Anda di halaman 1dari 9

REGRESI

A. Pengertian Regresi
Seringkali peneliti ingin melihat kondisi di waktu yang akan
datang dengan suatu dasar keadaan sekarang atau ingin melihat
kondisi diwaktu yang lalu dengan dasar keadaan sekarang. Sifat
ini melakukan prediksi atau taksiran mulai berkembang dalam
dunia ekonomi, tetapi sekarang banyak dilakukan di dunia
ekonomi, tetai sekarang banyak dilakukan di dunia pendidikan.
Bahkan dewasa ini, melakukan prediksi keadaan siswa untuk
waktu yang akan datang merupakan kondisi yang sangat
dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Melalui prediksi yang baik,
perencanaan pendidikan, baik yang menyangkut kurikulum,
metode mengajar, fasilitas ruang dan guru, dan lain-lainnya,
akan dapat direalisasikan seefisien mungkin.
Pada pembahasan bab ketujuh kita telah membahas
korelasi antara satu variabel dengan variabel yang lainnya.
hubungan yang telah dibahas di muka merupakan hubungan
yang bersifat korelasional, artinya mana yang sebagai sebab dan
mana yang menjadi akibat tidaklah jelas.
Dalam melakukan prediksi, kita harus dapat menentukan
dengan tegas mana yang sebab dan mana yang akibat
(tentunya dengan bantuan kajian teoritis). Dengan diketahuinya
sebab dan akibat, maka hubungan yang dicari bersifat kausal
(sebab akibat). Selanjutnya, jika kita tahu tentang variabel sebab
(variabel bebas), maka kita dapat melakukan prediksi tentang
kondisi variabel akibat (variabel terikatnya).

Sebagaimana layaknya arti kata prediksi, prediksi disini


pun bukanlah merupakan hal yang pasti, tetapi merupakan suatu
keadaan yang mendekati kebenaran. Jika kita membandingkan
nilai asli variabel yang kita predik dengan nilai prediksinya
berkemungkinan akan terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut
biasa terlalu besar maupun terlalu kecil. Sepanjang perbedaan
tersebut tidak besar, maka prediksi yang kita lakukan
merupakan hasil kerja yang luar biasa. Penyimpanganpenyimpangan nilai asli dan nilai prediksi ini sering terjadi karena
dalam melakukan prediksi kita berdasarkan nilai-nilai rata-rata,
dan menggunakan suatu persamaan yang menggambarkan
suatu garis tertentu. Sifat yang menggambarkan garis
bermacam-macam, ada yang lurus, hiperbola dan lainnya. untuk
menentukan rumus mana yang akan dipakai tergantung pada
teori yang dipakai dan kondisi yang diperoleh, karena masingmasing rumus dikembangkan melalui beberapa asumsi.
B. Regresi Linear Sederhana
Pembahasan pada sub bab ini dititikberatkan pada
pembahasan regresi linear dengan satu variabel bebas. Kita
mulai dengan model linear sederhana ditujukan untuk
mempermudah pemahaman konsep regresi, karena model inilh
yang paling sederhana dibanding dengan model-model lainnya.
Tanpa mempelajari model linear sederhana memungkinkan
terlalu sukar mendalami dan memahami model-model lainnya.
Untuk mempermudah pemahaman regresi perlu kita
kembali pada pola penyebaran skor (titik-titik penyebaran skor)
yaitu titik-titik perpotongan antara nilai X dan Y.

Contoh:
Misalnya kita mempunyai data dari dua buah variabel yaitu
variabel inteligensi (X) dan variabel hasil belajar (Y), yang
penyebarannya sebagai berikut:
X
Y

90
100 100 95
105 110 105 105
115
70
75
80
80
85
85
85
90
95
Berdasarkan data tersebut di atas kita buat gambar

diagramnya (scatter diagram) sebagai berikut:

Scatter Diagram
120
100
80
60
40
20
0
85

90

95

100

105

110

115

120

125

Beberapa variasi yang perlu dilihat adalah:


1. Variasi kekeliruan taksiran (standar error estimate) yang
dapat dihitung dengan rumus 7.3.
)2/ (n-2)
S2xy = (Y- Y
2. Variasi koefisien regresi terdiri dari dua macam:
a. Koefisien regresi dihitung dengan rumus
1
X2
S2 a S2YX
n (X X) 2
b. Koefisien regresi b dihitung dengan rumus
2
S2 b SYX
/ (X X)2
3. Variasi ramalan Y untuk setiap X
a. Rata-rata ramalan dihitung dengan rumus

(X i X)2
2
2 1
S y SYX
2
n (X X)

120
100

b. Ramalan individu dihitung dengan rumus


1
(Xi X)2
2
S2 Y SYX
1

2
n (X X)
Langkah lain untuk menguji hipotesis berkaitan dengan
regresi liniear adalah melalui analisis variance atau analisis
variasi. Dalam hal ini akan berhubungan dengan jumlah kuadrat
(sum of squares) dari masing-masing variabel. Di sini jumlah
kuadrat variabel terikat merupakan jumlah dari; kuadrat jumlah Y
dibagi dengan jumlah sampel, ditambah dengan hasil kali b
dengan jumlah hasil kali simpangan masing-masing variabel
dengan rata-ratanya, dan jumlah kuadrat simpangan Y dengan
Y'. Jika ditulis dalam bentuk matematikal, maka jumlah kuadrat
variabel terikat dapat dilihat pada rumus:

2
( Y) 2 / n b (X X)(Y Y) (Y Y)

Persamaan di atas dapat diubah menjadi bentuk lain

(Y Y)

( Y) 2 ( Y) 2 / n b (X X)(Y Y)

Dengan demikian maka sumber variasi terdiri dari 3


macam, yaitu:
1. Regresi a, dengan derajat kebebasan 1
2. Regresi (b/a) dengan derajat kebebasan 1
3. Sisa, dengan derajat kebebasan n 2
Dari ketiga sumber variasi di atas kita dapat menghitung
dari masing-masingnya berupa sum of squares dan mean
squares. Sum of squares yang berkaitan dengan regresi a dapat
dihitung dengan rumus:
SSa ( Y) 2 / n

Untuk contoh di atas SSa adalah:


= 714025 : 10

= 71402.5
Dapat disederhanakan menjadi rumus:

SSb / a b

( X)( Y)
XY n

Untuk contoh soal di atas, nilai SSb/a adalah:


= 0.93 [88975-{(1045 x 845):10}]
= 625.425
Sum of square sisa dapat dihitung dengan rumus:
SSb/a = Y2 SSa SSb/a
Untuk contohnya adalah sebagai berikut:
= 72125 71402.5 625.425
= 97.075
Mean square yang berkaitan dengan regresi a dapat
dihitung dengan rumus:
MSa = SSa / dk SSa
Untuk soal di atas mean squaresnya adalah:
= 71402.5 : 1
= 71402.5
Tahap akhir dalam pengujian hipotesis signifikansi
konstribusi atau sumbangan variabel X terdapat variabel Y
adalah menghitung nilai F yang dapat diperoleh dengan rumus:
F = MSb/a : MSsisa
Nilai F untuk contoh di atas adalah :
= 625.425 : 12.134375
= 51.54159155 = 51.54
Setelah nilai F hitung diperoleh, maka kita akan menerima
atau menolak H0 dengan jalan membandingkan nilai F hitung

dengan nilai F tabel. Apabila kita mengambil alpha () sebesar


0,01 maka F0,01 (1,8) = 11,26.
Dengan demikian maka tampak bahwa hasil perhitungan
dengan langkah pertama maupun kedua menghasilkan
kesimpulan yang sama, yaitu sama-sama menyatakan bahwa
persamaan regresi liner Y' = -12.77 + 0.93 X dapat digunakan
untuk melakukan predisi. Untuk lebih jelasnya, biasanya hasil
langkah terakhir ini disimpulkan/diringkas dalam satu tabel yang
disebut dengan tabel ANOVA. Tabel ANOVA untuk contoh di atas
sebagai berikut:
Sumber variansi
Regresi a
Regresi b/a
Sisa

dk
1
1
8

SS
MS
71402.5
71402.5
625.425
625.425
97.075 12.13437

Total

10

72125

F
51.54

5
-

Langkah-langkah tersebut di atas akan menghasilkan


analisis yang baik jika beberapa syarat telah dipenuhi. Oleh
karena itu, sebelum kita beranjak lebih jauh lebih baik kita
menguji apakah kondisi data sampel kita telah memenuhi
seluruh persyaratan analisis regresi atau tidak. Sedangkan
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam perhitungan di atas
adalah:
1. Sampel diambil secara random (acak)
2. Variabel X dan variabel Y mempunyai hubungan yang kausal,
dimana X merupakan sebab dan Y merupakan akibat.
3. Nilai Y mempunyai penyebaran yang berdistribusi normal.
4. Persamaan tersebut hendaknya benar-benar linear.

C. Uji Linear Regresi Sederhana


Pada pembahasan yang lalu kita tidak secara teliti dan
terperinci membahas tentang linieritas dari pesamaan regresi
yang kita peroleh. Pada saat pengujian signifikansi koefisien
regresi telah kita simpulkan bahwa koefisien regresi adalah
signifikan dan linear. Untuk lebih telitinya analisis, masih perlu
dilakukan analisis terpisah tentang apakah persamaan regresi
linear barulah bisa digunakan untuk melakukan prediksi dengan
bentuk linear, sebaliknya jika ternyata persamaan regresi yang
diperoleh tidak linear, maka kita perlu menggunakan persamaan
lain yang lebih cocok. Pada pembahasan yang lalu pun telah
disinggung selintas pengujian liniaritas dengan leas square. Jika
jumlah data tidak banyak, leas squares memang bisa membantu
peneliti untuk melihat bentuk persamaan. Tetapi jika jumlah
sampel yang dihadapi banyak, maka pengamatan melalui least
squares bisa menyesatkan. Di samping itu, leas squares
tergantung pada pengamatan mata semata. Untuk itulah leas
squares perlu disertai dengan bentuk pengujian linearitas.
Pengujian linearitas berkaitan dengan sum of squares sisa,
dimana sum of squares sisa dipisah menjadi dua bagian yaitu
sum of squares ketidaksamaan, dan sum of squares error. Dalam
mebahas ketidaksamaan kita perlu melihat (mengelompokkan) Y
berdasarkan nilai X, artinya kita cari simpangan nilai Y dalam
setiap kelompok X. sehingga banyaknya derajat kebebasannya
adalah k (banyak kelompok X) dikurang dengan 2. Sedangkan
sum of squares error merupakan selisih sum of squares sisa
dengan sum of squares ketidaksamaan, dengan derajat
kebebasan n-k.

Untuk lebih jelasnya marilah kita uji liniaritas contoh soal


seperti di atas.
Langkah awal adalah menyusun penyebaran nilai-nilai data
Y berdasarkan niali X.
Penyebaran nilai pengamatan Y berdasarkan nilai X untuk
soal sebgai berikut:
X
120
115
110
105
105
105
100
100
95
90

Y
100
95
85
90
85
85
80
75
80
70
Berdasarkan tabel di atas dapat dihitung sum of square

error (SSeror) dengan rumus:


SSerror x

( Y
k

( Y) 2
nk

Untuk contoh soal di atas squares ketidaksamaannya


sebagai berikut:
2

2
1002
95
2
2 85
SSerror 1002

95

85

1
1

(90 85 85) 2
2
2
2
90 85 85

2
2

2
80
2
2 (80 75)
2
2 70
80

75

80

70


1
1

0 0 0 16, 667 12,5 0 0


29.167

SSketidaksamaan

= SSsisa SSerror

= 97.075 29.167
= 67.908
MSketidaksamaan

= SSketidaksamaan : dk SSketidaksamaan

= 67.908 : (7-2)
= 13.5816
MSerror

= SSerror : dk SSerror
= 29.167 : (10-7)
= 9.722333333
= 9.7223

Anda mungkin juga menyukai