, dll). mengikuti senam hamil.
Hal ini telah terbukti efektif dalam mencegah persalinan Sebuah penelitian dokter di Trondheim University
lama, dalam mengurangi intervensi operatif dan dalam hospital di norwegia diperiksa 300 ibu hamil yang sehat
meningkatkan hasil neonatal. Persalinan lama, persalinan dan belum pernah melahirkan. Setengah dari wanita hamil
dengan tindakan, operasi caesar dan kematian janin tersebut yang berusia 20 sampai dengan 36 minggu
intrapartum dapat dikurangi dengan menggunakan diberikan latihan intensif otot panggul (latihan kegel), para
partograp tersebut. peneliti menyelidiki apakah latihan panggul dapat
mempengaruhi durasi persalinan dan mempersingkat waktu
Hubungan Senam hamil terhadap persalinan lama persalinan , wanita yang mendapat latihan intensif otot
Saat menghadapi persalinan umumnya ibu-ibu, panggul memiliki kontrol otot panggul dan fleksibilitas
baik yang belum pernah melahirkan ataupun yang sudah yang lebih besar, yang mengakibatkan persalinan lebih
pengalaman melahirkan dilanda rasa cemas dan panik. mudah. Laporan ini menunjukkan bahwa latihan panggul
Hal ini membuat otot-otot menjadi tegang, termasuk otot bisa mencegah kala dua dalam persalinan lama karena
pada jalan lahir, ketegangan bisa terjadi karena didapatkan hasil 38% wanita yang tidak mengikuti senam
stres atau ketakutan yang dapat menyebabkan hamil mengalai pemanjangan di kala II yang lebih dari 1
kakunya otot-otot dan persendian sehingga persalinan jam sedangkan wanita yang mengikuti senam hamil hanya
menjadi tidak wajar. Pengaruh senam hamil adalah 24 % yang mengalami pemanjangan kala II
untuk meningkatkan serta memperbaiki sistem (Salseven,2004).
peredaran darah, khususnya ke otot-otot, sehingga Jika dilihat dari beberapa hasil penelitian dapat
meningkatkan kekuatan dari tonus otot, selain itu juga disimpulkan kalau memang ada hubungan antara senam
meningkatkan sirkulasi darah ke uteroplasenta yang hamil dan persalinan lama sehingga para tenaga kesehatan
mengakibatkan perbaikan pertumbuhan otot uterus dan yang terlibat langsung dalam pemeriksaan senam hamil
perkembangan janin intrauterin. Pertumbuhan otot - untuk lebih memberikan penjelasan manfaat senam hamil
otot uterus yang optimal akan menyebabkan kondisi dan anjuran untuk mengikutinya. Namun karena
158
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
keterbatasan di rumah sakit RSPAD Gatot Soebroto 0,853<OR<3,652). Ini berarti bahwa ibu dengan umur <20
DITKESAD maka pelatih senam masih menjadi satu tahun atau >35 tahun memiliki risiko mengalami persalinan
dengan ruang pemeriksaan antenatal sehingga jika sedang lama 1,766 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu
banyak pasien yang berkunjung pelatihan senam hamil dengan umur 20-35 tahun tapi tidak bermakna secara
terpaksa tertunda, selain hal tersebut ruangan pelatihan statistik. Umur ibu yang terlalu muda atau tua dianggap
senam hamil yang kurang begitu luas mengakibatkan penting karena ikut menentukan prognosa persalinan
jumlah peserta senam terbatas maka untuk mengantisipasi karena dapat membawa risiko. Penelitian Siti Mulidah di
hal ini perlu disiapkan pelatih khusus untuk senam hamil Kabupaten Purworejo tahun 2002 menunjukkan umur ibu
sehingga senam hamil dapat dilakukan dengan rutin dan <20 atau >35 tahun memiliki risiko 0,58 kali lebih besar
sesuai dengan teori (1 minggu dilaksanakan 2 kali). Serta mengalami persalinan lama dibanding umur 20-35 tahun
menambah ruangan untuk senam hamil agar lebih dapat dan tidak bermakna secara statistik..
meningkatkan jumlah peserta senam hamil dan melengkapi
Jika dilihat dari jumlah responden yang diteliti,
fasilitas ruangan agar ibu hamil yang mengikuti senam
sebagian besar ibu hamil adalah kelompok usia reproduktif
hamil lebih nyaman seperti AC, media untuk penyuluhan
yaitu 20 sampai 35 tahun sehingga dapat dimungkinkan
kesehatan .
kejadian persalinan lama akan lebih banyak pada kelompok
ini.
Hubungan Karakteristik Ibu terhadap Risiko
Terjadinya Persalinan Lama 2. Pendidikan
1. Umur Pendidikan merupakan variabel dari kelas social
Di kedua ujung masa reproduksi, usia ibu yang sering dihubungankan dengan angka kesakitan dan
mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Menurut national kematian. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan
center for health statistics (Smith dkk, 1999),sekitar 13% semakin tinggi juga pengetahuan seseorang tentang semua
persalinan terjadi pada wanita usia antara 15 sampai 19 hal yang berhubungan dengan kesehatan , karena wawasan
tahun. Remaja memiliki kemungkinan lebih besar dan pola pikir seseorang lebih baik dari pada yang tidak
mengalami anemia, dan berisiko lebih tinggi memiliki janin berpendidikan. Hubungan ini tidak bermakna secara
yang pertumbuhanya terhambat, persalinan prematur, dan statistic dengan p> 0.05. Hasil penelitian ini sejalan dengan
angka kematian bayi yang lebih tinggi (Fraser dkk,1995) penelitian Rusmartini (2003) yang menunjukkan bahwa
sedangkan pada persalinan biasanya terjadi distosia faktor pendidikan tidak berhubungan dengan terjadinya
servikalis yaitu persalinan tidak maju karena servik kaku, persalinan lama, nilai p > 0.05. namun tidak sesuai dengan
tidak membuka karena tidak adanya relaksasi sehubungan penelitian Hasil penelitian Mulidah (2002) pendidikan ibu
dengan incoordinate uterine action primer atau karena yang rendah (<SMP) mempunyai risiko 6 kali lebih tinggi
kekakuan perineum. Karena tidak direncanakan , sebagian untuk mengalami persalinan lama dibandingkan dengan ibu
besar kehamilan remaja jarang mendapat konseling dengan pendidikan tinggi (>SMP) . dan Penelitian Irsal dan
prakonsepsi. (Varney dkk, 2008). Hasibullah pendidikan ibu rendah memberikan risiko 9.3
Saat ini, sekitar 10% kehamilan terjadi pada kali lipat untuk mengalami kala II yang lebih lama. Hal ini
kelompok usia 35 tahun keatas, wanita yang lebih tua lebih kemungkinan besar dikarenakan ibu yang bersalin di
besar kemungkinanya meminta konseling prakonsepsi baik RSPAD Gatot Soebroto DITKESAD tingkat pendidikanya
karena wanita tersebut telah menunda kehamilan dan menengah keatas, Hull dan Pratomo (1990) melaporkan ibu
sekarang ingin mengoptimalkan kehamilanya, atau sebelum yang melahirkan di rumah sakit dikota besar 50% relative
terapi infertilitas. Dahulu istilah gravida tua digunakan berpendidikan tinggi. Pendidikan berpengaruh pada cara
untuk mendefinisikan wanita usia lebih dari 35 tahun, dan berpikir, tindakan, dan pengambilan keputusan seseorang
kelainan tertentu pada hasil akhir kehamilan persalinan dalam menggunakan pelayanan kesehatan, semakin tinggi
yaitu distosia karena kelainan tenaga yang terkait usia pendidikan ibu maka akan semakin baik pengetahuanya
memang mulai meningkat pada kelompok usia ini. terhadap kesehatan (Dep kes, 1998).
Penelitan- penelitan awal mengisyaratkan bahwa wanita
berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami 3. Pekerjaan
penyulit obstetris serta morbiditas dan mortalitas perinatal. Status pekerjaan ibu mencerminkan keadaan sosial
Bagi wanita berumur yang mengidap penyakit kronik atau ekonomi keluarga, berdasarkan jenis pekerjaannya tersebut
yang kondisi fisiknya kurang, risiko ini sangat mungkin dapat dilihat kemampuan keluarga terutama dalam
terjadi. Namun bagi wanita yang beratnya normal, secara pemenuhan makanan bergizi. Khususnya bagi ibu hamil,
fisik bugar dan tanpa masalah medis, risikonya jauh lebih pemenuhan kebutuhan makanan bergizi sangat berpengaruh
rendah dari pada yang sebelumnya dilaporkan. terhadap kehamilannya. Kekurangan gizi dapat berakibat
Penelitian Amirudin (2006) menunjukkan hasil buruk pada ibu maupun bayinya.
analisis risiko umur ibu terhadap kejadian persalinan lama Hal ini sejalan dengan penelitian Rusmartini (2003)
memperlihatkan nilai OR= 1,766 (95% CI: menunjukkan bahwa ibu hamil yang tidak bekerja dan tidak
159
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
senam saat hamil berpotensi 7.59 kali untuk menjadi kasus Kerugianya sifat-sifat seperti umur yang sangat
persalinan lama dibandingkan dengan ibu yang bekerja dan muda dan sangat tua, primiparitas, grandemultiparitas,
mengikuti senam saat hamil. Penelitian lain oleh berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan, tubuh
Djalalluddin dkk (2004) menunjukkan bahwa ibu hamil pendek, sering dibicarakan sebagai faktor risiko universal
tidak bekerja selama kehamilanya berpotensi 1.71 kali yang dihubungkan dengan semua atau paling tidak
terjadi persalinan lama dibandingkan ibu hamil yang sebagian besar sebagai penyulit pada kehamilan. Wanita
bekerja dan penelitian di RSIA Badrul Aini Medan oleh yang tinggi badanya yang kurang dari 145 dianggap
Abdi tahun 2002-2006 dengan desain penelitian case series berisiko untuk terjadi CPD (cephalo pelvic disproportion)
yang menyatakan bahwa ibu dengan persalinan tak maju dibandingkan wanita yang memiliki tinggi badan lebih dari
pekerjaan terbanyak pada ibu rumah tangga (70%). Hal ini 145cm. Contoh kasus wanita dengan kenaikan berat badan
terjadi karena aktifitas ibu rumah tangga dianggap relatif cukup tinggi mungkin risiko melahirkan bayi dengan
lebih ringan dibandingkan ibu yang bekerja diluar rumah retardasi pertumbuhan dalam rahim lebih rendah, namun
oleh sebab itu ibu rumah tangga diharapkan mau berisiko untuk dapat mengakibatkan CPD (cepallopelvic
meningkatkan aktifitas seperti jalan-jalan pagi, mengepal disproportion) atau persalinan lama (Varney, 2008).
dengan jongkok akan membantu menguatkan otot panggul
yang berfungsi pada persalinan. Hal ini sejalan dengan Penelitian Rusmartini
(2003) yaitu presentase ibu dengan tinggi badan ≤ 150 cm
4. Paritas pada kasus 16.9 %lebih tinggi dibandingkan kontrol(4%).
Penelitian Retnowati (2005) menunjukkan bahwa Dilihat dari kekuatan hubungan tinggi badan ibu
ada hubungan antara paritas dengan komplikasi persalinan mempunyai hubungan terhadap persalinan lama dengan p
(p 0.003). Penelitian lain yang sejalan yaitu Amirudin 0.003 dan odds ratio 5. Banyak penelitian yang menguji
(2006) menunjukkan hasil analisis risiko paritas terhadap langkah-langkah antropometrik sebagai prediktor
kejadian persalinan lama memperlihatkan nilai OR= 3,441 disproporsi Fetomaternal memberikan bukti bahwa seorang
(95% CI: 1,992<OR<6,159). Ini berarti bahwa ibu dengan wanita lebih pendek, semakin besar kemungkinan adalah
paritas 1 memiliki risiko mengalami persalinan lama 3,441 ketidakseimbangan yang signifikan antara janin dan
kali lebih besar dibandingkan dengan paritas >1dan panggul ibu, yang mengakibatkan terjadinya persalinan
bermakna secara statistik. Ibu paritas 1 cendrung lebih lama lama. Meskipun ketinggian ibu dapat memprediksi risiko
mengalami pembukaan lengkap dibanding ibu dengan persalinan lama, juga merupakan indeks kesehatan umum
paritas >1. Penelitian Siti Mulidah di Kabupaten wanita dan status gizi dari masa kecilnya, di mana faktor
Purworejo tahun 2002 bahwa ibu dengan paritas I genetik memainkan peran utama.
cenderung lebih besar risikonya mengalami persalinan lama
sebesar 3,45 kali dan bermakna secara statistik. Soeprono Dengan demikian, ketinggian tertentu harus terkait
(1987) menyatakan bahwa insiden persalinan lama pada dengan latar belakang genetik sendiri pasien. Hal ini
berbagai paritas menunjukkan hasil yang berbeda dan ditunjukkan oleh berbagai sumber yang telah diidentifikasi
secara statistik sangat bermakna (p=0,001). Paritas dalam studi yang berbeda sebagai yang berhubungan
merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan dengan atau memprediksi peningkatan risiko persalinan
janin baik selama kehamilan maupun selama persalinan. lama. Misalnya, asosiasi telah diidentifikasi untuk
Pada ibu dengan primi para (wanita yang melahirkan bayi ketinggian ≤ 150-153 cm di Ghana, <155 cm di Burkina
hidup pertama kali), karena pengalaman melahirkan belum Faso , <156 cm di Denmark , ≤ 150 cm di Kenya, <146 cm
ada maka kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi di Tanzania , dan <140 cm di India ; kelahiran sesar
cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir diperkirakan dengan ketinggian <160 cm di Zimbabwe dan
(passage) dan kondisi janin (passanger). Informasi yang ≤ 157 cm di Amerika Serikat (Konje dan Ladipo, 2000).
kurang tentang persalinan bisa juga mempengaruhi proses 6. IMT
persalinan. Prevalensi persalinan lama bervariasi dari satu
5. Tinggi Badan negara ke negara lain, tetapi lebih umum di negara-negara
Setiap wanita memiliki risiko yang dapat berkembang karena kurangnya fasilitas perawatan
merugikan jiwanya maupun janin maupun janin yang kesehatan yang memadai , gizi buruk, kemiskinan, dan
dikandungnya hanya saja memiliki derajat risiko yang faktor sosial ekonomi dan budaya yang menentang
bervariasi. Faktor risiko bisa berhubungan dengan ortodoks perawatan dan pemeriksaan pada saat kehamilan.
karakteristik individu wanita tersebut. Faktor risiko Di negara-negara berkembang, kejadian persalinan
mempunyai hubungan spesfik dengan akibat yang sulit untuk memperkirakan, terutama karena prosedur
dihasilkan, walaupun beberapa tumpang tindih dapat terjadi pengumpulan data sekunder kurang dan karena kebanyakan
namun sifat yang berhubungan dengan risiko yang lebih studi yang dilaporkan adalah berdasarkan data dari yang
tinggi dari satu akibat bisa tidak berhubungan dengan risiko besar, rumah sakit tersier. Namun demikian, insiden
tinggi pada akibat lainya. persalinan lama dilaporkan bervariasi dari 1-2/100
160
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
persalinan di Nigeria untuk 3 / 100 persalinan di India . dengan OR 7.5 yang berarti ibu yang tidak mengikuti
Perkiraan insiden ini adalah independen dari angka senam hamil berpeluang meningkatkan risiko persalinan
kelahiran sectio caesaria karena sebagian besar persalinan lama sebanyak 7.5 kali dibandingkan ibu yang mengikuti
lama di negara berkembang masih dirawat dengan senam hamil. Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian
penanganan yang lambat daripada oleh persalinan sectio Salseven (2004) yang menunjukkan bahwa latihan panggul
caesaria (JC Konje observasi tidak diterbitkan, 1998). bisa mencegah kala dua dalam persalinan lama karena
Janin didalam kandungan memerlukan zat gizi, karena didapatkan hasil 38% wanita yang tidak mengikuti senam
janin harus mendapatkan nutrisi yang baik, maka ibu juga hamil mengalai pemanjangan di kala II yang lebih dari 1
harus mengkonsumsi makanan yang baik karena hanya ibu jam sedangkan wanita yang mengikuti senam hamil hanya
yang dapat memenuhi kebutuhan janin. 24 % yang mengalami pemanjangan kala II.

Hubungan Karakteristik bayi terhadap Risiko KESIMPULAN


Terjadinya Persalinan Lama
Ibu yang tidak melakukan senam hamil akan
Berat Bayi Lahir berisiko mengalami kejadian persalinan lama 7.9 kali
Hasil analisa hubungan antara berat badan lahir dibandingkan ibu yang mengikuti senam hamil setelah
dengan persalinan lama adalah ibu yang memiliki anak dikontrol variabel tinggi badan dan paritas. Variabel yang
dengan berat badan lahir lebih dari 3500 gram memiliki meningkatkan risiko untuk persalinan lama adalah senam
risiko 2.65 kali untuk terjadi persalinan lama dibandingkan hamil , tinggi badan, kerja, berat badan lahir dan paritas.
dengan ibu yang memiliki bayi dengan berat badan lahir < Untuk wanita hamil yang memiliki tinggi badan kurang
3500 gram. Hubungan ini bermakna secara statistic dengan dari 150 cm memiliki risiko 7.2 kali untuk terjadi
p< 0.05. Hal ini sejalan dengan penelitian Rusmartini persalinan lama dibandingkan dengan ibu yang tinggi
(2003) bahwa ibu yang melahirkan bayi yang berat lahirnya badanya lebih dari 150 cm , ibu yang tidak bekerja
>3500 gram memiliki risiko terjadi persalinan lama 2.17 memiliki risiko persalinan lama 3.4 kali dibandingkan ibu
kali dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi dengan yang bekerja, ibu dengan paritas rendah memiliki risiko
berat badan <3500 gram. Nilai dari latihan selama terjadi persalinan lama 2.1 kali dibandingkan ibu dengan
kehamilan adalah kontroversial, baik manfaat dan risiko paritas tinggi dan ibu yang memiliki berat badan lahir lebih
telah dihipotesiskan. Sebagai bukti empiris yang sedikit, dari 3500 gram memiliki risiko 3.4 kali terjadi persalinan
masalah yang diselidiki dalam penelitian prospektif yang lama dibandingkan ibu yang memiliki berat badan lahir
dinilai dampak pada pertumbuhan janin latihan ibu di setiap kurang dari 3500 gram.
trimester kehamilan, pada penelitian Kardel dan Kase Bagi RSPAD Gatot Soebroto DITKESAD:
mendapatkan hasil tidak ada perbedaan berat badan bayi Menyiapkan pelatih khusus untuk senam hamil sehingga
lahir antara ibu yang ikut senam, bekerja dengan intensitas senam hamil dapat dilakukan dengan rutin dan sesuai
tinggi dan sedang. Penelitian Campbel mendapatkan hasil dengan teori (1 minggu dilaksanakan 2 kali). Menambah
ibu yang mengikuti senam hamil > 5 kali mendapatkan ruangan untuk senam hamil agar lebih dapat meningkatkan
berat badan lahir lebih baik (OR 4.61). Berat badan lahir jumlah peserta senam hamil. Melengkapi fasilitas ruangan
sangat mempengaruhi proses persalinan karena semakin agar ibu hamil yang mengikuti senam hamil lebih nyaman
besar berat lahir seorang bayi akan mempengaruhi tenaga seperti AC, media untuk penyuluhan kesehatan .
ibu serta risiko dalam persalinan misalnya distosia bahu. Bagi Kementerian Kesehatan: Perlu adanya kebijakan dari
Pusat tentang pentingnya latihan senam hamil selama
Faktor Dominan Yang Meningkatkan Risiko Kejadian kehamilan disetiap rumah sakit, puskesmas, dan rumah
Persalinan Lama bersalin. Untuk lebih mempromosikan tentang pentingnya
Hasil analisis multivariat regresi logistik dengan senam hamil kemasyarakat melalui berbagai media seperti
model faktor risiko, faktor confounding yang berkaitan CD, lembar balik, brosur dan lain – lain. Sedangkan untuk
dengan persalinan lama adalah paritas dan tinggi badan. peneliti perlu dilakukan penelitian lanjut dengan melihat
Adapun OR yang diperoleh adalah 7.9 artinya ibu yang frekwensi senam hamil sehinga bisa mengetahui frekwensi
tidak mengikuti senam hamil berisiko7.9 kali mengalami senam hamil yang bisa memberikan dampak pada
kejadian persalinan lama dibandingkan dibandingkan persalinan., perlu dilakukan penelitian lanjut tentang
dengan ibu yang mengikuti senam hamil. Sedangkan hasil variabel lain seperti ketuban pecah dini, penolong
analisis dengan model faktor prediksi hasinya tidak berbeda persalinan, genetik, faktor jalan lahir dan lain-lain yang
jauh dengan hasil analisis dengan model prediksi bahwa berhubungan dengan persalinan lama selain senam hamil.,
variabel yang meningkatkan risiko untuk persalinan lama perlu dilakukan penelitian tambahan agar mengetahui
adalah senam hamil, tinggi badan, kerja,berat badan lahir pengaruh senam hamil dengan persalinan lama secara tepat
dan paritas. Variabel yang paling dominan meningkatkan agar dapat digeneralisasikan untuk semua rumah sakit.
kejadian persalinan lama adalah variabel senam hamil

161
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 1998. Ksejahteraan Ibu. Pedoman pelaksanaan
Peringatan Hari sedunia ke 50. Panitia pusat
Abdi, S., 2007. Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Partus peringatan HKS. Jakarta.
Tak Maju di Rawat Inap RSIA Badrul Aini Medan
Tahun 2002-2006. Skripsi, FKM USU .Medan. Depkes, 2004. Distribusi Penyakit Kehamilan, Persalinan
dan Masa Nifas Pasien Rawat Inap Menurut
Amaliah, lilah. 2004. Hubungan antara penolong Golongan Sebab Sakit di Indonesia.
persalinan dengan kejadian persalinan lama di http://www.bankdata.depkes.go.id
jawa barat. Tesis. UI : Depok.
Eillen, Brayshaw. 2003. Exercise for pregnancy and
American College Of Obstetricians and Gynecologist childbirth. Book for Midwifes.
(ACOG). 2002. Guidelines of the American College
of Obstetricians and Gynecologists for exercise Evariny. 2007. Terapi Hipnobirthing, melahirkan tanpa
during pregnancy and rasa sakit. Aviable at http://www.hpno_birthing
the postpartum period. Department obstetrics and .com
Gynecology.
Fraser, Wd.,Cayer,M.,Soeder, BM.,Turcot, L.,Marcoux,
Amiruddin. 2006.Faktor risiko kejadian partus lama di 2002. Risk factor for difficult delivery in nullipara
RSIA Siti Fatimah Makasar. Artikel Ilmiah with epidural analgesia in secondstage of labor,
Am College Obstet Gynecol,2002, vol 99
Anonym, 2011.Risk factor present before pregnancy, http;//
www.merck.com diakses 19 juni 2011 Gessessew A, Mesfin M, 2003. Obstructed Labor in
Adigrat Zonal Hospital, Tigray Region, Ethiopia.
Ariawan, Iwan. 1997. Besar dan Metode Sampel pada Ethiop.J.Health Dev. Vol. 17 No.3, 2003.
Penelitian Kesehatan. UI : Depok. http://www.ajol.info.

Ariawan,Iwan. 2008. Analisis Data Kategori. UI : Depok. Hakimi. 2010. Patologi dan fisiologi persalinan.Yayasan
Essential Medika:Yogyakarta.
Artal R and Toole MO, 2003. Exercise in pregnancy. Br J
Sport BMJ publishing group & British Association Hatch, Maureen dkk, Maternal exercise during pregnancy
of sport and exercise Medicine physical fitness and fetal growth, Department of
Obstetrics and ginecology, Columbia.
Benson, Ralph C., & Pernoll, Martin L. 2009. Buku saku
obstetric dan ginekologi EGC: Jakarta. Hastono, priyo Sutanto. 2007. Analisis Data Kesehatan. UI :
Depok.
Campbell, Karen and Mottolla Michele, 1993, factor
Predictive of follow up Clinic attendance and IPG, Supriatmaja. 2007. Hasil Penelitian Senam
Developmental Outcome in a Regional Cohort of Hamil dan Lama Persalinan: Pengaruh
very Low birth weight Infants. Am J. Epidemiology Senarn Hamil Terhadap Persalinan Kala I dan
11.Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Cunningham, F. G., & Gant N.F., Leveno K. J., & Gilstrap
Fakultas UNUD, Denpasar
L. C., Hauth J. C.,& Wenstrom K. D. 2006. Obstetri
William Edisi 21. EGC : Jakarta. Irsal A dan Hasibuan S . 2011. factor – faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian kala II lama, bagian
Damayanti, Siska Yulia. 2006.Hubungan senam hamil
obstetric dan ginecology FK UGM, http:
dan persalinan lama .Skripsi. Undip: Semarang.
//www.obgyn-ugm.com, diakses tanggal 5 Mei
Daffalah, et al, 2003.Obstructed Labor in a Teaching 2011
Hospital in Sudan. Saudi Medical Journal. Vol. 24
J Clin Nurs. 2005. The negative birth experience of
No. 10, 2003. http://www.smj.org
prolonged labour ; a cassreferent
Djalalluddin, Hakimi, Suharyanto, 2004. “Faktor Risiko study.Department of Nursing, Umeå University,
Ibu Untuk Terjadinya Partus Lama di RSUD Ulin Umeå, Sweden. 579-86
Banjarmasin Dan RSU Ratu Zalecha Martapura,
Kasdu, Dini. 2007. Solusi dan Problem kebidanan. Puspa
Majalah Sains Kesehatan, 17 ( Januari 2004), hlm
swara : Jakarta.
13-23.

162
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
Kardel, Kristin R and kase T,1998. Training in pregnant Read AW, Prendville WJ, Dawes VP,and Stanley FJ. 1994.
women : Effect on a fetal development and birth. Caesarian section and operative vaginal delivery
Am J Obstetri gyneccology in low risk primi paraos women, western Australia,
Am Journal of public health, 1994, vol 1
Kleinbaum DG, Logistic Regression A :Self-Learning Text,
Spinger- verlag New York, Inc, 1994. P:2-30. Retnowati, Ima.2005., Hubungan faktor – faktor ibu
dengan kejadian komplikasi persalinan di wilayah
Khan, A., 1997. A Study of Obstructed Labor Cases at kerja puskesmas besi kabupaten Sragen bulan
Civil Hospital, Karachi. Pakistan Journal of Surgery. Oktober tahun 2005.Skripsi. Universitas
Vol. 13 No. 2, juni 1997. http://www.pjs.com diponegoro Semarang.
Kjaergaar, Dykes. 2006. Prolong labour when and why Rusmartini. 2002. Hubungan senam hamil dan persalinan
?augmention or prevention.Journal of maternal and lama di rumah sakit hermina. Tesis. UI : Depok.
fetal and neonatal medicine, 19 , 142.
Rusydi, S., 2005. Partus Kasep di RSUP Palembang
Konje, Justin C., Ladipo, Oladapo.,2000. Nutrition and Selama 5 Tahun, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
obstructed Labor, American Journal of Clinical UNSRI. Vol. 37 No. 2, April 2005.
Nutrition, vol 72 no 1
Roositasary, Locana. 2009. Hubunan senam hamil dengan
Manuaba, Ida bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit proses persalinan normal di RB.Asyifatul Ummah
kandungan & keluarga berencana.EGC : Jakarta. Grobogan. Skripsi. UMS : Solo.
Manuaba, Ida bagus Gde. 2001. Kapita selekta Saifudin, A.B., & Adriaansz, G., & Wiknjosastro,
pelaksanaan rutin obstetric ginekologi dan keluarga G.N., & Waspodo,Djoko., & Prawirohardjo.
berencana. EGC : Jakarta 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Maternal Dan Neonatal. JNPKKR dan Yayasan
Obstetri. EGC : Jakarta. Bina Pustaka: Jakarta.

Mochtar R, Sinopsis Obstetri (Obstetri Operatif dan Salvesen, k . 2004. Pelvic Exercises Ease First-Time Labor
Sosial), Jilid II Edisi 2, Jakarta : EGC penerbit buku Study Shows KegelExercises Can Stave Off
kedokteran,1998. Prolonged Labor. British Medical Journal, 329,
378.80.
MNH . Depkes RI. 2002. Asuhan Persalinan
normal.Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Shield, G Sara., & Ratcliffe, D Stephen., & Fontaine,
Kesehatan Reproduksi. Patricia. 2007. Dystocia in nulliparaous women,
American family physician. Jurnal. 75, 1671.
Mulidah, Siti, Djaswadi dan Mubasisyir. 2003. “Hubungan
Antara Kelengkapan Pelaksanaan Deteksi Risiko Sostroasmoro, Sudigdo., & Ismail, Sofyan. 2010. Dasar-
Tinggi dengan Persalinan Lama di Kabupaten dasar metodologi penelitian klinis. Sagung
Purworejo, Majalah Sains Kesehatan, 16 ( Mei Seto: Jakarta
2003), hlm 301-315. Supriyasa IDN, Bakri B, Fajar I, 2005. Penilaian status
Norwitz, R Erool., & Schorge, John. 2010. Obstetrics and gizi, EGC, Jakarta
Gynecology at a Glance. Supriyati, Doeljachman, susilowati. 2000. factor sosio
demografi dan perilaku ibu hamil dalam perawatan
Oats, Jeremy., & Abraham, Suzanne. 2001. Llewellyn- antenatal sebagai risiko kejadian Distosia diRSUP
Jones Fundamentals ofObstetrics and Gynaecology. Dr.Sardjito Yogyakarta, Berita Kesehatan
Mosby Masyarakat, 2000, Vol XVIII
Orach, CG. 2000. Maternal Mortality Estimated using the Turcot, L.,Marcoux, S., Fraser, Wd. 1997. Multivariat
Sisterhood Method in Gulu District,Uganda. Trop analisis of risk factor for caesarian delivery, Am
Doct. Vol. 30 No. 4, April 2000. College Obstet Gynecol, feb, 1997, vol 176
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed.
Primadi, H, 2004. Senam Hamil. Bagian Obstetri Dan Varney, Helen., & Krieb, Jan M., & Gegor, Carolyn L.
Ginekologi Fakultas Kedokteran Unpad ; Bandung 2008. Asuhan Kebidanan volume 1. EGC : Jakarta.

163
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
Varney, Helen., & Krieb, Jan M., & Gegor, Carolyn L.
2008. Asuhan Kebidanan volume 1 .EGC : Jakarta.

Wiknjosostro, H. 2006. Ilmu Kebidanan, edisi ketiga,


Cetakan kedelapan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo :Jakarta.

http://www.who.int/ diunduh pada tanggal 6 April 2011

Yeni, M., 2002. Profil Pelayanan Kedaruratan Obstetri di


Rumah Sakit Umum dari enam Kabupaten di
Propinsi Sumatera Utara. Digitized by USU digital
library 2002. http://library.usu.ac.id

164

Anda mungkin juga menyukai