Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit yang merusak kesehatan masyarakat terdiri dari
penyakit yang menular dan tidak menular. Penyakit yang paling
berbahaya dan ditakuti oleh sebagian besar masyarakat adalah
penyakit yang menular. Penyakit menular ditakuti karena baik
sengaja ataupun tidak sengaja masyarakat lain dapat terinfeksi
dengan mudah. Salah satu penyakit menular berbahaya di
Indonesia adalah penyakit kaki gajah atau bahasa latinnya disebut
Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang tergolong penularannya
sangat cepat. Penularan penyakit ini disebabkan oleh Cacing
Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah
tergigit nyamuk, parasit akan menjalar. Penyakit kaki gajah akan
berkembang ketika parasit sampai pada jaringan sistem limfa.
Penyakit kaki gajah bersifat menahun dan bila tidak mendapatkan
pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap. Cacat tersebut
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan
maupun laki-laki. Penyakit kaki gajah bukanlah penyakit yang
mematikan, namun bagi penderita akan menjadi sesuatu yang
memalukan dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari
(http://www.infopenyakit.com/).
Penyakit kaki gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah
tropis. Menurut info dari WHO (World Health Organization),
urutan benua yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki
gajah adalah Asia, Afrika, dan Amerika. Di wilayah Asia,
khususnya Asia Tenggara banyak terdapat penderita kaki gajah,
dimana Indonesia termasuk didalamnya. Di Indonesia penyakit
kaki gajah tersebar luas hampir di seluruh propinsi. Laporan dari
hasil survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553
desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten dan 26 Propinsi
sebagai lokasi yang endemis. Jumlah kasus kronis terjadi pada
6233 orang. Hasil survei laboratorium terbukti bahwa
1

2
Mikrofilaria rate sebesar 3,1%, yang mempunyai pengertian
bahwa sekitar enam juta orang sudah terinfeksi Cacing Filaria
dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk
ketularan (http://www.infeksi.com/).
Untuk memberantas penyakit kaki gajah sampai tuntas
WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global, yakni The Global
Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
problem by The Year 2020. Program eliminasi dilaksanakan
melalui pengobatan massal yang dilakukan setahun sekali selama
lima tahun di lokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis
baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan
mengurangi penderitanya.
Pada tahun 2007 Departemen Kesehatan melakukan sasaran
pengobatan penyakit menular termasuk kaki gajah. Sasaran
pengobatan yang dilakukan mencapai 30 juta jiwa yang dilakukan
di 72 Kabupaten di Indonesia. Akan tetapi pengobatan tersebut
belum seratus persen mengurangi angka kejadian penyakit kaki
gajah. Terdapat delapan propinsi yang memiliki prevalensi kaki
gajah yang melebihi nilai prevalensi Nasional dimana
prevalensinya sebesar 0,11%. Propinsi tersebut sesuai urutannya
yaitu NAD (6,4%), Papua Barat (4,5%), Papua (2,9%), Nusa
Tenggara Timur (2,6%), Kepulauan Riau (1,5%), DKI Jakarta
dan Sulawesi Tengah (1,4%), dan Gorontalo (1,2%) (Depkes,
2008). Data Riset Kesehatan tahun 2007 menunjukkan bahwa
kabupaten Aceh Timur termasuk dalam kabupaten yang
menyumbangkan angka kejadian penyakit kaki gajah terbesar di
Indonesia dengan prevalensi sebesar 1,85%. Sehingga Kabupaten
Aceh Timur merupakan salah satu daerah endemis yang menjadi
sasaran pengobatan penyakit kaki gajah tahun 2007.
Dengan adanya kejadian penularan penyakit kaki gajah yang
semakin bertambah, maka diharapkan perlu adanya kajian teoritis
terkait tentang faktor-faktor dugaan yang mempengaruhi angka
kejadian penularan penyakit kaki gajah. Hal ini dimaksudkan agar
jumlah penderita kaki gajah di Indonesia khususnya Aceh Timur
dapat diminimalkan. Sehingga pada penelitian ini didapatkan

3
model angka kejadian penyakit kaki gajah di Kabupaten Aceh
Timur.
Penelitian di Kabupaten Aceh Timur menggunakan obyek
penelitian Anggota Rumah Tangga. Penggunaan obyek penelitian
Anggota Rumah Tangga dimaksudkan untuk mengetahui perilaku
dari setiap Anggota Rumah Tangga tersebut baik faktor
demografi dan faktor lingkungan. Dengan mengetahui faktorfaktor apa saja yang berpengaruh terhadap angka kejadian kaki
gajah di Kabupaten Aceh Timur, maka diharapkan masyarakat
Aceh Timur dapat mencegah penyakit kaki gajah.
Penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi terinfeksinya penyakit kaki gajah adalah
presentase penduduk yang tidur dalam kelambu, presentase
penduduk yang tidur dalam kelambu berinsektisida dan
presentase rumah tangga memelihara hewan peliharaan dengan
menggunakan metode ZIP (Rahmawati, 2009). Sedangkan Agusri
(2008) dengan menggunakan metode Bivariat menyimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi,
pendidikan, penyuluhan, dan informasi dengan upaya pencegahan
penyakit kaki gajah. Selain itu, Nasrin (2008) dengan
menggunakan regresi logistik menyatakan bahwa variabel yang
terbukti sebagai faktor resiko terhadap kejadian penyakit kaki
gajah di Kabupaten Bangka Barat adalah jenis pekerjaan, tingkat
penghasilan, kebiasaan tidak menggunakan obat anti nyamuk, dan
tingkat pengetahuan penyakit kaki gajah.
Penelitian yang disebutkan sebelumnya merupakan
penelitian dengan menggunakan pendekatan parametrik.
Pendekatan parametrik mempunyai kelemahan dimana harus
memenuhi asumsi-asumsi yang mendasari uji parametrik
sehingga dibutuhkan teknik-teknik inferensial dengan validitas
yang tidak bergantung pada asumsi-asumsi yang kaku. Data
penelitian angka kejadian penyakit kaki gajah tidak memenuhi
asumsi-asumsi parametrik, sehingga digunakan pendekatan
nonparametrik dimana teknik-teknik dalam nonparametrik
memenuhi kebutuhan tersebut karena hasil akan tetap valid

4
walaupun tidak diperlukan pemenuhan asumsi. Pendekatan
nonparametrik yang digunakan adalah Multivariate Adaptive
Regression Spline atau MARS yang dikembangkan oleh
Friedman (1991). Penggunaan metode MARS dikarenakan ART
di Kabupaten Aceh Timur memiliki jumlah yang besar. Selain itu
peneliti menggunakan variabel prediktor yang banyak. MARS
sendiri merupakan pengembangan dari Recursive Partition
Regression (RPR), dimana metode RPR masih memiliki
kelemahan yaitu model yang dihasilkan tidak kontinu pada knots.
MARS merupakan salah satu metode alternatif untuk pemodelan
menggunakan regresi nonparametrik bagi data berdimensi tinggi,
memiliki variabel banyak, serta ukuran sampel yang besar
sehingga diperlukan suatu perhitungan yang rumit. Sehingga pada
penelitian ini digunakan pendekatan nonparametrik yaitu metode
MARS untuk mendapatkan model hubungan antara angka
kejadian penyakit kaki gajah dengan faktor-faktor yang diduga
berpengaruh yang sesuai dan akurat.
Penggunaan MARS juga dilakukan oleh Hasyim (2009)
yang menyatakan bahwa variabel-variabel yang memberikan
kontribusi terhadap penyakit TBC adalah jenis pekerjaan, umur,
kebiasaan merokok, status sosial ekonomi, konsumsi alkohol, dan
tingkat pendidikan.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana karakteristik dari Anggota Rumah Tangga
(ART) di Kabupaten Aceh Timur yang terinfeksi penyakit
kaki gajah?
2. Variabel apa saja yang berpengaruh terhadap angka kejadian
penyakit kaki gajah di Kabupaten Aceh Timur dengan
menggunakan metode MARS?
3. Bagaimana ketepatan klasifikasi Anggota Rumah Tangga
(ART) di Kabupaten Aceh Timur berdasarkan terinfeksi atau

5
tidaknya penyakit kaki gajah dari model MARS yang telah
diperoleh?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Menjelaskan karakteristik dari ART di Kabupaten Aceh
Timur yang terinfeksi penyakit kaki gajah.
2. Mengetahui variabel apa saja yang berpengaruh terhadap
angka kejadian penyakit kaki gajah di Kabupaten Aceh
Timur dengan menggunakan metode MARS.
3. Mengetahui ketepatan klasifikasi ART di Kabupaten Aceh
Timur berdasarkan terinfeksi atau tidaknya penyakit kaki
gajah dari model MARS yang telah diperoleh.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang kondisi masyarakat Aceh Timur terhadap penyakit kaki
gajah dan sebagai salah satu karya ilmiah tentang angka kejadian
penyakit kaki gajah di Aceh Timur yang diharapkan menambah
kepustakaan mengenai bidang kesehatan sekaligus sebagai
wacana mahasiswa yang berminat meneliti bidang yang sama.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah menggunakan
data sekunder dari Tim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Kabupaten Aceh Timur tahun 2007 oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Obyek penelitian meliputi Anggota Rumah Tangga
(ART) di sepuluh Desa (endemis filariasis) Kabupaten Aceh
Timur (Provinsi Nangroe Aceh Darussalam) baik yang pernah
dinyatakan terinfeksi penyakit kaki gajah ataupun tidak. Dimana
penyakit tersebut diidentifikasi dalam rentang waktu satu bulan
terakhir sebelum pelaksanaan survei yaitu bulan SeptemberNovember 2007. Pada penelitian ini penyakit kaki gajah
diasumsikan memiliki tingkat keparahan yang sama. Jumlah

6
interaksi maksimal antar variabel prediktor yang digunakan dalam
sebanyak tiga interaksi.

Anda mungkin juga menyukai