Anda di halaman 1dari 9

I.

Keluarga Berencana Alamiah (KBA)


A. Pengertian
Istilah keluarga berencana alami (natural family planning, NFP) menggambarkan
metode perencanaan atau pencegahan kehamilan berdasarkan pantang berkala
(periodic abstinance). NFP menggambarkan semua metode yang digunakan pasangan
untuk mencapai, mencegah atau mengatur jarak kehamilan berdasarkan pemahaman
mereka tentang fertilitas dan pengaturan waktu senggama.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan keluarga berencana alami
sebagai: Dalam definisi keluarga berencana alami yang digunakan, pantang hubungan
seksual selama fase subur siklus menstruasi, dan praktek hubungan seksual
dilakukan setelah fase ini selesai.
Pasangan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu (ketika ibu
tersebut dapat menjadi hamil), atau senggama pada masa subur untuk mencapai
kehamilan. Metode keluarga berencana alamiah berdasarkan kesadaran penuh dari
sikllus reproduksi ibu tersebut.
B. Macam-macam KBA
1. Metode Kalender (Ogino-Knaus)
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1930-an telah membuahkan metode terkini
keluarga berencana alami, yakni metode ritmik, yang dikenal sebagai metode
kalender. Metode tersebut berdasarkan temuan bahwa ovulasi terjadi pada suatu
hari tertentu, kurang lebih 14 hari sebelum periode menstruasi. Berdasarkan
temuan ini, masa subur seorang wanita dapat ditentukan.
Kyusaku Ogino (Jepang) : ovulasi umumnya terjadi pada hari ke 15 sebelum haid
berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang.
Herman Knaus (Austria) : ovulasi selalu terjadi pada hari ke 15 sebelum haid yang
akan datang
Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang
mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari.
Metode ini banyak keterbatasan karena panjang siklus menstruasi. Oleh karena
siklus menstruasi yang cukup teratur sangat diperlukan untuk perkiraan waktu
ovulasi yang dapat diandalkan, wanita dengan kondisi berikut tidak dapat
bergantung pada metode kalender. Wanita yang memiliki siklus menstruasi lebih

pendek dari 25 hari, wanita yang siklus menstruasinya tidak teratur, wanita yang
memiliki variasi waktu 8 hari atau lebih, wanita yang berada pada masa nifas, wanita
yang sedang menyusui dan wanita yang berada pada masa perimenopause.
Metode kalender kanya dapat memprediksi kapan masa subur seorang wanita dalam
siklus menstruasinya sehingga kemungkinan besar bisa hamil. Perkiraan ini
didasarkan pada waktu ovulasi seperti yang ditetapkan berdasarkan perhitungan
kalender, yang dibuat dari riwayat menstruasi selama 8 sampai 12 siklus menstruasi.
Individu wanita harus tetap mencatat siklus menstruasinya untuk mengidentifikasi
siklus terlama dan siklus terpendek sehingga semua kemungkinan hari-hari subur
dapat ditentukan. Perhitungan yang digunakan saat ini memiliki faktor variasi 2
hari di sekitar 14 hari sebelum masa menstruasi berikutnya, dua sampai tiga hari
bagi sperma untuk dapat bertahan hidup sehingga jumlah keseluruhan untuk
bertahan hidup adalah 9 hari, sedangkan ovum hidup selama 24 jam.
Wanita dapat mengurangi 18 hari dari panjang siklus terpendeknya untuk
menentukan masa subur yang pertama dan 11 hari dari lama siklus menstruasi
terpanjang untuk menentukan masa suburnya yang terakhir. Pasangan kemudian
tisak melakukan hubungan seksual selama masa subur yang telah diperkirakan guna
mencegah konsepsi.
Dalam menentukan masa subur maka diperlukan catatan siklus haid 8 bulan atau
lebih, maka:
2. Metode Suhu Basal Badan (Thermal)
Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu badan secara teliti
dengan thermometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0 0C untuk
mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil suhu tubuh.
Peninggian suhu basal badan sebanyak 0,2-0,5 0C pada waktu ovulasi, peninggian
suhu basal badan mulai 1-2 hari setelah ovulasi, dan disebabkan oleh peninggian
kadar hormon progesterone yang dihasilkan korpus luteum.
Masa subur sejak ovulasi sampai fase pascaovulasi selama siklus menstruasi dapat
ditentukan dengan memperkirakan bahwa masa subur terus berlanjut sampai
terdapatr peningkatan yang tetap atau keadaan suhu yang tetap selama 3 hari atau
setelah 5 hari peningkatan yang progresif. Hari-hari tidak subur mulai muncul dan
berlanjut sampai terjadinya menstruasi. Metode suhu basal itu sendiri hanya
berfungsi untuk menentukan kapan ovulasi terjadi dan mengidentifikasi hari-hari

subur setelah ovulasi. Metode ini tidak dapat memperkirakan waktu terjadinya
ovulasi atau menentukan hari-hari subur setelah ovulasi dan hari-hari tidak subur
setelah ovulasi.
Teknik Metode Suhu Basal Badan:
a. Umumnya digunakan thermometer khusus dengan kalibrasi yang diperbesar (basal
thermometer).
b. Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur
nyenyak sekiranya 3-5 jam serta masih dalam keadaan istirahat mutlak.
c. Pengukuran dilakukan secara:
Oral (3 menit)
Rektal (1 menit), ini cara terbaik
Vaginal
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu basal badan:
a. Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain.
b. Infeksi/penyakit lain yang meninggikan suhu badan.
c. Inflamasi lokal lidah, mulut atau daerah anus.
d. Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk.
e. Jam tidur ireguler.
f. Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu basal badan.
g. Pemakaian selimut elektris.
h. Kegagalan membaca thermometer dengan tepat.
Macam-macam Peninggian Suhu Basal Badan:
a. Peninggian suhu yang mendadak (abrupt).
b. Peninggian suhu yang perlahan-lahan (gradual).
c. Peninggian suhu yang bertingkat, umumnya didahului penurunan suhu yang cukup
tajam.
d. Peninggian suhu seperti gigi gergaji.
3. Metode Lendir Serviks ( Metode Ovulasi Billings, MOB)
Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lendir serviks

selama siklus menstruasi, yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu
fertilitas maksimal dalam masa subur.
Perubahan lendir serviks selama sikllus menstruasi merupakan akibat pengaruh
estrogen. Saat kedua ovarium berada dalam keadaan diam, akan terlihat jumlah
estrogen dan progesteron menurun, hasilnya adalah ketiadaan sensasi atau lendir
pada vulva.
Pada metode MOB, mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang
keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam
hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
Untuk menggunakan metode MOB ini, seorang wanita harus belajar mengenali pula
kesuburan dan pula dasar ke tidaksuburannya. Untuk menghindari kekeliruan dan
untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan diminta secara
penuh tidak bersenggama pada satu siklus haid, untuk mengenali pula kesuburan dan
pula ketidaksuburan.
Pula kesuburan adalah pola yang terus berubah, dan pula dasar ketidaksuburan
adalah pola yang sama sekali tidak berubah dari hari ke hari. Kedua pola ini
mengikuti kegiatan hormon-hormon (khususnya estrogen dan progesteron) yang
mengontrol daya tahan hidup sperma dan pembuahan. Oleh karena itu, dapat
memberi informasi yang dapat diandalkan untuk mendapatkan atau menunda
kehamilan.
Suatu catatan yang sederhana dan tepat adalah kunci untuk keberhasilan. Suatu
rangkaian kode digunakan untuk melenngkapi catatan. Kode ini harus cocok dengan
budaya lokal dan dapat digunakan oleh pengguna KBA secara luas. Contoh berikut
adalah tabel pencatatan kode siklus normal (teratur) biasa, berkisar 28 hari dan
siklus normal (teratur) berkisar 20-25 hari.

Definisi:
a. Hari-hari kering: setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu mempunyai 1 sampai
beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering, ini
dinamakan hari-hari kering.

b. Hari-hari subur: ketika terobsesi adanya lendir sebelum ovulasi, ibu dianggap
subur, ketika terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir yang kental dan lengket.
Lendir subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks dan hari subur
dimulai.
c. Hari puncak: adalah hari terakhir adanya lendir licin, mulur dan ada perasaan
basah.
Peranan Lendir Serviks
Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen dan progesteron ikut berperan
dalam reproduksi. Pada setiap siklus haid diproduksi 2 macam lendir serviks oleh
sel-sel serviks, yaitu:
a. Lendir type E (Estrogenik)
Di produksi pada fase akhir pra ovulasi dan fase ovulasi
Sifat-sifat:
Banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah
Spinnbarkeit (elastisitas) besar. Spinnbarkeit= sampai seberapa jauh lendir dapat
dapat diregangkan sebelum putus.
Bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis (fernlike pattern, ferning,
arborization).
Spermatozoa dapat menembus lendir ini.
b. Lendir type G (Gestagenik)
Diproduksi oleh fase awal pra ovulasi dan setelah ovulasi.
Sifat-sifat:
Kental
Viskositas tinggi
Keruh (opaque)
Dibuat karena peninggian kadar progesteron
Spermatozoa tidak dapat menembus lendir ini.

4. Metode Symto-Termal
Metode symto-termal menggunakan semua tanda dan gejala sejak munculnya ovulasi.
Dengan demikian, metode ini dilakukan dengan mengamati perubahan lendir dan
perubahan suhu basal tubuh dan menambahkan indikator ovulasi yang lain.
Ibu harus mendapat instruksi untuk metode lendir serviks dan suhu basal. Ibu
dapat menentukan masa subur ibu dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks.
Tanda dan gejala menjelang ovulasi diantaranya:
a. Mittelschmersz. Nyeri dipertengahan siklus memunculkan sejumlah tanda dan
gejala, seperti:
Nyeri yang terasa di pinggir tengah abdomen bawah dan diakibatkan folikel yang
ruptur.
Bercak darah atau perdarahan yang banyak.
Nyeri bagian bawah atau nyeri yang menyebar.
Nyeri tekan menyeluruh pada abdomen tengah bagian bawah dan area pelvik.
b. Peningkatan hasrat seksual (libido).
c. Perubahan suasana hati.
d. Gambaran pakis lendir serviks.
e. Perubahan serviks.
f. Payudara yang menegang dan nyeri ketika di tekan.
Cara lain untuk menentukan waktu ovulasi adalah biopsi endometrium, pemeriksaan
hormon dalam urin atau darah, dan ultrasonografi ovarium.

Gambar Metode Symto-termal

Bagan untuk mencatat hasil pengamatan suhu


C. Kontra Indikasi KBA
Umumnya merupakan kontraindikasi relatif, yaitu:
a. Sikluls haid yang tidak teratur.

b. Riwayat siklus haid yang an-ovulatori.


c. Kurve suhu badan yang tidak teratur.
D. Komplikasi KBA
Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan

E. Keuntungan Non-Kontraseptif KBA


a. Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB.
b. Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh pasutri.
c. Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi
antar pasutri.
F. Keuntungan Kontrasepsi KBA
a. Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan.
b. Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
c. Tidak ada efek samping sistemik.
d. Murah atau tanpa biaya.
G. Keterbatasan
a. Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti
instruksi.
b. Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan KBA.
c. Dibutuhkian pelatih/guru.
H. Yang dapat Menggunakan KBA
a. Semua perempuan selama reproduksi
b. Perempuan gemuk/kurus
c. Perempuan yang merokok
d. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu
e. Pasangan yang dari segi umur dan paritas
f. Perempuan sebelum mendapatkan haid.
g. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalnya.

II. Senggama Terputus


A. Pengertian
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.
B. Keuntungan
1. Kontrasepsi
Efektif bila digunakan dengan benar.
Tidak mengganggu produksi ASI.
Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
Tidak ada efek sampingnya
Dapat digunakan setiap waktu
Tidak membutuhkan biaya.
2. Nonkontrasepsi
Meningkatkan keterlibatan suami istri dalam KB.
Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat
dalam.
C. Keterbatasan
1. efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama
terputus setiap melaksanakannya.
2. efektivitas jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih
melekat pada penis.
3. Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.

D. Kontra Indikasi
1. Ejakulasi prematur pada pria.
2. Suami yang sulit untuk melakukan senggama terputus.
3. Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
4. Ibu yang mempunyai pasangan yang sulit kerjasama.
5. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.
6. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.

Anda mungkin juga menyukai