Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT ILMU DAN PROBLEM PEMBELAJARAN

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: CDR. Drs. H. Sukawi, MA

Disusun oleh:
Nama

: Maful Hidayat

NIM

: 661.16.1.14

PROGRAM PASCASARJANA (S2)


UNIVERSITAS SAINS AL QURAN JAWA TENGAN DI WONOSOBO

(UNSIQ)
TAHUN 2015

FILSAFAT ILMU DAN PROBLEM PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat dalam sejarahnya adalah ibu kandung dari
semua ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia hingga
saat ini. Semua ilmu pengetahuan di kembangkan dari
filsafat. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
ini, kalau diibaratkan dengan pertumbuhan manusia, antar
anggota individu sulit mencari hubungan keluarga satu sama
lain, pertama karena generasinya sudah berbeda,

yang

kedua karena berbeda profesinya, padahal mereka lahir dari


nenek

moyang

yang

sama.

Demikian

halnya

ilmu

pengetahuan, seolah satu sama lain berbeda, karena berbeda


konsentrasinya padahal induknya adalah filsafat itu sendiri.
Filsafat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, karena
dengan filsafat ditemukan hakikat sesuatu, apa, kenapa,
dimana, bagaimana cara mendapatnya, apa kegunaannya.
Dengan

demikian

problem-problem

dalam

kehidupan

manusia dapat ditemukan akar masalahnya, solusinya dan


mengantisipasi munculnya problem yang sama di hari
kemudian.
Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu dan
beberapa cabangnya, menjadi kebutuhan umat manusia,
karena dengan pendidikan, transfomasi ilmu pengetahuan
dan kebudayaan dapat diwariskan kegenerasi berikutnya.
Sejalan

dengan

perkembangan

kebutuhan

manusia,

perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tentunya


berkembang pula ilmu pendidikan mengiringi perkembangan

jaman

tersebut.

Perkembangan

ini

menyangkut

filosofi

pendidikan, muatan materi, metodologi, media dan sumber


belajar yang muaranya bagaimana agar proses transformasi
budaya itu dinamis sehingga tujuan transformasi itu sendiri
tercapai.
Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan
pada

beragam

permasalahan

atau

problematika.

Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan


yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan
mengakibatkan

kegagalan

dalam

mencapai

tujuan

pembelajaran.
Problematika

pembelajaran

dapat

ditelusuri

dari

jalannya proses dasar pembelajaran. Secara umum, proses


pembelajaran

dapat

ditelusuri

dari

faktor-faktor

yang

mempengaruhi proses pembelajaran.


Pembelajaran
mengubah

atau

pada

dasarnya

meningkatkan

merupakan

potensi

usaha

seseorang, calon

siswa (raw input) menjadi pribadi baru (raw output) dengan


kualitas tertentu. Pembelajaran mengubah sikap, prilaku dan
kemampuan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mampu menjadi mampu. Pembelajaran juga berarti
meningkatkan potensi seseorang dari sedikit tahu menjadi
lebih banyak tahu, bahkan dari kurang baik menjadi lebih
baik melalui proses belajar yang dijalani.
Banyak

permasalahan

yang

terjadi

dalam

dunia

pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran, misalnya


permasalahan kurikulum, kompetensi guru, sarana prasarana,
proses

pembelajaran,

penilaian,

peserta

didik,

media

pembelajaran, bahan ajar (buku), model pembelajaran, dan

seterusnya. Tetapi dalam makalah ini, penulis fokus pada


problematika pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Problematika pembelajaran yang dimaksudkan penulis
adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan problematika dalam proses
pembelajaran?
2. Apa saja problematika pembelajaran kaitannya dengan
kurikulum dan bagaimana solusinya?
3. Apa saja problematika pembelajaran kaitannya dengan
proses pembelajaran dan bagaimana solusinya?
4. Apa saja problematika pembelajaran kaitannya dengan
profesionalitas pendidik dan bagaimana solusinya?
5. Apa saja problematika pembelajaran PAI kaitannya
dengan

kesiapan

siswa

dalam

pembelajaran

dan

bagaimana solusinya ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Problem pembelajaran dan solusinya ditinjau dari

epistemologinya
1.

Pengertian epistemologi
Kata

epistemologi

berasal

dari

Bahasa

Yunani

episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti


kata, pikiran, percakapan atau ilmu.
Pokok persoalan epistimologis meliputi sumber, asal
mula, dan sifat dasar pengetahuan, bidang, batas dan
jangkauan pengetahuan, serta validitas berbagai klaim
terhadap pengetahuan.

Menurut Azzumardi Azra menambahkan, bahwa


epistemologi

sebagai

ilmu

yang

membahas

tentang

keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu


pengetahuan
John A. Laska merumuskan pendidikan sebagai
upaya sengaja yang dilakukan pelajar atau (yang disertaied) orang lainnya untuk mengontrol (atau memandu,
mengarahkan,

mempengaruhi

dan

mengelola)

situasi

belajar agar dapat meraih hasil belajar yang diinginkan.


Epistemologi

apabila

dikaitkan

dengan

probelamatika pembelajaran, mengandung arti upaya,


cara,

atau

langkah-langkah

untuk

mengetahui

problematika yang terjadi dalam pembelajaran.


2.

Pengertian masalah pembelajaran


Apa yang dimaksud dengan masalah? Banyak ahli
mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat
masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan
kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya
kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya
sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah
adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan
kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau
perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi

dengan

lingkungannya

dalam

memenuhi

kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat didefinisikan Belajar ialah
sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu

perubahan

tingkah

laku

yang

baru

secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri


dalam interaksi dengan lingkungannya.1
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah
belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses
yang

dilakukan

individu

untuk

memperoleh

suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.


Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan
dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan
bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya
dialami

oleh

murid-murid

yang

lambat

saja

dalam

belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang


pandai atau cerdas.
3.

Problematika pembelajaran dan solusinya


a.

Problematika

pembelajaran

kaitannya

dengan

kurikulum
Dalam
bahwa

Sistem

kurikulum

Pendidikan
adalah

Nasional,

seperangkat

dinyatakan

rencana

dan

pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara


yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar.
Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran
yang dialami Indonesia. Masalah-masalah ini turut andil dalam
dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa problem kurikulum ;
1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bumi Aksara; 2011), hlm.
28.

1). Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks


Jika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju,
kurikulum yang dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini
akan berakibat bagi guru dan siswa. Siswa akan terbebani dengan
segudang materi yang harus dikuasainya. Siswa harus berusaha
keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah
ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan
memahami seluruh materi yang diajarkan. Siswa akan lebih
memilih untuk mempelajari materi dan hanya memahami sepintas
tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan
sangat terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya
saing siswa akan berkurang.
Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat
dampaknya. Tugas guru akan semakin menumpuk dan kurang
maksimal dalam memberikan pengajaran. Guru akan terbebani
dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap
melanjutkan materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru.
2). Seringnya Berganti Nama
Kurikulum

di

Indonesia

sering

sekali

mengalami

perubahan. Akhir-akhir ini perubahan nama kurikulum


2006 ke kurikulum 2013 telah menjadi masalah atau
problem yang amat besar terhadap dunia pendidikan
di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa namanya
kurikulum

memang

tidak

ada

kurikulum

yang

permanen, kurikulum harus selalu berubah seiring


berubahnya zaman. Kurikulum dapat dikembangkan
karena

tuntutan

zaman

atau

kurikulum

dikembangkan karena untuk merencakan perubahan


pada zaman berikutnya.

Namun, perubahan tersebut tentunya harus dipersiapkan


sedemikian rupa, dikonsep dengan matang pada semua yang terkait
dengan perubahan tersebut jangan sampai hanya sebatas perubahan
nama semata. Karena tanpa mengubah konsep kurikulum, tentulah
tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum Indonesia.
Bahkan, pengubahan nama kurikulum mampu dijadikan sebagai
lahan bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Pengubahan nama kurikulum tentulah memerlukan dana
yang cukup banyak. Apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi,
alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan untuk bantuan
pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.
3). Kurang Lengkapnya Sarana dan Prasarana
Berjalannya suatu kurikulum akan sangat bergantung pada
sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki. Sementara, apabila
kita terjun langsung ke tempat, maka akan kita dapati masih
banyaknya sekolah yang masih belum memiliki sarana yang
lengkap.
Sarana

prasarana

tersebut

seperti

laboratorium,

perpustakaan, komputer, dan lain-lain.


Mungkin sekolah-sekolah di perkotaan sudah banyak yang
memiliki sarana dan prasarana tersebut. Namun bagaimana dengan
sekolah yang ada di pedesaan dan daerah-daerah terpencil? Masih
jarang sekali kita temui sekolah di daerah terpencil yang memiliki
sarana seadanya.
Sulusinya dari permasalahan kurikulum diatas dapat dilakukan
dengan cara mendesain kurikulum dengan mengkaji yang mendalam
semua yang berdampak dari adanya perubahan kurikulum tersebut,
sehingga kurikulum tersebut betul-betul dapat dijadikan pijakan untuk
menentukan nasib bangsa kedepan. Mengubah konsep awal paradigma
kurikulum menjadi alur yang benar untuk mencapai suatu tujuan yang
sebenarnya. Melakukan pemerataan pendidikan melalui pemerataan

sarana dan prasarana ke sekolah terpencil, sehingga tidak akan ada lagi
siswa di daerah terpencil yang terbelakang pendidikan.
b.

Problematika dalam peroses pembelajaran


Proses pembelajaran dimaksudkan disini adalah
kaitannya

dengan

metodologi,

bahan

ajar

dan

penggunaan media pembelajaran serta solusinya.


1). Metodologi pembelajaran
Perkembangan

metodologi

pembelajaran

seiring dengan dengan perkembangan pandangan


terhadap

pendidikan

itu

sendiri

terus

berubah,

misalnya pandangan yang kini dianut dalam sistem


pendidikan

di

Indonesia

adalah

filosofi

konstruktivisme. Filosofi ini melihat bahwa belajar itu


adalah upaya memotivasi siswa untuk menggunakan
pengetahuan

yang

telah

ada,

guna

menemukan

pengetahuan baru. Karena pada prinsipnya peserta


didik itu sudah mempunyai pengetahuan dasar. Tugas
guru

adalah

merangsang

peserta

didik

belajar

menemukan pengetahuan melalui diskusi, discovery


yang dirancang melalui diskusi kelompok atau tugas
individu.
Metodologi pembelajaran yang digunakan oleh
guru selama ini dalam bentuk ceramah monoton yang
tujuannya

untuk

mengisi

peserta

didik

dengan

sejumlah informasi tidak lagi menjadi unggulan dalam


proses

belajar

menggunakan

mengajar.
metodologi

Guru

di

maupun

dorong

untuk

model-model

pembejaran yang mendorong siswa aktif, kreatif dan


inovatif. Guru lebih banyak membimbing peserta didik
berdiskusi dari pada memegang urat leher dengan
mulut berbusa menggunakan metode ceramah.
8

Secara umum perkembangan metodologi ini


dalam mata pelajaran PAI tidak ada masalah. Yang
sering terjadi permasalahan pada saat mengajarkan
materi

tertentu,

berdiskusi

sulit

sendiri

membiarkan

tanpa

peserta

didik

yang

baik.

bimbingan

Misalnya dalam keterampilan membaca Al-Quran


pada mata pelajaran al-Quran Hadits, tidak mungkin
membiarkan

siswa

belajar

sendiri

atau

diskusi

membaca al-Quraan tanpa bimbingan langsung oleh


guru. Demikian halnya dalam mata pelajaran akidah
akhlak aspek keimanan. Keimanan itu pada tahap usia
dini harus lebih banyak penanaman melalui doktrinasi
karena secara intelektual mereka belum dapat diajak
berpikir

hal-hal

yang

absrak.

Misalnya

dalam

menanamkan keyakinan hal-hal yang gaib, sulit bagi


guru untuk menjelaskan adanya malaikat, jin, hari
akhir

karena

diperlukan

tingkat

intelektual

yang

memadai.
Solusinya

adalah

dengan

tidak

menafikan

metodologi konvensional yang digunakan oleh guruguru di masa lampau dalam menanamkan keyakinan
melalui

doktrinasi.

Tentu

dengan

memadukan

metodologi baru seperti model-model pembelajaran


secara sinergi. Metodologi baru ini diperlukan untuk
membuat suasana pembelajaran tetap menarik dan
menyenangkan.
2). Bahan ajar
Masalah penting yang sering dihadapi guru
dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih bahan
ajar

yang

tepat

dalam

menyampaikan

materi

pembelajaran

dalam

rangka

membantu

siswa

mencapai kompetensi yang hendak di capai yang


mana telah tertuang dalam bentuk atas pokok-pokok
pikiran bahwa apa yang ingin dicapai oleh siswa
melalui

kegiatan

pembelajaran

harus

dirumuskan

dengan jelas.
Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar yang
tepat, perlulah memilih sumber dimana bahan itu
didapat serta menganalisis. Apakah bahan ajar itu
sudah sesuai dengan SK/KI atau Kd yang di harapkan
oleh kurikulum atau apakah bahan ajar tersebut tidak
terlalu

ngambang.

Dan

juga

ada

kecenderungan

sumber ajar itu dititip terapkan pada satu buku paket


saja, padahal banyak sumber bahan ajar itu selain
buku yang dapat digunakan sesuai jenisnya, yaitu,
bahan cetak, bahan audio, bahan audio visual, dan
bahan interaktif, karena hal ini merupakan salah satu
tugas

pokok

guru

dalam

mengelola

aktivitas

pembelajaran.
Namun dalam kenyataanya di lapangan ada
sebagian

atau

banyak

guru

yang

kurang

memperhatikan bahan ajar sebagai sumber utama


siswa dalam belajar, guru tidak dapat memilih bahan
ajar yang tepat.
Solusinya adalah dengan cara menganalisa
sebelum proses pembelajaran seorang guru telah
menyiapkan/merangcang bahan ajar apa yang sesuai
atau

yang

dibutuhkan

utnuk

mencapai

tujuan

pembelajaran.
3). Media pembelajaran

10

Media pembelajaran adalah segala sesuatu


yang

digunakan

sebagai

perantara

untuk

menyampaikan materi kepada peserta didik. 2 Media


pembelajaran itu sendiri ada dalam bentuk hardware
ada pula dalam bentuk software.
Contoh

permasalahan

media

pembelajaran

dalam pendidikan agama Islam terdiri dari; lemahnya


kreasi dan inovasi pendidik dalam membuat media,
distribusi media yang belum merata,

keengganan

dalam

memperoleh

penggunaan

media,

kesulitan

media pembelajaran PAI.


Indikator semua itu dapat dilihat dari seberapa
banyak sekolah atau madrasah yang telah memiliki
laboratorium
laboratorium

PAI?
IPA,

Yang
Biologi,

paling

banyak

Bahasa

dan

adalah

komputer.

Kalaupun pernah ada proyek semacam itu, diketahui


publik hanya menjadi ladang korupsi bagi pejabat.
Solusinya adalah, adanya upaya dari pihak
penyelenggara

pendidikan

dalam

mengupayakan

labotorium PAI disetiap sekolah atau madrasah, agar


peserta didik mudah belajar secara langsung materimateri

PAI

yang

memang

dapat

dipraktekkan.

Misalnya mengurus jenazah, ibadah haji, zakat dsb.


Selain itu dibutuhkan media-media gambar, video,
buku-buku yang berkenaan dengan sejarah Islam dan
tokoh-tokoh muslim. Media ini hendaknya di

kelola

secara serius, bisa saja dengan membuat video


misalnya atau menggunakan youtube tetapi dengan
2 Atwi Suparman dalam M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran,
Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil,
(Lombok: Holistica, 2013), hlm. 106.

11

sedikit kreasi mengeditnya agar sesuai dengan materi


ajar.
c. Problematika pembelajaran di kelas kaitannya dengan
profesionalitas pendidik dan solusinya
Masalah yang terkait dengan pendidik dalam
dunia pendidikan sangatlah banyak, baik dalam empat
kompetensi guru (paedagogik, profesional, kepribadian
dan sosial) sampai masalah finansial. Karena memang
fungsi guru sangatlah luas, diantara fungsi guru yaitu
sebagai pengajar, sebagai pendidik, sebagai teladan dan
juga sebagai motivator.3
Ukuran profesional guru saat ini sudah ada
instrumen yang digunakan baik instrumen tes maupun
pengamatan.

Kaitannya

dengan

pendidikan

Agama,

kelihatannya ukuran profesional disini perlu lebih akurat


lagi. Ini kaitannya dengan transfer materi PAI bukan
hanya bersifat kognitif semata melainkan ada sikap dan
afeksi yang dapat di tanamkan melalui pembiasaan dan
keteladanan.
Permasalahan

yang

muncul

dalam

pendidik

adalah, sulitnya bagi peserta didik mencari teladanan


dari guru. Misalnya keteladan dalam disiplin, peserta
didik tidak jarang lebih disiplin daripada gurunya ketika
masuk ke kelas. Demikian juga dalam amaliyah seharihari, ketika tiba waktunya shalat lima waktu, tidak jarang
peserta didik lebih dahulu melaksanakan shalat daripada
guru sendiri.

3 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011),


hlm. 156-159

12

Solusinya adalah perlu adanya upaya pembinaan


yang intens terhadap guru untuk memberikan keteladan
bagi peserta didik dalam bersikap dan melaksanakan
amaliyah mahdhah dan ghairu mahdhah (jika guru PAI)
karena guru adalah manusia yang memiliki kualitas
dalam hal ilmu pengetahuan, moral dan cinta atau loyal
terhadap agama. Manifestasi sikap seorang guru harus
ditunjukkan melalui sifat-sifat ketaatan dan ketakwaan
kepada Allah.4
d. Problematika pembelajaran kaitannya dengan kesiapan
siswa dalam pembelajaran solusinya
Ada dua faktor munculnya problem belajar dalam diri
siswa:
a. Faktor-faktor Internal
1) Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya
organ-organ
panca

perasaan,

indera,

cacat

alat

bicara,

tubuh,

gangguan

serta

penyakit

menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ).


2) Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan
dalam fungsi mental ), seperti menampakkan
kurangnya

kemampuan

mental,

taraf

kecerdasannya cenderung kurang.


3) Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman,
kurang bisa menyesuaikan diri ( maladjustment ),
tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta
ketidakmatangan emosi.

4 Muhammad Abdurrahman, Pendidikan di Alaf Baru, rekonstruksi atas


Moralitas Pendidikan, (Jogyakarta: Prismasophie, 2003), hlm. 70.

13

4) Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan


sikap salah seperti kurang perhatian dan minat
terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar,
dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
b. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri
individu), yaitu berasal dari;
1) Sekolah
a) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel;
b) terlalu berat beban belajar (murid) dan atau
mengajar (guru);
c) metode mengajar yang kurang memadai;
d) kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan
belajar.
2) Keluarga (rumah), antara lain :
a) Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis;
b) sikap orang tua yang tidak memperhatikan
pendidikan anaknya;
c) keadaan ekonomi.
Solusi yang ditawarkan dari problem siswa di atas
adalah mengetahui sejak dini problematika siswa dalam
belajar, yaitu melalui;
a. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar adalah alat yang disusun untuk
mengungkapkan sejauh mana murid telah mencapai
tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya
murid-murid

dikatakan

telah

mencapai

tujuan

pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian


besar

materi

pengajaran

yang

yang

berhubungan

telah

ditetapkan.

dengan

tujuan

Ketentuan

ini

merupakan penerapan dari belajar tuntas (mastery

14

learning) yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap


murid dapat mencapai hasil belajar sesuai yang
diharapkan

jika

diberi

waktu

yang

cukup

dan

bimbingan yang memadai untuk mempelajari bahan


yang

disajikan.

ditentukan

Ketentuan

dengan

penguasaan

menetapkan

bahan

patokan,

yaitu

presentasi minimal yang harus dicapai oleh murid


yang

belum

menguasai

bahan

pelajaran

sesuai

dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan belum


menguasai tujuan pengajaran. Murid yang seperti ini
digolongkan sebagai murid yang mengalami masalah
belajar dan memerlukan bantuan khusus, sedangkan
murid yang sudah menguasai secara tuntas semua
bahan-bahan yang disajikan sebelum batas waktu
yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai murid
yang sangat cepat dalam belajar. Mereka ini patut
untuk mendapatkan pelajaran tambahan.
b. Tes kecerdasan
Setiap murid mempunyai kemampuan dasar
atau kecerdasan tertentu. Tingkat kemampuan ini
biasanya

diukur

atau

diungkapkan

dengan

menggunakan tes kecerdasan yang sudah baku.


Diasumsikan

bahwa

anak

normal,

memiliki

tingkat kecerdasan (IQ) antara 90-109. Hasil yang


dicapai murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat
kemampuan yang dimilikinya. Murid yang kemampuan
dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang
tinggi pula. Bilamana seseorang murid mencapai hasil
belajar yang lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang

15

dimilikinya,

maka

murid

yang

bersangkutan

digolongkan sebagai yang mengalami masalah belajar.


c. Skala Sikap
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah
satu faktor yang penting dalam belajar. Sebagian dari
hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan kebiasaan
yang dilakukan oleh murid dalam belajar. Kebiasaan
belajar menunjuk pada bentuk dan pola perilaku yang
dilakukan terus menerus oleh murid dalam belajar.
Sebagian dari sikap kebiasaan belajar murid,
dapat diketahui melalui pengamatan yang dilakukan di
dalam kelas. Misalnya, dalam hal mengerjakan tugastugas,

membaca

buku,

kegiatan-kegiatan lain

membuat

catatan

dan

yang berhubungan dengan

belajar murid. Tetapi pengamatan biasanya terbatas


pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat
indera. Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan
yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat
berupa skala sikap dan kebiasaan belajar. Alat ini
akan

dapat

mengungkapkan

derajat

cara

murid

mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap terhadap


guru, dan teman-temannya.

16

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yaitu cara yang
ditempuh untuk mengetahui sesuatu.
Kaitannya

dengan

problematika

kurikulum

bahwa

dianggap kurikulum terlalu komplek, seringnya berganti nama


dan kurangnya sarana pendukung untuk mencapai tujuan.
Permasalahan proses belajar dapat dilihat masih adanya
beberapa muatan materi yang sulit diajarkan melalui metodemetode baru, sehingga hal ini perlu modifikasi metode
konvensional dengan metode baru agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Dalam hal bahan ajar juga masih lemahnya
dalam pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan kompetensi
dasar. Dalam hal media pembelajaran, lemahnya kreasi anak
bangsa dalam membuat media pembelajaran PAI, hal ini
dibuktikan dengan jarangnya ditemukan labotatorium PAI di
sekolah-sekolah atau madrasah.

Ini perlu konsentrasi dari

pihak pengelola pendidikan dan regulator pendidikan Agama


dalam

hal

ini

Kemenag

untuk

mendorong

pemerhati

pendidikan Agama Islam membuat media-media yang relevan


dengan materi PAI.
Permasalahan dari segi pendidik contohnya adalah
kurangnya keteladanan dalam penananam nilai-nilai agama

17

dan pembiasaan. Solusinya tidak lain harus di dorong guruguru memberi keteladan kepada peserta didik.
Permasalahan dari peserta didik terdiri dari internal dan
eksternal. Mengatasi problem internal perlu penilaian yang
komprehensif melaui tes, skala sikap dan pengamatan agar
peserta yang mengalami masalah segera terdeteksi dan
diatasi.
Problem eksternal, perlu kerjasama semua pihak agar
peserta didik dapat belajar dengan aman dan nyaman.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan, 1993, Paradigma Intelektual Muslim,


Yokyakarta: Sipress.
Ahmad Syafii Ma;arif, 1989, Posisi sentral Al-Quran dalam studi
Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
George R. Knight,2007,

Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Gama

Media.
Harun Nasution, 1975, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah
Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang.
M. Sobry Sutikno, 2013, Belajar dan Pembelajaran, Upaya Kreatif
dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil, Lombok:
Holistica.
18

Muhammad Abdurrahman, 2003,


Rekronstruksi

atas

Pendidikan di Alaf Baru,

Moralitas

Pendidikan,

Jogyakarta:

Prismashopie.
Mujamil Qomar, 2005, Epistemologi Pendidikan Islam, Jakarta:
Penerbit Erlangga
Oemar Hamalik, 2011, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi
Aksara.

19

Anda mungkin juga menyukai