________________________
1) Penulis Penanggung Jawab
melakukan
aktivitas.
Krathwohl
(2002:214)
memaparkan taksonomomi
Bloom yang telah direvisi dimana dimensi
pengetahuan dan dimensi kognitif telah
dibedakan.
Dimensi pengetahuan
dikelompokkan
menjadi
empat
pengetahuan yaitu pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif.
Salah satunya pengetahuan prosedural
yang sangat penting dikembangkan. Pada
kegiatan
praktikum,
pengetahuan
prosedural dapat dikembangkan secara
maksimal, salah satunya dengan adanya
kegiatan praktikum yang langsung
dilaksanakan dan pemberian pengetahuan
deklaratif yang berupa penyampaian
informasi melalui LKS petunjuk praktikum
(Dahar , 1996:75).
Lembar Kerja Siwa
Pentingnya lembar kerja sebagai
penuntun
praktikum
tidak
hanya
membantu pembimbing atau guru tetapi
juga sangat membantu siswa terutama
siswa yang baru mengenal laboratorium.
Lembar kerja siswa dapat membantu siswa
mencapai tujuan dari pembelajaran
sehingga akan lebih baik jika LKS disusun
oleh guru karena guru memahami tentang
apa yang harus dilakukan oleh siswa
(Rustaman dan Wulan, 2007: 27). Lembar
kerja dapat juga digunakan sebagai sumber
belajar dan media pembelajaran tergantung
pada
kegiatan
pembelajaran
yang
dirancang. Lembar kerja siswa merupakan
salah satu
media pembelajaran yang
digunakan sebagai penunjang proses
pembelajaran dan menyajikan atau
menyerap mata pelajaran (Widjayanti,
2008:1).
Menurut German et al (Rustaman
dan Wulan, 2007:28) bahwa LKS
diharapkan
dapat
mengembangkan
keterampilan proses sains pada siswa. Oleh
karena itu komponen dalam LKS sudah
seharusnya dapat merangsang siswa untuk
berpikir. Aspek yang sebaiknya ada pada
LKS yaitu 1) tujuan kegiatan, 2)
pendahuluan (latar belakang/pentingnya
METODE
Metode penelitian ini adalah Quasy
Eksperimental karena pemilihan sampel
tidak dilakukan secara acak melainkan
berdasarkan kemudahan penulis hal ini
terkait sekolah yang menjadi tempat
penelitian telah digunakan juga oleh
peneliti lain, untuk menghindari faktor
eksternal maka kelas yang diambil tidak
diambil secara acak atau disebut juga
convinience sampling. Desain penelitian
ini adalah Nonequivalent group desain.
Data yang diperoleh berasal dari tiga kelas
yang berbeda. Kelas kontrol merupakan
kelas yang menggunakan LKS teks, kelas
eksperimen 1 menggunakan LKS yang
dilengkapi gambar (LKS gambar) dan
kelas eksperimen 2 menggunakan LKS
yang dilengkapi video (LKS video). Ketiga
kelas melaksanakan kegiatan praktikum uji
urin yang sebelumnya diberi panduan
dengan LKS yang berbeda. Siswa diberi
kesempatan mempelajari LKS sebelum
kegiatan praktikum berlangsung.
Data keterampilan proses yang
meliputi
empat
indikator
yaitu
keterampilan merencanakan praktikum,
keterampilan menggunakan alat dan bahan,
keterampilan observasi serta keterampilan
melaksanakan eksperimen dijaring melalui
penilaian kinerja yang dinilai secara
berkelompok, dari satu kelas didapatkan
delapan data yang berasal dari delapan
kelompok. Hasil penilaian kinerja ini
kemudian dihitung dan diuji secara statistik
dengan uji Kruskal-Wallis, uji ini langsung
digunakan melihat jumlah sampel sedikit
sehingga
diasumsikan
data
tidak
berdistribusi normal dan tidak homogen.
Kemudian uji hipotesis dilanjutkan dengan
Pos Hoc- uji Games- Howel.
Pengetahuan prosedural dijaring
melalui pretest dan posttest. Data tersebut
menunjukkan pengetahuan prosedural
Perbedaan
pada
keterampilan
merencanakan praktikum terletak antara
kelas yang menggunakan LKS teks dan
video. Sedangkan perbedaan keterampilan
menggunakan alat dan bahan terletak
antara kelas LKS teks dan video serta
Pengetahuan Prosedural
Hasil dari uji statistika terhadap
nilai pre test menunjukkan bahwa
pengetahuan prosedural siswa baik yang
menggunakan LKS teks, gambar maupun
video berbeda signifikan yang artinya
pengetahuan prosedural awal siswa
berbeda. Pengujian statistika berdasarkan
tabel dibawah ini menunjukkan bahwa data
tidak berdistribusi normal dan tidak
homogen, uji hipotesis yang digunakan
selanjutnya adalah Kruskall-Wallis. Nilai
pengujian hipotesis yaitu 0,00<0,05 yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
34
N-Gain
LKS
gambar
36
Rata-rata
0,56
0,57
0,65
x Minimum
0,08
0,23
0,22
x Maksimum
0,85
0,85
0,92
SD
0,20
0,14
0,19
Komponen
Peninjau
N
LKS teks
LKS
video
35
Sig.
0,13
0,02
Taraf Sig.
0,05
0,05
0,05
Interpretasi
Sig>
Sig<
Sig<
Normal
Tidak normal
Tidak
Normal
Kesimpulan
0,03
0,07
Taraf Sig.
0,05
Interpretasi
L>
Kesimpulan
Homogen
N-Gain
Interpretasi
LKS
teks
0,57
sedang
Kelas
LKS
gambar
0,58
sedang
LKS
video
0,65
sedang
0,09
Taraf Sig.
0,05
Interpretasi
K>
Kesimpulan
1 = 2
langkah
kerja
maupun
prosedur
penggunaan alat dan bahan. Proses meniru
model ini dikemukakan oleh Bandura
(1971:5) bahwa proses modelling dapat
berpengaruh terhadap pengalaman siswa.
Percobaan Bandura mengenai pengaruh
televisi yang menyajikan kekerasan dengan
memukul bobo doll mempengaruhi
perilaku anak, dimana anak akan takut
melakukan kekerasan dan ada pula anak
yang melakukan kekerasan tersebut. Saat
melihat tayangan, anak mendapatkan
informasi yang akan mempengaruhi sikap,
respon emosi dan perilaku baru (Aries,
2012:2). Begitu pula dengan siswa yang
menyimak tayangan video demonstrasi
praktikum yang disajikan pada kelas LKS
video. Pada saat melihat tayangan video,
siswa menyimak, melakukan observasi
atau pengamatan video sehingga siswa
mampu mengingat tahapan praktikum
sesuai dengan apa yang dilihat dan
didengarnya. Proses tahapan tersebut dapat
dikatakan sebagai tahap attention dan
retention yang diasumsikan tahap ini akan
mempengaruhi
tinggi
rendahnya
keterampilan proses sains yang muncul
saat tahap pelaksanaan kerja dalam
praktikum (tahap reproduksi).
Tahap attention dan retention
berkaitan dengan cara siswa menyimak,
mengamati atau observasi dari media yang
digunakan (Bandura. 1971:6). Media yang
digunakan yaitu LKS teks, gambar dan
video . Pada saat menyimak LKS yang
disajikan siswa menerima informasi
mengenai tujuan, alat dan bahan serta
prosedur melalui pesan yang berbeda. LKS
teks menyajikan informasi berupa pesan
verbal atau kata-kata saja. LKS gambar
menyajikan informasi berupa kata-kata dan
gambar. Sedangkan LKS video menyajikan
informasi berupa gambar bergerak
(motion) yang merupakan gambar nyata
hasil rekaman, audio yang berupa narasi
praktikum
melibatkan
kemampuan
kognitif, dimana siswa harus memahami
konsep-konsep dasar atau materi yang
sedang dipelajari. Kemampuan manual
yaitu
kemampuan
siswa
dalam
menggunakan alat/bahan, mengamati atau
observasi, melaksanakan praktikum, serta
kemampuan sosial yang diasah melalui
diskusi serta kerja dalam kelompok.
Pada pelaksanaan praktikum siswa
memerlukan pengetahuan salah satunya
pengetahuan prosedural. Siswa dituntut
tidak hanya tahu tentang mengetahui saja
tetapi juga mengetahui bagaimana
caranya melakukan sesuatu. Sebelum
melaksanakan praktikum siswa diberikan
petunjuk praktikum yang berupa LKS
dengan bentuk yang berbeda. LKS ini
membantu siswa memahami apa yang
harus dilakukan saat praktikum. Bentuk
LKS yang berbeda diduga dapat
memberikan dampak yang berbeda pula
pada pengetahuan prosedural siswa, hal ini
berdasarkan beberapa asumsi tentang
melatih
kemampuan
pengetahuan
prosedural siswa yang dikemukakan oleh
Dahar (1996:72) bahwa
menyajikan
urutan aksi dalam bentuk deklaratif akan
berkembang
menjadi
suatu
sajian
prosedural dari urutan aksi dengan
pengalaman dalam mencoba menghasilkan
urutan aksi. Penyajian dalam hal ini
diartikan dengan penyajian LKS dan
pengalaman yang disuguhkan kepada
siswa adalah kegiatan praktikum. Pada
awalnya penulis menduga bahwa kegiatan
praktikum yang sama terlepas tinggi
rendahnya hasil penilaian uji kinerja
dengan penyajian LKS yang berbeda dapat
memberikan pengetahuan prosedural yang
berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ini,
hasil uji statistik pengetahuan prosedural
menunjukkan hasil yang berbeda bahwa
tidak adanya perbedaan yang signifikan
antara kelas LKS teks, LKS gambar, dan
LKS video (0,09p) dengan nilai N-gain
pada tingkat yang sama yaitu sedang. Hal
tersebut dapat terjadi karena kegiatan
praktikum berjalan maksimal. Pengetahuan
KESIMPULAN
Hasil
penelitian menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan pada
pelaksanaan kegiatan praktikum antara
kelas LKS teks, LKS gambar dan LKS
video terhadap keterampilan proses sains.
Perbedaan tersebut terletak antara kelas
LKS teks dan LKS video. Dari empat
indikator KPS ternyata hanya dua indikator
yaitu
keterampilan
merencanakan
praktikum dan keterampilan menggunakan
alat dan bahan yang menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Rata-rata nilai
keterampilan proses menunjukkan bahwa
kelas LKS video memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan kelas LKS gambar dan
video. Tingginya nilai rata-rata KPS pada
LKS video disebabkan karena penyajian
LKS yang berupa gambar bergerak
(motion), teks-on screen , dan audio serta
komponen demonstrasi praktikum yang
membuat siswa dapat meniru model.
Pengetahuan prosedural dalam
penelitian
ini
tidak
menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara kelas
LKS teks, LKS gambar dan LKS video.
Perbandingan indeks gain pengetahuan
prosedural antara kelas LKS teks, LKS
gambar dan LKS video mendukung hasil
uji statistika dengan hasil yang berada pada
tingkat yang sama yaitu rendah. Tidak
adanya perbedaan tersebut disebabkan
karena
ketiga
kelas
melaksanakan
praktikum dengan baik.
Media baik itu teks, gambar
maupun video pada dasarnya mampu
membantu siswa dalam belajar. Ketiga
jenis LKS yang disajikan dalam berbagai
jenis dapat dikembangkan lebih baik lagi.
LKS video masih jarang digunakan
sehingga melalui penelitian ini diharapkan
dapat bermunculan penelitian sejenis
dalam pengembangan LKS video sebagai
petunjuk praktikum. Kelas LKS video