PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
terutama sepulang sekolah. Dan yang sering menjadi pokok permasalahan yang
timbul yakni kadangkala ada keluhan dari orangtua terhadap anak-anak mereka
cenderung bersikap kurang memperdulikan setiap pembicaraan yang diberikan
oleh orangtua. Hal ini disebabkan pengaruh kesibukan orangtua untuk bekerja dan
orangtua kurang bisa memberikan pengertian dan pemahaman pada waktu dan
situasi yang tidak tepat, sebab orangtua merupakan tempat dan dasar tingkah laku
anak terhadap anak lain di lingkungan sekitarnya. Media televisi memberikan
tayangan yang cukup menarik bagi anak-anak sendiri, dan hal ini menjadikan
anak menggunakan televisi sebagai pengisi waktu senggang mereka.
Kita boleh sependapat, bahwa televisi sebagai benda mati sesungguhnya
tidak berbahaya. Televisi menjadi bahaya ketika sudah diletakkan, diputar
(dihidupkan), kemudian ditonton oleh mereka yang tidak cukup memiliki
intelektual memadai, seperti anak. Dengan kata lain, faktor manusia beserta
persepsinya terhadap televisi akan sangat menentukan, apakah ia akan mudah
terbawa pengaruh negatif atau sebaliknya. Persoalan makin menjadi ketika televisi
telah menjadi satu-satunya narasumber anak, untuk melihat dan berinteraksi
dengan lingkungan sosial secara riil. Tanpa distansi psikologis dan intelektual
yang memadai, anak dapat mempersepsikan apa yang muncul di televisi sebagai
konstruksi dan aktual dari kehidupan sosial termasuk bagaimana seharusnya
berhubungan dengan orangtua. Contohnya adalah pengaruh tayangan Smackdown
pada anak. Akibat ditayangkannya acara tersebut secara bebas, tanpa adanya
penyesuaian jam tayang, maka si anak dapat menonton acara tersebut tanpa
didampingi orangtua. Karena acara tersebut ditayangkan pada jam-jam dimana
anak bisa saja masih menonton televisi. Lagipula, saat ini walaupun acara tersebut
sudah tidak ditayangkan lagi, tetapi masih ada dalam bentuk Play Station dan
permainan di komputer. Dengan demikian, anak masih dapat mengikuti gaya dari
tayangan itu. Akibatnya, telah jatuh korban yang seluruhnya merupakan anak
yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar. Untuk itu, diperlukan arahan dan
bimbingan dari orangtua.
Meski belum ada satu pakarpun yang mampu membuktikan pengaruh
negatif dari film atau tontonan lain di televisi terhadap perilaku anak-anak, tetapi
kecenderungan orangtua untuk membebaskan anak-anak asyik di depan televisi
sungguh suatu yang sangat memprihatinkan. Tanpa bermaksud menyudutkan
pihak penyelenggara siaran televisi yang setiap kali memberikan peringatan untuk
mendampingi anak-anak dalam menonton televisi, kehadiran siaran televisi
sepanjang hari di rumah-rumah mau tidak mau membawa perubahan budaya.
Sesuai dengan anjuran pihak penyelenggara televisi tersebut, semestinya orangtua
selektif memilih acara yang layak ditonton untuk anak-anaknya. Kalaupun
terpaksa anak-anaknya ikut menonton film untuk dewasa, mestinya anak-anak
didampingi dan diberi penjelasan mengenai film tersebut.
Bagi orangtua yang memiliki anak usia sekolah, kegemaran menonton
televisi ini bisa menjadi masalah. Anak-anak yang semestinya tekun belajar pada
malam hari, karena ada acara yang menarik di televisi, terpaksa meletakkan pensil
dan buku mereka demi melihat acara televisi yang sangat disukainya atau bahkan
anak-anak
balita
yang
sedang
mengembangkan
kreativitasnya
dengan
hal yang kurang baik. Bagi anak sekolah, akan menjadi malas belajar dan lebih
suka menonton televisi atau waktu untuk menonton lebih banyak daripada waktu
yang digunakan untuk belajar, maka tidak heran apabila prestasi di sekolahnya
kurang baik.
Walaupun demikian, tidak bijaksana juga apabila anak-anak sama sekali
tidak boleh menonton televisi karena banyak juga acara-acara yang bersifat ilmu
pengetahuan, pelajaran untuk anak-anak, dan informasi-informasi penting lainnya.
Jadi setiap program televisi pada dasarnya memiliki daya tarik dan peluang yang
sama dalam mempengaruhi anak. Yang kemudian menentukan adalah, pada saat
apa dan dalam kondisi bagaimana anak menonton acara itu.
Menonton televisi jelas jadi bagian yang tidak lagi bisa dipisahkan dari
kehidupan anak, sehingga melarangnya bukan sikap yang arif. Akan tetapi,
sekadar mendampingi anak menonton televisi saja juga jelas tidak cukup, sebab
yang diperlukan adalah transfer pengetahuan dan strategi bagaimana agar anak
tidak tertipu oleh media televisi. Dengan cara ini, anak tidak perlu didampingi 24
jam untuk menonton, tetapi justru diberi kebebasan, setelah melalui serangkaian
stimulasi atau permainan dan dialog, memilah aspek positif dan negatif dari
sebuah tayangan televisi yang ditonton oleh anak.
Oleh karena itu peranan orangtua sangat dibutuhkan dalam membantu
persoalan-persoalan
yang
dihadapi
sekaligus
sangat
menentukan
dalam
b. Penelitian ini terbatas pada kepala keluarga yang memiliki anak usia 6 sampai
12 tahun.
c. Penelitian ini terbatas pada kepala keluarga di Perumahan Taman Setia Indah.
d. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2008.
mendefinisikan
komunikasi
antar
pribadi
sebagai
proses
10
Menurut teori ini peranan yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang
berbeda pula. Tetapi apa yang membuat jenis tingkah laku itu sesuai dalam suatu
situasi dan tidak sesuai dalam situasi lain yang relatif bebas pada seseorang yang
menjalankan peranan tersebut.
Pada umumnya peran orangtua tidak hanya menyalurkan perilakunya
tetapi juga sikapnya. Peran juga dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dipegang
orangtua dan mempengaruhi anak dari pertumbuhan dan perkembangan perilaku
anak.
11
12
1.5.5. Televisi
Menurut Rusdi Muchtar, dibandingkan media lainnya (radio, surat kabar,
majalah, buku dan sebagainya). Televisi nampaknya mempunyai sifat istimewa
yang merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informasi,
hiburan maupun pendidikan. Bahkan gabungan dari ketiga unsur di atas dengan
layar yang relatif kecil diletakkan di sudut ruangan rumah, televisi menciptakan
suasana tertentu dimana para pemirsa duduk dengan santai tanpa kesengajaan
mengikutinya. Penyampaian isi atau pesan seolah-olah langsung antara
komunikator (pembawa acara, pembawa berita, artis) dengan komunikan
(pemirsa). Informasi yang disampaikan bahwa mudah dimengerti karena jelas
terdengar secara audio (suara) dan terlihat secara visual (gambar). (Wawan
Kuswandi, 1996:v).
13
1.7. Hipotesa
Menurut Fred N. Kerlinger Sumantri (1990 : 13) hipotesa adalah
pernyataan yang merupakan terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau
lebih.
Hipotesa
yang
berikut :
Ho :
Ha :
(Variabel Y)
Perilaku anak
Keterangan :
X
= Variabel bebas
Y
= Variabel terikat
14
Variabel Operasional
Variabel X
Komunikasi antar pribadi
a. Intensitas
Pengarahan
mengkonsumsi media
Membicarakan
televisi
Membimbing
Memberi aturan
Memberi nasehat
Memberi peringatan
Mendampingi anak
c. Frekuensi menonton
15
Variabel Teoritis
Variabel Operasional
d. Intensitas menonton