Sken 2 Yola
Sken 2 Yola
Yolanda Yesica
10 2009 104
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Semester VII
Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510
www.ukrida.ac.id
BAB 1
Pendahuluan
SKENARIO 2
Sesosok mayat bayi baru lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat
melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang
perempuan yang menghentikan mobilnya di dekat sampah tersebut dan berada di sana cukup
lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut.
Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai
dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang
dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus
mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan
membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.
BAB 2
Isi
Prosedur medikolegal
Kewajiban dokter dalam membantu peradilan tercantum dalam Pasal 133 KUHAP3 :
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehamilan atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
diletakkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Pro
justitia,
yang
diletakkan
di
bagian
atas.
Kata
ini
juga
apakah
telah
terjadi
persetubuhan
dan
kapan
visum
et
repertum
ini
saya
buat
dengan
dipersoalkan apakah bayi yang dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau
belum cukup bulan, maupun viable atau nonviable. Dokter memeriksa mayat bayi,
bila diminta bantuannya oleh penyidik, diharapkan dapat menjawab pertanyaanpertanyaan dibawah ini1:
1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup?
2. Berapakah umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin)?
3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?
4. Apakah sebab kematiannya?
Pada paru yang telah mengalami pembusukan, potongan kecil dari paru
dapat mengapung sekalipun paru tersebut belum pernah bernafas.
Mengapungnya
potongan
kecil
paru
yang
telah
mikroskopik
memberikan
gambaran
paru
yang
telah bernafas
Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak jaringan paru dengan
alveoli yang telah terbuka dengan dinding alveoli yang tipis.
Pada pemeriksaan bayi baru lahir, perlu pula dilakukan pemeriksaan teliti
terhadap kepala, mengingat kepala bayi yang dapat mengalami moulage
pada saat kelahiran, mungkin dapat menimbulkan cedera pada sinus di
kepala. Untuk meneliti hal ini, kepala bayi harus dibuka dengan tehnik
khusus yang menghindari terpotongnya sinus tersebut sehingga dapat
dinilai dengan sebaik-baiknya.
Kulit kepala dibuka dan dikupas seperti pada mayat dewasa. Tulang
tengkorak
bayi
baru
lahir
masih
lunak
sehingga
pembukaan
Jaringan otak bayi baru lahir biasanya lebih lunak dari jaringan
otak dewasa. Untuk dapat melakukan pengirisan dengan baik, kadang perlu
dilakukan fiksasi dengan formalin 10% baik dengan merendam
otak tersebut atau melakukan penyuntikan imbibisi.
Untuk menentukan usia dalam kandungan (gestational age) mayat bayi,
dapat dilakukan pemeriksaan terhadap pusat penulangan.
ke
arah
depan
sampai
sela
jari
ke 3
dan
4. dengan
11
terhadap
maturitas,
viabilitas
bayi
diperlukan
bila
pada pemeriksaan didapati keraguan akan hal lahir hidup atau lahir mati,
pada bayi-bayi yang lahir imatur atau non-viable, kemungkinan lahir hidup
tentunya lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang lahir matur dan viable.
Namun bila dari hasil pemeriksaan keseluruhan, masih tidak dapat
dipastikan lahir hidup atau lahir mati, hendaknya hal ini dikemukakan
dengan sejujur-jujurnya dalam visum et repertum.4
1 bulan
2 bulan
3 bulan
tumit)
1 x 1 = 1 (cm)
2 x 2 = 4 (cm)
3 x 3 = 9 (cm)
12
4 bulan
4 x 4 = 16 (cm)
5 bulan
5 x 5 = 25 (cm)
6 bulan
6 x 5 = 30 (cm)
7 bulan
7 x 5 = 35 (cm)
8 bulan
8 x 5 = 40 (cm)
9 bulan
9 x 5 = 45 (cm)
Tabel 1. Penentuan umur janin dengan rumus De Haas
Umur (bulan)
1.5
2
3
4
5-6
6
Akhir 7
Akhir 8
Akhir 9 / setelah lahir
Akhir 9 / setelah lahir
Akhir 9 / setelah lahir (bayi wanita
lebih cepat)
Tabel 2. Perkiraan umur janin dengan melihat proses penulangan
2.2.2 Ibu
Berdasarkan KUHP maka yang dapat dikenakan hukuman karena melakukan
pembunuhan anak adalah ibu dari anak itu sendiri, demikian pula dengan pindak
pidana yang dimaksudkan dalam pasar 308 dan pasal 306 ayat 2.
Pemeriksaan pada ibu tersebut ditujukan agar penyidik mendapat kejelasan dalam
hal2 :
Memang benar si ibu tersebut baru melahirkan anak, ini dapat diketahui dari
keadaan buah dada, rahim yang masih membesar, keluarnya cairan kemerahan
dari vagina, serta tanda-tanda yang menunjukkan bahwa si ibu masih dalam
masa nifas.
13
laki-laki tersebut.
Adanya barang bukti yang bisa dikaitkan atau ada hubungannnya dengan
barang bukti yang didapatkan pada tubuh korban, seperti: pembungkus mayat,
kain yang berlumuran darah sewaktu persalinan, alat penyeret serta barangbarang bukti lainnya yang berasal dari si ibu/ tempat terjadinya persalinan.
Polimorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bentuk yang
berbeda dari suatu struktur dasar yang sama. Jika terdapat variasi / modifikasi pada suatu
lokus yang spesifik (pada DNA) dalam suatu populasi, maka lokus tersebut dikatakan bersifat
polimorfik. Sifar polimorfik ini di samping menunjukkan variasi individu, juga memberikan
keuntungan karena dapat digunakan untuk membedakan satu orang dari yang lain.
Dikenal polimorfisme protein dan polimorfisme DNA. Polimorfisme protein antara lain ialah
sistem golongan darah, golongan darah protein serum, sistem golongan enzim eritrosit dan
sistem HLA.
Dibandingkan dengan pemeriksaan polimorfisme protein, pemeriksaan polimorfisme DNA
menunjukkan beberapa kelebihan. Pertama, polimorfisme DNA menunjukkan tingkat
polimorfisme yang jauh lebih tinggi, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan terhadap banyak
sistem. Kedua, DNA jauh lebih stabil dibandingkan protein, membuat pemeriksaan DNA
masih dimungkinkan pada bahan yang sudah membusuk, mengalami mumifikasi atau bahkan
pada jenazah yang tinggal kerangka saja. Ketiga, distribusi DNA sangat luas, meliputi seluruh
sel tubuh sehingga berbagai bahan mungkin untuk digunakan sebagai bahan pemeriksaan.
Keempat, dengan ditemukannya metode PCR, bahan DNA yang kurang segar dan sedikit
jumlahnya masih mungkin untuk dianalisis.
15
Pada kasus pembunuhan, harus diingat bahwa ibu berada dalam keadaan panik sehingga ia
akan melakukan tindakan kekerasan yang berlebihan walupun sebenarnya bayi tersebut
berada dalam keadaan tidak berdaya dan lemah sekali.
16
Cara yang tersering dilakukan adalah yang menimbulkan asfiksia dengan jalan pembekapan,
penyumbayan jalan nafas, penjeratan, pencekikan, dan penenggelaman. Kadang-kadang bayi
dimasukan ke dalam lemari, kopor, dan sebagainya.
Pembunuhan dengan melakukan kekerasan tumpul pada kepala jarang dijumpai. Bila
digunakan cara ini, biasanya dilakukan dengan berulang-ulang, meliputi daerah yang luas
hingga menyebabkan patah atau retak tulang tengkorak dan memar jaringan otak.
Sebaliknya pada trauma lahir, biasanya hanya dijumpai kelainan yang terbatas, jarang sekali
ditemukan fraktur tengkorak dan memar jaringan otak.
Pembunuhan dengan senjata tajam jarang ditemukan.
17
BAB 3
Kesimpulan
Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayiatau anak
tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate
existence). Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka hal ini
bukanlah pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah
bayi yang dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan, maupun
viable atau nonviable.1
Pada pemeriksaan mayat bayi baru lahir, harus dibedakan apakah ia lahir mati atau lahir
hidup.
Bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus pembunuhan atau
penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Pada kasus seperti ini, si ibu hanya dapat
dikenakan tuntutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.1
Pada kasus pembunuhan, harus diingat bahwa ibu berada dalam keadaan panik sehingga ia
akan melakukan tindakan kekerasan yang berlebihan walupun sebenarnya bayi tersebut
berada dalam keadaan tidak berdaya dan lemah sekali.
Cara yang tersering dilakukan adalah yang menimbulkan asfiksia dengan jalan pembekapan,
penyumbatan jalan nafas, penjeratan, pencekikan, dan penenggelaman. Kadang-kadang bayi
dimasukan ke dalam lemari, kopor, dan sebagainya.1
Sejak ditemukannya penerapan teknologi DNA dalam bidang kedokteran forensik, pemakaian
analisis DNA untuk penyelesaian kasus-kasus forensik juga semakin meningkat. Penerimaan
bukti DNA dalam persidangan di berbagai belahan dunia semakin memperkokoh peranan
analisis DNA dalam sistem peradilan.
Secara umum teknologi DNA dimanfaatkan untuk identifikasi personal, pelacakan hubungan
genetik (disputed parentage atau kasus ragu orang tua) dan pelacakan sumber bahan biologis.2
18
Daftar Pustaka
19