Anda di halaman 1dari 8

1

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INTEGRATIF UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SMA MATERI
OPTIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Iwan Arisanto1, Agus Suyudi2, Lia Yuliati3


1

Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Malang
2
Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
3
Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Alamat e-mail : iwanarisanto91@yahoo.co.id
ABSTRAK : Laporan TIMSS pada tahun 2011 menunjukkan pencapaian
Indonesia pada matematika baru bisa mencapai peringkat 38 dari 42 negara
sedangkan untuk sains berada di peringkat 40 dari 42 negara sehingga pemerintah
melakukan perbaikan mutu pendidikan dengan menerapkan kurikulumm 2013.
Kurikulum 2013 bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa. Dalam proses belajar diperlukan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar
berbasis integratif untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada
siswa.Model penelitian dan pengembangan yang digunakan 4D. Peneliti
mengadopsi 3 tahap pengembangan 4D yaitu 1) Define, 2) Design, 3) Develop.
Intrumen pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket
disertai dengan pertanyaan terbuka di akhir angket. Sedangkan teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini teknik analisis
deskriptif kualitatif dengan menghitung rata-rata. Kelebihan dari bahan ajar
yaitu 1) terdapat aspek yang dinilai pada setiap tahap melakukan percobaan, 2)
bahan ajar fisika berbasis integratif sehingga sesuai dengan kurikulum 2013 dan
dapat mengembangkan siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, 3)
bahan ajar fisika dengan pokok bahasan alat-alat optik yang dikembangkan
dilengkapi dengan kegiatan siswa untuk menemukan konsep, 4) dilengkapi
dengan gambar-gambar yang konstektual dan sesuai dengan materi, 5) soal-soal
evaluasi. Selain memiliki kelebihan bahan ajar berbasis integratif juga memiliki
kekurangan, antara lain 1) terbatas hanya pada materi optik, 2) tidak ada jurnal
siswa sehingga kesulitan siswa belum dapat terungkap, 3) penjelasan pada kolom
proyek terlalu banyak.

Kata kunci : bahan ajar, integratif, kemampuan berpikir tingkat tinggi, optik

Perbaikan mutu pendidikan diperlukan agar bisa mencapai pendidikan


yang ideal. Mutu pendidikan di Indonesia perlu adanya perbaikan. Hal ini dapat
dilihat pada laporan Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) pada tahun 2011 menunjukkan pencapaian Indonesia pada matematika
baru bisa mencapai peringkat 38 dari 42 negara sedangkan untuk sains berada di
peringkat 40 dari 42 negara (Mullis dkk, 2012). Pemerintah melakukan perbaikan
mutu pendidikan dengan cara memperbaharuhi kurikulum yang ada sehingga
diterapkannya kurikulum 2013.
Pelaksanaan kurikulum 2013 bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Menurut Rofiah dkk (2013:18) kemampuan berpikir
tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan

mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk


berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan
memecahkan masalah pada situasi baru. Namun, hasil studi TIMSS menunjukkan
siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan berpikir
tingkat tinggi (Rofiah dkk, 2013:20).
Salah satu mata pelajaran yang membuka peluang
siswa untuk
mengembangkan kreativitasnya sekaligus mengasah keterampilan berpikir tingkat
tinggi fisika. Peluang itu ada karena Fisika merupakan suatu ilmu yang empiris
dan mempunyai konsep yang bersifat abstrak sehingga diperlukan kreativitas
berpikir untuk mempelajarinya. Menurut Sugihartini (2005:36) hanya dengan
penguasaan konsep fisika seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan, baik
permasalahan fisika yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan
fisika dalam bentuk soal-soal fisika di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman
konsep bahkan aplikasi konsep tersebut.
Permasalahan tentang optika menjadi permasalahan di tingkat SMA. Hal
itu terbukti dari data hasil observasi analisis kebutuhan di SMAN 1 Bandar
Lampung yang dikemukakan oleh Ernisa dan Eko (2013) menunjukkan bahwa
sulitnya siswa kelas X memahami materi optik. Hasil penelitian Antariani
(2012:3) menunjukan siswa masih mengalami kesulitan dalam menguasai
beberapa konsep berkaitan dengan cahaya. Misalnya, siswa masih sulit
membedakan antara peristiwa pemantulan dan pembiasan cahaya, atau
membedakan antara bayangan maya dan bayangan nyata baik pada cermin
maupun pada lensa. Bahan ajar dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
memahami konsep yang ada.
Pelaksanaan proses belajar memerlukan bahan ajar untuk membantu siswa
dan guru. Menurut Mbulu dan Suhartono (2004:87) bahan ajar sebagai isi
pembelajaran yang ditulis oleh pengajar yang didalamnya memuat materi yang
bertujuan untuk mempermudah proses belajar siswa. Bahan ajar termasuk kriteria
baik apabila bahan ajar ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah
dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keteranganketerangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu berdasarkan dengan ide
penulisnya (Depdiknas, 2008:12).
Kenyataan di lapangan setelah peneliti menyebarkan angket di beberapa
SMA kota Malang dan observasi di berbagai toko buku yang ada di kota Malang.
Bahan ajar yang ada sebesar 85 % kurang sesuai dengan kurikulum 2013. Dari
hasil angket diketahui, bahan ajar yang digunakan siswa kurang menarik. Hal ini
menyebabkan siswa kurang tertarik membaca bahan ajar yang ada. Bahan ajar
yang digunakan juga belum menuntun siswa untuk mencapai kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
Upaya untuk mengatasi masalah yang ada dengan mengembangkan bahan
ajar berbasis integratif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukana Paryanto
(2012) dengan menggunakan integratif dapat meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi mahasiswa dalam memecahkan masalah dari 28,77 meningkat
menjadi 32,98. Bahan ajar berbasis integratif merupakan pendekatan yang
mengintegratifkan kemampuan sosial, keterampilan dan pengetahuan.
Pengetahuan siswa dalam kehidupan sehari-hari akan dikaitkan dalam proses

belajar sehingga siswa memiliki keterampilan menalar. Proses ini mampu


membimbing siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dari latar belakang yang telah ada maka perlu untuk pengembangan bahan
ajar yang sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 yaitu mencetak siswa yang
memiliki berpikir tingkat tinggi. Bahan ajar tersebut dibuat untuk guru dan siswa
sehingga mempermudah dalam proses pembelajaran. Untuk itu perlunya
pengembangan bahan ajar integratif untuk meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa pada mata pelajaran fisika kelas X SMA materi optik.
METODE
Model penelitian dan pengembangan yang digunakan adalah model
pengembangan 4-D (Four D) yang merupakan model pengembangan perangkat
pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thagarajan dkk (1974). Dalam
pengembangan bahan ajar integratif hanya mengadopsi tiga tahap dari model
penelitian 4-D. Model pengembangan 4D yang diadopsi yaitu 1) Define
(Pembatasan), 2) Design (Perancangan), 3) Develop (Pengembangan)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket. Angket yang digunakan dalam teknik pengumpulan data difungsikan
untuk memperoleh data secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
dipergunakan untuk memperoleh validasi dan mengetahui tingkat kelayakan
produk. Data kualitatif digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap produk
bahan ajar. Angket yang digunakan dalam penelitian menggunakan skala nilai
Likert yang berbentuk check list.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan
ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan teknik perhitungan rata-rata.
Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskrepsikan prosedur
pengembangan bahan ajar dan mengolah data yang yang berupa kritik dan saran
yang diperoleh dari angket. Hasil analisis deskriptif digunakan peneliti untuk
merevisi bahan ajar yang dibuat pada tahap awal. Penentuan nilai rata-rata
berdasarkan Arikunto (2002:216) adalah sebagai.
=

Keterangan :
= Nilai rata-rata
x = Jumlah skor jawaban validator
n = Jumlah validator
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan ajar fisika berbasis integratif pada pokok bahasan alat-alat optik
memiliki tiga bagian.
1. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan terdiri atas halaman muka atau cover, kata sambutan,
kata pengantar, petunjuk penggunaan buku, daftar isi. Halaman muka atau cover
memuat pokok bahasan yang akan dipelajari yaitu alat-alat optik, pengguna bahan
ajar, penulis bahan ajar serta dilengkapi gambar-gambar yang sesuai untuk
menarik perhatian. Kata sambutan bersisi tentang ucapan syukur karena dapat
membuat bahan ajar ini dan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah

membantu dalam pembuatan bahan ajar. Kata pengantar berisi tentang gambaran
bahan ajar secara luas dan sedikit panduan apa yang akan diperlajari di bahan ajar.
Petunjuk penggunaan buku berisi panduan dalam memahami isi buku sehingga
mudah digunakan dan berisi fitur-fitur yang membantu siswa untu mencapai
kompetensi yang diharapkan. Daftar isi berisi sub bab dan judul anak bab beserta
halamannnya.
2. Bagian Isi
Bagian isi berisi peta konsep dan materi yang terdiri atas tiga sub pokok
bahasan. Tiga sub pokok bahasan dilengkapi oleh peta konsep, fokus, profesor,
contoh soal, tes diri, jendela dunia fisika, ingat, menemukan konsep, heroes,
proyek, rangkuman dan uji kompetensi diri. Peta konsep secara implisit digunakan
untuk membantu siswa mengetahui materi-materi apa saja yang akan dipelajari
dalam setiap bab. Sebelum siswa memasuki materi, pembelajaran akan dibuka
dengan hal-hal yang sangat menarik yang terdapat disekitar siswa dan siswa tidak
pernah menyadari akan hal itu. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih mudah
karena siswa akan merasa bahwa materi yang akan dipelajari sangat menarik.
Fokus berisi fenomena yang menarik dan terdapat disekitar siswa. Fokus
bertujuan agara pembelajaran lebih mudah karena siswa akan merasa bahwa
materi yang akan dipelajari sangat menarik. Contoh soal merupakan contoh
penyelesaian soal yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari. Hal ini
mempermudah siswa dalam mengerjakan soal lain yang ada di bahan ajar.
Bahan ajar alat-alat optik berisi bagian-bagian buku yang membantu siswa
dalam mencapai kompetensi yang tertuang dalam kurikulum 2013. Bagian-bagian
tersebut adalah jendufis atau jendela dunia fisika adalah kumpulan fakta-fakta
menarik yang dapat menambah wawasan baru siswa. Heroes adalah kumpulan
biografi singkat para sejarawan fisika yang telah berjasa terhadap perkembangan
ilmu fisika. Proses pembelajaran fisika didasari oleh fakta ilmiah sehingga perlu
untuk siswa dalam mengasah keterampilan ilmiah. Keterampilan ilmiah
dikembangkan dengan kolom profesor yang berisi tentang praktikum sederhana
yang berhubungan dengan materi. Kolom ingat berisi bagian penting yang perlu
diingat oleh siswa untuk mempermudah pemahaman materi sedangkat kolom
menemukan konsep berisi tugas dalam membimbing siswa menemukan konsep
secara mandiri.
Kurikulum 2013 menuntuk siswa untuk dapat mengaplikasikan
pengetahuan yang didapat sehingga bisa membuat benda dari penerapan
pengetahuan tersebut. Buku ini dilengkapi kolom proyek agar siswa dapat
menerapkan pengetahuan yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari. Setelah
siswa mempelajari materi pada buku ini maka disediakan ringkasan materi yang
telah siswa pelajari untuk mengingat-ngingat kembali apa saja yang telah
dipelajari. TAM (Tes Akhir Materi) berguna untuk mengetes kepahaman siswa
tentang materi. Pertanyaan yang tersedia sangat menarik dan menuntut siswa
untuk memecahkan masalah
3. Bagian Penutup
Bagian penutup berisi atas proyek, rangkuman, uji kompetensi, daftar
pustaka dan glosarium. Proyek berisi tugas pembuatan benda dalam menerapkan
ilmu yang sudah di dapat. Pada pemantulan cahaya pada cermin, siswa diminta

untuk membuat periskop sedangkan pada alat-alat optik siswa diminta membuat
teropong sederhana. Rangkuman berisi kumpulan materi atau konsep yang telah
dipelajari di dalam setiap sub bab terdapat rangkuman. Uji kompetensi digunakan
untuk mengukur penguasaan konsep siswa setelah mempelajari materi yang
diberikan. Daftar pustakan merupakan daftar buku yang menjadi rujukan dalam
membuat bahan ajar sedangkan glosarium memuat kata-kata penting yang ada
pada materi dan disusun sesuai dengan urutan materi bukan urutan alphabet.
Bahan ajar yang telah dikembangkan telah diuji cobakan. Data yang
diperoleh dari hasil uji coba berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
merupakan hasil penilaian validator dan siswa dalam skala likert yang berupa
angka dalam rentang 4 sampai 1. Data kualitatif berupa komentar dan saran yang
diberikan validator maupun siswa untuk memeperbaiki bahan ajar. Data
kuantitatif yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis ratarata. Dari analisis rata-rata setiap aspek, kemudian dapat diketahui kelayakan dari
setiap aspek tersebut. Setelah dilakukan pengambilan data maka diketahui bahwa
bahan ajar integratif yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa dan layak digunakan dengan kriteria kelayakan 3,25
dari ahli dan 3,28 dari siswa.
KAJIAN DAN SARAN
Kajian
Hasil validasi dari ahli maupun uji coba terbatas menyatakan bahan ajar
integratif cukup layak digunakan dan dapat digunakan untuk membantu dalam
proses belajar. Hal ini sesuai dengan Mbulu dan Suhartono (2004:87) yang
mengartikan bahan ajar sebagai isi pembelajaran yang ditulis oleh pengajar atau
penulis lain untuk kepentingan pembelajaran yang bertujuan untuk mempermudah
proses belajar siswa. Bahan ajar integratif yang dihasilkan berupa buku teks siswa
dan guru. Buku siswa dan buku guru merupakan sumber secara langsung.
Menurut Anderson (1993) dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai sumber belajar yang
dimanfaatkan secara langsung dan sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan
secara tidak langsung. Sumber belajar yang dimanfaatkan langsung merupakan
bahan ajar utama yang menjadi rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya
adalah buku teks, modul, handout, dan bahan-bahan panduan utama lainnya.
Bahan ajar intregratif disusun secara sistematis dengan mengintegratifkan
kemampuan sosial, ketrampilan dan pengetahuan sehingga siswa dapat
mengaitkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan konsep.
Menurut Zuchdi (1997) intregratif sendiri memiliki ciri-ciri antara lain 1) berpusat
pada siswa, 2) memberikan pengalaman langsung pada anak, 3) pemisahan antar
materi tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep dari berbagai materi dalam satu
proses pembelajaran, 5) bersifat luwes. Bahan ajar berbasis integratif juga
disesuaikan dengan kriteria bahan ajar yang baik. Bahan ajar termasuk kriteria
baik apabila bahan ajar ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah
dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keteranganketerangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu berdasarkan dengan ide
penulisnya (Depdiknas, 2008:12).

Dalam bahan ajar berbasis integratif kemampuan yang ditingkatkan adalah


kemampuan berpikir tingkat tinggi. Menurut Rofiah, dkk (2013:18) kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi,
dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk
berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan
memecahkan masalah pada situasi baru. Bahan ajar integratif disusun berdasarkan
indikator kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari 11 indikator yaitu
siswa mampu mengidentifikasi masalah, menyatakan hubungan sebab-akibat,
mampu menerapkan konsep yang sesuai dengan masalah, memiliki rasa ingin
tahu, mampu membuat chart atau gambar untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menjelaskan beberapa kemungkinan sebagai solusi, berpikiran terbuka, membuat
keputusan, mampu bekerja secara teliti, berani berspekulasi serta mampu
merefleksi keefektifan proses pemecahan masalah (Rofiah dkk, 2013:26).
Bahan ajar berbasis integratif dengan pokok bahasan alat-alat optik yang
dikembangkan memiliki beberapa kelebihan yaitu 1) terdapat aspek yang dinilai
pada setiap tahap melakukan percobaan, 2) bahan ajar fisika berbasis integratif
sehingga sesuai dengan kurikulum 2013 dan dapat mengembangkan siswa
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, 3) bahan ajar fisika dengan pokok
bahasan alat-alat optik yang dikembangkan dilengkapi dengan kegiatan siswa
berupa profesor maupun menemukan konsep. Kegiatan ini bertujuan siswa dapat
menemukan konsep fisika secara mandiri, 4) dilengkapi dengan gambar-gambar
yang konstektual dan sesuai dengan materi, 5) dilengkapi dengan soal-soal
evaluasi yang merupakan kumpulan soal fisika pada bahasan alat-alat optik.
Selain memiliki kelebihan bahan ajar berbasis integratif juga memiliki
kekurangan, antara lain 1) terbatas hanya pada materi optik, 2) tidak ada jurnal
siswa sehingga kesulitan siswa belum bisa terungkap, 3) penjelasan pada kolom
proyek terlalu banyak.
Saran
1. Saran Pemanfaatan
Bahan ajar berbasis integratif dilengkapi petunjuk penggunaan buku
sehingga sebelum menggunakannya disarankan membaca terlebih dahulu
petunjuk penggunaan buku. Bahan ajar berbasis integratif memuat fenomenafenomena yang ada di kehidupan nyata sehingga sebelum memulai pelajaran
alangkah baiknya guru menyiapkan materi untuk menjawab fenomena yang ada di
bahan ajar ini. Bahan ajar berbasis integratif dilengkapi kemampuan yang dinilai
pada setiap tahap percobaan sehingga siswa dapat memaksimalkan nilai dengan
melakukan tahap-tahap percobaan sesuai dengan petunjuk.
2. Diseminasi
Penyebaran bahan ajar berbasis integratif dapat dilakukan dengan cara
mengajukan ke perkumpulan guru di tingkat sekolah yaitu MGMPS. Penyebaran
secara lebih luas bisa mengajukan ke perkumpulan guru tingkat kabupaten yaitu
MGMP. Penyebaran secara nasional dapat dilakukan dengan mempublikasikan
bahan ajar melalui artikel.
3. Pengembangan Produk Lebih Lanjut
Pengembangan yang dilakukan hanya samapai uji coba terbatas. Agar
bahan ajar ini menjadi lebih baik maka perlu adanya uji coba empirik. Uji coba
empirik dapat dilakukan dengan metode eksperimen. Metode eksperimen

dilakukan dengan menggunakan dua kelas yang diberi perlakuan berbeda. Kelas
pertama diberikan bahan ajar integratif dan kelas kedua tidak diberikan sehingga
dapat diketahui kelayakan dari bahan ajar integratif.
DAFTAR RUJUKAN
Anderson, R.H. 1993. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran.
Terjemahan Yusufhadi Miarso dkk. Jakarta : UT dan PT Raja Grafindo
Persada
Antariani, W. 2012. Pembelajaran Siklus Belajar Empiris-Induktif untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Optik Geometrik di SLTP. Disertasi
diterbitkan: Bandung: PPs UPI
Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
Ernisa, A. & Eko. 2013. Pengembangan Multimedia Interaktif (MMI) Tutorial
dalam Pembelajaran Materi Optika Geometri. Jurnal Pembelajaran
Fisika, (Online), 2013/1, (6), (http://www.fkip.unila.ac.id), diakses 27
November 2013.
Dekdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional
Mbulu, J dan Suhartono.2004. Pengembangan Bahan Ajar. Malang : Elang Mas
Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., & Arora, A. 2012. TIMSS 2011
International Results in Mathematics,(online)
(http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/international-resultsmathematics.html) diakses 2 Januari 2013.
Paryanto. 2012. Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktik Pemesinan
Mahasiswa D3 Teknik Mesin UNY Dengan Model Integratif Learning.
Jurnal Pendidikan, 2 (3) : 85-90
Rofiah, E., Siti, A.N., Ekawati, E.Y.2013. Penyusunan Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP. Jurnal
Ilmu Pendidikan, 1 (2) : 18-20
Sugiharti, P. 2005. Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran
Fisika. Jurnal Pendidikan Penabur, 5 (4) : 30-35
Thiagarajan, S., Semmel, D.S., Semmel, M.I. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis. Minnesota:
Leadership Training Institute/Special Education University of Minnesota
Zuchdi, D. 1997. Analisis Episode Kesalahan Membaca Nyaring di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan, 4 (4) : 45-50

Anda mungkin juga menyukai