KTI07
KTI07
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma Kapitis merupakan segala bentuk kekerasan yang menimpa
kepala dan akan menyebabkan terjadinya luka pada kulit kepala, tulang
tengkorak dan otak. Trauma kapitis pada kecelakaan lalu lintas merupakan
yang sering terjadi namun tidak menutup kemungkinan penyebab lain
misalnya kekerasan termis maupun akibat benda tajam (Tasmono, 2007).
Trauma kapitis merupakan penyebab utama kematian di berbagai negara di
dunia, terutama pada kelompok usia di bawah 40 tahun. Seiring dengan
meningkatnya jumlah pengguna kendaraan bermotor dan kepadatan
kendaraan yang cukup tinggi meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan. Hal
ini tidak diikuti oleh kedisiplinan dari pengguna kendaraan bermotor sehingga
menyebabkan terjadinya kecelakaan yang bersifat fatal termasuk terjadinya
trauma kapitis (Madong, 2011).
Pada tahun 2012 dijumpai 444 kasus baru per 100.000 penduduk
Secara keseluruhan setiap tahunnya diperkirakan sekitar 60.000 kematian
diakibatkan trauma kapitis serta 70.00090.000 penderita akan mengalami
kerusakan neurologik permanen (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Sedangkan Direktorat Lalu Lintas Polda Jatim menyatakan bahwa pada tahun
2012 terdapat 417 ribu kecelakaan lalu lintas di Propinsi Jawa Timur dan 47%
diantaranya menyebabkan terjadinya cidera kepala (Trauma Kapitis).
terganggunya
sistem
kendali
motorik
ekstrimitas
dan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan Studi Kasus Pada Tn. S Umur 65 tahun yang mengalami
masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan
diagnosa medis trauma kapitis di Ruang Flamboyan RSUD Gambiran
Kota Kediri
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis trauma
kapitis.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
trauma kapitis.
c. Membuat rencana keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
trauma kapitis.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis trauma kapitis.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
trauma kapitis.
C. Manfaat Penulisan
1. Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam pelaksanaan pelayanan
khususnya pada pasien trauma kapitis.
2. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan pada pasien trauma kapitis sehingga dapat digunakan
sebagai acuan praktik klinik keperawatan para mahasiswa.
3. Bagi Penulis
yang
Wawancara
Adalah suatu metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data
dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung pada pasien atau
keluarga.
b.
Studi Kepustakaan
Pengumpulan data dari buku-buku, website, hasil workshop dan
seminar.
2.
Sumber Data
a.
Primer
Ialah sumber data yang diperoleh dari pasien secara langsung dengan
wawancara dan pemeriksaan.
b.
Sekunder
Data yang diperoleh dari catatan medik dan keperawatan, hasil
pemeriksaan, catatan tenaga kesehatan yang terkait.
Hipovolemia
b.
Hipervolemia
c.
d.
Peningkatan masalah
e.
f.
Hipoventilasi
g.
h.
i.
j.
Keracunan enzim
k.
3.
Abnormalitas berbicara
b.
c.
d.
e.
Sulit menelan
f.
g.
Perubahan perilaku
h.
i.
Nyeri kepala
j.
Muntah
k.
Hemiparesa.
l.
m.
4.
Penatalaksanaan medis
a. Pada fase akut
1) Pertahankan jalan nafas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator
2) Monitor peningkatan tekanan intrakranial
3) Monitor funggsi pernapasan : analisa gas darah
4) Monitor jantung, tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
5) Evaluasi status cairan dan elektrolit
6) Kontrol kejang, jika ada dengan pemberian konfulsn dan cegah resiko
injuri
7) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikougulan
8) Monitor tanda-tanda neurologi (Nanda,2005-2006)
b. Fase rehabilitasi
1) Pertahankan nutrisi yang adekuat
2) Pertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM)
3) Pertahankan integritas kulit
4) Pertahankan komunikasi yang efektif
10
11
Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari
pasien. Adapun data yang terkumpul mencakup pasien, keluarga,
masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan (Potter, 2005).
a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan berisi tentang :
1)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya pasien dengan trauma kapitis, datang ke rumah
sakit dengan penurunan tingkat kesadaran (GCS di bawah 15),
bingung, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah tidak
simestris, lemah, paralise, hemiparise, luka di kepala, akumulasi
sputum pada saluran nafas, adanya liquor dari hidung dan telinga, dan
2)
adanya kejang
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu haruslah diketahui baik yang
berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem
sistemik lainnya.
3)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit
menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau
keluarga sebagai data subyektif.
b. Identitas pasien
Identitas pasien berisi tentang : Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record,
Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat,
Tanggal Pengkajian.
12
c. Pemeriksaan fisik
1)
Tanda-Tanda Vital
Suhu
: < 37 C
Nadi
: < 60 x/menit
TD
RR
: < 16 x/menit
TB/BB : ideal/menurun
2)
Keadaan Umum
Keadaan umum tergantung berat ringannya penyakit yang
Jumlah rambut
: Mengidentifikasi
adanya
kerontokan
rambut.
Warna rambut
Kebersihan rambut :
13
umum
menunjukkan
tingkat
hygiene
seseorang.
(2) Palpasi
Melakukan pemeriksaan suhu tubuh pasien, keadaan turgor,
kelembaban kulit, serta adanya edema.
b)Kepala
(1) Inspeksi
Mengetahui kesimetrisan antara kanan dan kiri, serta bentuk
kepala pasien.
(2) Palpasi
Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui keadaan kepala
tentang adanya luka / memar pada kepala.
c)Mata
(1) Inspeksi : Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan
inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, konjungtiva,
kornea, iris, dan pupil
(2) Palpasi
14
begitu
pula
ukuran,
simetris
dan
sudut
penempelan ke kepala.
(2) Palpasi
Memeriksa
kemungkinan
adanya benjolan
e)Hidung
(1) Inspeksi
Memeriksa
kemungkinan
Inspeksi
Pemeriksaan
bentuk
Palpasi :
15
(1) Inspeksi
Pemeriksaan
kesimetrisan
Pemeriksaan
kesimetrisan
Pemeriksaan
usaha
nafas
Melakukan
perkusi
secara
Inspeksi
Auskultasi :
Palpasi
usus
(3)
Palpasi
abdomen
Perkusi
16
(1) Inspeksi
iktus
untuk
mengetahui
adanya
pembesaran jantung.
(2) Palpasi
:Palpasi
dapat
mengetahui
dan
auskultasi
untuk
Diagnosa Keperawatan
Suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status
Kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah
atau merubah status kesehatan pasien (Capernito,2008). Diagnosa dalam
pada pasien dengan trauma kapitis adalah:
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral
dan peningkatan tekanan intrakranial.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan, adanya sekret.
c. Gangguan keseimbagan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
d.
e.
f.
g.
3.
17
yang
dapat
menyebabkan
18
Pengisapan
lendir
dilakukan
untuk
Status
pernapasan
dikaji
untuk
19
20
yang
berkembang
3. Monitor kelancaran drain, hitung output dan warna cairan
R: Dapat diketahui adanya infeksi pada luka operasi
4. Berikan diit TKTP
R: makanan yang bergizi dapat menambah meningkatnya daya
tahan tubuh, sehingga resiko infeksi dapat diperkecil
5. Lakukan cuci tangan yang baik dan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan serta menggunaka alat yang steril
R: Menurunkan resiko penyebaran bakteri, mencegah terjadinya
infeksi nosokomial
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat yang sesuai
R: Dapat memberikan propilaksis/menurunkan jumlah organisme
untuk menurunkan membrane lebih lanjut
e. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kelemahan motorik dan
penurunan tingkat kesadaran
Tujuan :
Kriteria hasil: pasien tidak jatuh, terali tempat tidur terpasang, tempat
tidur dalam posisi rendah.
Intervensi :
1. Baringkan pasien dalam alignmen yang sesuai
R: Pasien dalam alignmen yang sesuai mengurangi resiko untuk
terjadinya cedera.
2. Terapkan tindak kewaspadaan : tirali dipasang dan diberi bantalan
21
22
dan
ditetapkan
dalam
setiap
situasi
untuk
23
2. Etiologi
Cedera ini dapat terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (terbanyak),
baik pejalan kaki maupun pengemudi kendaraan bermotor. Selain itu,
cedera kranioserebral dapat juga terjadi akibat jatuh, peperangan (luka
tembus peluru), dan lainnya. Akibat cedera ini, seseorang dapat mengalami
kondisi kritis seperti tidak sadarkan diri pada saat akut, dan yang tidak
kalah penting adalah saat perawatan karena jika penatalaksanaannya tidak
akurat, dapat terjadi kematian atau kecacatan berat (Soertidewi, 2012).
3. Patofisologi
24
Pada trauma kapitis di mana kepala mengalami benturan yang kuat dan
cepat akan menimbulkan pergerakan dan penekanan pada otak dan jaringan
sekitarnya secara mendadak serta pengembangan gaya kompresi yang
destruktif. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan cidera akselerasi-deselerasi.
Dipandang dari aspek mekanis, akselerasi dan deselerasi merupakan
kejadian yang serupa, hanya berbeda arahnya saja.
Patologi kerusakan otak akibat trauma kapitis dapat dikelompokkan
atas dua stadium yaitu cedera primer dan sekunder (Hemphill, 2005).
a.
Proses primer
Proses primer merupakan kerusakan otak yang diakibatkan oleh
benturan/proses mekanik yang membentur kepala. Derajat kerusakan
tergantung pada kuatnya benturan dan arahnya, kondisi kepala yang
bergerak/diam, dan percepatan/perlambatan gerak kepala. Proses primer
ini mengakibatkan fraktur tengkorak, perdarahan dalam rongga
tengkorak/otak, robekan selaput saraf dan kematian langsung neuron
pada daerah yang terkena.
b.
Proses sekunder
Proses sekunder merupakan tahap lanjutan dari kerusakan otak
primer dan timbul karena berubahnya struktur anatomi maupun
fungsional dari otak, misalnya: meluasnya perdarahan, edema otak,
kerusakan neuron berlanjut, iskemia lokal/global otak, dan hipertermi
(Japardi, 2002)
25
1.
Abnormalitas berbicara
2.
3.
4.
5.
Sulit menelan
6.
7.
Perubahan perilaku
8.
9.
Nyeri kepala,
10.
Muntah
11.
Hemiparesa.
12.
13.
26
Cedera Otak
Kontusio / laserasi
Rusaknya Jaringan kepala
Hematoma
-Perubahan autoregulasi
Luka terbuka
-Oedema serebral
-Oedema
-Vasodilatasi
Tekanan intrakranial
Resiko Tinggi
Kejanginfeksi
Gangguan pola
nafas
Penurunan kesadaran
Mual muntah
Gg keseimbangan
cairan dan elektrolit
Hipoksia Jaringan
Produksi
ADH
Resiko
tinggi
Keterangan:
= Menyebabkan
= Masalah Keperawatan
27
Patologi
1) Komosio serebri adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih
dari 10 menit akibat trauma kapitis, yang tidak disertai dengan
kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh sakit kepala,
vertigo, mungkin muntah, tampak pucat.
2) Kontusio serebri adalah luka memar pada otak. Memar yang
disebabkan oleh trauma itu dapat membuat jaringan menjadi rusak dan
bengkak dan pembuluh darah dalam jaringan pecah, menyebabkan
darah mengalir ke dalam jaringan (hematoma).
3) Laserasio serebri adalah gangguan fungsi neurologic disertai
kerusakan otak yang berat dengan fraktur tengkorak terbuka. Massa
otak terkelupas keluar dari rongga intra cranial.
b.
Lokasi lesi
1) Lesi diffus
2) Lesi kerusakan vaskuler otak
3) Lesi fokal
a) Kontusio dan laserasio serebri
b) Hematoma intrakranial
c.
GCS
Gambaran Klinis
CT-scan
otak
28
Minimal
15
Ringan
13-15
Sedang
9-12
Berat
3-8
Normal
Normal
Abnormal
Abnormal
Kategori
resiko
Ringan
Karakteristik
a. Pemeriksaan neurologi normal
b. Tidak ada contusio
c. Tidak ada intoksikasi obat atau alkohol
d. Dapat
mengeluh
nyeri
kepala
dan
dizziness
e. Dapat dijumpai abrasi scalp, laserasi atau
hematoma
f. Tidak ada kriteria trauma sedang atau
2
Sedang
berat
a. GCS 9-14 (bingung, lethargi, stupor)
b. Concussion
c. Postraumatic amnesia
d. Muntah
e. Seizure
f. Kemungkinan tanda basielr atau fraktus
tengkorak yang menekan atau cedera
wajah serius
g. Intoksikasi obat atau alkohol
29
N
o.
Kategori
Karakteristik
resiko
h. Tidak ada riwayat cedera atau riwayat
tidak jelas
i. Usia < 2 tahun atau kemungkinan child
3
abuse
a. GCS 3-8 (koma)Penurunan progresif
Berat
tingkat kesadaran
b. Tanda neurologik fokal
c. Cedera penetrasi tengkorak atau fraktur
tengkorak
Sumber : (Mayer SA, 2000)
7. Pemeriksaan Awal Trauma Kapitis
Pemeriksaan pada trauma kapitis menurut Greaves dan Johnson
(2002) antara lain:
a.
Pemeriksaan kesadaran
Pemeriksaan kesadaran paling baik dicapai dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS). GCS merupakan sistem skoring yang
didasari pada tiga pengukuran, yaitu : pembukaan mata, respon motorik,
dan respon verbal. Skor dari masing-masing komponen dijumlahkan dan
memberikan total nilai GCS. Nilai terendah adalah 3 sedangkan nilai
tertinggi adalah 15.
Menurut
Japardi
(2004),
GCS
bisa
digunakan
untuk
30
Reaksi
Membuka mata spontan
Membuka mata terhadap panggilan (atas
perintah)
Membuka mata terhadap rangsangan nyeri
Tidak membuka mata (tidak bereaksi)
Bicara terarah (orientasi baik)
Bingung (disorientasi)
Mengucapkan kata-kata tidak dimengerti
Mengeluarkan bunyi tidak jelas
Tidak ada suara (tidak bereaksi)
Mengikuti perintah
Melokalisasikan rangsangan nyeri
Menarik ekstremitas yang dirangsang
Sikap fleksi pada perangsangan nyeri
Sikap ekstensi pada perangsangan
Tidak ada respon motorik (gerakkan)
e
4
3
2
1
5
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
31
Pemeriksaan Pupil
Pupil harus diperiksa untuk mengetahui ukuran dan reaksi terhadap
cahaya. Perbedaan diameter antara dua pupil yang lebih besar dari 1 mm
adalah abnormal. Pupil yang terfiksir untuk dilatasi menunjukkan adanya
penekanan terhadap saraf okulomotor ipsilateral. Respon yang terganggu
terhadap cahaya bisa merupakan akibat dari cedera kepala.
c.
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilaksanakan terhadap saraf kranial dan
saraf perifer. Tonus, kekuatan, koordinasi, sensasi dan refleks harus
diperiksa dan semua hasilnya harus dicatat.
d.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a.
32
CT-Scan kepala
Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat seluruh struktur anatomis kepala,
dan merupakan alat yang paling baik untuk mengetahui, menentukan
lokasi dan ukuran dari perdarahan intrakranial.
c.
d.
Angiografi
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada pasien yang mengalami
hemiparesis (kelumpuhan salah satu anggota tubuh) dengan kecurigaan
adanya hematoma. Bila ada kelainan di dalam otak akan terlihat adanya
pergeseran lokasi pembuluh darah. Pemeriksaan ini bermanfaat bila alat
CT-Scan tidak ada.
e.
Arteriografi
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya efek massa, letak, dan luas
hematoma tetapi tidak dapat menunjukkan penyebab hematoma dan
kelainan otak yang terjadi (Japardi, 2002)
9. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Trauma Kapitis
a.
Faktor Agent
33
Faktor Host
1) Umur
Kelompok usia produktif secara sosio-ekonomi paling aktif
dengan mobilitas tinggi dibandingkan anak-anak dan orangtua, 60%
penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan
jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan diatas 60 tahun,
angka kematian meningkat pada pasien yang berusia lebih dari 55
tahun yang beresiko pada orangtua yang memiliki masalah berjalan
dan sering jatuh (Hamilton, 2002)
2) Jenis Kelamin
Menurut penelitian Dwikoryanto dan Paranrengi (2002) di
RSUD Dr. Soetomo, terdapat kecenderungan tingkat kematian pria
lebih tinggi daripada wanita (Dwikoryanto, 2003) Menurut penelitian
Yuda Turana (2001) di RSCM diperoleh 263 penderita Trauma kapitis
dengan pendarahan intrakranial, terdapat sebesar 83% pada penderita
laki-laki dan 17% pada penderita wanita (Yuda, 2001)
3) Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan fisik seperti konstruksi jalan yang tidak
layak menyebabkan kurang/hilangnya kontrol pada beberapa kasus
kecelakaan lalu lintas. Jarak penglihatan dan tanda bahaya di
34
persimpangan juga ikut berperan selain arus lalu lintas dan cuaca
(Bedong, 2001).
10. Penatalaksanaan
Berdasarkan panduan penatalaksanaan kedaruratan trauma kepal
menurut Soertidewi (2012) dalam CDK-193 vol. 39 no.5 tahun 2012
penatalaksaan cedera dibagi berdasarkan kesadaran pasien sebagai berikut:
a. Pasien dalam Keadaan Sadar (GCS=15)
1) Simple Head Injury (SHI)
Pada pasien ini, biasanya tidak ada riwayat penurunan kesadaran
sama sekali dan tidak ada defi sit neurologik, dan tidak ada muntah.
Tindakan hanya perawatan luka. Pemeriksaan radiologik hanya atas
indikasi. Umumnya pasien SHI boleh pulang dengan nasihat dan
keluarga diminta mengobservasi kesadaran. Bila dicurigai kesadaran
menurun saat diobservasi, misalnya terlihat seperti mengantuk dan
sulit dibangunkan, pasien harus segera dibawa kembali ke rumah
sakit.
2) Penderita mengalami penurunan kesadaran sesaat setelah trauma
kranioserebral, dan saat diperiksa sudah sadar kembali. Pasien ini
kemungkinan mengalami cedera kranioserebral ringan (CKR).
b. Pasien Kesadaran Menurun
1) Cedera kranioserebral ringan (GCS=13-15)
Umumnya
didapatkan
perubahan
orientasi
atau
tidak
35
36
pertolongan
pertama.
Tindakan
sama
dengan
cedera
37
b.
38
39
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama
: Tn. S
Umur
: 65 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pendidikan
:Pekerjaan
: Tani
Alamat
: Papar Utara, RT 01 RW 05
Diagnosa Medis : Trauma kapitis Sedang
Sumber : Dari keluarga dan list pasien
Jenis Kelamin
Status Marital
Penanggung Jawab
Alamat
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
No. Reg
Ruangan
: Laki - laki
: Menikah
: Rianto
: Papar Utara
: 09 Juli 2014 jam 17.25
: 10 Juli 2014 jam 10.00
: 306059
: Flamboyan
B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama:
Saat MRS
40
41
C. GENOGRAM
: Garis perkawinan
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien
: Garis keturunan
42
D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
TD : 110/80 mmHg
S : 36,6oC
N : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
: Teratur
Jenis
: Vesikuler
Suara Nafas
: Vesikuler
Sesak Nafas
Batuk
: Tidak batuk
Nyeri dada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
II. KARDIOVASKULER
Irama
: Reguler
S1. S2 tunggal : Tidak
Nyeri dada
: Tidak
Bunyi jantung : Normal
CRT
: < 3 detik
Akral
: Hangat
Masalah Keperawatan :
43
III.PERSARAFAN
GCS
Istirahat/ tidur
Gangguan tidur
Lain lain
pusing
: 5 jam/ hari
: tidak ada gangguan
: Terdapat hematom pada mata (briil hematom), dan
terdapat luka robek pada dahi kurang lebih 3 Cm
sudah di jahit 7x
Masalah keperawatan :
Perfusi Jaringan Serebral
IV. PENGINDERAAN
a. Mata
Palpebra
Konjungtiva
Lain lain
b. Telinga
pasien tidak mengalami gangguan pendengaran,bentuk telinga
simetris,ukuran telinga sedang,tidak ada serumen pada telinga,tidak
ada benda asing,membran telinga utuh.
44
c. Hidung
Bentuk hidung normal,tidak ada pembengkokan pada septum
nasi,lubang hidung tidak ada sekret,tidak ada sumbatan,selaput
lendir lembab,tidak ada perdarahan.
Masalah Keperawatan
V. PENCERNAAN
Nafsu makan
Porsi makan
Minum
:
kotor
: Ada luka robek pada bibir kurang lebih 3
:
a. Peristaltik :
16 x/menit
b. Pembesaran Hepar : tidak ada pembesaran hepar
c. BAK
:
500 cc/5 jam, bau : khas, warna :
kuning keruh
d. Lain lain :
500cc/5 jam
45
Masalah keperawatan :
Resiko tinggi infeksi
Oedema
Lain-lain
5 5
: ada
: tangan
kanan
terasa
nyeri,oedem
pada
VII.
ENDOKRIN
VIII.
PERSONAL HIGIENE
46
IX. PSIKOLOGIS-SOSIO-SPIRITUAL
Ketaatan menjalankan ibadah
Kegiatan dalam menjalankan ibadah
: Taat
: Pasien selalu berdoa
di tempat tidur
Orang yang paling berharga/ berarti
: Istri dan anak
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : Baik
Masalah keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Tanggal
No
.
: 09 07 2014
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
47
1.
2.
3.
HB
Lekosit
Hitung Jenis
4.
5.
6.
7.
8.
Hematrofit
Trombosit
LED
Ketikolosit
Malaria
13,9 gr/dl
12,4 103/ml
EO : seg
Ba : Lim
Stab : Mo
42,2 %
253 103/ml
mm/1jam
%
Test Ratio
Result Flags
Units
Glukosa
1.33H
mg/dl
SGOT
33.9
U/L
SGPT
16.8
U/L
Ureum
26
mg/dl
Creatinin
0.7
mg/dl
UU
2.7
mg/dl
BUM
12
mg/dl
X11 . KLASIFIKASI DAN ANALISA DATA
No
.
1.
Kelompok Data
DS : Pasien
mengatakan
Kemungkinan
Penyebab
Trauma/
Kecelakaan
pusing
DO: - Pasien tampak
Cidera Otak
Hematoma
GCS:3,5,6
TTV
Perfusi Jaringan
Serebral
berhubungan
O2 ke otak menurun
ditandai dengan
Oedema
briil hematom.
- Skala nyeri 8
Perfusi Jaringan
dengan kebutuhan
atau hematom
pada mata atau
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan Ketidakefektifan
Serebral
pucat
- Terdapat oedem
Masalah
Normal Range
70-155
6.37
6-42
10-50
0.6-1.2
3.4-7.0
4-20
pasien mengatakan
sering pusing,
kebutuhan O2 ke
otak menurun
pasien tampak
pucat
- Terdapat
Ttd
Mhs
48
No
.
Kelompok Data
TD : 110/80 mmHg
Kemungkinan
Penyebab
Ketidakefektifa
N : 72 x/menit
n Perfusi
S : 36,6oC
Jaringan
RR : 20 x/menit
Serebral
Frakur
pada
Masalah
Diagnosa
Keperawatan
pembengkakan
pada kedua mata
- TTV
TD : 110/80
mmHg
radius
N : 72 x/menit
ulna Dekstra
S : 36,6oC
RR : 20 x/menit
2.
DS : Pasien
mengatakan nyeri
Trauma/
Kecelakaan
pada tangan
kanan, nyeri
Nyeri
Nyeri berhubungan
dengan
Diskontinuitas
Kompresi tulang
tulang
dengan
mengatakan
kepala serasa
seperti dipukul
nyeri
tulang
pasien
Diskontuinitas
buat
ditandai
gerak
skala
nyeri 8. TD:110/80
Nyeri
mmHg
tampak meringis
N:72x/menit
kesakitan, skala
S:36,6oc
nyeri 8
RR:20x/menit
terpasang
Ttd
Mhs
49
No
.
Kemungkinan
Penyebab
Masalah
DS:pasien mengatakan
Trauma
Resiko Tinggi
Resiko
kecelakaan
Infeksi
Infeksi
Kelompok Data
Diagnosa
Keperawatan
spalk,oedem pada
tangan
- TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 72 x/menit
S : 36,6oC
R : 20 x/menit
3.
berhubungan
Rusaknya
jaringan kepala
- mulut kotor
- tidak ada tanda-
Luka terbuka
tanda infeksi
seperti kalor,
resiko tinggi
dolor, rubor,
Infeksi
tumor.
TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 72 x/menit
S : 36,6oC
RR : 20 x/menit
Tinggi
Ttd
Mhs
50
No
.
Kemungkinan
Penyebab
Kelompok Data
Masalah
Diagnosa
Keperawatan
Ttd
Mhs
Rasional
Ttd
Mh
s
Diagnosa
Keperawatan
1.
Ketidakefektifa
n
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Tujuan : setelah
Rencana
Tindakan
1.Observasi TTV
Perfusi dilakukan
R/untuk
mengetahui
Jaringan
tindakan
keadaan
umum
Serebral
keperawatan
pasien
untuk
berhubungan
menentukan
dengan
perfusi jaringan
intervensi
kebutuhan
keotak
menurun.
O2 serebral adekuat
selanjutnya
KH :
- Tanda-tanda vital 2.Kaji tingkat
R/Tingkat
dalam batas
kesadaran
kesadaran
normal
TD : 120/80
pasien
merupakan
mmHg
indikator terbaik
51
No
.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana
Tindakan
N : 70-80
Rasional
adanya
x/menit
S : 36,5 3,2oC
RR : 20 x/menit
- Tingkat kesadaran 3.Posisikan kepala
neurologi.
composmentis
- GCS 4,5,6
- Tidak ada tanda-
peningkatan
supine (datar)
tekanan
darah
tanda
aliran
menuju
peningkatan
intrakranial
- Mampu
berkomunikasi
sesuai
kemampuan
R/ menghindari
memicu
peningkatan
tekanan
4. Pertahankan
intra
kranial
tirah baring,
ciptakan
lingkungan
yang tenang
R/Rangsangan
dan batasi
aktivitas
pengunjung
meningkatkan
5.Kolaborasi
dapat
kenaikan TIK
dengan tim
medis dalam
pemberian obat
R/untuk
mengurangi
edema / tekanan
intrakranial
2.
Resiko tinggi
Tujuan :
infeksi
Setelah dilakukan
Observasi
selesai program
R/ untuk
TTV catat
mengetahui
Ttd
Mh
s
52
No
.
Diagnosa
Keperawatan
berhubungan
dengan luka
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana
Tindakan
tindakan
keperawatan
terbuka
selama 1x24 jam
tidak
terjadi
serangan
keadaan umum
panas, nyeri,
pasien dan
perubahan
peradangan
kesadaran
Observasi
tanda-tanda
infeksi pada
KH :
luka
Monitor
dran, hitung
output dan
Kolaborasi
dalam
pemberian
obat
antibiotik
Tujuan : Setelah
berhubungan
dilakukan
dengan
tindakan
diskotinuitas
keperawatan
bertambah berat
R/ dapat
diketahui adanya
infeksi pada luka
warna cairan
Lihat insisi
dan balutan
Nyeri
tanda tanda
nyeri yang
kelancaran
3.
mengetahui
kemerahan,
bersih
dan kering
R/ untuk
seperti edema,
tanda infeksi
- Luka
dalam
keadaan
Rasional
1. Observasi
TTV
R/ untuk
mengetahui
kedalaman luka
R/ untuk
mencegah
timbulnya
infeksi
R/ untuk
mengetahui
keadaan umum
2.Kaji skala
R/ Untuk
Ttd
Mh
s
53
No
.
Diagnosa
Keperawatan
tulang
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana
Tindakan
nyeri,lokasi
mengetahui
pasien dapat
dan frekuensi
skala nyeri
mempertahankan
mobilisasi
KH :
- Pasien dapat
melakukan
aktivitas dengan
mandiri
- Pasien tidak
merasa sakit bila
tangannya
nyeri
3.Anjurkan pada
keluarga
pasien untuk
selalu berada
disamping
berkurang(2-3)
R/ untuk
membantu
pemenuhan
mobilisasi
pasien
pasien
4.Beri bidai/
spalk pada
posisi fraktur
R/
mempertahanka
n posisi
digerakkan
- Skala nyeri hilang
atau
Rasional
fungsional
5.Kolaborasi
dengan
fisioterapi
R/ berguna
untuk program
latihan
Ttd
Mh
s
54
TINDAKAN KEPERAWATAN
No.
Diagnosa
Tanggal
Jam
1.
10 07 - 2014
10.30
11.00
Tindakan Keperawatan
1.
pakai 1 bantal)
2. Menciptakan lingkungan yang tenang dan
batasi pegunjung
3.
Mengobservasi tanda-tanda vital
13.00
TD: 120/80mmHg
N : 72x/menit
S : 36.6C
RR: 20x/menit
4. 4. Mengkaji ulang tingkat kesadaran (GCS= 14)
13.10
2.
10 07 - 2014
3.
10 07 - 2014
10.30
12.00
13.00
Ttd
Mhs
55
56
TINDAKAN KEPERAWATAN
No.
Diagnosa
Tanggal
1.
11 07 - 2014
Jam
08.15
Tindakan Keperawatan
1.Memposisikan kepala lebih tinggi (tidur
pakai 1 bantal)
08.20
08.30
11.00
13.00
2.
11 07 - 2014
08.00
08.30
09.10
11.10
13.00
3.
11 07 - 2014
07.30
1.Mengobservasi TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 72 x/menit
Ttd
Mhs
57
S : 36,6oC
08.10
08.45
09.00
10.30
R : 20 x/menit
2.Mengkaji derajat mobilisasi yang dihasilkan
3.Menganjurkan pada keluarga pasien untuk
selalu berada di samping pasien
4.Memberikan bidai / spalk pada posisi fraktur
5.Berkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian Ranitidin 1x25mg/IV
58
TINDAKAN KEPERAWATAN
No.
Diagnosa
Tanggal
Jam
1.
12 07 - 2014
08.00
Tindakan Keperawatan
1.Mengobservasi TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 72 x/menit
S : 36,6oC
R : 20 x/menit
08.30
09.00
15)
3.Menghindari hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan
09.30
10.00
2.
12 07 - 2014
08.00
intrakranial
4.Menciptakan lingkungan yang tenang dan
batasi pegunjung
5.Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi Pirasetam 1x500mg/IV
08.30
pada
luka
seperti
tanda-tanda infeksi
kolor,
dolor, rubor,
tumor,kalor
3.Melihat insisi dan balutan
09.00
09.30
Ttd
Mhs
59
3.
12 07 - 2014
08.00
1.Mengobservasi TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 72 x/menit
S : 36,6oC
08.30
R : 20 x/menit
09.00
09.30
60
EVALUASI
No.
Diagnosa
Tanggal
Jam
1.
10 07 2014
14.00
Tindakan Keperawatan
S : Pasien mengatakan masih pusing dan
nyeri kepala
O : Pasien tampak pucat,terdapat oedem atau
hematom pada kedua mata
GCS 3,5,6
TD:120/80
N:72x/menit
S:36,6
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan(1-5)
2.
10 07 2014
14.15
3.
10 07 - 2014
14.30
Ttd
Mhs
61
No.
Diagnosa
Tanggal
Jam
Tindakan Keperawatan
N:72x/menit
S:36,6 C
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan(1-4)
1.
11 07 - 2014
14.00
2.
11 07 2014
14.15
3.
11 07 - 2014
14.30
Ttd
Mhs
62
No.
Diagnosa
Tanggal
Jam
Tindakan Keperawatan
N:72x/menit
S:36,6C
A:Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi di lanjutkan (1-5)
1.
12 07 2014
14.00
2.
12 07 - 2014
14.15
3.
12 07 - 2014
14.30
Ttd
Mhs
63
No.
Diagnosa
Tanggal
Jam
Tindakan Keperawatan
P :lanjutkan intervensi 1-4
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas kesenjangan antara Tinjauan Pustaka dengan
Kasus yang nyata pada asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa medis
Trauma kapitis Sedang di Ruang Flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri.
1.
Pengkajian
Tn. S usia 65 tahun dengan diagnosa medis trauma kapitis sedang, pada
saat MRS, pasien mengatakan nyeri kepala, neri seperti dipukul pukul, terdapat
luka robek pada dahi dan bibir, terdapat bengkak pada kedua mata, sianosis pada
mata. Nyeri hilang muncul, nyeri bertambah jika pasien bergerak. Skala nyeri 8
pasien tampak meringis kesakitan.
Secara teori trauma Kapitis merupakan segala bentuk kekerasan yang
menimpa kepala dan akan menyebabkan terjadinya luka pada kulit kepala, tulang
tengkorak dan otak. Trauma kapitis pada kecelakaan lalu lintas merupakan yang
sering terjadi namun tidak menutup kemungkinan penyebab lain misalnya
kekerasan termis maupun akibat benda tajam. Trauma kapitis merupakan
penyebab utama kematian di berbagai negara di dunia, terutama pada kelompok
usia di bawah 40 tahun. Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna
kendaraan bermotor dan kepadatan kendaraan yang cukup tinggi meningkatkan
Ttd
Mhs
64
resiko terjadinya kecelakaan. Hal ini tidak diikuti oleh kedisiplinan dari pengguna
kendaraan bermotor sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan yang bersifat
fatal termasuk terjadinya trauma kapitis.
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah
terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor
sistemik seperti iskemia atau hipoksia oleh karena kompresi jaringan otak.
Penatalaksanaan umum adalah menilai fungsi saluran nafas dan respirasi,
stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma, oksigenasi, mengawasi
tekanan darah, mengenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neuregenik,
mengatasi shock dan mengawasi kemungkinan munculnya kejang.
Berdasarkan Data Tersebut dapat di simpulkan bahwa ada kesenjagan yang
terjadi antara teori dan hasil pengkajian secara langsung pada pasien trauma
kapitis.
2.
Diagnosa Keperawatan
Pada kasus ini penulis menemukan diagnosa medis trauma kapitis sedang
65
pada
terjadinya
kerusakan
pada
jaringan
kepala,
sehingga
Intervensi keperawatan
Rencana indakan ini bertujuan untuk menyusun rencana asuhan secara
menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang talah dibuat
pada langkah-langkah sebelumnya. Setiap rencana asuhan harus di jelaskan
66
terlebih dahulu, kemudian disetujui oleh klien agar dapat dilaksanakan dengan
efektif karena pasien juga akan melaksanakanya.
Pada tahap ini ditemukan kesenjangan antara tinjaun pustaka dan tinjauan
kasus karena dari tinjauan kasus ditemukan permasalahan ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan resiko
Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan
merupakan
tindakan
yang
penulis
lakukan
dengan
67
Tindakan pada kasus Tn. S usia 65tahun dengan diagnosa medis trauma
kapitis sedang, dapat dilaksanakan seluruhnya pada tahap implementasi ini yang
meliputi observasi TTV, tinggikan posisi kepala pasien, hindari hal yang dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan intrakranial, balikkan posisi pasien dari
samping ke samping dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
Sedangkan untuk pencegahan infeksi dilakukan dengan observasi tanda-tanda
infeksi pada luka, monitor kelancaran drain, hitung output dan warna cairan, lihat
insisi dan balutan, serta kolaborasi untuk pemberian antibiotik. Tindakan
keperawatan untuk mempertahankan mobilitas antara lain adalah kaji derajat
mobilisasi yang dihasilkan, anjurkan pada keluarga pasien untuk selalu berada
disamping pasien, beri bidai/ spalk pada posisi fraktur dan kolaborasi dengan
fisioterapi.
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan TnS mengingat kondisi
pasien yang sangat lemah sehingga tidak semua rencana tindakan dilakukan
5.
Evaluasi keperawatan
Merupakan penilaian akhir dari pelaksanaan asuhan keperawatan. Dan
pada evaluasi ditinjauan kasus dapat dilaksanakan dengan lancar karena klien
kooperatif dan bekerjasama baik dengan penulis dan petugas kesehatan.
Pada tahap evaluasi penulis melakukan penilaian berdasarkan kriteria
hasil yang telah ditetapkan dalam bentuk SOAP. pada kasus Tn. S usia 65
tahun dengan diagnosa medis trauma kapitis sedang. Hasilnya
selama
68
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1.
2.
69
3.
4.
5.
B. Saran
a. Institusi Rumah Sakit
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi
dalam pelaksanaan pelayanan khususnya pada pasien dengan trauma
kapitis.
b. Institusi Pendidikan
Diharapakan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
kegiatan proses belajar mengajar tentang studi kasus pada pasien trauma
kapitis sehingga dapat digunakan sebagai acuan praktik klinik
keperawatan.
c. Bagi Penulis Selanjutnya
70
71
e. Bagi pasien
Diharapkan pasien dan keluarga bisa mengenal lebih dalam tentang
penyakit trauma kapitis dan mampu melaksanakan pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA
72
73
74
75
76