Anda di halaman 1dari 24

UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, Sp.KJ., M.Kes

Diajukan oleh:
Eka Yoga Wiratama S.Ked
20090310013

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: AN

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 24 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan Terakhir

: SMP

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Pandak, Bantul

Tanggal ke rumah sakit

: 24-09-2014

2. ALLOANAMNESIS
Nama

: Ny. K

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 46 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Pandak, Bantul

Hubungan

: Ibu

Lama kenal

: Sejak lahir (24 tahun)

Sifat perkenalan

: Dekat

Tempat wawancara

: Rumah Keluarga

2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)


Pasien datang ke rumah sakit karena obat habis dan ingin meminta obat.

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)


Autoanamnesis
Pada tahun 2012, yaitu beberapa tahun setelah pasien tidak melanjutkan
pendidikan SMKnya, pasien mendapat kabar tentang keadaan teman-teman di
SMKnya yang sudah mendapatkan pekerjaan dan sukses, sedangkan pasien hanya di
rumah dan belum memiliki perkejaan tetap. Hal ini dikarenakan pasien tidak lulus
SMK karena ujian PKL (praktek kerja lapangan) tidak lulus dan memutuskan untuk
mengundurkan diri. Pasien menyesal atas hal ini. Pasien merasakan perasaan yang
campur aduk, antara menyesal, marah serta perasaan bersalah. Pada bulan Agustus
2012 pasien mengatakan dirinya mulai merasakan malas untuk keluar rumah, ia
cenderung lebih senang berada di dalam kamar bermain hp dan internet (browsing
dan blogging). Sewaktu keluar rumah ia seperti merasa diperhatikan oleh orangorang di sekitar rumah. Pasien merasa tetangga-tetangganya membicarakannya.
Lama kelamaan pasien mulai mendengar suara-suara bisikan yang mencari,
menyapa pasien dan menyuruhnya untuk keluar rumah. Pasien mengatakan suarasuara yang ia dengar berasal dari atap rumah, kadang-kadang pasien mengenal suara
yang ia dengar, seperti suara teman lamanya atau saudara sepupunya. Namun, tidak
jarang pula suara-suara yang ia dengar tidak dikenal dan tidak dapat ia acuhkan
sehingga seringkali mengganggu saat akan tidur. Selain itu, pasien juga sering
mengeluh pusing dan mual namun dapat menghilang jika pasien tidur dan berusaha
menenangkan diri. Nafsu makan pasien berkurang. Sebelumnya pasien sering keluar
rumah, ia pergi ke warnet untuk mengupdate blog yang dia punya. Namun sejak
keluhan-keluhan diatas muncul, pasien lebih sering di rumah. Pasien memiliki hobi
melukis, biasanya pasien menggambar di kertas. Pasien ingin melukis di kanvas
namun karena keterbatasan dalam hal finansial pasien tidak bisa mengekpresikan
lukisannya di kanvas.
Pada tahun 2013 keluhan yang dirasakan pasien semakin memburuk, pasien
mengatakan lebih sering mengurung diri dalam kamar, aktivitas hanya tidur dan
bermain hp. Aktivitas pasien dalam hal browsing dan blogging menjadi berkurang
bahkan bisa dibilang jarang, pasien mengaku seperti sangat malas untuk melakukan
sesuatu termasuk untuk melukis, hobi yang sering ia lakukan sebelumnya. Keluhan
pusing masih sering muncul ditambah badan pasien terasa lemas seperti tidak ada
energi. Bisikan-bisikan masih sering didengar terutama saat pasien sendiri. Jika ia
bersama keluarga tidak pernah mendengar suara bisikan-bisikan tersebut. Hal ini

menyebabkan pasien terganggu terutama saat akan tidur. Pasien sempat berniat
untuk menceritakan apa yang dirasakan dan dialami pasien kepada ibunya namun
rasanya sulit sekali untuk menyampaikan.
Pada tahun 2014 bulan Agustus pasien mengatakan dia dibawa ke rumah sakit
Jiwa PN untuk diperiksakan, namun pasien tidak mengetahui penyebab ia dibawa ke
RS. Pasien akhirnya dirawat di RSJ PN selama 5 hari, dilakukan perawatan. Pasien
mengatakan sangat bosan karena aktivitas hanya makan dan tidur. Pasien akhirnya
memilih untuk berobat jalan. Setelah sebulan berobat di RSJ PN, dilanjutkan
pengobatan di RSPS dikarenakan disini pasien bisa menggunakan jamkesmasnya.
Setelah menjalani pengobatan selama kurang lebih satu setengah bulan, pasien
mulai merasakan kondisi sedikit membaik. Suara bisikan-bisikan yang biasa ia
dengar mulai berkurang, namun perasaan malas dan badan lemas yang seolah tidak
ada energi itu masih dirasakannya. Dalam 2 minggu terakhir pasien tidur sore,
terbangun jam 10 malam dan terjaga sampai pagi.
Alloanamnesis
Pada tahun 2012 ibu pasien dan keluarga tidak menyadari adanya keluhan
pasien yang sering mendengar bisikan-bisikan orang dikarenakan pasien tidak
pernah bercerita. Ibu pasien melihat anaknya sering di dalam kamar namun
menganggapnya sebagai hal

yang tidak perlu dikhawatirkan karena pasien

sebelumnya memang sering di kamar melakukan aktivitas melukis.


Pada tahun 2013 Ibu pasien mulai menyadari keadaan pasien semakin lama
semakin memburuk, pasien semakin sering mengurung diri di kamar. Ibu pasien
mengamati keadaan anaknya. Setiap ada kesempatan berbincang dengan pasien, ibu
pasien selalu menawarkan kepada pasien untuk menyampaikan perasaan atau
masalah yang sedang terjadi, namun pasien enggan berbicara dan mengatakan
bahwa ia bingung dengan apa yang terjadi dengan dirinya saat itu. Pasien hanya
mengatakan malas melakukan aktivitas apapun. Ajakan ibu pasien untuk keluar
rumah diabaikannya.
Pada tahun 2014 bulan Agustus setelah lebaran pasien mulai sering mengoceh
dan marah-marah sendiri di dalam kamar. Suatu ketika ada beberapa keponakan
pasien yang bermain di rumah. Ketika keponakannya bermain, pasien sedang berada
di dalam kamar. Keponakan-keponakan pasien bermain dalam rumah sambil berlari
dan berteriak-teriak sehingga dirasa mengganggu ketenangan pasien. Kemudian

pasien keluar kamar dan menghampiri kedua keponakannya dilanjutkan mendorong


keduanya hingga terjatuh. Mengetahui apa yang dilakukan pasien terhadap kedua
keponakannya, bapak pasien menanyai alasan pasien membuat kedua keponakannya
menangis, pasien terlihat sangat marah kemudian hampir memukul bapaknya,
namun ibu pasien berhasil mencegahnya. Setelah kejadian itu keluarga memutuskan
untuk membawa pasien ke RSJ PN untuk diperiksakan. Pasien dirawat di RSJ PN
selama 5 hari. Keluarga ingin membawa ke RS S dikarenakan dapat menggunakan
jamkesmas, namun pasien lebih memilih pulang dan berobat jalan. Pasien meminum
obat dari RSJ PN selama 1 bulan kemudian memutuskan untuk melanjutkan
pengobatan di RS PS. Pada tanggal 4 September 2014 pasien datang ke RS PS
untuk melanjutkan pengobatan. Ibu pasien mengatakan setelah mendapat
pengobatan, keadaan pasien mulai membaik.
2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian) autoanamnesis
Sistem Saraf

: demam (-)

Sistem Kardiovaskular : edem kaki (-)


Sistem Respirasi

: terlihat sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)

Sistem Digestiva

: BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-)

Sistem Urogenital

: BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-)


Sistem Muskuloskeletal : edema (-), bengkak sendi (-), kelemahan otot (-).
Secara organik dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien,
pasien tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ. Secara sosial, saat ini
pasien tidak pernah bergaul dengan lingkungan sekitar dan hanya berada di
ruangannya untuk makan, tidur, merokok dan bermain hp. Pasien tidak banyak
melakukan aktivitas di luar rumah, pasien dapat merawat dirinya sendiri, sehingga
pasien dapat dikatakan tidak terhambat dalam hal kemandirian.

2.4. Grafik Perjalanan Penyakit


Gejala Klinis

2012

2013

2014

Mental Health
Line

Fungsi peran
2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Panas, kejang, dan trauma fisik satu tahun sebelum mengalami gangguan
disangkal oleh pasien maupun ibu pasien.
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Pasien mungkin mengalami gangguan kejiwaan tersebut karena adanya
masalah dengan pendidikannya di masa lampau dan menyesalinya karena
berdampak pada masa depannya (tidak punya pekerjaan).
Faktor Predisposisi
Penyakit herediter disangkal oleh narasumber.
Faktor Presipitasi
Dari penuturan autoanamnesis pada pasien, setelah mendengar kabar dari
teman SMKnya dulu bahwa beberapa dari mereka sudah mendapat
pekerjaan dan sukses sedangkan pasien belum bekerja. Sejak saat itu
pasien mulai merasa bersalah, menyesal, sedih dan marah. Gejala-gejala
seperti malas melakukan aktivitas, badan lemas seperti tidak ada energi
dan suara bisikan-bisikan mulai dirasakan.

2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu alloanamnesis


Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Riwayat Sakit Berat/Opname
Pernah dirawat di RSJ Puri Nirmala selama 5 hari
2.6. Riwayat Keluarga
2.6.1. Pola Asuh Keluarga
Alloanamnesis
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Keluarga memiliki pola
asuh yang kurang baik. Orangtuanya memberikan pengawasan yang sangat
longgar kepada pasien, selalu memberikan kebebasan pada anaknya untuk
melakukan sesuatu yang dia inginkan tanpa pengawasan yang cukup dari
orangtuanya. Pasien tidak pernah bercerita tentang masalahnya. Ibunya
mengatakan bahwa tidak ada perilaku keras atau kasar yang diberikan oleh
keluarga kepada anak-anak termasuk pasien.
2.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil alloanamnesis dengan ibu pasien, tidak ada keluarga pasien yang
memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan kejiwaan
(seperti percaya indera keenam, bisa melihat sesuatu hal yang gaib, atau bisa
membaca pikiran orang lain)

2.6.3. Silsilah Keluarga

Keterangan:
: Perempuan
: laki-laki
: Pasien
: tinggal serumah
2.7. Riwayat Pribadi
2.7.1. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir normal di rumah dibantu oleh seorang bidan, dengan berat lahir
3kg, lahir sesuai hari perkiraan lahir. Selama hamil, ibu pasien rutin
mengecek kehamilannya di puskesmas dan tidak ada penyakit tertentu
selama kehamilan.
2.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental

Menurut pengakuan dari ibu pasien, perkembangan mental pasien sejak kecil
sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat tinggal
mereka. Sifat pasien sejak kecil adalah orang yang selalu tertutup, pendiam,
tidak pernah mau bercerita tentang masalah pribadinya.
2.7.3.

Perkembangan Awal
Ibu pasien mengatakan perkembangan pasien sesuai dengan teman-teman
usia sebanyanya. mulai bisa bicara usia 14 bulan. Mulai bisa berjalan usia 16
bulan. Pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun dan Imunisasi lengkap.

2.7.4. Riwayat Pendidikan


SD

: Prestasi di sekolah tidak begitu baik, tapi lulus.

SMP

: lulus dengan baik

SMK

: Pasien ambil jurusan seni lukis, sewaktu kelas 1 dan 2

berjalan dengan lancar. Namun saat di kelas 3 ketika ada PKL (praktek
kerja lapangan) pasien tidak dapat menyelesaikan

tepat waktu

dikarenakan tugas yang banyak. Pasien mengaku sempat membolos


beberapa hari sampai seminggu, sehingga tugas menumpuk dan pasien
tidak dapat menyelesaikannya. Ibu pasien mengatakan pasien pamit
berangkat PKL namun pada kenyataannya pasien bermain di tempat
temannya. Akibat hal ini pasien harus mengulang PKL beberapa kali.
Setelah beberapa kali PKL pasien masih blm lulus juga sehingga pihak
sekolah menawarkan untuk mengulang lagi atau keluar. Pasien akhirnya
memilih untuk mengundurkan diri sehingga pasien tidak lulus SMK.
2.7.5. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja ikut dengan kakaknya di jawa timur, usaha stiker
selama 1 bulan.
2.7.6. Riwayat Perkembangan Psikoseksual
Mulai menyukai lawan jenis saat SD
Pernah dekat dengan seorang perempuan saat SMP.
Pasien sudah pernah pacaran saat SMK.

2.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual


Agama Islam
Sewaktu kecil pasien rajin beribadah, sholat 5 waktu, ikut TPA namun
sejak SMP sudah mulai jarang sholat. Sholat 5 waktu masih bolongbolong. Sudah tidak pernah mengaji.
2.7.8. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.
2.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)
Pendiam
Cenderung tertutup
Cuek atau acuh tak acuh
Tidak mempunyai teman dekat
2.7.10. Hubungan Sosial
Menurut pasien hubungan sosial pasien dengan teman-temannya pada saat di
bangku sekolah baik. Hubungan dengan tetangga di dekat tempat tinggal
pasien tidak begitu baik dikarenakan pasien jarang keluar rumah. Pasien
tidak pernah ikut kegiatan-kegiatan di kampung.
2.7.11. Kebiasaan
Pasien mengaku mempunyai kebiasaan merokok mulai kelas 3 SMP
dikarenakan pengaruh teman-teman di sekolah, biasanya pasien merokok
tingwe (nglinting dhewe) sekitar 20 batang perhari sampai sekarang. Selain
itu pasien memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol (Lapen, Anggur merah,
TM) selama 5 tahun dari tahun 2005 sampai 2010 kira-kira seminggu 1-2
kali. Ibu pasien mengatakan tidak mengetahui kebiasaan ini. Pasien juga
mengatakan pernah beberapa kali minum obat-obatan dan nyimeng, pasien
tidak tahu apa yang dia minum karena diberikan oleh temannya.
2.7.12. Status Sosial Ekonomi

Keluarga pasien bisa dikatakan merupakan keluarga yang kurang mampu.


Sumber penghidupannya didapat dari uang hasil kerja bapak yang bekerja
sebagai tukang bangunan. Penghasilan bapak diperkirakan kurang dari Upah
Minimum Kabupaten (UMK) Bantul. Ibu pasien mengaku setiap minggunya
diberikan uang 150 ribu rupiah oleh suami untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Selain itu pekerjaan kakak pasien yang bekerja di resto di
prawirotaman ikut berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan keluarga,
namun ibu pasien mengatakan penghasilannya tidak pasti. Rumah pasien
terdiri dari 3 kamar tidur, satu kamar mandi, satu ruang tamu, dan satu dapur
serta ruang makan. Dinding terbuat dari tembok, lantai dari keramik, tetapi
rumah bagian belakang lantai terbuat dari semen, atap rumah dari genteng.
Rumah tampak bersih tetapi kurang rapi. Pasien memiliki ruangan sendiri.
2.7.13. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
2.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis : dapat dipercaya
2.9. Kesimpulan Autoanamnesis Alloanamnesis

Laki-laki 24 tahun, pada tahun 2012 mulai memperlihatkan gejala-gejala seperti


pasien lebih mengurung diri di kamarnya dan jarang mau bersosialisasi dengan
orang-orang sekitarnya. Pasien mulai mendengar suara bisikan-bisikan yang
mencari, menyapa pasien dan menyuruhnya untuk keluar rumah.

Pada tahun 2013 gejala pasien semakin memburuk, pasien semakin mengurung
diri di kamar, malas untuk melakukan aktivitas, badan terasa lemas seperti tidak
ada energi. Suara bisikan-bisikan semakin sering didengar sehingga hal ini
menyebabkan pasien terganggu terutama saat akan tidur.

Pada bulan agustus tahun 2014 pasien mulai sering mengoceh dan marah-marah
sendiri, gampang tersinggung dan hampir memukul bapaknya sendiri.

Pasien rawat inap satu kali di RSJ PN selama 5 hari pada bulan Agustus 2014

Pasien mulai berobat rutin sejak bulan Agustus tahun 2014

Pasien memiliki kebiasaan merokok tingwe sejak kelas 3 SMP sebanyak 20


batang perhari, kebiasaan minum alkohol sejak SMP selama 5 tahun 1-2 kali
dalam seminggu, dan terdapat riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan nyimeng
(menghisap ganja) beberapa kali.

Pasien tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ.

Terdapat stressor psikososial yaitu masalah pendidikan di masa lampau yang


berpengaruh terhadap masa depan pasien (tidak punya pekerjaan)

Pasien saat ini tinggal bersama keluarganya

Pasien bisa dikatakan memiliki ekonomi yang kurang.

Pasien memiliki pola asuh keluarga yang permisif.

Pasien pendiam, acuh tak acuh dan cenderung tertutup.

Pasien pernah bekerja, sekarang tidak bekerja lagi.

Pasien belum menikah.

Pasien tidak pernah menjalankan kegiatan moral spiritual (sholat & mengaji).

3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Pemeriksaan Fisik
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 26 Agustus 2014
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan

: tidak ditemukan kelainan

Berat Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi

: 88 x/menit

- Respirasi

: 18 x/menit

- Suhu

: 36,6 C

Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher

- Inspeksi

: leher tampak bersih

- JVP

: tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler
- Sistem Respirasi

: wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)

Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : bising usus (+)
-

Sistem Urogenital

tidak

dilakukan

pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan
Kesan Status Internus

: Dalam batas normal, meskipun ada beberapa


pemeriksaan tidak dilakukan karena tidak
tersedianya

tempat

dan

alat

untuk

pemeriksaan.
3.1.2. Status Neurologis
Kepala dan Leher

: Dalam batas normal

Tanda Meningeal

: tidak dilakukan

Kekuatan Motorik

: Dalam batas normal

Sensibilitas

: tidak dilakukan

Refleks Fisiologis

: tidak dilakukan

Refleks Patologis

: tidak dilakukan

Gerakan Abnormal

: tidak ada

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: tidak ada


Kesan Status Neurologis

: pemeriksaan yang dilakukan dalam batas

normal.
3.1.3. Hasil Pemeriksaan Penunjang
EKG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

EEG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

CT Scan

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan.


LAB darah

: tidak dilakukan pemeriksaan.

3.2. Status Psikiatri


Tanggal Pemeriksaan: 26 September 2014
3.2.1. Kesan Umum
Laki-laki 24 tahun tampak lebih tua dari umurnya, tampak murung dan
lemas, kooperatif, rawat diri baik, berbicara hanya kalau ditanya.
No Status Psikiatri
Hasil
1.
Kesadaran
Kuantitatif: GCS E4V5M6
2.

Orientasi

Kualitatif : Compos mentis


Orang: baik

Keterangan
Pasien sadar penuh
Pasien dapat mengenal orang-orang
disekitarnya (ibu, adik, pemeriksa)
Pasien

Waktu: baik

tahu

jam

berapa

saat

wawancara berlangsung
Pasien tahu sedang berada dimana

Tempat: baik

saat wawancara berlangsung


Pasien tahu situasi rumah dan

Situasi: baik

sekitarnya

Memori segera: baik

Pasien

dapat

mengulang

kata

piring, bola, kanvas segera setelah


pemeriksa mengatakannya.
Memori

jangka

pendek:

baik
Memori jangka panjang:
Baik
3.

Sikap/tingkah
laku

Konsentrasi : baik
Normoaktif

Pasien ingat jam berapa tadi pagi


bangun tidur.
Pasien dapat mengingat tanggal
lahirnya.

Pasien bersikap dan bertingkah laku


dalam batas normal

4.

Penampilan/rawat Baik

Pasien mandi 2 kali sehari, Pasien

5.

diri
Mood

Depresi

berpakaian wajar
Perasaan sedih yang psikopatologis

Anhedonia

Hilangnya minat dan menarik diri


dari

6.

Afek

semua

aktivitas

rutin

&

Depresif

menyenangkan.
Ekspresi kesedihan

Appropriate

Ekpresi wajah pasien sesuai dengan


perasaan yang sedang dirasakan
pasien saat itu.

7.

Pikiran

Bentuk pikir: Non realistis

8.

Hubungan jiwa

Isi pikir: waham (-) ide (-)


Baik

9.

Perhatian

Mudah

ditarik,

Mudah dibina hubungannya dengan

pemeriksa
dapat Pasien memperhatikan pemeriksa

dicantum

saat ditanya dan menjawab sesuai


dengan pertanyaan. Perhatian pasien
terhadap

10.

Halusinasi auditorik (+)

Persepsi

pemeriksa

dipertahankan.
Pasien mengatakan mendengar suara
bisikan-bisikan
menyapa

11.

Insight

Derajat 4

dapat

dan

yang
menyuruh

mencari,
pasien

untuk keluar dari rumah.


Menyadari dirinya sakit dan butuh
bantuan, namun tidak memahami
penyebab sakitnya.

3.2.2. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan


Tidak dilakukan pemeriksaan.
3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1. Kepribadian
Introvert
3.3.2. IQ

Tidak dilakukan tes


3.3.3. Lain-Lain
Tidak ada

4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA


4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Pasien tampak lemas, rawat diri baik, pasien lebih banyak diam, berbicara hanya
ketika ditanya.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, semua dalam batas normal
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Dalam batas normal.
4.2. Gejala
a.

Halusinasi Auditorik

b.

Bentuk pikir non realistis, isi pikir waham (-) ide (-)

c.

Perhatian mudah ditarik, dapat dicantum.

d.

Orientasi orang, waktu, tempat dan situasi baik

e.

Mood depresif dan anhedonia.

f.

Afek depresif dan appropriate

4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)


Berikut ini merupakan kumpulan gejala yang diperoleh dari autoanamnesis,
alloanamnesis dan pemeriksaan status mental pasien:
-

Halusinasi auditorik berupa bisikan-bisikan menyapa, mencari dan menyuruh


pasien untuk keluar dari rumah.

Adanya gejala-gejala negative seperti sikap apatis, bicara yang jarang,


respon emosional yang menumpul yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial.

Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
berbagai aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak
bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan diri dari sosial.

Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita skizoafektif tipe


depresif menurut PPDGJ III.

5. DIAGNOSIS BANDING
-

F25.1 Skizoafektif tipe depresif

F20.4 Depresi pasca-skizofrenia

F32.3 Episode Depresif berat dengan gejala psikotik

6. PEMBAHASAN
DSM-IV-TR: Kriteria Diagnostik Skizofrenia
A. Gejala-gejala yang khas : 2 atau lebih dari gejala berikut yang bermakna dalam
periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil diterapi):
1. waham.
2. halusinasi.
3. pembicaraan yang janggal (mis. Sering derailment atau incohorensia).
4. perilaku janggal atau katatonik
5. adanya gejala negatif (spt afek datar,alogia,abulia).
Cat. : Hanya satu dari kriteria A yang diperlukan jika waham-nya janggal atau jika
halusinasinya berupa suara yang terus menerus mengomentari tingkah laku atau
pikiran yang bersangkutan atau berisi 2 (atau lebih) suara-suara yang saling bercakapcakap.
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan: 1 atau lebih dari area fungsional utama menunjukkan
penurunan nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset dalam suatu rentang
waktu yang bermakna sejak onset gangguan (atau bila onset pada masa anak-anak
atau remaja terdapat kegagalan pencapaian tingkat interpersonal, akademik atau
okupasi lainnya) seperti pekerjaan, hubungan interpersonal atau perawatan diri.
C. Durasi: tanda-tanda gangguan terus berlanjut dan menetap sedikitnya 6 bulan. Periode
6 bulan ini meliputi 1 bulan gejala-gejala fase aktif yang memenuhi kriteria A (atau
kurang bila berhasil diterapi) dan dapat juga mencakup fase prodromal atau residual.
Selama berlangsung. fase prodormal atau residual ini, tanda-tanda gangguan dapat
bermanifestasi hanya sebagai gejala-gejala negatif saja atau lebih dariatau=2 dari

gejala-gejala dalam kriteria A dalam bentuk yang lebih ringan (seperti kepercayaan
kepercayaan ganjil, pengalaman perseptual yang tidak biasa).
D. Penyingkiran skizofektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan mood
dengan gambaran psikotik dikesampingkan karena : (1) tidak ada episode depresi,
mania atau campuran keduanya yang terjadi bersamaan dengan gejala-gelala fase
aktif, (2) jika episode mood terjadi intra fase aktif maka perlangsungannya relatif
singkat dibanding periode fase aktif dan residual.
E. Penyingkiran kondisi medis dan zat: Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang disalah
gunakan) atau oleh suatu kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif: Jika terdapat riwayat
autistik atau gangguan pervasif lainnya maka tambahan diagnosa skizofernia hanya
dibuat bila juga terdapat delusi atau halusinasi yang menonjol dalam waktu sedikitnya
1 bulan (atau kurang jika berhasil diterapi).
Klasifikasi berdasarkan perjalanannya (longitudinal;hanya dipakai setelah minimal 1
tahun berlalu semenjak onset dari gejala-gejala fase aktif pertama):

Episodik dengan gejala-gejala residual interepisode (episode ditandai dengan


keadaan kekambuhan dari gejala-gejala psikosis) juga tentukan jika disertai
gejala-gejala negatif yang menonjol.

Episodik tanpa gejala-gejala residual interepisode.

Kontinyu (gejala-gejala psikosis jelas ada sepanjang periode observasi) juga


tentukan jika disertai gejala-gejala negatif yang menonjol.

Episode tunggal dengan remisi parsial; juga tentukan jika disertai gejala-gejala
negatif yang menonjol.

Episode tunggal dengan remisi penuh

Pola lainnya atau yang tidak ditentukan.

Pedoman menurut DSM IV


Kriteria diagnosis Skizoafektif
DSM-IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric Association
untuk skizoafektif. Kriteria diagnosis skizoafektif menurut DSM-IV adalah:

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu, terdapat
baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan
gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bipolar bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebutkan tipe:
Tipe Bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu
manik atau suatu episode campuran dan episode depresif)
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
Pedoman menurut PPDGJ III
Pedoman diagostik untuk skizoafektif
Diagnosis ganguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan
(simultaneously) atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu
episode penyakit yang sama, dan bilaman, sebagai konsekuensi dari ini, episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau
depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami
suatu episode psikotik, diberi kode diagnostik F.20.4 (Depresi pasca-skizofrenia).
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik
(F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain
mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip diantara episode manik atau
depresif (F30-F33)
F25. 1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
Pedoman diagnostik:

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe depresif yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
depresif.

Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depresif
maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode
depresif.

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua,
gejala khas skizorenia (sebagaimana ditetapkan dalam pedoman diagnostik
skizofrenia, F.20.- (a) sampai (d)

F20.4 Depresi pasca-skizofrenia


Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ-III adalah :
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
1.

Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi kriteria umum skizofrenia) selama


12 bulan terakhir.

2.

Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya), dan

3.

Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya kriteria


untuk episode depresf dan telah ada paling sedikit dua minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi Episode
Depresif (F32.-). Bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis harus
tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.0-F20.3).

Episode Depresif

Gejala utama
-

Afek depresif

Kehilangan minat dan kegembiraan

Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa


lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan menurunnya aktifitas.

Gejala lainnya
-

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2

Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham
atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan efek (moodcongruent).

7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)


Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala patologik pada
organ.
8. DIAGNOSIS
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F25.1 Skizoafektif tipe depresif
AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
Tidak ada diagnosis untuk aksis ini
Gambaran kepribadian skizoid

AKSIS III (Kondisi Medik Umum)


Tidak ada
AKSIS IV (Stressor Psikososial)
Masalah pendidikan

AKSIS V (Fungsi Sosial)


GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi

Risperidone 2 x 2 mg

Amitriptilin 2 x 25 mg

Trihexyphenidil 2 x 2 mg

Psikoterapi
o Terapi Interpersonal
Peran terapi ini untuk menekankan pada apa penyebab gangguan depresifnya
kemudian dijadikan sebagai metode penyembuhannya. Pasien diajari untuk menilai
secara realistik interaksi mereka dengan orang lain

dan menjadi menyadari

bagaimana mereka mengisolasi diri mereka sendiri, yang menyebabkan atau


memperberat depresi yang mereka keluhkan sehingga dengan ini pasien dapat
menemukan

penyebab

dari

depresinya

dan

dapat

mencari

solusi

dari

permasalahannya tersebut.
o Terapi keluarga
Peran keluarga dalam perawatan pasien skizoafektif, memberikan pendidikan dan
informasi tentang skizoafektif pada keluarga pasien (misalkan tanda-tanda awal dari
kekambuhan, peran pengobatan, dan efek samping obat yang diberikan).
o Terapi kelompok
Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial dan

meningkatkan rasa persatuan. Pasien dengan gejala negative, meskipun mereka


tampak tidak berpartisipasi aktif tapi biasanya mereka tetap mendengarkan.
FAKTOR PREMORBID

10. PROGNOSIS
Indikator

Pada Pasien

Prognosis

1.

Skizoid

Jelek

Faktor kepribadian

Tidak ada

Baik

2.

Permisif

Jelek

Faktor genetik

Tidak ada

Baik

3.

Ada

Baik

Pola asuh

Ekonomi kurang

Jelek

4.

Tidak ada

Jelek

Faktor organik

Belum menikah

Jelek

5.

Buruk

Jelek

Dukungan keluarga
6.
Sosioekonomi
7.
Faktor pencetus
8.
Status perkawinan
9.
Kegiatan spiritual

FAKTOR MORBID

10.

Remaja

Jelek

Onset usia

Kronik

Jelek

11.

Skizoafektif

Jelek

Perjalanan penyakit

Baik

Baik

12.

Baik

Baik

13.

Baik

Baik

Respon terhadap terapi

Iya

Buruk

Menurun

Jelek

Jenis penyakit

14.
Riwayat disiplin minum
obat
15.
Riwayat disiplin kontrol
16.
Riwayat peningkatan gejala
17.
Beraktivitas
Kesimpulan prognosis: Dubia ad malam

11. RENCANA FOLLOW UP


Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat,
dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.
Memastikan pasien mendapat psikoterapi interpersonal, keluarga dan kelompok.

Anda mungkin juga menyukai