Anda di halaman 1dari 5

Nama

: Lilis Sumardiani

Nim

Judul

:FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERSEPSI SISWA SMA TERHADAP HUBUNGAN SEKS
UAL (INTERCOURSE) PRANIKAH TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini
yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi
setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi
seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi
berdampak positif tapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya,
munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya,
masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi.
Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan
seks bebas yang kemudian mengakibatkan terjadinya fenomena hamil di luar
nikah.
Remaja merupakan generasi penerus yang akan membangun bangsa ke
arah yang lebih baik, yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya
yang dapat menguntungkan diri sendiri,keluarga,dan lingkungan sekitar. Namun,
remaja sekarang ini banyak yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan seks

bebas. Buktinya pelajar SMP sampai SMA dan para mahasiswa banyak yang
hamil di luar nikah. Kejadian ini terjadi di kota-kota besar sampai pelosok desa.
Data terkini milik Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) pada tahun 2010 menunjukkan, 51%

remaja di Jabodetabek

telah melakukan seks pra nikah, di Surabaya mencapai 54%, di


Medan 52%, di Bandung 47% dan Yogyakarta 37%.[1] Data yang
dikumpulkan BKKBN selama kurun waktu 2010 saja. Dari kasus perzinaan yang
dilakukan para remaja putri tersebut yang paling dahsyat di Yogyakarta. Pihaknya
menemukan dari hasil penelitian di Yogyakarta kurun waktu 2010 setidaknya
tercatat sebanyak 37% dari 1160 mahasiswi di kota gudeg tersebut menerima
gelar MBA (marriage by accident) alias menikah akibat hamil sebelum nikah.
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi masa
dewasa. Masa transisi ini kadang membuat remaja itu kebingungan mengenai
situasi yang ia hadapi, apakah harus bertingkah laku seperti kanak-kanak ataukah
harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Dalam masa-masa inilah kita harus
mendampingi dan mengarahkan supaya pertumbuhan remaja secara fisik dan
mental berjalan ke arah yang seharusnya. Kelompok usia remaja adalah saat-saat
di mana banyak masuknya pengaruh-pengaruh dunia luar sehingga bisa dipastikan
bahwa masa- masa ini adalah masa-masa yang rentan. Di jaman ini pengaruh baik
maupun buruk sangat mudah untuk masuk tanpa disadari oleh orang-orang
dewasa disekeliling mereka, karena sudah banyak media-media yang mudah
diakses oleh para remaja tanpa memerlukan bantuan dari orang dewasa.
Mulai dari media cetak, media elektronik, dan juga internet, bisa menjadi sumber
dari pengaruh-pengaruh yang dibicarakan di atas. Pengaruh-pengaruh yang datang

pada masa remaja bisa berakibat baik atau buruk, tergantung dari diri remajanya
itu sendiri, bagaimana remaja itu bisa menyikapi dan mencerna pengaruhpengaruh tersebut secara bijaksana.
Jika kita membicarakan mengenai remaja, maka pasti tidak akan terlepas
dari masalah perilaku seksual. Perilaku seksual merupakan salah satu pengaruh
yang bias datang di usia remaja karena, seperti yang sudah diketahui, usia-usia
remaja adalah saat di mana mereka mulai sadar dan tertarik terhadap perilakuperilaku seksual. Kita tidak bisa menyalahkan ketertarikan seksual tersebut karena
memang itu sudah pasti akan terjadi secara alami dan natural. Yang harus kita
lakukan di sini adalah bagaimana mengarahkan dan memberikan pengertian yang
baik supaya nantinya tidak akan melenceng dari makna sebenarnya.
Oleh karena itu sangat diperlukan pemahaman mengenai perilaku seksual
yang baik pada remaja, sehingga akan terhindar dari bahaya-bahaya yang bisa
ditimbulkan dari perilaku seksual yang menyimpang. Remaja banyak yang tidak
sadar

dari

pengalaman

yang

tampaknya

menyenangkan

justru

dapat

menjerumuskan. Beberapa problema dari kaum remaja apabila kurangnya


pengetahuan seksual pranikah adalah kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi
tidak aman, dan juga penyakit kelamin.
Synovate Research tahun 2004 melakukan survei tentang perilaku seksual
remaja di 4 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan dengan jumlah
responden 450 orang dengan kisaran usia 15-24 tahun.(Nadia A. N., 2013)
Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan (LSCK) pada tahun 2002 melakukan
survey tentang virginitas mahasiswi di Yogyakarta. Lembaga ini melaporkan telah
melakukan survei terhadap 1.660 responden mahasiswi dari 16 perguruan tinggi di

Yogyakarta, antara Juli 1999 sampai Juli 2002. Hasil survey tersebut menyatakan
bahwa 97,5% dari responden mengaku telah kehilangan keperawanannya.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN)

menyatakan persoalan seks bebas di kalangan remaja sudah dalam tahap


mengkhawatirkan. Penelitian Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI) menemukan perilaku seks bebas bukanlah sesuatu yang aneh dalam
kehidupan remaja Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pernah merilis
perilaku seks bebas remaja daripenelitian di empat kota, yakni Jakarta Pusat,
Medan, Bandung, dan Surabaya. Hasil yang didapat sebanyak 35,9 persen remaja
punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
(republika.co.id)
Masa remaja merupakan suatu fase yang penting dalam manusia karena
pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat. Salah satu
hormon yang berperan adalah hormon seks, yang akan mempengaruhi
perkembangan maturitas seksual, perubahan-perubahan anatomis dan maturitas
psikis. Masa remaja juga ditandai dengan rasa ingin tahu yang besar, sehingga
remaja akan cenderung banyak mencoba hal-hal yang baru baik yang positif
maupun negatif. Banyak perilaku menyimpang yang identik dengan masa remaja
contoh nya penyalahgunaan obat-obat terlarang, tawuran pelajar, dan perilaku
seks bebas.
Di Indonesia sendiri, pengenalan sex-education oleh keluarga kerap
dipandang tabu oleh sebagian masyarakat dan belum banyak pula sekolah-sekolah
yang memasukkan materi sex education pada kurikulumnya sehingga terkadang

remaja harus mencari tahu sendiri melalui berbagai sumber informasi. Akibatnya,
tidak ada indikator pasti mengenai pemahaman seks bebas dan bahayanya,
padahal seperti yang kita tahu tingkat pemahaman yang baik dapat menekan
perilaku seks bebas remaja dan menghindari akibat-akibat yang bisa ditimbulkan.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah:
Bagaimanakah tingkat pemahaman perilaku seks bebas pada remaja di SMA
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum: penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman remaja
mengenai perilaku seksual.
Tujuan Khusus:
a. Mengetahui pemahaman remaja mengenai perilaku seks bebas.
b. Mengetahui sejauh mana pemahaman remaja mengenai bahaya dari
perilaku seks bebas.
c. Mengetahui sumber informasi mengenai seks bebas.
d. Mengetahui sikap remaja mengenai seks bebas.

Anda mungkin juga menyukai