Anda di halaman 1dari 33

http://matakuliahbelajardanpembelajaran.blogspot.com/2012/10/makalah-prinsipprinsip-belajar-dan_7842.

html

http://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran/

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Mohon masukan dari pembaca.
Mari kita sejenak mengkaji bersama-sama prinsip-prinsip belajar dan

Diklat Guru IPA SMP di LPMP Kalbar


pembelajaran. Sebenarnya, prinsip-prinsip yang dimaksud dapat kita jumpai dalam berbagai
sumber kepustakaan psikologi. Namun untuk mudahnya, dalam pembahasan ini akan
dikemukakan prinsip-prinsip belajar yang diintisarikan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut:
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau
readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan
hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus.
Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan
mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan
dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku,
motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang
diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar
belakangnya.
2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila
seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari
sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian
tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau
guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang
siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola
kemampuan mentalnya.
5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor
kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah
suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan
memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan
kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan
bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.
Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan.
1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi,
soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai
sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak
citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam
belajar.
3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya
seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu,
karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai
seauatu.

4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau
keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi
masalah.
5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi
tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama
untuk melakukan sesuatu.
6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian
besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
7. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap
motivasi dan perilaku.
8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada
bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin
belajar.
9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan
untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai
tujuan.
10. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana
belajar yang memuaskan.
11. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
3. Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami
situasi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat
dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi
perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila
ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:
1. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap pelajar
memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang
sama dengan cara yang sama.
2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman,
kesehatan, perasaan dan kemampuannya.

3. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam


sesuatu situais seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat
dirinya sendiri..
4. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri.
Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang
cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar
menilai persepsinya.
5. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu
dapat dilihat .
6. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana
untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
7. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi
pandangannya terhadap dirinya.
4. Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat
proses belajar terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh
seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan
masyarakat
3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi
kebutuhannya.
4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai
5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah
biasanya akan mempengaruhi perilaku.

6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya


dan yang dapat ia capai.
7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku.
Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun.
8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para
pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima
para pelajar.
5. Prinsip Perbedaan Individual
Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang
Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas
sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya.
Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi
kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar belakang,
emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugastugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:
1. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya
dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan
pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.
2. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk merenncanakan
dan melaksanakan kegiatannya sendiri.
3. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan
, minat dan latarbelakangnya.
4. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya
masa lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi
respon yang berbeda-beda karena memang setiap orang memiliki persepsi yang
berbeda mengenai pengalamannya.
5. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu
tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil
bagian secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakala para pelajar memiliki

kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk memecahkan
masalah motivasi dan kreativitas akan lebih meningkat.
6. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih
giat dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih
ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya terhadap belajar.
6. Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil
belajar dalam situasi baru.
Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam
situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang
untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan
diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.
1. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk
mengingat atau menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan
retensi.
2. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
3. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu
terjadi. Karena itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.
4. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang
dibagi ke dalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan
retensi yang lebih baik daripada proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar
dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para pelajar.
5. Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan
retensi dan nilai transfer.
6. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
7. Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses
pelupaan hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan
dapat diserap sebaik bahan-bahan yang menyenangkan.
8. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama
dipelajari mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama
dapat terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut.

9. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan
dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan
prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan illustrasi unsur-unsur yang serupa.
10. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila
hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang
agak sama dibuat.
11. Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang
pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
7. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan.
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan
masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku
baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang
berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai
tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.
1. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum
proses-proses belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu
mengarahkan perhatian yang penuh agar proses belajar kognitif benar-benar
terjadi.
2. Hasil belajar kognitif akan bercariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan
individual yang ada.
3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan
dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satauan atau unit-unit
yang sesuai.
5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting . Perilaku
mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk
menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna.

6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan
membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan
menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir menyebar (divergent thinking).
7. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan
afektif akan lebih memungkinkan terjadimya proses pemecahan masalah, analisis,
sintesis dan penalaran.
8. Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia menghubungkan dirinya
dengan pengalaman baru.
Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal
pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif
meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat
dan sikap individu.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam proses belajar afektif.
1. Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.
2. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi
akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
3. Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan
melekat sepanjang hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap
melekat pada keseluruhan proses perkembangan.
4. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan
hasil dari belajar langsung.
5. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
6. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
7. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar
yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada
yang memiliki masalah.
8. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.
9. Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan
memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan

frustasi sangat perlu untuk membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan
kematangannya.
9. Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan
aktivitas ragawinya.
Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar
psikomotor.
2. Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.
3. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan
psikomotor.
4. Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan
mengontrol gerakannya lebih baik.
5. Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan
memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
6. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan
psikomotor individu.
7. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah
efisiensi belajar psikomotor.
8. Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses
belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan
lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor
waktu semata-mata.
9. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi
(keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
10. Prinsip Evaluasi
Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya.
Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan
dalam pencapaian tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh
kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan,
motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang berinteraksi dengan yang lain

pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini pada gilirannya akan dapat
meningkatkan kemampuannya untuk menilai pengalamannya.
Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.
2. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.
3. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi
dan belajar.
4. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid
saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
5. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru
dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat
kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
6. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola
ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
7. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
Setelah anda membaca dan memahami prinsip-prinsip yang berkenaan dengan proses
belajar dan pengajaran, cobalah anda kerjakan latihandibawah ini. Denga demikian anda
akan dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip itu lebih jauh.
Bagaimana anda menerapkan prinsip-prinsip:
1. Kesiapan
2. Motivasi
3. Persepsi
4. Tujuan
5. Perbedaan Individual
6. Transfer dan Retensi
7. Belajar Kognitif
8. Belajar Afektif

9. Belajar Psikomotor
10. Evaluasi
Untuk memeriksa lebih jauh hasil anda bagian ini tidak disediakan kunci jawaban. Oleh
karena itu hasil latihan Anda sebaiknya Anda bandingkan dengan hasil latihan anda.
Diskusikanlah dengan kelompok untuk hal-hal berbeda dalam hasil latihan itu. Dengan
mengkaji hasil latihan itu, anda seyogianya selalu melihat rincian prinsip-prinsip belajar
dan pengajaran yang diuraikan sebelumnya. Jika terdapat hal-hal yang tidak dapat diatasi
dalam kelompok, bawalah persoalan tersebut ke dalam pertemuan tutorial. Yakinlah
dalam pertemuan tersebut anda akan dapat memecahkan persoalan tersebut.
Diposkan 2nd October 2012 oleh Romauli Simorangkir

Makalah Prinsip-prinsip belajar dan


implikasinya

PRINSIP - PRINSIP BELAJAR


DAN APLIKASINYA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur pada Tuhan atas segala berkat dan kesempatan yang masih
Tuhan sediakan bagi kelompok kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok kami, yakni makalah mengenai Prinsip - Prinsip Belajar Dan Aplikasinya
dalam Belajar Dan Pembelajaran.
Pada kesempatan ini, kelompok 5 (Lima) ingin mengucapkan terimakasih
kepada setiap orang yang telah memberikan partisipasi dan waktu serta perhatiannya
selama dalam penulisan makalah ini.
Terimakasih kepada peserta kelompok 5 yang telah memberikan waktu serta
berbagai ide-ide maupun pendapatnya masing-masing sehingga makalah mengenai
Prinsip - Prinsip Belajar Dan Aplikasinya dalam Belajar dan pembelajaran dapat
diselesaikan. Terimakasih kepada Bapak Jhonny Ekson Manalu, S.Pd yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat selama proses penulisan makalah ini.

Dan kepada setiap orang yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu,
terimakasih kami ucapkan atas bantuannya selama proses penulisan hingga makalah
mengenai Prinsip - Prinsip Belajar Dan Aplikasinya dalam Belajar dan
Pembelajaran ini dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun makalah mengenai Prinsip - Prinsip Belajar Dan Aplikasinya ini
disusun untuk memenuhi tugas dari Matakuliah BELAJAR DAN PEMBELAJARAN,
dan kami sebagai kelompok 5 (Lima) menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dalam penulisan maupun pada pendapat dan hasil daripada makalah
Prinsip - Prinsip Belajar Dan Aplikasinya ini.
Untuk itu, Kami sebagai kelompok 5 (Lima) mohon maaf jika ada kesalahan
pada penulisan makalah ini.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan hasil
Pendidikan dan meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

Sibolga, 28 September 2012


Penyusun

Kelompok 5
(Lima)

DAFTAR ISI
kATA PENGANTAR
dAFTAR ISI
bab i................
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan

BAB II5
PEMBAHASAN5

A. Pengertian Prinsip, Belajar dan Prinsip Belajar5

C. Prinsip-Prinsip Belajar yang terkait dengan Proses Belajar6


D. Implikasi terhadap Prinsip - Prinsip Belajar13

BAB III17
KESIMPULAN17

DAFTAR PUSTAKA19

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena
pengalaman.,Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu,
yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang
sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian
rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.
Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang
berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsipprinsip maupun teori belajar.
Prinsip belajar adalah landasan berpikir,landasan berpijak, dan sumber
motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik
dengan peserta didik.
Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa
maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.

B. RUMUSAN MASALAH

Pengertian dari Prinsip


Pengertian dari Belajar
Pengertian dari Prinsip Belajar
Prinsip-Prinsip Belajar yang terkait dengan proses belajar
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar siswa dan guru dalam Belajar dan Pembelajaran

C. TUJUAN PENULISAN
Untuk memenuhi tugas kelompok Belajar dan Pembelajaran
Untuk dijadikan bahan dalam kegiatan Diskusi
Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Belajar secara umum dan implikasinya dalam
Belajar dan pembelajaran
Diharapkan dengan mengetahui secara mendalam Prinsip-Prinsip Belajar dan
implikasinya dalam belajar dan pembelajaran, maka setiap siswa dan guru dapat
meningkatkan metode dan minat dalam belajar dan pembelajaran sehingga mencapai
hasil yang diinginkan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PRINSIP
Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama (Badudu&Zein, 2001:1089)
Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dsb (Syah Djanilus, 1993)
Sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya (Dardiri,
1996)

B. PENGERTIAN BELAJAR
(Walra, rochmat, 1999:24) : Belajar ialah Suatu aktifitas atau pengalaman
yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat
permanen
Moh. Surya (1997) : belajar diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalamberinteraksi dengan lingkungannya.
Witherington (1952) : belajar merupakan perubahan dalam kepribadianyang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentukketerampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
Gage & Berliner : belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang
muncul karena pengalaman.
Wingkel, 1987 : belajar adalah suatu aktifitas mental & psikis dalam
berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri
sendiri.Belajar adalah suatu proses/usaha sadar yang dilakukan olehindividu untuk
menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap dan nilai) maupun psikomotor (keterampilan) sebagai hasil
interaksinyadengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.

C. PENGERTIAN PRINSIP BELAJAR


Prinsip Belajar Menurut Gestalt : Adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan
peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar
mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan
mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui teori-teori dan
pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.
Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies : Suatu komunikasi terbuka antara pendidik
dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya
melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode
yang menyenangkan siswa.
Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa :
Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber
motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dengan peserta didik

D. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR YANG TERKAIT DENGAN PROSES


BELAJAR
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli
yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip
belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita
pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam apaya meningkatkan
mengajarnya.
Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B. (1961)
adalah :
1. Prinsip Kesiapan (Readinees)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan siswa
ialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.

2. Prinsip Motivasi (Motivation)


Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah
suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu
dan memelihara kesungguhan.

3. Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaiman ia memahami
situasi. Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat

dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi
perilaku individu.

4. Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajarpada
saat proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai olehseseorang.

5. Prinsip Perbedaan Individual


Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalamkelas
dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran
yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagalmemenuhi kebutuhan
seluruh siswa

6. Prinsip Transfer dan Retensi


Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan
hasil belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada
akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain.Proses tersebut dikenal sebagai
proses transfer. Kemampuan sesesoranguntuk menggunakan lagi hasil belajar disebut
retensi.

7. Prinsip Belajar Kognitif


Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajarkognitif
mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,penemuan masalah dan
keterampilan memecahkan masalah yangselanjutnya membentuk perilaku baru,
berpikir, bernalar, menilai danberimajinasi.

8. Prinsip Belajar Afektif


Proses
belajar
afektif
seseorang
menemukan
bagaimana
ia
menghubungkandirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai
emosi,dorongan, minat dan sikap

9. Prinsip Belajar Evaluasi


Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saatini dan
selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagiindividu untuk menguji
kemajuan dalam pencapaian tujuan.

10. Prinsip Belajar Psikomotor


Proses
belajar
mampumengendalikan
aspekmental dan fisik.

psikomotor
individu
menentukan
bagaimana
ia
aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung

Prinsip Prinsip Belajar Menurut Rochman Nata Wijaya dkk


* Prinsip efek kepuasan ( law of effect )
Jika sebuah respon menghasilkan efek jembatan yang memuaskan, maka hubungan
Stimulus-Respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek
yang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara
Stimulus-Respon.

* Prinsip pengulangan ( law of exercise )


Bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin bertambah erat,
jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak pernah
dilatih.

* Prinsip kesiapan ( law of readiness )


Bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pendayagunaan suatu pengantar (conduction unit) dimana unit-unit ini menimbulkan
kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atu tidak berbuat sesuatu.

* Prinsip kesan pertama ( law of primacy )


Prinsip yang harus dipunyai pendidik untuk menarik perhatian peserta didik.

* Prinsip makna yang dalam ( law of intensity )


Bahwa makna yang dalam akan menunjang dalam proses pembelajaran. Makin
jelas makna hubungan suatu pembelajaran maka akan semakin efektif sesuatu yang
dipelajari.

* Prinsip bahan baru ( law of recentcy )


Bahwa dalam suatu pembelajaran diperlukan bahan baru untuk menambah
wawasan atau pengalaman suatu peserta didik.

* Prinsip gabungan ( perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip pengulangan
)
Bahwa hubungan antara Stimulus-Respon akan semakin kuat dan bertambah erat
jika sering dilatih dan akan semakin lemah dan berkurang jika jarang atau tidak
pernah dilatih.

Secara Umum, Prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan :


Perhatian dan Motivasi
Keaktifan
Keterlibatan langsung atau pengalaman
Pengulangan
Tantangan
Balikan dan penguatan (law of effect)

Perbedaan individual

PERHATIAN DAN MOTIVASI


Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari
kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak
mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatian terhadap belajar akan
timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan,
diperlukan untuk belajar lebih Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini
tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada
mobil (gage dan Berliner, 1984 : 372).
Motivation is the concept we use when we ddescribe the force action on or whitin an
organism yo initiate and direct behavior
Demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbet L, 1986: 3). Motivasi dapat
merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan
salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan
intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi
merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya
yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilainilai, dan keterampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki
minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan
dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalan,
kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku
manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan

hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tridak bertentangan dengan nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat.
Sikap siswa, seperti haInya motif menimbulkan dan mengarahkan
aktivitasnya. Siswa yang menyukai matematika akan merasa senang belajar
matematika dan terdorong untulk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya.
Karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri
siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Insentif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sudah melakukan kegiatan,
dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori belajar B.F. Skinner dengan
operant conditioning-nya (Hal ini dibkarakan lebih lanjut dalam prinsip balikan dan
penguatan).
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga
bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman dan
sebagainya.
Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata
pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang
dilakukannya tetapi menjadi penyertaanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguhsungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi
didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapat ijazah. Naik kelas dan mendapat
ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat
dipisahkan. Perhatian ialah pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan) terhadap
suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik dan
hasilnya akan makin haik pula. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha supaya
perhatian siswa terpusat pada pelajaran. Memunculkan perhatian seseorang pada suatu
objek dapat diakibatkan oleh dua hal.
Pertama, orang itu merasa bahwa objek tersebut mempunyai kaitan dengan
dirinya umpamanya dengan kebutuhan, cita cita, pengalaman, bakat, minat.
Kedua, Objek itu sendiri dipandang memiliki sesuatu yang lain dari yang lain,
atau yang lain dari yang biasa, lain dari yang pada umumnya muncul.
Perhatikan contoh kasus dibawah ini :
1. Rukiah, salah seorang siswa disuatu sekolah dasar sangat tertarik dengan
penjelasan ibu gurunya tentang perpindahan penduduk. sehingga ia sungguh-

sungguh memperhatikan pelajaran tersebut, karena ia pernah dibawa orang


tuanya bertransmigrasi.
2. Sekelompok siswa disuatu sekolah dasar pada sutu waku mengikuti pelajaran
dengan penuh perhatian karena guru mengajarkan pelajaran tersebut dengan
menggunakan alat peraga yang sebelumnya guru tersebut belum pernah
melakukannya.
3. Sekelompok siswa sedang asyik mengerjakan tugas kelompok, dalam
pelajaran IPA. Kelihatannya mereka sangat sungguh-sungguh menerjakan
tugas tersebut. Biasanya mereka belajar cukup mendengarkan ceramah dari
guru.
Ketiga contoh diatas menggambarkan siswa yang belajar dengan penuh perhatian
akan tetapi penyebabnya berbeda.
Contoh pertama, Rukiah belajar dengan penuh perhatian. Karena pelajaran
tersebut memiliki kaitan dengan pengalamannya. Pelajaran tersebut ada kaitan dengan
diri siswa.
Pada contoh kedua, siswa belajar dengan penuh perhatian, karena guru mengajar
dengan menggunakan alat peraga, (cara guru mengajar lain dan kebiasaannya),
Demikian pula contoh ketiga, siswa belajar dengan penuh perhatian Karena guru
menggunakan metode yang bervariasi tidak hanya ceramah).
Dari uraian dan contoh diatas dapat disimpulkan, bahwa :
1

Belajar dengan pernah perhatian pada pelajaran yang sedang dipelajari, proses
dan hasilnya akan lebih baik.

Upaya guru memumbuhkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap


pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat
atau minat siswa.
2. Menciptakan situasi pembelajaran yang tidak monoton. Umpamanya
penggunaan metode mengajar yang bervariasi, penggunaan media,
tempat belajar tidak terpaku hanya didalam kelas saja.

KEAKTIFAN BELAJAR

Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk


yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan
juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila
anak aktif mengalami sendri.
Mon Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa
yang harus dikerjakan siswa untuk dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang dari
siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak
ks, 1937:3 1).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan
itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati
sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh
kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
Seperti yang telah dibahas di depan bahwa belajar iu sendiri adalah akivitas,
yaitu aktivitas mental dan emosional. Bila ada siswa ) yang duduk di kelas pada saat
pelajaran berlangsung, akan tetapi mental emosionainya tidak terlibat akif didalam
situasi pembelajaran itu, Pada hakikamya siswa tersebut tidak ikut belajar.
Oleh karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan ada siswa yang tidak ikut
aktif belajar. Lebih jauh dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha
meningkatkan kadar aktifitas belaiar tersebut.
Kegiatan mendengarkan penjelasan guru, sudah menunjukkan adanya aktivitas
belajar. Akan tetapi barangkali kadarnya perlu ditingkinkan dengan metode mengajar
lain.
Sekali untuk memantapkan pemahaman anda tentang upaya meningkatkan
kadar aktivitas belajar siswa, coba anda tetapkan salah satu pokok bahasan dari salah
satu mata pelajaran yang biasa diajarkan. Silahkan anda rancang kegiatan-kegiatan
belajar yang bagaimana yang harus siswa anda lakukan, supaya kadar aktivitas
belajair mereka relatif tinggi.
Bila sudah selesai anda kerjakan, silahkan diskusikan deingan guru lain
disekolah anda atau guru sesama peserta program

KETERLIBATAN LANGSUNG DALAM BELAJAR


Di muka telah dibkarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa
yang, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerueut
pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa
tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang
yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlihat secara langsng
dalam perbuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang
menikmati tempe (demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita
bagaimana cara pembuatan tempe (telling).
Pentingnya ketelibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey
dengan leaming by doing-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan
langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun
kelompok, dengan cara memecahkan masalah (prolem solving). Guru bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata,
namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan
dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam
penghayatan dan intemalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilat, dan juga
pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

PENGULANGAN BELAJAR
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan
oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang
ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat.
mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan
maka dasya-daya tersebut akan berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah
akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulanganpengulangan akan menjadi sempuma.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi
Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat dari
salah satu hukum belajarnya law of exercise, ia mengemukakan bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.

Seperti kata pepatah latihan menjadikan sempurna (Thomdike, 1931b:20.


dari Gredlei, Marget E Bell, terjemahan Munandir, 1991: 51).Psikologi Conditioning
yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan
pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah
pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning
respons akan timbul bukan karena saja stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang
dikondisikan.
Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa
berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaman berhenti ketika
lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat
dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau
respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang
sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu
selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam
belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk
melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk respons
yang benar dan membentuk kebiasaan- kabiasaan. Walaupun kita tidak japat
menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori
tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun
prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar tetap
diperlukan latihan/pengulangan. Metode drill dan stereotyping adalah bentuk belajar
yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan Berliner, 1984: 259).
SIFAT MERANGSANG
DIPELAIARI

DAN

MENANTANG

DARI

MATERI

YANG

Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam,
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi
belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat
hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi
hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu
telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan
baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat
untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.tantangan yang
dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan
belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan
membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi
kesempatan pada siswa untuk menermakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha meneari dan menemukan konsp-

konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah mendan
saja kurang menarik bagi siswa.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan
tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebili giat dan sungguh-sunggub. Penguatan
positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk
memperoleh gaujaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.

PEMBERIAN BALIKAN ATAU


BELAJAR

UMPAN

BALIK DAN PENGUATAN

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama


ditekankan oleh teori belajar operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisin adalah stimulusnya, maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar im adalah law
of effect nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui
dan mendapatkan hasil yang haik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan
balikan yang menyenangkan dan berpengarub baik bagi usaha belajar selanjutnya.
Namum dorongan belajar itu menurut B.E Skinner tidak saja oleh penguatan yang
menyenangkan tetapi juga ada yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain
penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (gage dan Berliner, 1984:
272).
Siswa belajar sunggub-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang
baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya anak
yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik
kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong tuk belajar lebih giat. Di sini nilai
buruk dan dan rasa takut lidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar
lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif. Di sini siswa mencoba menghindar
dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka penguatanatan negatif juga disebut
escape conditioning, Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan
terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar
melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar
lebih giat dan bersemangat.
E. IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Siswa sebagai primus motor (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran,
dengan alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip- prinsip

belajar. Justru pada siswa akan berhasil dalam pembelajaran, jika mereka menyadari
implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap diri mereka.
Perhatian dan Motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua ungsangan yang
mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu
memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan perhatiannya
kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan-pesan yang menjadi isi pelajaran
seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna. bentuk, gerak, dan rangsangan lain
yang dapat diindra. Dengan demikian siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk
memperhatikan rangsangan yang muncul dalam prosses pembelajaran.
Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).
Contoh kegiatan atau perilaku siswa, baik fisik atau psikis, seperti
mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep sebelumnya dengan konsep
yang baru diterima, mengamati secara cermat gerakan psikomotorik yang dilakukan
guru, atau kegiatan sejenis lainnya. Senma kegiatan atau perilaku tersebut harus
dilakukan oleh siswa secara sadar sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi
belajarnya.
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh
siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan
mengembangkan secara terus menerus. Untuk dapat membangkitkan dan
mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus menerus, siswa dapat
melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tujuan belajar yang hendak
dicapai. menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, menentukan
target atau sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari
contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi
belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.

Keaktifan
Sebagai primus motor dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa
dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk
dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, perilaku-perilaku
seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan,
ingin tahu hasil dan kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan prilaku sejenis
lainnya.
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan
langsung siswa dalam proses pembelajaran.

Keterlibatan langsung/ berpengalaman


Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri.
Tidak ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies,
1987:32). Pemyataan ini. secara mutlak menuntut adanyan keterlibatan langsung dari
tiap siswa dalam kegiatan belajar pembelajaran.
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan
mengerjakan segala tugas belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan
keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh
pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi
prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan
lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat
laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk
perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya
prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara
langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan
keaktifan siswa.
Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah kemungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32 ). Dari pemyataan inilah pengulangan
masih diperlukan merasa bosan dalam melakukan pengulangan.
Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip
pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setidp valensi, mengerjakan
soal-soal lingkungan, Jachan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal
tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.

Tantangan
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pemyataan bahwa apabila siswa
diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk
belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik (Davies, 1987: 32). Hal ini
berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh. memproses, dan
mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran.
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran
pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses. dan
mengolah pesan. Sclain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar

terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang


merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan
eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu
pemecahan suatu masalah.

Balikan dan Penguatan


Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan,
apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan
tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce)
bagi penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah
dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan
terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari gurulorang tua
karena hasil belajar yang jelek.

Perbedaan Individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan
yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya
sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies,
1987: 32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu
siswa menentukan cara belaiar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.
Siswa merupakan imdividual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaim satu dengan lain. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya
perbedaan individu perlu diperhaikan pleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem
pendidikan klasikal yang dilakukan disekolah kita kurang memperhatikan masalah
perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran dikelas dengan melihat
siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih
sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Implikasi adanya prinsip perbedaan individual diantaranya adalah
menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa
implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik
maupun psikis. Untuk memperjelas implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa, anda

dapat mengidentifikasi dari kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai


indikatornya.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tampak dalam setiap kegiatan
perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Namun demikian, perlu
disadari bahaya implementasi prinsip-prinsip belajar sebagai implikasi prinsip-prinsip
belajar bagi siswa dan guru tidak semuanya terwujud dalam setiap proses
pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1) Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta
didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa
maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.

2)

Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B. (1961)
adalah :
- Prinsip Kesiapan (Readinees)
- Prinsip Motivasi (Motivation)
- Prinsip Persepsi
- Prinsip Tujuan
- Prinsip Perbedaan Individual
- Prinsip Transfer dan Retensi
- Prinsip Belajar Kognitif
- Prinsip Belajar Afektif
- Prinsip Belajar Evaluasi
- Prinsip Belajar Psikomotor

3) Prinsip Prinsip Belajar Menurut Rochman Nata Wijaya dkk


* Prinsip efek kepuasan ( law of effect )
* Prinsip pengulangan ( law of exercise )
* Prinsip kesiapan ( law of readiness )
* Prinsip kesan pertama ( law of primacy )
* Prinsip makna yang dalam ( law of intensity )
* Prinsip bahan baru ( law of recentcy )
* Prinsip gabungan ( perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip pengulangan )

4) Implikasi Prinsip Prinsip Belajar :

Implikasi Prinsip Belajar


Perhatian dan Motivasi

Bagi Siswa

Bagi Guru

Dituntut memberikan perhatian


terhadap semua rangsangan yang
mengarah pada tercapainya tujuan
belajar.

Mengunakan metode yang


bervariasi...

Keaktifan

Dituntut dapat memproses dan


mengolah hasil belajarnya secara
efektif serta aktif baik secara fisik,
intelektual dan emosional.

Memberikan kesempatan pad


siswa untuk melakukan ekspe
sendiri

Keterlibatan langsung/

Dituntut agar siswa me-ngerjakan


sendiri tugas yang diberikan guru
kepada mereka.

Melibatkan siswa dalam menc


informasi, merang-kum inform
dan menyim-pulkan informas

Kesadaran siswa dalam mengerjakan latihan-latihan yang


berulang-ulang

Merancang hal-hal yang perlu


ulang.

Pengalaman

Pengulangan

Memilih bahan ajar yang dim


siswa..

Tantangan

Diberikan suatu tanggungja-wab


untuk mempelajari sendiri dengan
melakukan ekspe-rimen, belajar
mandiri dan mencari pemecahan
sendiri dalam menghadapi permasalahan.

Memberikan tugas pada siswa


dalam memecahan permasa-la

Balikan dan penguatan

Mencocokan jawaban antara siswa


dengan guru

Memberikan jawaban yang be


dan memberikan kesimpulan
materi yang telah dijelaskan a
bahas.

Perbedaan Individual

Belajar menurut tempo kecepa-tan


masing-masing siswa

Menentukan metode sehingga


dapat melayani seluruh siswa

DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari: http://aggilnet.blogspot.com/2011/03/makalah-hakikat-belajar-dan.html


(minggu 1 Juli 2012)
Dimyati 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta
Paulina, Panen, 2003, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : UT

Diposkan 2nd October 2012 oleh Romauli Simorangkir

Memuat
Kirim masukan

Anda mungkin juga menyukai