Anda di halaman 1dari 15

JURNAL BERAJA NITI

ISSN : 2337-4608
Volume 2 Nomor 8 (2013)
http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja
Copyright 2013

PELAKSANAAN PENYEDIAAN JASA PEKERJA

(OUTSOURCING) DI PT ANGKASA PURA I BALIKPAPAN


(Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan)
Ria Paramaiswari1
(riapara@ymail.com)
Suradiyanto2
(suradiyanto@fhunmul.ac.id)

Abstrak
RIA PARAMAISWARI. 0710015101. Suradiyanto, S.E.,S.H.,M.Hum. M. Fauzi,
S.H.,M.H. Pelaksanaan Penyediaan Jasa (outsourcing) Di PT. Angkasa Pura I Kota
Balikpapan ( Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan).
Perkembangan yang pesat di dalam bidang ketenagakerjaan membuat munculnya
sistem-sistem baru yang diterapkan di perusahaan-perusahaan bagi para
pekerjanya. Salah satu dari sistem itu adalah sistem pekerja kontrak atau yang
lebih dikenal dengan istilah outsourcing. Masalah ketenagakerjaan ini pasti
berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia serta berbagai aspek kehidupan
yang sangat luas dan kompleks, oleh karena itu sudah seharusnya tenaga kerja
atau pekerja memperoleh perlindungan dan kepastian hukum didalam
melaksanakan pekerjaannya. Salah satu bentuk perlindungan dan kepastian
hukum tersebut adalah melalui pelaksanaan dan penerapan perjanjian kerja.
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan kajian terhadap pekerja outsourcing
mengenai pelaksanaan dari penyedia jasa (outsourcing) dan perlindungan hukum
terhadap pekerja outsourcing di PT. Angkasa Pura I Kota Balikpapan, apakah
telah sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Undang-undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan empiris, yaitu penelitian untuk
menganalisis ketentuan peraturan pokok tentang ketenagakerjaan yaitu UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan sumber-sumber
hukum yang berlaku dan akan dilanjutkan dengan meneliti bagaimana
implementasi yang diterapkan dilapangan. Dalam pelaksanaannya masih belum
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Yaitu jenis pekerjaan yang diberikan
kepada pekerja outsourcing adalah pekerjaan utama dari PT. Angkasa Pura I
1
2

Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman


Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

karena merupakan bagian dari proses produksi di perusahaan tersebut dan


bertentangan dengan ketentuan yang telah diatur didalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dimana tidak terpenuhinya
pasal 66 ayat (1), ayat (2) a, b, dan d serta ayat (3) yang tidak terpenuhi maka
menurut pasal 66 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan maka demi hukum status hubungan kerja antara
pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi
hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan. Hal ini
diperkuat pula dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi No.27/PUU-IX/2011.
Saran dari penulis diharapkan agar PT. Angkasa Pura I Balikpapan melakukan
evaluasi terhadap jenis-jenis pekerjaan dengan memisahkan antara jenis
pekerjaan yang merupakan kegiatan utama dan jenis pekerjaan yang merupakan
kegiatan jasa penunjang.
Kata Kunci : Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
dan Outsourcing

PROVISION OF SERVICES WORKER (OUTSOURCING) IN


PT ANGKASA PURA I BALIKPAPAN
(VIEWED FROM LAW NUMBER 13 OF 2003 CONCERNING
EMPLOYMENT))
Ria Paramaiswari3
(riapara@ymail.com)
Suradiyanto4
(suradiyanto@fhunmul.ac.id)
Abstract
RIA PARAMAISWARI. 0710015101. Suradiyanto, S.E., S.H., Hum. M. Fauzi, S.H.,
M.H. Providing implementation services (outsourcing) at PT. Balikpapan City
Angkasa Pura I (Seen From the Law No. 13 Year 2003 on Manpower).
The rapid developments in the field of labor makes the emergence of new
systems are applied in enterprises for its workers. One of the systems it is
contract labor system, better known by the term outsourcing. Employment
problem is definitely related to the survival of humans as well as various aspects
of the life of a very broad and complex, therefore it should be labor or worker
protection and legal certainty in performing his job. One form of protection and
legal certainty is through the implementation and application of the agreement.
Based on this, the authors conducted a study on the implementation of labor
outsourcing service providers (outsourcing) and legal protection for outsourced
workers at PT. Angkasa Pura I Balikpapan City, whether in accordance with the
regulations of Law No. 13 Year 2003 on Manpower. This study uses an empirical
approach, ie research to analyze the principal provisions of the employment Act
No. 13 of 2003 on Employment and sources of law are applicable and will
continue to examine how the implementation of the applied field. In its
implementation is still not in accordance with applicable regulations. That is the
type of work given to the outsourced workers is the main job of the PT. Angkasa
Pura I as a part of the production process in the company and against the
provisions that have been regulated under the Law No. 13 Year 2003 on
Manpower, where non-compliance of Article 66 paragraph (1), paragraph (2) a, b,
and d and subsection (3) is not fulfilled, according to Article 66 paragraph (4) of
the Constitution of the Republic of Indonesia Number 13 Year 2003 on Manpower
then by law the status of a working relationship between workers / laborers and
service provider company workers / laborers turning to labor relations between
workers / laborer and the employer. This is reinforced by the Decision of the
Constitutional Court No.27/PUU-IX/2011. Advice from the author expected that
PT. Angkasa Pura I Balikpapan to evaluate the types of work by separating the
type of work that is the main activity and the type of work that an auxiliary
service activities.

3
4

Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman


Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

Keywords: Law No. 13 Year 2003 on Manpower and Outsourcing


Pendahuluan
Perkembangan yang pesat di dalam bidang ketenagakerjaan membuat
munculnya sistem-sistem baru yang diterapkan di perusahaan-perusahaan bagi
para pekerjanya. Salah satu dari sistem itu adalah sistem pekerja kontrak atau
yang lebih dikenal dengan istilah outsourcing. Sistem ini diharapkan dapat
mengurangi angka pengangguran yang mengalami peningkatan yang sangat
besar karena ketidak seimbangan antara ketersediaan lapangan pekerjaan
dengan jumlah pekerja yang ada. Tapi pada kenyataannya sistem ini tidak
membawa dampak yang begitu baik bagi pekerja outsourcing.
Perlindungan bagi para pekerja outsourcing masih sangat lemah
diterapkan. Masalah ketenagakerjaan ini pasti berkaitan dengan kelangsungan
hidup manusia serta berbagai aspek kehidupan yang sangat luas dan kompleks,
oleh karena itu sudah seharusnya tenaga kerja atau pekerja memperoleh
perlindungan dan kepastian hukum didalam melaksanakan pekerjaannya. Salah
satu bentuk perlindungan dan kepastian hukum tersebut adalah melalui
pelaksanaan dan penerapan perjanjian kerja. Perjanjian kerja biasanya dibuat
berdasarkan kemampuan atau kecakapan dari pihak karyawan dan perusahaan.
Perjanjian kerja yang baik harus tertulis dan memuat semua hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Dengan demikian diharapkan apa yang menjadi hak maupun
kewajiban dari kedua belah pihak dan bagi pihak pekerja pada khususnya dapat
terlindungi dan memiliki kepastian hukum. Status hukum bagi pekerja outsourcing
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur
dalam Pasal 64, dimana disebutkan bahwa perusahaan dapat menyerahkan
2

PELAKSANAAN PENYEDIAAN JASA PEKERJA (Ria Paramaiswari)


sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja atau buruh yang dibuat
secara tertulis

Rumusan Masalah
Pada hakikatnya banyak permasalahan yang akan ditemukan dalam
rangka penelitian ilmiah ini, juga untuk memenuhi sasaran serta tujuan penelitian
ini, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan dalam rumusan :
1.

Bagaimana pelaksanaan dari sistem pekerja penyedia jasa pekerja


(outsourcing) di PT. Angkasa Pura I di Kota Balikpapan ditinjau dari
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ?

2.

Bagaimana perlindungan hukum terhadap pekerja outsourcing di PT


Angkasa Pura I Kota Balikpapan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ?

Tujuan Penelitian
Adapun

yang

menjadi

tujuan

dari

penelitian

ini

adalah

untuk

mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut :


1.

Untuk mengetahui pelaksanaan dari sistem penyedia jasa pekerja


(outsourcing) di PT. Angkasa Pura I Kota Balikpapan ditinjau dari UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

2.

Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pekerja outsourcing di


PT. Angkasa Pura I Kota Balikpapan ditinjau dari Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

Metode Penelitian
a.

Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan pada penelitian ini dengan menggunakan

metode jenis penelitian Yuridis Empiris. Penelitian Yuridis Empiris adalah


penelitian hukum sosiologi atau disebut dengan penelitian lapangan. Penelitian ini
bertitik tolak pada pada primer/data dasar, yang diperoleh melelui pengamatan
(observasi), wawancara. Sesuai dengan judul Pelaksanaan Penyediaan Jasa
Pekerja (Outsourcing) Di PT Angkasa Pura I Balikpapan.
b.

Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Pendekatan Undang-undang
Dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan yang
ada

keterkaitannya

dengan

penegakan

hukum

ketenaga

kerjaanOutsourcing di kota Balikpapan.


2. Pendekatan Kasus
Dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang
berkaitan dengan penyelesaian masalah ketenagaankerjaan Outsourcing di
PT. Angkasa Pura I Balikpapan.
c.

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Angkasa Pura I Kota Balikpapan yang

beralamatkan Jalan Marsma R. Iswahyudi Balikpapan 76115, penulis menentukan


lokasi

penelitian

tersebut

dikarenakan

terdapat

permasalahan

terhadap

PELAKSANAAN PENYEDIAAN JASA PEKERJA (Ria Paramaiswari)


penempatan tenaga kerja Outsourcing di bagian penting ( Accounting atau
Administrasi ) Non Core pada PT. Angkasa Pura I Balikpapan.
d.

Waktu dan Jadwal Penelitian


Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sejak tanggal 04 Maret

2012 dan berakhir tanggal 10 Juli 2012.


Pembahasan
Pelaksanaan Sistem Penyediaan Jasa Pekerja (outsourcing) di PT. Angkasa Pura I
di Kota Balikpapan Ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Kata outsourcing adalah hal yang tidak asing lagi di lingkungan
PT. Angkasa Pura I. Hal ini berkenaan dengan proses pengalihan tenaga kerja

outsourcing yang terjadi di PT. Angkasa Pura I. Outsourcing berarti penggunaan


sumber daya dari luar, yaitu pekerja selain pekerja dari PT. Angkasa Pura I.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Sugiarto Panca yang
menjabat sebagai General Manager di PT. Angkasa Pura I, beliau menuturkan
bahwa sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan yang didalamnya mengatur mengenai outsourcing maka PT.
Angkasa Pura I memandang perlu untuk melakukan penataan ulang outsourcing
dilingkungan PT. Angkasa Pura I. Penataan ulang ini sekaligus sebagai kontrol
terhadap keberadaan tenaga kerja dilingkungan PT. Angkasa Pura I sehingga
pelaksanaannya akan sesuai dengan undang-undang yang berlaku serta tercapai
keselarasan untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Oleh karena itu,
maka dikeluarkan Surat Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura I Nomor
KEP.110/PL.10/2008 tentang Pengadaan Tenaga Outsourcing PT. Angkasa Pura I.

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

Bapak Sugiarto Panca juga menyampaikan tentang pelaksanaan outsourcing di


lingkungan PT. Angkasa Pura I yang dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
a.

Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis

b.

Perjanjian penyedia jasa pekerja yang dibuat secara tertulis.

Lingkup pekerjaan yang bisa atau kemungkinan akan dilimpahkan kepada


perusahaan lain bias sangat beragam. Kriteria jenis pekerjaan yang bisa
dilimpahkan kepada pihak lain menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yaitu :
a.

Jenis pekerjaan yang perlu dikerjakan secara terus menerus tetapi


pekerjaan tersebut tidak memerlukan keahlian khusus dan dapat dikerjakan
oleh semua orang tanpa kualifikasi tertentu (non critical job)

b.

Pekerjaan yang kompetensinya tidak terpelihara atau dipertahankan

c.

Pekerjaan yang hanya diperlukan pada waktu-waktu tertentu

d.

Pekerjaan yang menuntut keahlian yang sangat khusus dan langka atau
tidak tersedia di lingkungan perusahaan

e.

Pekerjaan yang mempunyai kandungan pelayanan sosial atau pembinaan


usaha kecil dan tidak mempunyai nilai ekonomi bagi perseroan.
Pelaksanaan kegiatan outsourcing oleh PT Inkatama Semesta

sebagai

perusahaan penyedia jasa pekerja adalah sebagai berikut :


Jenis pekerjaan yang diberikan PT. Angkasa Pura I kepada PT Inkatama Semesta
adalah penyedia jasa pekerja administrasi perkantoran dan driver. Proses
penunjukan PT Inkatama Semesta

adalah dengan cara penunjukan langsung

PELAKSANAAN PENYEDIAAN JASA PEKERJA (Ria Paramaiswari)


yang dilakukan oleh PT. Angkasa Pura I Balikpapan kepada PT Inkatama
Semesta. Lingkup pekerjaan pekerja administrasi perkantoran meliputi suratmenyurat, entri data filing system dan lain sebagainya. Sedangkan tugas pekerja
supir (driver) adalah melakukan kegiatan antar jemput karyawan sesuai dengan
kebutuhan PT. Angkasa Pura I. pelaksanaan pekerjaan tersebut dilakukan setelah
dikeluarkannya

Surat

Perintah

Kerja

(SPK)

Nomor

AP.I.26/SPK/HK.10/2010/GME-B untuk pengerjaan dengan jangka waktu selama


12 (dua belas) bulan antara pihak PT. Angkasa Pura I dengan Kokapura.
Hasil dari penelitian penulis lakukan di PT. Angkasa Pura I melalui wawancara
dengan salah satu pekerja yang bernama Bapak Andi Faisal yang merupakan
salah satu staf umum selama 2 (dua) tahun adalah jumlah pekerja adalah
sebanyak 17 (tujuh belas) pada bidang administrasi perkantoran dan supir antar
jemput dengan latar belakang pendidikan sarjana dan SMA. Diantara para
pekerja, terdapat pekerja perempuan sebanyak 7 (tujuh) orang yang menangani
pekerjaan administrasi perkantoran. Khusus untuk pekerjaan driver, hanya
dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Tidak terdapat pekerja anak dan umur
minimal pekerja adalah 19 (Sembilan belas) tahun. Pekerjaan para pekerja
dimulai dari hari Senin sampai Jumat pada pukul 08.00 16.00. Total jam kerja
adalah 40 (empat puluh) jam untuk 5 (lima) hari kerja. Kegiatan outsourcing di
lingkungan PT. Angkasa Pura I Cabang Balikpapan dengan PT Inkatama Semesta
berlangsung sejak tahun 2007. Hal ini berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan Bapak Nurul Huda yang menjabat sebagai Asisten Manajer Personalia PT.
Angkasa Pura I.

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis ditemui pelanggaran terhadap
pelaksanaan outsourcing di PT. Angkasa Pura I Kota Balikpapan yang tidak sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Dimana pekerja outsourcing yang diperkerjakan sebagai Admin perkantoran
adalah dengan melalui Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu yang bertentangan
dengan ketentuan pada Pasal 59 ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5) dan ayat
(6). Dimana pada Pasal tersebut memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Ayat (1) : Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a.

pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara


sifatnya;

b.

pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam


waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga)
tahun;

c.

pekerjaan yang bersifat musiman; atau

d.

pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,


kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih
dalam percobaan atau penjajakan.

Ayat (2) :

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan


untuk pekerjaan yang bersifat tetap.

PELAKSANAAN PENYEDIAAN JASA PEKERJA (Ria Paramaiswari)


Ayat (4) :

Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka


waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua)
tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

Ayat (5) :

Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja


waktu tertentu tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum
perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan
maksudnya

secara

tertulis

kepada

pekerja/buruh

yang

bersangkutan.
Ayat (6) :

Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat


diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga
puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang
lama, pembaharuan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya
boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun

Hambatan Hukum
Hambatan hukum yang membuat PT. Angkasa Pura I menelaah lebih lanjut
tentang perjanjian kerja dengan tenaga kerja Outsourcing adalah :
1.

Dalam Pasal 66 ayat (2) huruf c Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003


tentang Ketenagakerjaan yang menerima Fair Benefit and welfare tanpa
diskriminasi dengan pekerja yang lain.
Meski undang-undang ini sudah diterapkan dalam peneyelesaian di
Perusahaan Angkasa Pura, namun dari beberapa Karyawan masih merasa

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

kurang sepakat karena tidak sesuainya fair benefit dan welfare yang
diterima
2.

Dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat
secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Inti putusan
Mahkamah Konstitusi ini artinya tak lagi memberi kesempatan pada sebuah
perusahaan untuk memberikan pekerjaan yang sifat objeknya tetap
meskipun itu bersifat penunjang seperti pengamanan, kurir dan lainnya
sehingga melancarkan hasil dari keputusan Mahkamah Konstitusi tentang
waktu jam kerja.

b.

Hambatan Teknis
dalam masalah peneyelesaian dari PT. Angkasa Pura I dan PT. Inkatama
Semesta menemui beberapa hambatan Teknis, yaitu :

1.

Pihak PT. Angkasa Pura I dan Inkatama Semesta harus rapat hingga 4 x
demi menyesuaikan pokok permasalahan jam kerja dan pembayaran ganti
Fair Benefit dan welfare karyawan.

2.

Sulitnya ditemukan kata sepakat antara Angkasa Pura I dan Inkatama


dalam pembayaran, sehingga harus melalui penghitungan ulang soal ganti
rugi.

3.

10

Dalam proses penyelesaian membutuhkan waktu yang cukup lama.

PELAKSANAAN PENYEDIAAN JASA PEKERJA (Ria Paramaiswari)


Penutup
Berdasarkan pembahasan dalam skripsi ini, maka pada bab ini penulis akan
memberikan kesimpulan :
1.

Bahwa dalam pelaksanaan dari sistem penyedia jasa pekerja (ousourcing)


di PT. Angkasa Pura I masih belum sesuai dengan ketentuan yang diatur
didalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Yaitu jenis pekerjaan yang diberikan kepada pekerja outsourcing yang
apabila ditelaah lebih lanjut jenis pekerjaan ini adalah pekerjaan utama dari
PT. Angkasa Pura I karena merupakan bagian dari proses produksi di
perusahaan tersebut yang bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur
tentang penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
lain.

2.

Tidak sesuainya pekerjaan yang diberikan kepada pekerja outsourcing di


PT. Angkasa Pura I Balikpapan yaitu merupakan kegiatan pokok yang
berhubungan langsung dengan proses produksi dan bukan merupakan
kegiatan penunjang bertentangan dengan ketentuan yang telah diatur
didalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
dimana tidak terpenuhinya pasal 66 ayat (1), ayat (2) a, b, dan d serta ayat
(3) yang tidak terpenuhi maka menurut pasal 66 ayat (4) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maka
demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara

11

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan. Hal ini diperkuat pula


dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi No.27/PUU-IX/2011 yang
menyebutkan

bahwa

tak

lagi

memberi

kesempatan

pada

sebuah

perusahaan untuk memberikan pekerjaan yang sifat objeknya tetap


meskipun itu bersifat penunjang seperti pengamanan, kurir dan lainnya.
Daftar Pustaka
A. Literatur
Djumadi. 1995. Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja. PT. Raja Grafindo
Persada; Jakarta.
Damanik, Sehat. 2006. Outsourcing Dan Perjanjian Menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 20003 Tentang ketenagakerjaan. DSS Publising;
Jakarta.
Husni, Lalu. 2000. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT. Raja
Grafindo Persada; Jakarta.
Kosidin, Koko. 1999. Perjanjian Kerja Perburuhan dan Peraturan Perusahaan.
Mandar Maju; Bandung.
Maimun. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar. PT. Pradnya
Paramita; Jakarta.
Manulang, Sandjun. 2001. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.
PT. Rineka Cipta; Jakarta.
Ndaraha, Taliziduhu. 1999. Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya
Manusia. PT. Rineka Cipta; Jakarta.
Prodjodikoro, Wirjono. 2000. Azas-azas Hukum Perjanjian. CV. Mandar
Maju; Bandung.
Rusli, Hardijan. 2003. Hukum Ketenagakerjaan. Ghalia Indonesia; Jakarta.
Soepomo, Iman. 2003. Pengantar Hukum Perburuhan. Djambatan; Jakarta.
Subekti, R. 2005. Hukum Perjanjian. PT. Intermasa; Jakarta.
Suharnoko. 2004. Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus. Kencana;
Jakarta.
Soebekti, R. 1995. Aneka Perjanjian. PT. Citra Aditya Bakti; Bandung.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4279)

12

PELAKSANAAN PENYEDIAAN JASA PEKERJA (Ria Paramaiswari)


Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : 101 Tahun
2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Buruh
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : 220 Tahun
2004 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan
Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

13

Anda mungkin juga menyukai