Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBIAKAN TANAMAN

ACARA 7
STRUKTUR PERTUMBUHAN BIBIT DAN KEDALAMAN TANAM

URIFA
131510501204
GOLONGAN C / KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makhluk hidup pada dasarnya memiliki ciri utama bernafas, dan
mempertahankan

hidupnya

dengan

melakukan

perkembangbiakan.

Perkembangbiakan bertujuan untuk memperbanyak jenisnya dan mempertahankan


hidupnya. Perkembangbiakan bagi setiap makhluk itu berbeda, mulai dari
manusia hewan dan tumbuhan. Makhluk hidup yang menjadi produsenlah yang
berperan utama dalam jaring-jaring kehidupan, yaitu tumbuhan atau tanaman.
Tumbuhan dalam melakukan proses pertumbuhannya perlu melewati beberapa
tahapan-tahapan dimulai dengan perkecambahan biji, dilanjutkan dengan
perkembangan daun, tahap pemanjangan batang dan penguatan akar, kemudian
berbunga dan melakukan tahap pembuahan, sebelum akhirnya menuai dan mati.
Pengukuran pertumbuhan suatu tanaman dapat dilakukan dengan cara
memperhatikan tinggi tanaman, besar diameter batang, serta perhitungan berat
basah atau berat kering tanaman. Tanaman memiliki kedudukan penting dalam
segala aspek kehidupan manusia. Tanaman merupakan satu-satunya unsur di
dalam rantai makanan yang berperan sebagai produsen. Artinya, tanaman menjadi
sumber pokok dalam pemenuhan kebutuhan primer bagi makhluk hidup lainnya.
Selain menghasilkan makanan, metabolisme yang terjadi dalam tanaman juga
dapat menghasilkan oksigen yang berguna bagi aktivitas respirasi makhluk hidup
lainnya. Bagian tubuh tanaman telah sejak dahulu digunakan sebagai bahan baku
alat atau perabot sehingga dapat menunjang keperluan hidup manusia. Beberapa
bagian tubuh tanaman dijadikan bahan baku industry seperti industry kertas atau
industry mebel. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana cara pengelolaan
tanaman agar dapat meningkatkan produktivitasnya baik secara kualitas maupun
kuantitas. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari metode
peranyakannya.
Pada umumnya tanaman mempertahankan jenisnya atau melestarikan
individunya juga dengan pembiakan. Pembiakan tanaman dikenal ada dua

macam, yaitu perkembangbiakan vegetatif dan generatif. Pembiakan vegetatif


yaitu suatu pembiakan dengan menggunakan organ dari tanaman tersebut,
sedangkan

pembiakan

generatif

biasanya

menggunakan

biji/benih.

Perkembangbiakan dari vegetatif dan generatif tersebut mempunyai struktur


pertumbuhan yang berbeda,sehingga memiliki susunan akar dan kekuatan
menembus tanah yang berbeda. Antara biji dan benih merupakan istilah yang
sering rancu dalam penggunaannya. Biji dan benih mempunyai struktural yang
sama ,tetapi mempunyai pengertian yang berbeda. Biji diartikan sebagai suatu
hasil tanaman yang digunakan untuk konsumsi. Sedangkan, benih adalah suatu
alat untuk perkembangbiakan tanaman, sehingga perlu dipilih yang bermutu tinggi
diharapkan mampu menghasilkan tanaman berproduksi maksimum.
Pada suatu budidaya tanaman sebaiknya memilih suatu benih yang bermutu
tinggi, sehingga menghasilkan bibit yang akan tumbuh menjadi tanaman dewasa.
Benih yang berkecambah pada media tanah akan segera melengkapi bagianbagiannya yaitu sistem perakaran di dalam tanah dan sistem pertunasan di atas
tanah tersebut.Sehingga perlu adanya diketahui untuk kedalaman tanahnya.
1.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur kecambah dua macam jenis benih dan mengetahui
keragaan perkecambahannya.
2. Untuk melatih mahasiswa agar dapat melakukan uji kedalaman tumbuh (vigor)
bibit, dan memahami relevansi uji kedalaman tanam.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Tanaman dalam perjalanan hidupnya pasti mengalami yang namanya
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan memiliki sifat
irreversible (tidak dapat kembali) dan reversible (dapat kembali). Tanaman dalam
melakukan pertumbuhannya melewati beberapa tahapan-tahapan pertumbuhan
yang berbeda. Tahapan tersebut dimulai dari perkecambahan, perkembangan
daun, pemanjangan batang, sampai berbunga dan pembuahan, sebelum akhirnya
menuai dan mati (Leather, 2010).
Menurut Lomer el al. (2012), pengembangan bentuk dan aktivitas tanaman
terus menerus disebut perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Jumlah
Perkembangan dan pertumbuhan tanaman telah ditetapkan pada jumlah
pertumbuhan di setiap tahap fenologi dari tahap fenologi (Phenophases). Evaluasi
perkembangan tanaman dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan. Peningkatan
ukuran suatu organisme atau suatu bagian tanaman (sel) secara permanen disebut
dengan istilah pertumbuhan. Perkembangan merupakan peningkatan fungsi suatu
sel tanaman atau tumbuhan, peningkatan ini dapat berkembang menjadi jaringan
serta

organ

tanaman

secara

utuh.

Pertumbuhan

biji

diawali

dengan

perkecambahan, dilanjutkan mulai munculnya calon akar dan daun dan proses
berikutnya yaitu terbentuknya akar dan daun sehingga menjadi tanaman yang utuh
(Paramartha dkk, 2012).
Menurut Widodo dkk. (2010), pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar atau lingkungan, faktor ini
meliputi ketinggian tempat atau geografis, intensitas cahaya, air, tanahdan lain
lain. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berasal dari tubuh tanaman itu
sendiri misalnya hormon. Letak geografis suatu tanamanberpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman karena hal ini berhubungan erat dengan iklim seperti suhu,
kelembaban tanah, curah hujan, kondisi udara dan lamanya penyinaran matahari.
Cahaya matahari sangat dibutuhkan tanaman untuk melakukan fotosintesis. Jika
cahaya matahari yang digunakan tinggi maka proses pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung lebih cepat. Laju pertumbuhan tanaman akan berjalan

dengan kecepatan maksimum apabila suhu berada pada kondisi optimum (Jumin,
1989).
Setiap

tanaman,

memiliki

tahapan

dalam

tumbuhan

dan

perkembangannya. Pengetahuan mengenai akan membantu dalam upaya


merangsang pertumbuhan tanaman. Sebab, tanaman yang mampu tumbuh akan
berkembang sesuai dengan tahapan pertumbuhan tidak akan mengalami kesulitan
dalam proses pembuhannya. Kriteria dan struktur kecambah normal untuk benih
diantaranya adalah memiliki organ berupa akar dan plumula. Ciri akar kecambah
yang baik diantaranya adalah akar seminal primer tumbuh dengan kuat dengan
akar-akar sekunder. Sedangkan akar seminal sekunder yang tumbuh dengan kuat,
2-3 akar. Adakalanya akar seminal primer tidak tumbuh, tetapi paling sedikit 2
akar seminal sekunder harus tumbuh dengan kuat. Plumula yang baik merupakan
plumula yang memiliki daun primer yang tumbuh sepanjang koleoptil dan telah
tersembul keluar dari koleoptil. Dalam keadaan demikian, daun harus kelihatan
sehat.

Plumula

dapat

pula

melengkung

tumbuhnya

asal

tidak

busuk

(Kartahadimaja dkk., 2010).


Menurut Karayel dan Ozmerzi dalam Aikins et al. (2011), keseragaman
jarak tanam dan kedalaman tanam dapat menghasilkan germinasi yang lebih baik,
daya tahan dan meningkatkan produksi karena dapat meminimalisir kompetisi
antar tanaman dalam memperoleh cahaya, air, dan nutrisi. Benih seharusnya
diletakkan pada kedalaman yang dapat meningkatkan kemampuan germinasi,
daya tahan dan dapat meningkatkan pertumbuhannya. Kedalaman tanah
merupakan salah satu factor penentu yang penting dalam memaksimalkan tinggi
tanaman. Kedalaman tanah dapat mempengaruhi kualitas tanah itu sendiri.
Beberapa faktor yang timbul pada kedalaman tanah tertentu juga dapat
mempengaruhi tanaman yang tumbuh di atasnya. Berdasarkan analisis kimia, nilai
pH tanah naik 0,5 satuan pada lapisan atas 0 20 cm dan naik 0,3 satuan pada
kedalaman 20 40 cm. Hasil analisa berat jenis tanah umumnya berkisar 1,70
1,27 g/cc pada lapisan top soil (0 20 cm) dan 1,07 1,2 g/cc pada lapisan
dengan kedalaman 20 40 cm. Laju permeabilitas tanah cenderung naik pada
kedalaman 20 40 cm. Sedangkan nilai C organik cenderung naik baik untuk

kedalaman 20 40 cm. Hal ini berkaitan dengan naiknya jumlah total


mikroorganisme. Naiknya C organik sekitar 12,2% pada kedalaman tanah 0 20
cm dan 23% pada kedalaman tanah 20 40 cm (Mindawati dkk., 2010).
Kedalaman tanah merupakan salah satu faktor penentu yang penting dalam
memaksimalkan tinggi tanaman. Terdapat pengaruh terhadap kedalaman
penanaman dengan ketinggian tanaman. Tanaman dengan kedalaman tanam benih
sekitar 6 cm berbeda secara signifikan dengan kedalaman tanam lain yaitu 2 cm, 4
cm, 8 cm, 10 cm, dan 12 cm setelah 15 hari pengamatan. Tanaman yang ditanam
pada kedalaman 6 cm menunjukkan laju pertumbuhan tertinggi. Sedangkan
tanaman yang ditanam pada kedalaman 12 cm memiliki laju pertumbuhan paling
rendah. Berdasarkan penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya juga
menunjukkan perbedaan signifikan yang timbul akibat pengaruh kedalaman tanam
(Hussen dkk., 2013).
Pertumbuhan tanaman berdasarkan berat komersil dan berat kering
menunjukkan pola peningkatan berat yang relative sama akibat perlakuan
kedalaman tanam yang berbeda. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut BNJ
pada perbedaan parameter kedalaman tanam, diketahui bahwa kedalaman tanam
berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif. Terdapat beberapa factor
yang dapat mempengaruhi perbedaan laju pertumbuhan tersebut meliputi
intersepsi cahaya, temperatur, kandungan hara, dan kadar oksigen pada masingmasing kedalaman penanaman. Oleh karena itu perlu ditentukan kedalaman tanam
yang dibutuhkan sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat
berlangsung secara optimal (Farnani dkk., 2013).

BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pembiakan Tanaman yaitu acara Struktur Pertumbuhan Bibit
dan Uji Kedalaman Tanam dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Oktober 2014
pukul 15.00 hingga selesai bertempat di Laboratorium Teknologi Benih Jurusan
Agronomi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Bak Pengecambah
2. Penggaris
3. Hand Sprayer
3.2.2 Bahan
1. Benih monokotil (padi atau jagung)
2. Benih dikotil (kedelai atau kacang tanah)
3. Subtrat tanah dan pasir
3.3 Cara Kerja
1. Membuat media tanam berupa campuran tanah top soil dan pasir perbandingan
1 : 1, kemudian membersihkannya dan mengayak sampai halus.
2. Memasukkan campuran media tanam ke dalam bak pengecambahan hingga 2/3 tinggi bak (untuk kedalaman 2,5 7,5), menyiram sampai kelembaban
secukupnya.
3. Menanam 20 25 butir benih monokotil (jagung atau padi) dan benih dikotil
(kedelai atau kacang tanah) sebanyak 20 25 dengan kedalaman 2,5 ; 5,0 dan
7,5 cm dalam tiga kali ulangan.
4. Menutup benih yang telah ditanam dengan campuran tanah lembab yang sama
setinggi kedalaman tanam.

5. Menanam satu macam jenis benih pada setiap bak pengecambah dengan
kedalaman tertentu (sesuai perlakuan) sebanyak tiga jalur (3 ulangan). Selalu
menjaga kelembaban substrat setiap saat.
Rancangan Evaluasi
1. Mengamati parameter diantaranya kekuatan tumbuh kecambah/bibit (vigor)
dengan menghitung presentase kecambah normal pada hari ke 6 (6 x 24 jam)
sebagai berikut:
Kekuatan tumbuh =

Kecambah bibit normal hari ke 6


kecambah bibit normal hari ke 6

Jumlah total benih yang dikecambahkan

x 100%

Demikian juga menghitung presentase kecambah abnormal dan mati. Apabila


benih monokultur (hypogeal) maupun dikotil (epigeal) berkecambah normal
hari ke 75% dikategorikan benih mempunyai vigor kekuatan tumbuh tinggi.
2. Menggambar dan mengamati pertumbuhan bibit epigeal maupun hypogeal
dengan mengukur berat kering bibit dan tinggi tanaman pada bibit umur 6 hari.
Menukur berat kering bibit dengan cara bibit dioven suhu 1050 selama 6 jam,
sedang untuk mengukur tinggi bibit mulai leher akar sampai titik tumbuh.
3. Menganalisa hasil percobaan dilakukan dengan membedakan nilai tertinggi
atau terendah dari masing-masing parameter perlakuan dalam bentuk grafik
yang terdiri dari enam kombinasi perlakuan antara dua macam jenis benih dan
kedalaman tanam dengan rata-rata tiga ulangan.
4. Membandingkan hasil masing-masing kombinasi perlakuan kedua macam jenis
benih dan tiga penanaman dalam, serta memberikan kesimpulan benih mana
yang tahan terhadap kondisi oksigen, cahaya, suhu, dan tekanan partikel tanah
yang suboptimum.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Jenis
Benih

Kedalaman
Tanam (cm)
2,5

Padi atau
Jagung

5,0
7,5
2,5

Kedelai
atau
Kacang
Tanah

5,0
7,5

UI
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Perkecmbahan (%) hari ke 6


Normal
Abnormal Mati
65
35
40
90
55
20
25
65
80
65
70
45
70
45
45
25
55
45

30
20
15
5
35
15
5
10
5
5
5
30
15
10
35
20
20
10

5
45
45
5
10
65
70
25
15
40
25
25
15
45
20
55
25
45

Berat
Kecambah
/ bibit
0,64
0,73
0,65
0,51
0,64
0,87
0,37
0,63
0,55
0,71
0,91
0,87
0,76
0,97
0,77
0,59
1,00
0,90

Tinggi
kacambah/bibit
(cm)
22,26
17,16
15,67
10
18
19
17,5
23,5
25,2
21,5
20,3
22,7
7,5
6,7
7,33
11,7
12,3
12,5

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh, kedalaman tanah yang baik untuk
tanaman jagung adalah 5 cm. Hal ini dibuktikan dengan tanaman jagung yang
tumbuh normal lebih banyak pada kedalaman 5 cm (90% normal dan 10% mati
dan tumbuh abnormal) dari pada kedalaman 2,5 cm ataupun 7,5 cm. Kedalaman
2,5cm atau 7,5cm, tanaman jagung tidak dapat tumbuh dengan baik karena
tanaman jagung akan tumbuh pada kedalam yang sedang sedang saja tidak terlalu
dangkal atau dalam. Hal ini dikarenakan tanaman jagung termasuk kedalam
tanaman

monokotil

dengan

perkecambahan

hypogeal

dimana

pada

perkecambahan hypogeal ini kotiledon pada benih tidak terangkat ke atas


permukaan tanah melainkan tetap berada dibawah permukaan tanah. Sedangkan
pada benih kedelai, kedalaman yang baik terjadi pada kedalaman 2,5cm. Hal ini

dibuktikan dengan pada kedalaman 2,5cm benih kedelai yang tumbuh dengan
normal lebih banyak dari pada kedalaman 5 cm dan 7,5 cm. Hal ini terjadi
disebabkan oleh vigor benih.
Tanaman dikotil merupakan tanaman yang sebian besar mengalami
perkecambahan epigeal sedangkan tanaman monokotil sebagian besar mengalami
perkecambahan hipogeal. Akan tetapi ada beberapa kejadian tanaman dikotil
mengalami perkecambahan hipogeal. Hal ini terjadi karena ada kaitannya dengan
vigor benih itu sendiri. Vigor benih adalah kesehatan dan kekuatan alamiah benih
yang pada pertanaman akan membuat perkecambahan cepat pada kondisi
lapangan yang beragam luas. biji memiliki vigor yang tinggi sehingga mudah
menembus lapisan tanah yang dalam dan memiliki tekanan tanah terhadap benih
tinggi. Namun, jika biji tersebut memiliki vigor yang rendah maka kemungkinan
besar biji tidak akan mampu menembus tanah dan akhirnya perkecambahannya
akan terjadi didalam tanah.
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan embrio dan komponen
yang memiliki kemampuan untuk tumuh menjadi tumbuhan baru. Proses
perkecambahan ini berawal dari proses imbibisi yaitu masuknya air kedalam
benih yang membuat kulit biji lunak dan memudahkan gas-gas untuk masuk ke
dalam benih. Hal ini mengaktifkan metabolisme dan hormon giberilin kemudian
di translokasikan ke lapisan aleuron sehingga mengaktifkan enzim, dimana enzim
ini terdapat 3 jenis enzim yaitu enzim -amilase, protease dan lipase. Enzim amilase dapat mengkatalis pati menjadi gula yaitu maltosa. O 2 yang masuk ke
dalam benih digunakan untuk respirasi, dimana respirasi ini menghasilkan energi
berupa ATP, energi tersebut digunakan untuk proses perkecambahan yang ditandai
dengan radikula dan plumula (Mulyanto, 2009).
Proses perkecambahan benih bisa diringkas menjadi lima tahapan. Tahap
pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh
benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai
dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi
benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan
seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan

ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahanbahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi
bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap
kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik bagai organ untuk fotosintesa maka
pertumbuhan kecamabah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada
dalam biji.

Gambar 1. Proses Perkecambahan Benih (Hipogeal)

Gambar 2. Proses Perkecambahan Benih (Epigeal)

Gambar 2. Proses Perkecambahan Benih Jagung


Perkecambahan

ditentukan

oleh

faktor-faktor

yang

mempengaruhi.

Perkecambahan pada tanaman ditentukan oleh faktor yang ada didalam biji dan
faktor lingkungan.
a. Faktor dalam biji
1) Faktor didalam biji meliputi keadaan cadangan makanan (endosperm).
Cadangan makanan ini berupa karbonhidrat. Cadangan makanan di dalam
biji harus cukup untuk persediaan makanan selama proses perkecambahan hingga
kecambah dapat mencara makan dari dalam tanah.
2) Keadaan embrio
Embrio harus dalam keadaan hidup dan sehat. Sebab benih dengan
keadaan tersebut akan menentukan proses pertumbuhan berikut dan sangat
menentukan produksi yang akan dicapai.
b. Faktor Lingkungan
Menurut

Pitojo

(2010),

faktor-faktor

lingkungan

yang

dapat

mempengaruhi pertumbuhan benih antara lain temperatur/suhu, cahaya,


kelembaban dan tekanan partikel tanah serta air. Cahaya Mempengaruhi kerja

hormon auksin. Umumnya, cahaya menghambat pertumbuhan meninggi karena


cahaya

dapat

perkembangan

menguraikan
tanaman.

auksin.

Cahaya

Faktor

memiliki

esensial
peranan

pertumbuhan
dalam

dan

metangsang

perkecambahan biji, biji akan mudah nerlecambah apabila cahaya tidak mengenai
biji secara langsung. Air juga berpengaruh terhadap perkecambahan benih dimana
biji dapat melakukan proses perkecambahan dengan dua cara yaitu secata fisika
dan kimia. Pada proses kimia biji menyrerap air atau imbibisi yang mampu
merangsang tumbuhnya akar pada biji. Air berfungsi untuk memungkinkan
pertukaran gas, menstranlokasikan cadangan nakanan, dan mengencerkan
protoplasma. Kecepatan Kelembaban penguapan transpirasi udara yang tinggi,
rendah, dan lambat. Pada kondisi kelembapan yang tinggi, umumnya
pertumbuhan tanaman lebih cepat namun kelembaban yang rendah diperlukan
oleh beberapa tanaman untuk pertumbuhan generatip. Semakin tinggi suhu,
semakin cepat laju Beberapa faktor yang transpirasi . Suhu yang terlalu rendah,
kadar air disekitar tanama semakn rendah dan radiasi percambahan biji Semakin
rendah. Kandungan air pada tanaman, distribusi tumbuhan sehingga cahaya dalam
tajuk suhu 21oC 43oC proses pertumbuhan tanaman, kandungan meningkatkan
respirasi semakin lambat lengas tanah. Suhu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan karena berkaitan dengan aktivitas enzim dan kandungan air dalam
tubuh tumbuhan. Suhu optimum untuk perkecambahan umumnya 22o C 37o C
biji tidak tumbuh pada suhu dibawah 0 o C. Tanah atau media yang dapat
meningkatkan produksi benih adalah madia yang subur. Medium yang baik untuk
perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai
kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama
cendawan. Sehingga media tersebut bukanlah media yang asam maupun basa,
memiliki drainase baik agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan
air agar tidak kekeringan.
Menurut Sutopo (1990), struktur pada benih sangat mempengaruhi
perkecambahannya. Benih yang berstrukrur baik maka dapat tumbuh dengan baik,
sebaliknya benih dengan struktur yang jelek semisal benih tersebut terdapat cacat
atau bintik hitam akibat terserang organisme penganggu tanaman, maka proses

perkecambahan benih akan terganggu dan kemungkinan tidak akan tumbuh sama
seperti struktur yang baik. Struktur benih yang normal akan memiliki perakaran
yang baik, terutama akar akar yang berfungsi primer dan menghasilkan jumlah
akar yang banyak. Struktur yang baik juga akan mengakibatkan perkembangan
hipokotil menjadi baik dan sempurna, tanpa adanya jaringan-jaringan yang rusak.
Struktur benih pada tanaman akan memepengaruhi kekuatan tumbuh atau vigor
benih. Kekuatan tumbuh benih dan hasil tanaman yang diperoleh akan lebih besar
bila benih-benih yang digunakan merupakan benih yang memiliki struktur baik
dan memenuhi persyaratan. Struktur benih salah satunya adalah testa. Testa ini
merupakan struktur penting sebagai barier pelindung embrio dari lingkungan
eksternal, mengendalikan penyerapan air, dan pertukaran gas serta sebagai
hambatan mekanis keluarnya inhibitor dari embrio. Jika kulit biji tebal maka akan
mempengaruhi kecepatan benih mengalami imbibisi.

DAFTAR PUSTAKA

Aikins, S. H. M., Afuakwa, J. J. dan Nkansah, E. O. 2011. Effect of Different


Sowing on Soybean Growth and Dry Matter Yield. Agriculture and Biology
Journal of North America. 2 (9): 1237 1278.
Farnani, Y. H., Cokrowati N. dan Farida N. 2013. Pengaruh Kedalaman Tanam
terhadap Pertumbuhan Eucheuma spinosum pada Budidaya dengan Metode
Rawai. Kelautan. 6 (1): 75 86.
Hussen, S., Alemu, B. dan Ahmed F. 2013. Effect of Planting Depth on Growth
Performance of Maize (Zea-Mays) at the Experimental Site of Wollo
University, Dessie, Uthopia. Basic and Applied Research. 8 (1): 10 -15.
Kartahadimaja, J., E. E. Syuriani, dan N. A. Hakim. 2010. Pengaruh Penyimpanan
Jangka Panjang (Long Term) terhadap Viabilitas dan Vigor Empat Galur
Benih Inbred Jagung. Penelitian Pertanian Terapan. 13 (3): 168 173.
Leather, S.R.. 2010. Precise knowledge of plant growth stages enhances applied
and pure research. Annals of Applied Biology (157): 159-161
Lomer, Abbas Mehrdad.,Valida Ali-zade,Rajab Chogan, dan Ebrahim Amiri.
2012. Effect of nitrogen on the growth levels and development of maize
hybrids in the condition of amino acids application. International Journal of
Agriculture and Crop Sciences 4 (14) : 984-992
Mindawati, N., A. Indrawan, I. Mansur, dan O. Rusdiana. 2010. Analisis SifatSifat Tanah di Bawah Tegakan Eucalyptus urograndis. Tekno Hutan
Tanaman. 3 (1). 13 22.
Mulyanto, Joko. 2009. Pembibitan dan Budidaya Melinjo. Yogyakarta : Kanisius.
Paramartha, A. I., D. Ermavitalini, dan S. Nurfadilah. 2012. Pengaruh
Penambahan Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Taurulinum J.J Smith
Secara In Vitro. Sains dan Seni ITS, 1(1): 40-43.
Pitojo, Setijo. 2010. Benih Kacang Panjang. Yogyakarta : Kanisius
Sutopo, L. 1990. Teknologi Benih. Jakarta : Rajawali Press
Widodo, W., S. Sumarsih. 2007. Seri Budi Daya Jarak Kepyar, Tanaman
Penghasil Minyak Kastor Untuk Berbagai Industri. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai