Disusun Oleh :
CHINTIA R. ENDISMOYO
1102008309
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Pembimbing :
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun
tugas presentasi kasus yang berjudul Diabetes Mellitus. Penyusunan tugas ini masih jauh
dari sempurna baik isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak agar dikesempatan yang akan datang penulis dapat
membuat yang lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Donny Gustiawan
SpPD sebagai pembimbing yang telah membantu menyempurnakan presentasi kasus ini.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Cibitung, 29-04-2013
Penyusun
BAB I
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
: Ny. K
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 33 Tahun
Alamat
: Tambun
Pekerjaan
: Karyawan Pabrik
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah
Tgl. Masuk
: 24-04-2013
Tgl. Keluar
: --
II. Anamnesis
Keluhan Utama:
Bengkak pada kedua kaki, tangan dan wajah sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke RSUD Cibitung dengan keluhan bengkak pada kedua kaki ,
tangan dan wajah sejak 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit.
Keluhan ini sering hilang timbul. Bengkak biasanya timbul pada siang dan malam
hari. Selain itu pasien juga mengeluh mual dan muntah dengan konsistensi cair 5-6
kali perhari. Pasien sering merasa haus dan lemas. Tidak ada demam. BAK dan BAB
tidak ada gangguan.
Pasien mempunyai riwayat darah tinggi dan diabetes melitus tidak terkontrol
sejak 2 tahun yang lalu. Pernah ke dokter dan diberikan captopril dan glibenclamid.
Kesadaran
Compos mentis
Tekanan darah
200/120 mmHg
Nadi
132 x / menit
Pernapasan
24 x /menit,
Suhu
36,00 C
Ikterus
-/-
Oedema
+/+
Cyanotik
-/-
Anemia
-/-
Ptechia
Turgor kulit
Baik
Tinggi Badan
155 cm
Berat badan
47 Kg
KEPALA
Bentuk
Normal, simetris
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
LEHER
Bentuk normal, deviasi trakhea (-), Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB.
JVP
THORAKS
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Hangat
EKSTREMITAS
-
Superior
Sianosis (-/-)
edema (+/-)
-
Inferior
Hangat
edema (+/+)
Sianosis (-/-)
Neurologi
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Kekuatan otot
Fungsi sensorik
: 10,6
g/dl
11,0 17,0
Leukosit
: 16.200
103/l
4,0 10,0
Limfosit
: 39
103/l
1,0 5,0
Monosit
: 3,77
103/l
0,1 1,0
Granulosit
: 2,9
103/l
2,0 8,0
Hematokrit
: 32,0
35,0 55,0
Trombosit
103/l
: 510
150 - 400
Kimia klinik
Fungsi Ginjal
Ureum
: 88
mg/dl 10 -50
Kreatinin
: 1,3
Fungsi Hati
- Protein total
: 4,8
g/dl
7,0 9,0
- Albumin
: 2,1
g/dl
3,5 5,0
- Globulin
: 2,7
g/dl
1,5 3,0
- SGOT
: 12
U/l
0 - 38
- SGPT
: 23
U/l
0 - 41
- Warna
Kuning
- Kejernihan
Agak keruh
- Protein
++/pos 2
Urine
Tirah baring
Diet MLTKTP
Medikamentosa
Captopril 3x12,5 mg
Lasix 2x 2 ampul
Sliding scale (Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah)
Pemeriksaan anjuran
Pemeriksaan A1C
Albumin / globulin
EKG
Funduskopi
FOLLOW UP
Tanggal
Keluhan
25-04-2013
Edema (+)
- Muntah
- Mual
26-04-2013
Edema (+)
- Muntah
- Mual
Edema (+)
berkurang
Muntah (-)
- Mual
371 (12.00wib)
518 (18.00wib)
595 (24.00wib)
GDS
227 (24.00wib)
Pemeriksaan fisik
- Kesadaran
- TD
- Nadi
- Pernapasan
- Suhu
CM
190/110mmHg
100x/mnt
24x/mnt
36,40 C
CM
180/100mmHg
100x/mnt
24x/mnt
370 C
CM
170/90mmHg
88x/mnt
24x/mnt
36,50 C
(-)
(-)
(-)
Mata
- Conjungtiva anemis
Thorak
Cor pulmo
273 (12.00wib)
426 (24.00wib)
27-04-2013
Diagnosa
Penatalaksanaan
Bed rest
RL 500 cc/ 20 gtt
Captopril
3x10
mg
-
Lasix 2x 2 ampul
Ranitidin 1amp
2x1 ampul
- Nefropati
diabetik+ hipertensi
+ DM
- Nefropati diabetik
+ hipertensi + DM
- hipertensi + DM
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
5 unit
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
10 unit
20 unit
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
20 unit
20unit
20 unit
28-04-2013
29-04-2013
30-04-2013
Insulin
Tanggal
Keluhan
GDS
Pemeriksaan fisik
- Kesadaran
- TD
- Nadi
- Pernapasan
- Suhu
Mata
- Conjungtiva anemis
Thorak
Cor pulmo
Edema (-)
- Muntah (-)
- Mual
Edema (-)
- Muntah (-)
- Mual
547 (12.00wib)
831 (18.00wib)
474 (24.00wib)
152 (06.00wib)
Edema (-)
- Muntah (-)
- Mual
CM
160/90mmHg
84x/mnt
24x/mnt
36,40 C
CM
170/90mmHg
88x/mnt
24x/mnt
360 C
CM
170/100mmHg
113x/mnt
24x/mnt
360 C
(-)
(-)
(-)
- hipertensi + DM
- hipertensi + DM
- hipertensi + DM
Diagnosa
Penatalaksanaan
Bed rest
RL 500 cc /20 gtt
Captopril
3x10
mg
-
Lasix 2x 2 ampul
Ranitidin 1amp
2x1 ampul
Insulin
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
20 unit
20 unit
20 unit
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Resume:
Seorang perempuan usia 33 tahun datang ke Rumah Sakit Cibitung dengan
keluhan Edema pada kedua tungkai, tangan dan wajah. Keluhan disertai mual dengan
muntah dengan konsistensi cair 5-6 kali perhari. Pasien mengeluh sering haus dan merasa
lemas. Terdapat riwayat hipertensi dan diabetes melitus tidak terkontrol selama 2 tahun,
sebelumnya mendapatkan pengobatan captopril dan glibenclamid.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 200/120 mmHg dengan nadi
132x/menit , edema pada kedua tungkai bawah, tangan dan wajah.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hasil lekositosis (16,2
ribu/ul) dan terdapat proteinuria (pos ++), hipoalbumin (2,1 mg/dL) dan ureum yang
meningkat (88 mg/dL). Terdapat peningkatan gula darah pada pemeriksaan gula darah
sewaktu sebesar 229 mg/dL (>200 mg/dl) dengan tambahan gejala klasik berupa polifagi.
Diagnosis n
VI. PROGNOSIS
Pasien DM tipe II, jika pasien cepat didiagnosa dan diobati maka akan memperlambat
terjadinya komplikasi pada pasien sehingga morbiditas dan mortalitasnya menurun.
Namun, jika telat didiagnosa dan diobati, maka tingkat mortalitas dan morbiditasnya
akan meningkat karena komplikasi mudah terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENDAHULUAN
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen
Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi DM di daerah urban Indonesia untuk usia
diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi Papua sebesar
1,7%, dan terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimanatan Barat yang mencapai
11,1%. Sedangkan prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar antara 4,0% di
Propinsi Jambi sampai 21,8% di Propinsi Papua Barat.
II. DEFINISI Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. (Konsensus
Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia 2011
III. ETIOLOGI
2.
Riwayat salah satu orang tua atau saudara kandung terkena penyakit DM
3.
Riwayat salah satu anggota keluarga (nenek, kakek, paman, bibi, sepupu)
mengidap penyakit DM
4.
Seorang yang gemuk / obesitas (> 20 %, BB ideal) atau indeks masa tubuh (IMT)
> 27 kg/m2
5.
6.
7.
Seorang dengan kelainan profil lipid darah (dislifidema) yaitu kolesterol HDL <
35 mg/dl, dan / atau trigliserida > 250 mg/dl
8.
9.
10.
11.
Riwayat menggunakan obat-obatan oral atau suntikan dalam jangka waktu lama,
obat golongan kortikosteroid (untuk pengobatan asma, kulit, rematik dan lainnya)
V. PATOFISIOLOGI
Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin, menyebabkan glikogen
meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru (glukoneugenesis) yang
menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi proses pembentukan
keton
(ketogenesis).
Terjadinya
peningkatan
keton
didalam
plasma
akan
menyebabkan ketonurea (keton dalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH
serum menurun yang menyebabkan asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
menurun,
hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul Glukosuria.
Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran
kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi.
Glukosuria
mengakibatkan
keseimbangan
kalori
negatif
sehingga
VI. DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
Atau
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah
satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah
terstandardisasi dengan baik.
Manifestasi Klinis
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di
bawah ini:
- Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
- Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A1C
Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida)
Kreatinin serum
Albuminuria
Elektrokardiogram
V. TERAPI
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes.
Tujuan penatalaksanaan jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM,
mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM.
Pilar penatalaksanaan DM :
I.
Edukasi.
II.
Lemak
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
Protein
Natrium
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan
bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
Serat
Pemanis alternatif
III.
Latihan jasmani.
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit. Latihan
jasmani yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, dan berenang.
IV.
Terapi farmakologis.
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
Tiazolidindion
Metformin
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal
2. Suntikan
1. Insulin
2. Agonis GLP-1/incretin mimetic
1. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
Ketoasidosis diabetik
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO Jenis dan lama kerja insulin
Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang
dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.
terjamin, semprit insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh
penyandang diabetes yang sama. Harus diperhatikan kesesuaian konsentrasi
insulin dalam kemasan (jumlah unit/mL) dengan semprit yang dipakai (jumlah
unit/mL dari semprit).
2. Agonis GLP-1
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan baru
untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja sebagai perangsang
penglepasan insulin yang tidak menimbulkan hipoglikemia ataupun
peningkatan berat badan yang biasanya terjadi pada pengobatan dengan
insulin ataupun sulfonilurea. Agonis GLP-1 bahkan mungkin menurunkan
berat badan. Efek agonis GLP-1 yang lain adalah menghambat penglepasan
glukagon yang diketahui berperan pada proses glukoneogenesis. Pada
percobaan binatang, obat ini terbukti memperbaiki cadangan sel beta
pankreas. Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa
sebah dan muntah. Contohnya adalah sitagliptin; saxagliptin; linagliptin.
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian
dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Bersamaan dengan
pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO
tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi (secara terpisah
ataupun fixed-combination dalam bentuk tablettunggal), harus dipilih dua macam obat
dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa
darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang
berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan
klinis di mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga
OHO dapat menjadi pilihan.
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi
OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut pada
umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang
cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar
jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa
darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah
sepanjang hari masih tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan terapi
kombinasi insulin.
VI. KOMPLIKASI
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik
Kompliksi akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubungan
dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka waktu pendek, ketiga
komplikasi tersebut adalah :
a. Diabetes Ketoasidosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
penyakit DM. Diabetik katoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau
tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
b. Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHN)
Koma hiperosmolar non ketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.
Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosik
dan asidosis pada KHN.
c. Hipoglikemia
Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di
seluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2
1) Mikrovaskuler
a) Penyakit ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal, bila kadar glukosa
dalam darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan
mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam
urine.
b) Penyakit mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan,
keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan neuropati.
Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan,
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
c) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom
medulla spinallis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan
perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa fungsi myalin yang
dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi
saraf.
DAFTAR PUSTAKA