Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN PENGGUNAAN LKS TULIS, GAMBAR

DAN VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS


DAN PENGETAHUAN PROSEDURAL
Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian Rustaman

Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA


UPI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemunculan keterampilam
proses sains dan penguasaan pengetahuan prosedural siswa pada kegiatan praktikum
yang dipandu oleh Lembar Kerja Siswa dengan bentuk yang berbeda, yaitu LKS teks,
LKS gambar dan LKS video. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi
Experimental dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Hasil analisis
perbandingan kemunculan keterampilan proses secara kesuluruhan (meliputi empat
indikator KPS) dengan menggunakan uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara kelas LKS teks dengan kelas LKS video. Dua dari
empat indicator menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas LKS
teks dengan kelas LKS video yaitu keterampilan merencanakan praktikum dan
keterampilan menggunakan alat/bahan. Hasil analisis mengenai pengetahuan
prosedural tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan baik hasil perhitungan uji
Kruskal Wallis maupun perbandingan indeks gain. Adanya perbedaan keterampilan
proses dan tidak adanya perbedaan pengetahuan prosedural ini berkaitan dengan
bentuk penyajian LKS yang berbeda.
Kata kunci : LKS, teks, gambar, video, keterampilan proses sains, pengetahuan
prosedural, praktikum.
ABSTRACT
The purpose of this study was to compare the appearance science process skills and
prosedural knowledge in practical work that are by using guided student worksheet
with different form they are text, pictures and video. The method was quasy
experimental- nonequivalent control group design. The result of comparative analysis
of the appearance of science process skills as whole (including the four indicator) by
using the Kruskal-Wallis test showed a significant difference between classes with
classroom text worksheets and video worksheets. Two of the four indicators showed a
significant difference between classroom with text worksheets and video worksheets
that is skills to plan pactical work and skills using tools and material. The results of
the prosedural knowledge analysis did not show a significant difference either on
calculations Kruskal-Wallis test or comparison indices gain. The difference of science
process skills and prosedural knowledge related to different forms of presentation
student worksheets.
Key word : Worksheet, text, pictures, video, science process skills, prosedural
knowledge, practical.

________________________
1) Penulis Penanggung Jawab

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian Rustaman


Perbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Pengetahuan Prosedural

Praktikum merupakan salah satu


pembelajaran
yang
penting
dalam
membelajarkan siswa. Praktikum tidak
hanya menekankan pada pemahaman
konsep tetapi juga mendorong siswa untuk
belajar, membuat siswa bisa mengerjakan
sesuatu dan membuat siswa belajar
melaksanakan
sesuatu
(Widodo,
2006:148). Melalui kegiatan praktikum,
siswa
dilatih
mengembangkan
keterampilan proses yang menjadi dasar
kemampuan melaksanakan penelitian
sebenarnya (Adisendjaja, dan Romlah,
2009:2). Pengembangan keterampilan
proses sains pada siswa melalui kegiatan
praktikum
memungkinkan
siswa
mempelajari konsep yang menjadi tujuan
belajar
sains
dan
sekaligus
mengembangkan
keterampilanketerampilan dasar sains, sikap ilmiah dan
sikap kritis (Rustaman et al, 2005:86).
Pada kenyataannya, praktikum
jarang dilaksanakan
salah satunya
dikarenakan lembar kerja yang berisi
tuntunan yang jelas sehingga kurang dapat
mengembangkan aspek kreatif Rustaman
(2002:13). Selain itu, jarangnya guru
melaksanakan
kegiatan
praktikum
disebabkan oleh tidak adanya waktu
khusus untuk praktikum, tidak memadai
alat dan bahan praktikum serta sebagian
pendidik tidak menguasai cara kerja di
laboratorium (Adisendjaja dan Romlah,
2009:2).
Salah satu komponen yang dapat
membantu siswa dan guru dalam
melaksanakan praktikum adalah petunjuk
praktikum yang sering dituangkan dalam
bentuk LKS. Petunjuk praktikum bagi
pendidik berfungsi untuk memberikan
rambu-rambu dan tuntunan yang jelas
(Rustaman, 2012:27). LKS sebagai media
pembelajaran dapat membantu siswa
dalam
memahami
materi
yang

disampaikan. LKS dalam hal ini petunjuk


praktikum memiliki bentuk yang beragam.
Bentuk media saat ini didominasi oleh teks
atau mode presentasi verbal termasuk
bentuk LKS (Mayer, 2009:5). Bagi siswa
yang
belum
pernah
melaksanakan
praktikum dan teknik laboratorium, LKS
petunjuk praktikum sangat diperlukan
untuk memperkenalkan serta melatih
keterampilan mereka. Salah satu cara
mengenalkan dan melatih siswa tentang
keterampilan melaksanakan
praktikum
ialah dengan memberikan panduan
demonstrasi
visual
laboratorium
(Maldarelli et al, 2009:51).
Pengetahuan prosedural sangat
dibutuhkan dalam pelaksanakan paktikum,
karena pada pelaksanaan praktikum
pengetahuan ini menjadi dasar bagi siswa
agar dapat melaksanakan praktikum
dengan
baik
dan
mengembangkan
keterampilan. Pentingnya pengetahuan
prosedural dikemukakan oleh Dahar
(1996:64) bahwa salah satu tujuan
pendidikan
tidak
hanya
untuk
menghasilkan ahli dalam disiplin ilmu
tertentu tetapi menghasilkan ahli dalam
keterampilan dasar. Ahli yang memiliki
keterampilan dasar tertentu mempunyai
kekayaan pengetahuan prosedural yang
tepat sehingga para ahli memiliki aturan
khusus untuk memanipulasi informasi.
Melalui LKS siswa diberikan informasi
berupa pengetahuan prosedural praktikum
uji urin.
Keterampilan Proses Sains
Pada dasarnya keterampilan proses
sains adalah keterampilan berfikir.
Keterampilan proses sains melibatkan
keterampilan kognitif, manual, dan sosial.
Ketiga
aspek
diatas
merupakan
keterampilan yang dapat membuat siswa
berfikir, baik berfikir melalui kognitifnya,

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

manualnya seperti menggunakan alat,


mengukur, dan melalui sosialnya karena
adanya interaksi seperti berdiskusi yang
akan menuntut siswa berfikir (Rustaman et
al, 2005: 78). Adisendjaja & Romlah
(2009:2)
mengemukakan
bahwa
pengembangan keterampilan proses sains
diperlukan karena dapat menjadi dasar
kemampuan melaksanakan penelitian
sebenarnya. Begitu pula yang diungkapkan
Rustaman et al (2005:86) bahwa
pengembangan keterampilan proses sains
pada siswa melalui kegiatan praktikum
memungkinkan siswa mempelajari konsep
yang menjadi tujuan belajar sains dan
sekaligus mengembangkan keterampilanketerampilan dasar sains, sikap ilmiah dan
sikap kritis(Rustaman et al, 2005: 86).
Klasifikasi keterampilan proses
sains yang diukur dalam penelitian ini
meliputi empat indikator dari sebelas
indikator
yang
dikemukakan
oleh
Rustaman,
yaitu
keterampilan
merencanakan praktikum, keterampilan
menggunakan alat dan bahan, keterampilan
observasi dan keterampilan melaksanakan
eksperimen. Keempat keterampilan ini
berkaitan dengan keterampilan teknik
laboratorium
yang
menjadi
objek
penelitian Maldarelli et al mengenai
penggunaan video demonstrasi praktikum.
Hal inilah yang menjadi dasar pembatasan
masalah penulis dalam melaksanakan
penelitian ini.
Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan
pengetahuan bagaimana mengerjakan
sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun
yang baru (Widodo, 2006:4). Pengetahuan
prosedural atau pengetahuan bagaimana
mendasari penampilan intelektual yang
rutin dan terampil (Dahar, 1996:77).
Menurut Widodo (2006:4) pengetahuan
prosedural biasanya berisi langkah atau
tahapan
yang
dilaksanakan
dalam
mengerjakan
sesuatu.
Singkatnya
pengetahuan prosedural dapat dikatakan
pengetahuan
bagaimana
untuk

melakukan
aktivitas.
Krathwohl
(2002:214)
memaparkan taksonomomi
Bloom yang telah direvisi dimana dimensi
pengetahuan dan dimensi kognitif telah
dibedakan.
Dimensi pengetahuan
dikelompokkan
menjadi
empat
pengetahuan yaitu pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif.
Salah satunya pengetahuan prosedural
yang sangat penting dikembangkan. Pada
kegiatan
praktikum,
pengetahuan
prosedural dapat dikembangkan secara
maksimal, salah satunya dengan adanya
kegiatan praktikum yang langsung
dilaksanakan dan pemberian pengetahuan
deklaratif yang berupa penyampaian
informasi melalui LKS petunjuk praktikum
(Dahar , 1996:75).
Lembar Kerja Siwa
Pentingnya lembar kerja sebagai
penuntun
praktikum
tidak
hanya
membantu pembimbing atau guru tetapi
juga sangat membantu siswa terutama
siswa yang baru mengenal laboratorium.
Lembar kerja siswa dapat membantu siswa
mencapai tujuan dari pembelajaran
sehingga akan lebih baik jika LKS disusun
oleh guru karena guru memahami tentang
apa yang harus dilakukan oleh siswa
(Rustaman dan Wulan, 2007: 27). Lembar
kerja dapat juga digunakan sebagai sumber
belajar dan media pembelajaran tergantung
pada
kegiatan
pembelajaran
yang
dirancang. Lembar kerja siswa merupakan
salah satu
media pembelajaran yang
digunakan sebagai penunjang proses
pembelajaran dan menyajikan atau
menyerap mata pelajaran (Widjayanti,
2008:1).
Menurut German et al (Rustaman
dan Wulan, 2007:28) bahwa LKS
diharapkan
dapat
mengembangkan
keterampilan proses sains pada siswa. Oleh
karena itu komponen dalam LKS sudah
seharusnya dapat merangsang siswa untuk
berpikir. Aspek yang sebaiknya ada pada
LKS yaitu 1) tujuan kegiatan, 2)
pendahuluan (latar belakang/pentingnya

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian Rustaman


Perbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Pengetahuan Prosedural

kegiatan dasar/teori), 3) alat dan bahan, 4)


cara kerja, 5) set up atau cara merangkai
alat 6) penafsiran hasil pengamatan, 7)
analisis dan penerapan konsep, serta 8)
pembuatan kesimpulan (Rustaman dan
Wulan, 2007: 28)
Berdasarkan
hasil
observasi
pendahuluan penulis bahwa mayoritas
sekolah menggunakan LKS berbentuk teks,
tetapi banyak siswa yang sulit memahami
isi LKS tersebut sehingga kegiatan
praktikum berjalan kurang baik. Penyajian
informasi yang disampaikan tidak hanya
dengan teks (gambar, suara atau video)
dapat membantu siswa dalam memahami
informasi
termasuk
pengetahuan
prosedural yang terdapat dalam LKS
praktikum.
LKS merupakan salah satu media
pembelajaran yang dapat membantu siswa
dalam belajar. Bentuk media yang berbeda
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Hal ini terkait teori multimedia learning
yang dikemukakan Mayer (2009:91)
bahwa manusia memiliki saluran terpisah
bagi pemrosesan informasi untuk materi
visual dan auditori, setiap manusia
mempunyai keterbatasan jumlah infomasi
yang bisa di proses dalam masing-masing
saluran pada suatu waktu tertentu, serta
manusia secara aktif melibatkan diri dalam
pemrosesan aktif untuk mengkonstruksi
representasi mental yang saling terkait
terhadap pengalamana mereka
Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan bahwa penelitian ini
mengangkat
permasalahan
mengenai
perbandingan
penggunaan
media
khususnya LKS yang digunakan dalam
praktikum dengan tujuan penelitian untuk
mengetahui adanya perbedaan antara LKS
yang berbeda format penyajian terhadap
keterampilan proses dan pengetahuan
prosedural siswa mengenai praktikum uji
urin.

METODE
Metode penelitian ini adalah Quasy
Eksperimental karena pemilihan sampel
tidak dilakukan secara acak melainkan
berdasarkan kemudahan penulis hal ini
terkait sekolah yang menjadi tempat
penelitian telah digunakan juga oleh
peneliti lain, untuk menghindari faktor
eksternal maka kelas yang diambil tidak
diambil secara acak atau disebut juga
convinience sampling. Desain penelitian
ini adalah Nonequivalent group desain.
Data yang diperoleh berasal dari tiga kelas
yang berbeda. Kelas kontrol merupakan
kelas yang menggunakan LKS teks, kelas
eksperimen 1 menggunakan LKS yang
dilengkapi gambar (LKS gambar) dan
kelas eksperimen 2 menggunakan LKS
yang dilengkapi video (LKS video). Ketiga
kelas melaksanakan kegiatan praktikum uji
urin yang sebelumnya diberi panduan
dengan LKS yang berbeda. Siswa diberi
kesempatan mempelajari LKS sebelum
kegiatan praktikum berlangsung.
Data keterampilan proses yang
meliputi
empat
indikator
yaitu
keterampilan merencanakan praktikum,
keterampilan menggunakan alat dan bahan,
keterampilan observasi serta keterampilan
melaksanakan eksperimen dijaring melalui
penilaian kinerja yang dinilai secara
berkelompok, dari satu kelas didapatkan
delapan data yang berasal dari delapan
kelompok. Hasil penilaian kinerja ini
kemudian dihitung dan diuji secara statistik
dengan uji Kruskal-Wallis, uji ini langsung
digunakan melihat jumlah sampel sedikit
sehingga
diasumsikan
data
tidak
berdistribusi normal dan tidak homogen.
Kemudian uji hipotesis dilanjutkan dengan
Pos Hoc- uji Games- Howel.
Pengetahuan prosedural dijaring
melalui pretest dan posttest. Data tersebut
menunjukkan pengetahuan prosedural

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

setiap siswa yang kemudian diolah


menggunakan uji Kruskal-Wallis dan
dilajutkan dengan uji Pos Hoc.
HASIL DAN PEMBASANAN
Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses siswa yang
dijaring pada pelaksanaan praktikum uji
urin diolah menggunakan uji KruskalWallis. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa ada perbedaan keterampilan proses
yang signifikan antara ketiga kelas
penelitian (0,01p).
Nilai rata-rata
menunjukkan bahwa kelas LKS video
memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan kelas LKS teks dan LKS
gambar. LKS video disajikan tidak hanya
berupa visual saja tetapi juga auditori
sehingga dapat lebih dipahami siswa
daripada LKS teks dan gambar. Adanya
video yang mendemonstrasikan praktikum
uji urin dapat membantu siswa dalam
memahami langkah kerja yang sulit
dipahami siswa jika disampaikan melalui
teks saja. Biasanya demonstrasi digunakan
sebagai kegiatan pengganti laboratorium
karena pembelajaran demonstrasi dapat
sama-sama memberikan pemahaman dasar
tentang teknik laboratorium kepada siswa
(Sand, 1956:177).
Tabel 1. Rekapitulasi Perbandingan
Keterampilan Proses Sains
Melalui Kruskal-Wallis

Perbedaan keterampilan proses ini


diuji kembali dengan uji lanjutan Pos Hoc.
Hasil uji ini menunjukkan bahwa
perbedaan keterampilan proses terdapat
antara kelas LKS teks dan kelas LKS
video.

Tabel 2. Rekapitulasi Uji Lanjutan


Games-Howell

Perbedaan ini disebabkan karena LKS


video menampilkan video demonstrasi
praktikum uji urin sehingga siswa dapat
lebih
memahami
prosedur
yang
ditampilkan daripada prosedur yang
disajikan dalam bentuk teks. Demonstrasi
praktikum uji urin yang ditampilkan dapat
membantu siswa memahami konsep yang
abstrak, menghubungkan antara teori dan
nyata serta memberikan gambaran tentang
keterampilan tertentu (Woolnough dan
Allsopp, 1985: 63). Berdasarkan indikator
yang diukur, dapat dilihat pula perbedaan
keterampilan proses berdasarkan rata-rata
yang diperoleh siswa pada setiap kelas.

Gambar 1. Perbandingan Rata-rata


Indikator Keterampilan Proses Sains
Kelas LKS video memperoleh nilai
rata-rata yang lebih tinggi pada
keterampilan merencanakan percobaan,
keterampilan menggunakan alat dan bahan
dan keterampilan observasi. Namun, pada
keterampilan melaksanakan eksperimen
kelas LKS video memperoleh nilai yang
paling kecil. Kecilnya nilai rata-rata pada
keterampilan melaksanakan eksperimen
disebabkan karena siswa mayoritas siswa
pada kelas LKS video tidak melakukan
verifikasi data saat kegiatan praktikum.
Selain melihat dari rata-rata hasil
persentase penilaian kinerja, adanya

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian Rustaman


Perbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Pengetahuan Prosedural

perbedaan keterampilan proses ini dapat


dilihat lebih spesifik sesuai dengan
indikator KPS yang ditentukkan.
Berdasarkan hasil perhitungan
statistik yang dilakukan pada indikator
keterampilan proses (Tabel 2), dapat
diketahui bahwa dua dari empat indikator
yang menunjukkan perbedaan yang
signifikan
yaitu
keterampilan
merencanakan percobaan dan keterampilan
menggunakan alat dan bahan. Sedangkan
keterampilan melakukan eksperimen dan
observasi tidak berbeda signifikan, hal ini
disebabkan karena ketiga LKS yang
disajikan mengandung informasi yang
sama dan jelas, hal ini diketahui sesuai
dengan hasil kuisioner tertutup siswa
mengenai penggunaan LKS. Kejelasan
konten dari LKS memudahkan siswa baik
yang menggunakan LKS teks, gambar
maupun video mampu memahami prosedur
pelaksanaan praktikum dengan melakukan
langkah dengan benar serta melakukan
observasi terhadap hasil pengamatan.
Tabel 3. Rekapitulasi Perbandingan
Keterampilan Proses Sains

*Ket: Perbedaan signifikan dengan nilai Sig. <0,05

Perbedaan
pada
keterampilan
merencanakan praktikum terletak antara
kelas yang menggunakan LKS teks dan
video. Sedangkan perbedaan keterampilan
menggunakan alat dan bahan terletak
antara kelas LKS teks dan video serta

antara kelas LKS gambar dan video.


Berkaitan dengan penyajian informasi,
LKS teks menyajikan informasi yang
berupa pesan verbal berupa kata-kata. LKS
gambar menyajikan informasi berupa
pesan verbal yang berbentuk kata -kata dan
gambar. Sedangka LKS video menyajikan
informasi berupa pesan verbal berbentuk
kata kata dan gambar dan non verbal
(audio). Menurut Sand (1956:5) bahwa
video yang didalamnya mencakup aspek
audio dan visual dapat memberikan
ilustrasi atau gambaran pengalaman
kepada siswa mengenai sebuah objek
tertentu dalam waktu yang singkat. Peroleh
informasi
yang
berbeda
akan
memunculkan hasil yang berbeda. Adanya
perbedaan yang signifikan antara kelas
LKS teks dan gambar dengan kelas LKS
video disebabkan karena siswa di kelas
LKS video
menyimak video dan
kemudian meniru cara atau langkah kerja
yang
ditampilkan
dalam
video
demonstrasi. Hal ini berkaitan dengan
proses modelling yang dikemukakan oleh
Bandura
(1971:5)
dengan
teori
pembelajaran sosialnya.

Pengetahuan Prosedural
Hasil dari uji statistika terhadap
nilai pre test menunjukkan bahwa
pengetahuan prosedural siswa baik yang
menggunakan LKS teks, gambar maupun
video berbeda signifikan yang artinya
pengetahuan prosedural awal siswa
berbeda. Pengujian statistika berdasarkan
tabel dibawah ini menunjukkan bahwa data
tidak berdistribusi normal dan tidak
homogen, uji hipotesis yang digunakan
selanjutnya adalah Kruskall-Wallis. Nilai
pengujian hipotesis yaitu 0,00<0,05 yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

nilai antara kelas LKS teks, gambar dan


video.
Tabel 4 Rekapitulasi Statistik serta
Pengujian Normalitas
dan Homogenitas Hasil Gain Pengetahuan
Prosedural

Berdasarkan hasil uji prasyarat tersebut


maka pengujian uji hipotesis menggunakan
uji Kruskall-Wallis. Hasil uji KruskallWallis adalah 0,09> sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
peningkatan
pengetahuan prosedural siswa antara ketiga
kelas penelitian tidak ada perbedaan.
Tabel. 4. Rekapitulasi Statistik serta
Pengujian Normalitas
dan Homogenitas Hasil N-Gain
Pengetahuan Prosedural

34

N-Gain
LKS
gambar
36

Rata-rata

0,56

0,57

0,65

x Minimum

0,08

0,23

0,22

x Maksimum

0,85

0,85

0,92

SD

0,20

0,14

0,19

Komponen
Peninjau
N

LKS teks

LKS
video
35

Uji Normalitas (Saphiro-Wilk Test)

Pengujian hipotesis selanjutnya


yaitu membandingkan
indeks gain
menunjukkan bahwa ketiga kelas memiliki
taraf yang sama yaitu pada taraf sedang.
Berikut ini tabel indeks Gain.
Tabel 3. Perbandingan N-Gain
Pengetahuan Prosedural Siswa

Sig.

0,13

0,02

Taraf Sig.

0,05

0,05

0,05

Interpretasi

Sig>

Sig<

Sig<

Normal

Tidak normal

Tidak
Normal

Kesimpulan

0,03

Uji Homogenitas (Levene Test)


L

0,07

Taraf Sig.

0,05

Interpretasi

L>

Kesimpulan

Homogen

Uji non parametrik (Kruskal Wallis)

N-Gain
Interpretasi

LKS
teks
0,57
sedang

Kelas
LKS
gambar
0,58
sedang

LKS
video
0,65
sedang

Taraf yang sama pada indeks gain


menunjukkan
bahwa
peningkatan
pengetahuan prosedural siswa pada ketiga
kelas baik itu yang menggunakan LKS
teks, gambar maupun video adalah sama.
Selain itu, untuk lebih meyakinkan hasil
perbandingan dilakukan uji statistika.
Hasil statistika yang ditunjukkan
pada Tabel 4. bahwa nilai indeks gain
memiliki data yang berdistribusi normal
pada kelas LKs teks, dan tidak normal
pada kelas LKS gambar dan video.
Analisis varians menunjukkan bahwa data
memiliki varians yang sama atau homogen.

0,09

Taraf Sig.

0,05

Interpretasi

K>

Kesimpulan

1 = 2

Pengetahuan prosedural dapat


terlatih dengan adanya kegiatan umpan
balik atau pengulangan (Dahar, 1996:75).
Adanya kegiatan praktikum setelah
menyimak LKS yang berisi prosedur uji
urin dapat membantu siswa dalam
mempelajari
pengetahuan
prosedural
tentang uji urin. Kegiatan praktikum yang
telah dilaksanakan memberikan motivasi
belajar, memberikan pengetahuan dan
keterampilan baik itu keterampilan
observasi,
menggunakan
alat,dan
sebagainya, serta memperoleh pengalaman
langsung sehingga siswa merasakan
langsung
fenomena
yang
terjadi

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian Rustaman


Perbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Pengetahuan Prosedural

(Woolnough dan Allsop, 1985: 41).


Adanya kegiatan praktikum pada kelas
LKS teks, gambar, dan video yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan
secara signifikan pada pengetahuan
prosedural siswa.
Keterampilan Proses Sains
Lembar kerja atau penuntun
praktikum sangat membantu pembimbing
dalam
mempersiapkan
praktikum
(Rustaman, 2002:13). Bentuk LKS yang
berbeda ternyata memberikan hasil belajar
yang berbeda terhadap kelas LKS teks,
LKS gambar, dan LKS video. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan adanya
perbedaan
keterampilan proses antara
kelas penelitian terutama antara kelas LKS
teks dan LKS video. Adanya perbedaan ini
disebabkan karena
LKS video yang
memiliki kelebihan dibandingkan LKS
teks dan LKS gambar yaitu adanya audio
yang berupa musik sebagai backsound dan
narasi serta paduan antara gambar dan teks
sehingga lebih efektif digunakan daripada
teks atau gambar saja (Munir, 2012:296).
Adanya komponen media yang berupa
gambar dan audio lebih memudahkan
informasi atau pesan tersampaikan lebih
baik dibandingkan teks atau kata-kata saja
dan gambar saja (Mayer, 2009:207). Video
sebagai petunjuk praktikum sangat cocok
digunakan karena melalui video siswa
dapat memperoleh informasi yang nyata
saja (Munir, 2012:295). Melalui video
siswa dapat meniru hal yang diperagakan
model, dalam hal ini demonstrasi
praktikum uji urin. Demonstrasi yang
ditampilkan dalam video sangat efektif
digunakan terutama dalam mengajarkan
keterampilan
dasar
dan
teknik
laboratorium pada siswa (Sand, 1956:177).
Adanya demonstrasi dalam video
dapat menjadi contoh bagi siswa untuk
meniru prosedur praktikum baik itu

langkah
kerja
maupun
prosedur
penggunaan alat dan bahan. Proses meniru
model ini dikemukakan oleh Bandura
(1971:5) bahwa proses modelling dapat
berpengaruh terhadap pengalaman siswa.
Percobaan Bandura mengenai pengaruh
televisi yang menyajikan kekerasan dengan
memukul bobo doll mempengaruhi
perilaku anak, dimana anak akan takut
melakukan kekerasan dan ada pula anak
yang melakukan kekerasan tersebut. Saat
melihat tayangan, anak mendapatkan
informasi yang akan mempengaruhi sikap,
respon emosi dan perilaku baru (Aries,
2012:2). Begitu pula dengan siswa yang
menyimak tayangan video demonstrasi
praktikum yang disajikan pada kelas LKS
video. Pada saat melihat tayangan video,
siswa menyimak, melakukan observasi
atau pengamatan video sehingga siswa
mampu mengingat tahapan praktikum
sesuai dengan apa yang dilihat dan
didengarnya. Proses tahapan tersebut dapat
dikatakan sebagai tahap attention dan
retention yang diasumsikan tahap ini akan
mempengaruhi
tinggi
rendahnya
keterampilan proses sains yang muncul
saat tahap pelaksanaan kerja dalam
praktikum (tahap reproduksi).
Tahap attention dan retention
berkaitan dengan cara siswa menyimak,
mengamati atau observasi dari media yang
digunakan (Bandura. 1971:6). Media yang
digunakan yaitu LKS teks, gambar dan
video . Pada saat menyimak LKS yang
disajikan siswa menerima informasi
mengenai tujuan, alat dan bahan serta
prosedur melalui pesan yang berbeda. LKS
teks menyajikan informasi berupa pesan
verbal atau kata-kata saja. LKS gambar
menyajikan informasi berupa kata-kata dan
gambar. Sedangkan LKS video menyajikan
informasi berupa gambar bergerak
(motion) yang merupakan gambar nyata
hasil rekaman, audio yang berupa narasi

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

dengan backsound instrumental serta teks


on-screen. Pada dasarnya ketiga LKS yang
digunakan memiliki komponen yang sama,
hanya saja perbedaan pada penyajian
konten disajikan dengan bentuk yang
berbeda.
Pesan
instruksional
yang
disampaikan melalui ketiga LKS dasarnya
adalah
pesan verbal yang berupa
prosedural kinerja praktikum. LKS teks
menyimpan informasi berupa kata-kata
yang hanya dapat ditangkap oleh visual
siswa saja dengan cara membaca. LKS
gambar yang berupa gambar dua dimensi
memberikan pesan verbal yang mampu
ditangkap oleh visual siswa dengan cara
menginterpretasi gambar. Gambar yang
disajikan berupa tahapan pelaksanaan
praktikum,
sedangkan
LKS
video
menyajikan pesan yang dapat ditangkap
tidak hanya oleh visual siswa tetapi juga
audio. Pesan verbal yang dapat ditangkap
secara visual pun berupa gambar motion
atau gambar bergerak hasil rekaman nyata
yang telah diambil sebelumnya. Video
tersebut dilengkapi dengan narasi yang
menyajikan pesan verbal yang dapat
ditangkap audio siswa.
Perbedaan antara hasil uji hipotesis
yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disebabkan karena perbedaan penyajian
LKS. Menurut Mayer (2009:74) bahwa
setiap manusia memiliki keterbatasan
jumlah infomasi yang bisa diproses dalam
masing-masing saluran pada suatu waktu
tertentu. Perbedaan jenis LKS ini dapat
menjadi Sumber ekstraneous cognitif load,
dimana pesan yang sampaikan memiliki
penyajian yang berbeda (Mayer, 2009:74).
Berdasarkan beberapa penelitian Mayer
terhadap retensi siswa bahwa murid bisa
belajar lebih baik dengan menggunakan
gambar dan kata daripada kata-kata saja.
Hal tersebut terbukti dengan nilai rata-rata
pada kelas LKS video lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas LKS teks.
Dalam penelitian ini penulis memang tidak
mengukur aspek retensi, adanya asumsi
dan hasil penelitian sebelumnya dapat
menunjukkan bahwa media memang

mempengaruhi hasil belajar siswa.


Keterampilan proses sains dalam penelitian
ini merupakan proses reproduksi yang
dinilai melalui penilaian kinerja.
Proses reproduksi yang merupakan
tahapan ketiga dalam teori sosial Bandura
merupakan proses representasi pesan baik
berbentuk verbal atau pun simbol yang
berupa aksi (Bandura, 1971: 8). Tahapan
ini juga bisa disebut sebagai proses
memproduksi keterampilan berdasarkan
hasil observasi sebelumnya (Bandura,
1971:8). Proses reproduksi ini bergantung
pada pencapaian atau hasil yang diperoleh
setelah melakukan proses attention dan
retention. Dalam penelitian ini proses
reproduksi ialah keterampilan proses sains
yang meliputi empat indikator. Proses
reproduksi yang dialami siswa akan
semakin berkembang dengan baik jika
adanya respon yang baik terhadap
penampilan siswa (feedback performance).
Respon yang negatif dan positif akan
memunculkan
perkembangan
yang
berbeda.
Bandura (Aries, 2012:2)
mengemukakan
bahwa
feedback
performance baik itu hukuman atau hadiah
akan
mempengaruhi
perilaku
atau
penampilan
yang
dipelajari.
Pada
penelitian ini feedback performance secara
tidak langsung dilakukan baik oleh guru
ataupun
antara
teman
kelompok.
Perkembangan keterampilan proses yang
diukur pada penelitian ini hanya diukur
pada satu waktu saja. Perkembangan ini
akan terus berlanjut seiring dengan latihan
dan modelling yang dilakukan siswa di
sekolah.
Salah satu komponen penting yang
terdapat pada LKS video juga adalah
adanya rekaman demonstrasi praktikum.
Video demonstrasi praktikum uji urin yang
terdapat pada video ini dapat membantu
guru menjelaskan hal yang sulit untuk
dijelaskan seperti penggunaan alat dan
bahan yang tidak dijelaskan secara
spesifik. Biasanya, demonstrasi digunakan
sebagai kegiatan pengganti laboratorium
karena pembelajaran demonstrasi dapat

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian Rustaman


Perbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Pengetahuan Prosedural

sama-sama memberikan pemahaman dasar


tentang teknik laboratorium kepada siswa
(Sand, 1956:177). Demonstrasi yang baik
adalah kegiatan yang dapat menarik
perhatian siswa dan menjelaskan sebuah
fenomena dengan jelas (Sand, 1956: 180).
LKS video demonstrasi yang digunakan
tidak hanya menarik perhatian siswa
sebelum kegiatan praktikum berlangsung
tetapi juga memberikan pengetahuan siswa
mengenali
teknik
laboratorium.
Demonstrasi pada dasarnya penting
dilaksanakan
karena
tidak
hanya
dilaksanakan sebagai pengganti kegiatan
praktikum atau eksperimen tetapi juga
untuk menolong siswa memahami materi
yang abstrak. Selain itu, demonstrasi
penting dilaksanakan untuk membantu
siswa menghubungkan teori dan nyata,
membelajarkan siswa untuk memberikan
informasi serta menggambarkan konsep
dan teknik tertentu (Woolnough dan
Allsopp, 1985: 63). Kelebihan dari LKS
video selain adanya proses demonstrasi
juga adanya audio yang dapat menarik
perhatian siswa dan membuat siswa lebih
nyaman dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Zuckerman (Sand, 1956: 373)
bahwa audio yang berupa musik dapat
menarik perhatian siswa dan mengatur
emosional siswa.
Pengetahuan Prosedural
Berdasarkan hasil penelitian Allen
(Rohani, 1997:26) bahwa pengetahuan
prosedural dapat lebih baik
apabila
dibelajarkan dengan media gambar hidup,
program
instruksi, dan
demonstrasi.
Penyajian LKS merupakan salah satu
upaya dalam memberikan pengetahuan
prosedural kepada siswa dalam bentuk
pengetahuan deklaratif (Dahar, 1996:72).
Berdasarkan hasil penelitian yang ada dan
teori yang berkaitan, penulis berasumsi
bahwa pengetahuan prosedural pada kelas

LKS video akan memperoleh nilai lebih


tinggi dibandingkan kelas LKS teks dan
gambar, tetapi hal tersebut tidak terbukti,
hal ini disebabkan pelaksanaan kegiatan
praktikum pada ketiga kelas penelitian.
Adanya
pelaksanaan
praktikum
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan kepada siswa mengenai
prosedur uji urin.
Pada dasarnya keterampilan proses
sains adalah keterampilan berpikir, dimana
dalam
keterampilan
proses
sains
melibatkan keterampilan kognitif, manual
dan sosial (Rustaman et al, 2005: 78).
Empat indikator yang diukur dalam
penelitian ini meliputi keterampilan
observasi,
merencanakan
penelitian,
menggunakan alat dan melaksanakan
eksperimen dimana keempat keterampilan
proses tersebut diukur melalui penilaian
kinerja praktikum uji urin. Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
sebelumnya dapat diketahui bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelas LKS teks, LKS gambar dan LKS
video. Selain itu, pengetahuan prosedural
tentang praktikum uji urin juga diukur
melalui pre test dan post test tetapi
hasilnya bertolak belakang dengan
hipotesis
penulis,
hasil
penelitian
menunjukkan tidak adanya perbedaan
pengetahuan prosedural antara kelas yang
menggunakan LKS teks, LKS gambar dan
LKS video. Seperti yang dikemukakan
diatas pada dasarnya keterampilan proses
sains tidak hanya melibatkan satu aspek
antara kognitif, manual dan sosial, tetapi
ketiganya berkesinambungan sehingga
siswa mampu berfikir dan menemukan
sebuah konsep dari hasil pemikiran serta
segala hal yang dilakukannya. Dalam
penelitian
ini,
penulis
menyajikan
praktikum uji urin yang mana didalamnya
siswa dapat mengeksplor diri dalam
melakukan kegiatan praktikum. Kegiatan

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

praktikum
melibatkan
kemampuan
kognitif, dimana siswa harus memahami
konsep-konsep dasar atau materi yang
sedang dipelajari. Kemampuan manual
yaitu
kemampuan
siswa
dalam
menggunakan alat/bahan, mengamati atau
observasi, melaksanakan praktikum, serta
kemampuan sosial yang diasah melalui
diskusi serta kerja dalam kelompok.
Pada pelaksanaan praktikum siswa
memerlukan pengetahuan salah satunya
pengetahuan prosedural. Siswa dituntut
tidak hanya tahu tentang mengetahui saja
tetapi juga mengetahui bagaimana
caranya melakukan sesuatu. Sebelum
melaksanakan praktikum siswa diberikan
petunjuk praktikum yang berupa LKS
dengan bentuk yang berbeda. LKS ini
membantu siswa memahami apa yang
harus dilakukan saat praktikum. Bentuk
LKS yang berbeda diduga dapat
memberikan dampak yang berbeda pula
pada pengetahuan prosedural siswa, hal ini
berdasarkan beberapa asumsi tentang
melatih
kemampuan
pengetahuan
prosedural siswa yang dikemukakan oleh
Dahar (1996:72) bahwa
menyajikan
urutan aksi dalam bentuk deklaratif akan
berkembang
menjadi
suatu
sajian
prosedural dari urutan aksi dengan
pengalaman dalam mencoba menghasilkan
urutan aksi. Penyajian dalam hal ini
diartikan dengan penyajian LKS dan
pengalaman yang disuguhkan kepada
siswa adalah kegiatan praktikum. Pada
awalnya penulis menduga bahwa kegiatan
praktikum yang sama terlepas tinggi
rendahnya hasil penilaian uji kinerja
dengan penyajian LKS yang berbeda dapat
memberikan pengetahuan prosedural yang
berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ini,
hasil uji statistik pengetahuan prosedural
menunjukkan hasil yang berbeda bahwa
tidak adanya perbedaan yang signifikan
antara kelas LKS teks, LKS gambar, dan
LKS video (0,09p) dengan nilai N-gain
pada tingkat yang sama yaitu sedang. Hal
tersebut dapat terjadi karena kegiatan
praktikum berjalan maksimal. Pengetahuan

prosedural dapat lebih terlatih melalui


kegiatan praktikum meski nilai hasil
penilaian kinerja berbeda. Hasil penilaian
kinerja yang meliputi penilaian empat
indikator
keterampilan
proses
menunjukkan bahwa kelas LKS video
memperoleh nilai
yang lebih tinggi
dibandingkan kelas LKS teks dan LKS
gambar (lihat 3). Pelaksanaan praktikum
sangat berpengaruh walaupun nilai
penilaian kinerja antara kelas LKS teks,
gambar dan video berbeda. Seperti halnya
yang kemukakan Woolnough and Allsop
(1985: 41)
kegiatan praktikum dapat
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan
serta
memperoleh
pengalaman langsung sehingga siswa
merasakan langsung fenomena yang
terjadi.
Keterampilan proses sains yang
diukur dalam hal ini lebih banyak
melibatkan
keterampilan
manual.
Keterlaksanaan
praktikum
dengan
kemampuan siswa tentang penggunaan
alat,
observasi
dan
melaksanakan
praktikum diduga kuat yang menyebabkan
ketiga kelas penelitian memperoleh
pengetahuan prosedural yang lebih baik
meskipun jenis penyajian informasi
deklaratif berbeda. Adanya kegiatan
praktikum menjadikan siswa mengetahui
prosedural pelaksanaan praktikum uji urin,
kegiatan praktikum yang dilaksanakan
merupakan proses latihan dan umpan balik
sehingga siswa lebih tahu prosedural
praktikum. (Dahar, 1996:75). Keterampilan
prosedural penting didapatkan siswa
sebelum melaksanakan praktikum, hal ini
terkait dengan keselamatan siswa dalam
melaksanakan
praktikum.
Dengan
mengetahui
prosedur
yang
harus
dilakukan, siswa dapat lebih terampil dan
hati-hati dalam melaksanakan kegiatan
praktikum. Penyajian LKS adalah satu
upaya menuntun siswa memperoleh
pengetahuan prosedural serta rambu-rambu
dan
tuntunan
yang
jelas
dalam
melaksanakan
praktikum
(Rustaman,
2012:27).

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian Rustaman


Perbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Pengetahuan Prosedural

KESIMPULAN
Hasil
penelitian menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan pada
pelaksanaan kegiatan praktikum antara
kelas LKS teks, LKS gambar dan LKS
video terhadap keterampilan proses sains.
Perbedaan tersebut terletak antara kelas
LKS teks dan LKS video. Dari empat
indikator KPS ternyata hanya dua indikator
yaitu
keterampilan
merencanakan
praktikum dan keterampilan menggunakan
alat dan bahan yang menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Rata-rata nilai
keterampilan proses menunjukkan bahwa
kelas LKS video memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan kelas LKS gambar dan
video. Tingginya nilai rata-rata KPS pada
LKS video disebabkan karena penyajian
LKS yang berupa gambar bergerak
(motion), teks-on screen , dan audio serta
komponen demonstrasi praktikum yang
membuat siswa dapat meniru model.
Pengetahuan prosedural dalam
penelitian
ini
tidak
menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara kelas
LKS teks, LKS gambar dan LKS video.
Perbandingan indeks gain pengetahuan
prosedural antara kelas LKS teks, LKS
gambar dan LKS video mendukung hasil
uji statistika dengan hasil yang berada pada
tingkat yang sama yaitu rendah. Tidak
adanya perbedaan tersebut disebabkan
karena
ketiga
kelas
melaksanakan
praktikum dengan baik.
Media baik itu teks, gambar
maupun video pada dasarnya mampu
membantu siswa dalam belajar. Ketiga
jenis LKS yang disajikan dalam berbagai
jenis dapat dikembangkan lebih baik lagi.
LKS video masih jarang digunakan
sehingga melalui penelitian ini diharapkan
dapat bermunculan penelitian sejenis
dalam pengembangan LKS video sebagai
petunjuk praktikum. Kelas LKS video

memiliki rata-rata yang lebih tinggi


dibandigkan kelas LKS teks dan gambar
hal ini dikarenakan LKS video memiliki
kelebihan yaitu mampu menampilkan
video praktikum, adanya gambar bergerak
dan effect serta music dan narasi yang
dapat menarik siswa serta lebih membantu
siswa dalam memahami prosedur.
Indikator keterampilan
proses
dalam penelitian ini perlu dikembangkan
kembali,
terutama
keterampilan
merencanakan percobaan yang pada
dasarnya belum mampu menjaring
sebagian besar aspek yang diharapkan.
Selain itu. Pengambilan data prosedural
yang diambil karena pengaruh media dapat
dilakukan setelah melihat media dan tidak
ada pelaksanaan paraktikum agar dapat
lebih terlihat perbedaan antara kelas
kontrol dan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adisendjaja, Y.H dan Romlah, O. (2009).
Peranan
Praktikum
Dalam
Mengembangkan
Keterampilan
Proses dan Kerja Laboratorium.
Makalah pada Pertemuan MGMP
Biologi, Garut.
Aries, M. (2012).Teori Belajar Sosial
Bandura.
[online].
Tersedia:
Http://File.Upi.Edu/Direktori/Fip/J
ur._Psikologi/M.Aries/4_Teori_Bel
ajar_Sosial_Bandura. [17 Juni
2013].
Bandura, A. (1971). Social Learning
Theory. New York: General Learning
Press.
Dahar, R.W. (1996). Teori- Teori Belajar.
Jakarta: Erlangga.
Krathwol, D.R(2002) . A Revision of
Bloom's
Taxonomy:
An

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

Overview. Journal Of Theory Into


Practice.41, (4), 212-218.
Mayer, R. (2009). Multimedia Learning
Prinsip dan Aplikasi. Yogyakarta:
PustakaPelajar
Mulyanto dan Leong, M. (2009). Tutorial
membangun Multimedia Interaktif
Media Pembelajaran. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Munir. (2012). Multimedia Konsep dan
Aplikasi
dalam
Pendidikan.Alfabeta: Bandung.

Maldaerlli, G., Hartmann, E., Cumming,


P., Homer, R., Obom, K (2009).
Virtual
Lab
Demonstrations
Improve
Students Mastery of
Basic
Biology
Laboratory
Techniques.
Journal
Of
Microbiology & Biology Education.
10, 51-57.
Newby, T., Stepitch, D., Lehman, J.,
Russell,.J.
(2006).Educational
Technology For Teaching and
learning. New Jersey: Pearson
Meriil Prentice Hall.
Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S.,
Yudianto, S. A., Kusumastuti, M.
N.,Rochintaniawati, D.,Achmad, Y.
(2005). Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Malang: UM Press.

Rustaman, A. danWulan, A. (2007).


Kegiatan Laboratorium dalam
Pembelajaran Biologi. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Rustaman, N. (2002). Perencanaan dan
Penilaian Praktikum di Perguruan
Tinggi.Makalah pada Program
Applied Approach Dosen UPI,
Bandung.
Rohani. (1997). Media Instruksional
Edukatif. Jakarta: RhinekaCipta
Sand, L. (1956). Audio Visual Procedures
in Teaching. California: The Ronald
Press Company.
Santoso, S (2010).Statistik Nonparametrik.
Elez Media komputindo: Jakarta.
Widodo, A. dan Ramdhaningsih, V. (2006).
Analisis
kegiatan
praktikum
biologi
dengan
menggunakan
video. Metalogika.9(2), 146-158.
Widodo, A. (2005). Analisis Pembelajaan
Biologi dengan Menggunakan
Video. Makalah dalam Seminar
Nasional Pendidikan IPA III
Himpunan Sarjanadan Pemerhati
Pendidikan
IPA
Indonesia,
Bandung.
Woolnough, B dan Allsop, T. (1985).
Practical
Work
in Science.
Cambridge: Cambridge University
Press.

Anda mungkin juga menyukai