Majalah - Rani Evadewi - 105070107111020
Majalah - Rani Evadewi - 105070107111020
Jurnal Penelitian
PENDAHULUAN
Angka harapan hidup penduduk di
Indonesia semakin meningkat, berbanding
lurus
dengan meningkatnya kualitas
pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini
mengakibatkan
terjadinya
pergeseran
demografi kependudukan di Indonesia,
yang ditandai dengan menurunnya jumlah
penduduk usia muda dan meningkatnya
jumlah penduduk usia dewasa maupun
lanjut usia.1 Pergeseran demografi ini
menyebabkan pola penyakit ikut berubah,
dimana terjadi peningkatan penyakit
degeneratif yaitu penyakit tidak menular
yang
berlangsung
kronis
karena
kemunduran fungsi organ tubuh akibat
proses penuaan.2
Stroke
merupakan
penyakit
degeneratif yang menduduki peringkat
kedua penyebab kematian terbanyak di
dunia.3 Prevalensi stroke yang telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau
dengan gejala di seluruh Indonesia sebesar
0,83% sedangkan di Jawa Timur juga cukup
tinggi yaitu sebesar 0,77%.4 Stroke
didefinisikan sebagai suatu manifestasi
klinis gangguan peredaran darah otak yang
menyebabkan defisit neurologis yang timbul
secara mendadak dan berlangsung lebih
dari 24 jam.5 Berat ringannya kecacatan
yang ditimbulkan akibat stroke ditentukan
oleh penanganan awal yang tepat dengan
memanfaatkan golden period dan jenis
stroke yang dialami oleh pasien. Jika
penanganan tidak dilakukan lebih dari jam
tersebut,
pasien
dapat
mengalami
kecacatan yang berat.6
Faktor risiko stroke ada yang bisa
dimodifikasi dan tidak bisa modifikasi.7
Mayoritas masyarakat belum mengetahui
cara mengontrol faktor-faktor risiko stroke
yang
seharusnya
dapat
dimodifikasi
tersebut, sehingga diperlukan sosialisasi
penyakit stroke dan cara pencegahannya
kepada masyarakat yaitu melalui posyandu
lansia. Salah satu tujuan posyandu lansia
adalah meningkatkan jangkauan pelayanan
kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan
kebutuhan
lansia.8
Anggota
Jurnal Penelitian
METODE PENELITIAN
Desain
Penelitian.
Penelitian
ini
merupakan penelitian deskriptif analitik
observasional dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini bersifat analitik
sebab
bertujuan
untuk
menganalisa
hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Penelitian ini termasuk tipe
cross sectional karena variabel-variabel
yang akan diteliti tersebut diukur dalam
waktu yang bersamaan.
Karakteristik
Umur
a. 20
b. 21-40
c. 41-60
d. > 60
Jenis kelamin
a. Perempuan
b. Laki-laki
Pekerjaan
a. Tidak bekerja
b. Bekerja
c. Pensiun
Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. D3/S1
Lama menjadi kader
a. < 1 tahun
b. 1 - 5 tahun
c. 5 - 10 tahun
d. 10 tahun
1
62
59
4
0.79
49.21
46.83
3.17
115
11
91.27
8.73
79
46
1
62.70
36,51
0.79
38
36
40
12
30.16
28.57
31.75
9.52
10
80
34
2
7.94
63.49
26.98
1.59
Jurnal Penelitian
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kader Berdasarkan Tingkat Motivasi
-
Jenis Motivasi
Ingin membantu masyarakat
Ingin membantu masyarakat dan mengembangkan keterampilan
Ingin mendapat jaminan kesehatan, membantu masyarakat, mengembangkan keterampilan
Ingin mendapat upah
Ingin mendapat jaminan kesehatan dan membantu masyarakat
Ingin mendapat jaminan kesehatan dan mengembangkan keterampilan
Ingin mendapat upah dan membantu masyarakat
Ingin mendapat upah, mendapat jaminan kesehatan dan membantu masyarakat
Ingin mendapat upah, membantu masyarakat dan mengembangkan keterampilan
Ingin membantu masyarakat dan dihormati orang lain
Jumlah
n
70
34
11
3
2
2
1
1
1
1
126
%
55.56
26.98
8.73
2.38
1.59
1.59
0.79
0.79
0.79
0.79
100
Partisipasi kader
Total
Tinggi
Rendah
Aktif
n
%
40
31.75
62
49.21
Tidak aktif
n
%
6
4.76
18
14.29
n
46
74
%
36.51
63.49
Jumlah
102
24
126
100
80.95
Hasil
penelitian
menunjukkan
sebagian besar kader berperan aktif dalam
kegiatan posyandu lansia karena motivasi
hanya ingin membantu masyarakat saja
(55,56%). Hampir separuh kader posyandu
lansia selain ingin membantu masyarakat
juga memiliki motivasi lain, yaitu ingin
mengembangkan
keterampilan
yang
dimilikinya (26,98%).
Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat
diketahui bahwa dari total keseluruhan 126
orang kader posyandu lansia, hampir
seluruh kader berpartisipasi aktif dalam
upaya pencegahan stroke di Kecamatan
Dau yaitu sebanyak 102 orang (80,95 %).
Sebagian kecil kader lainnya termasuk
dalam kategori tidak aktif dalam upaya
pencegahan stroke di Kecamatan Dau yaitu
sebanyak 24 orang (19,05%).
Peneliti mengkategorikan motivasi
kader posyandu lansia menjadi dua jenis
yaitu motivasi tinggi dan motivasi rendah.
19.05
Jurnal Penelitian
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kader Berdasarkan Sistem Penghargaan yang Diterima
Sistem Penghargaan
Seragam
Seragam dan uang
Pin
Lencana, seragam, uang
Uang
Piagam, seragam dan uang
Lencana dan seragam
Pin, seragam dan uang
Piagam
Plakat
Tidak ada
Jumlah
n
47
38
10
9
6
4
2
1
1
0
8
126
%
37.30
30.16
7.94
7.14
4.76
3.17
1.59
0.79
0.79
0
6.35
100
Partisipasi kader
Aktif
Tidak aktif
14
88
102
11.11
69.84
80.95
0
24
24
0
19.05
19.05
Total
n
14 11.11
112 88.89
126 100
Jurnal Penelitian
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Syafei (2010) yang menunjukkan bahwa
jumlah kader yang aktif dalam kegiatan
Posyandu lebih banyak daripada jumlah
kader yang tidak aktif.12 Berdasarkan hasil
observasi peneliti, seluruh kader yang hadir
pada saat kegiatan posyandu lansia aktif
dalam menjalankan semua tugasnya yaitu
memberikan penyuluhan tentang penyakit
stroke yang meliputi penyebab, faktor risiko,
gejala dan cara pencegahan. Kader juga
dapat memberikan nasehat tentang pola
makan serta gaya hidup yang sehat pada
penduduk yang telah lanjut usia maupun
penduduk yang memiliki riwayat penyakit
stroke dalam keluarganya sebab mereka
juga beresiko tinggi terkena penyakit stroke.
Selain penyuluhan, kader posyandu lansia
juga dapat memberikan pemeriksaan
kesehatan dasar seperti pengukuran berat
badan dan tekanan darah sebagai upaya
managemen risiko stroke. Di mana obesitas
dan tekanan darah tinggi termasuk dalam
faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi.7
Jurnal Penelitian
Jumlah kader yang terbanyak yaitu
kader yang memiliki motivasi rendah. Hal ini
dapat disebabkan karena sebagian besar
kebutuhan responden telah
terpuaskan
sehingga apabila motivasi diukur dengan
menggunakan indikator hirarki kebutuhan
Maslow maka sebagian besar responden
cenderung memiliki motivasi yang rendah.
Selain itu, berdasarkan hasil observasi
peneliti ada motivasi lain di luar teori
Maslow yang dapat mendasari keinginan
responden untuk menjadi kader posyandu
lansia.
Teori
Maslow
juga
telah
mendapatkan beberapa kritik, salah satunya
yaitu Wahjosumidjo yang menyatakan
bahwa hirarki kebutuhan Maslow tersebut
tidak dapat dipakai setiap saat karena
adanya perbedaan kebutuhan dari setiap
orang yang dipengaruhi oleh faktor latar
belakang pendidikan, tinggi rendahnya
kedudukan, pengalaman masa lalu, cita-cita
masa depan dan pandangan hidup.13
Hasil uji analisis chi square
menunjukkan
tingkat
motivasi
tidak
mempunyai hubungan dengan keaktifan
kader. Walaupun dengan motivasi yang
rendah, responden tidak merasa keberatan
untuk hadir dan mengikuti kegiatan
posyandu lansia di Kecamatan Dau. Hal ini
disebabkan kegiatan posyandu lansia
tersebut hanya dilakukan satu kali setiap
bulan. Berdasarkan wawancara tidak
terstruktur dengan bidan desa, kader juga
ikut berperan dalam mengusulkan jadwal
pelaksanaan kegiatan posyandu lansia
sehingga dapat mempermudah para kader
dalam mengatur dan meluangkan waktunya
untuk kegiatan posyandu lansia tersebut.
Hubungan motivasi dan keaktifan yang tidak
signifikan ini juga dapat diartikan bahwa ada
faktor internal lain yang mempengaruhi
keaktifan
kader,
contohnya
yaitu
pengetahuan dan sikap kader.12
Hasil penelitian menunjukan bahwa
sistem penghargaan yang paling banyak
diterima oleh kader yaitu dalam bentuk
seragam. Hal ini sesuai dengan penelitian
Yuniar (2010) yang menyatakan bahwa
insentif yang biasanya diberikan kepada
kader yaitu berupa seragam. Apabila
keuangan memungkinkan kader akan diberi
Jurnal Penelitian
status sebagai motivasi utama untuk aktif
menjadi kader. Hal ini juga dapat diartikan
bahwa ada faktor eksternal lain yang
mempengaruhi keaktifan kader selain
sistem penghargaan. Faktor eksternal
tersebut contohnya pelatihan, kelengkapan
sarana,
dukungan
pemerintah
serta
dukungan masyarakat.12
KESIMPULAN
1. Hampir seluruh kader posyandu lansia
di Kecamatan Dau aktif dalam upaya
pencegahan stroke.
2. Berbeda dengan teori Maslow, pada
penelitian ini motivasi terbanyak yang
dimiliki kader adalah ingin membantu
masyarakat (kebutuhan sosial).
3. Apabila
dilakukan
pengkategorian
motivasi, sebagian besar kader memiliki
motivasi yang rendah
4. Hampir seluruh kader posyandu lansia
di Kecamatan Dau menerima sistem
penghargaan dengan kategori kurang
baik
5. Hasil uji chi square menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara motivasi
kader dengan keaktifan kader posyandu
lansia dalam upaya pencegahan stroke
di Kecamatan Dau
6. Hasil uji chi square menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara sistem
penghargaan dengan keaktifan kader
posyandu
lansia
dalam
upaya
pencegahan stroke di Kecamatan Dau
7. Dapat disimpulkan bahwa ada faktor
internal dan faktor eksternal lain yang
dapat mempengaruhi keaktifan kader
selain
motivasi
dan
sistem
penghargaan.
SARAN
1. Untuk meningkatkan motivasi para
kader, Kecamatan Dau sebaiknya
mengundang seorang motivator untuk
memberikan seminar mengenai motivasi
kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan
Pusat
Statistik.
2012.
Piramida
Penduduk,
(Online),
(http://www.datastatistikindonesia.com/portal/index.php?opti
on=com_content&task=view&id=213
&Itemid=190&limit=1&limitstart=4,
diakses pada tanggal 4 April 2013)
2. Handajani A, Roosihermiatie B, dan
Maryani H. Faktor-Faktor yang
Berhubungan
dengan
Pola
Kematian Pada penyakit Degeneratif
di Indonesia. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 2010, Vol. 13,
No. 1, hal. 42-53
3. WHO. 2008. World Health Statistic
2008. WHO. France, p. 30
4. Departemen Kesehatan. 2008. Riset
Kesehatan Dasar 2007. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Jakarta. Hal 111
Jurnal Penelitian
5. Baehr M, Frotscher M. 2005.
Diagnosis Topik neurologi Duus:
anatomi, fisiologi, tanda, gejala. Alifa
Dimanti (penterjemah). 2007. Edisi
keempat. EGC. Jakarta
6. Putra BP, Alberta LT, Almahmudah
M, Proboningsih J. Hubungan
Antara
Pengetahuan
Keluarga
tentang Stroke dengan Tindakan
Pertolongan Pertama Serangan
Stroke Fase golden Period. Jurnal
Keperawatan, 2011, Volum: 4,
Nomor: 3, hal. 125-129
7. Castells SA, Coello PA, Sabin JA,
Garcia PA, Anton EA, Perez FXB, et
al. 2009. Clinical Practice Guideline
for
Primary
and
Secondary
Prevention of Stroke. Madrid: Quality
Plan for the National Health System
of the Ministry of Health and
Consumer Affairs
8. Wahono Hesthi. 2010. Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Gantungan
Makamhaji.
Skripsi.
Tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta,
Surakarta.
9. Kementerian
Kesehatan.
2011.
Pedoman
Umum
Pelayanan
Posyandu. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
10. Dinas Kesehatan Malang. 2010.
Profil Kesehatan Kabupaten Malang
Tahun 2010 (Berdasarkan Data
Tahun 2009). Dinas Kesehatan
Malang. Malang
11. Dinas Kesehatan Malang. 2011.
Profil Kesehatan Kabupaten Malang
Tahun 2011 (Berdasarkan Data
Tahun 2010). Dinas Kesehatan
Malang. Malang
12. Syafei A. 2010. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Partisipasi
Kader dalam Kegiatan Gizi di
Posyandu di Kelurahan Rengas,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan. Skripsi. Tidak
diterbitkan, Fakultas Kedokteran dan
Menyetujui,
Pembimbing I