Jerrell Francie
Devina Astriani
Wilonia Deana
Lisye Konny
Citra Anabella
Carissa Faustina
(2013-060-022)
(2013-060-026)
(2013-060-029)
(2013-060-042)
(2013-060-045)
(2013-060-050)
Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Imunisasi merupakan suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Adapun tujuan imunisasi
adalah untuk merangsang sistem imunologi tubuh dalam pembentukan
antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit
Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).1
Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk
mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh
wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong
pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian pada bayi, balita/anak-anak pra sekolah. Tujuan
pemberian imunisasi pada anak yaitu agar anak-anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
mengurangi kecacatan akibat penyakit.2
Menurut World Health Organization (WHO) jumlah bayi di dunia yang
diberi imunisasi sama dengan jumlah bayi yang meninggal akibat penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau
setiap 10 detik, 1 bayi meninggal. Tak kurang dari 30 juta anak masih tidak
mendapatkan akses mudah untuk mendapatkan imunisasi dasar, antara lain
anak-anak yang berada di negara sub-sahara Afrika, Amerika Latin dan Asia,
termasuk Indonesia.3
Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan
imunisasi adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat
UCI. UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah
bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat
imunisasi dasar lengkap. Target UCI pada Renstra tahun 2013 adalah sebesar
95%. Pada tahun 2013 terdapat 9 provinsi yang memiliki persentase desa UCI
melebihi target 95%. Namun masih banyak provinsi yang belum mencapai
target.4
Factors),
yang
terwujud
dalam
pengetahuan,
sikap,
pemberian imunisasi dasar pada bayi yang negatif, yaitu sebanyak 1 orang
dan positif sebanyak 17 orang.6
Menurut penelitian sejenis yang dilakukan di wilayah Puskesmas
Bajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, pendidikan ibu (P=0,048),
pengetahuan ibu (P=0,027), sikap ibu (P=0,042), ketepatan pelayanan
(P=0,044), dukungan keluarga (P=0,042) berhubungan dengan tindakan
pemberian imunisasi dasar pada bayi. Sedangkan pekerjaan ibu (P=0,385)
tidak berhubungan dengan tindakan pemberian imunisasi dasar pada bayi.7
Berdasarkan berbagai hasil penelitian di atas, penulis tertarik untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara faktor-faktor dari teori perilaku
kesehatan dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi di
Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, sebagai salah satu kabupaten di
provinsi tersebut yang memiliki angka kematian bayi karena PD3I yang tinggi.
1.2.
Rumusan Masalah
Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam
pemberian imunisasi dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam
pemberian imunisasi dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.
1.3 2. Tujuan Khusus
- Mengetahui pengaruh usia ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar di
Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.
- Mengetahui pengaruh agama ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar
di Kabupaten
Mempawah, Kal-Bar.
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Imunisasi
2.1.1 Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila ia kelak terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut.18
2.1.2 Program Imunisasi
Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun
1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi
(PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I). Tujuan umum duadakannya program imunisasi ini
adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I.18
Sasaran program imunisasi terbagi dalam tiga bagian, yaitu berdasarkan
usia yang diimunisasi, tingkat kekebalan yang ditimbulkan, serta wilayah atau
lokasi dari ketiga bagian sasaran tersebut, pemerintah mengutamakan imunisasi
dasar sebagai imunisasi yang wajib diberikan untuk bayi dan balita dengan
fokusa pada bayi untuk menurunkan angka mortaltas bayi akibat PD3I. Oleh
karena itu imunisasi dasar diberikan secara gratis oleh pemerintah.18
2.1.2.1 Tempat Pelaksanaan Imunisasi Dasar
Berdasarkan tempat pelayanan, imunisasi rutin dibagi menjadi :
a.
b.
c.
b.
c.
b.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah
inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang
menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung
selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat
sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat
menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan
otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada
rahang serta kejang Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan
kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat
dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. DPT
sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau
nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut
terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
c.
OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
e.
atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi
berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang
waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5
bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5
tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan
dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot
lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif,
diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune
globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua
diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat
anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya
tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat
persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika
positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1
minggu).18
1.
2.
Cara Pemberian
Waktu
Pemberian
BCG
(Bacille
Calmette
Guerin)
HB 0
0 bulan
3.
4.
Polio
Dibrikan 4x:
Umur 1 bulan
Polio, kelumpuhan satu atau dua
Diteteskan di mulut Umur 2 bulan
kaki
Umur 3 bulan
Umur 4 bulan
DPT
Suntikan
intramuskuler di
paha
Diberikan 3x :
Umur 2 bulan
Umur 3 bulan
Umur 4 bulan
Faktor
predisposisi
(presdisposing
factor),
yang
terwujud
dalam
2.
misalnya
puskesmas,
obat-obatan,
alat-alat
steril
dan
sebagainya.
3.
2.2.3
manusia terhadap suatu obyek dan pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber misalnya media massa,
media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media postes, kerabat dekat,
dan sebagainya.5
Menurut Notoatmodjo pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang
terjadi proses yang berurutan yakni:
1. Awareness, proses seseorang menyadari dalam diri dan mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
2. Interest, proses tertarik terhadap stimulus atau obyek tersebut. Sikap
subyek sudah mulai muncul.
3. Evaluation, menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Sikap subyek sudah lebih nyata.
4. Trial, sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
1. Umur
Singgih mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka prosesproses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa memang daya ingat
seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat
kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.10
2. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu model untuk berfikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai
lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi
dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.11
3. Lingkungan
Lingkungan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
menjangkau
pelayanan
kesehatan
bagi
masyarakat.
BAB III
Kerangka Konsep
3.1 Kerangka Teori
Faktor pendorong:
-Dukungan keluarga
Faktor predisposisi:
-Umur
-Tingkat Pengetahuan
-Pekerjaan
-Agama
Faktor pendukung:
-Ketersediaan fasilitas
kesehatan
Non-Perilaku
Variabel dependen
Faktor predisposisi:
Tingkat Pengetahuan
Faktor pendukung:
Fasilitas Kesehatan
Faktor pendorong:
Dukungan Keluarga
Non perilaku :
Tingkat Ekonomi
Variabel Pengganggu
Umur
Agama
batasan-batasan
atau
definisi
operasional
terhadap
variabel
yang
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan ibu yang ingin diteliti adalah adalah pengetahuan
seputar imunisasi, yaitu: pengertian imunisasi, manfaat imunisasi, jenisjenis imunisasi untuk bayi berusia 0-11 bulan, waktu imunisasi, jumlah
imunisasi yang diberikan, dan tempat yang melayani imunisasi.
1) Alat Ukur : Kuisioner
2) Skala Ukur : Ordinal
3) Hasil Ukur : Pengetahuan ibu dianggap di atas rata-rata bila total
skor wawancara 55 - 100% dan dianggap di bawah rata-rata jika
skor wawancara <55%
b. Fasilitas Kesehatan
Definisi sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI
adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi.19
1) Alat Ukur : Kuisioner
2) Skala Ukur : Nominal
3) Hasil Ukur : Sulit bila jawaban pada kuisioner minimal 2
Ya untuk pertanyaan mengenai fasilitas kesehatan dan
Tidak Sulit bila jawaban pada kuisioner kurang dari 2
Ya untuk pertanyaan mengenai fasilitas kesehatan
c. Dukungan Keluarga
Ekonomi
Ekonomi adalah tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga yang
dapat dilihat dengan jelas melalui besarnya pendapatan yang diterima oleh
seluruh anggota keluarga inti yaitu, Ayah, Ibu, dan Anak.
1) Alat Ukur : Kuisioner
2) Skala Ukur : Ordinal
3) Hasil Ukur : Golongan ekonomi tinggi (pendapatan rata-rata
antara Rp.2.500.000,00 s/d Rp 3.500.000,00 perbulan), Golongan
ekonomi sedang (pendapatan rata-rata antara 1.500.000,00 s/d
2.500.000,00 perbulan), golongan ekonomi rendah (pendapatan
rata-rata dibawah 1.500.000,00 perbulan)
2. Variabel Terikat
a. Perilaku Ibu
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain; berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Perilaku ibu yang ingin diukur adalah perilaku ibu dalam
memberikan imunisasi dasar pada bayi yang berusia 0-11 bulan.
1) Alat Ukur : Kuisioner
2) Skala Ukur : Ordinal
3) Hasil Ukur : Perilaku ibu baik (Jika total skor wawancara 55100%), perilaku ibu kurang baik (Jika total skor wawancara
<55%)
3. Variabel Pengganggu
a. Usia
Menurut WHO Usia produktif berkisar diantara 20 sampai 45
tahun.18
1) Alat Ukur : Kuesioner
2) Skala Ukur : Ordinal
3) Hasil Ukur : Umur responden bervariasi, sehingga dibuat kategori
umur <20 tahun, 20-35 tahun dan >35 tahun
b. Agama
Agama adalah sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan)
dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan
dengan
pergaulan
manusia
dan
manusia
serta
lingkungannya.18
1) Alat Ukur : Kuisioner
2) Skala Ukur : Nominal
3) Hasil Ukur : Buddha, Hindu, Katolik, Kristen, Konghucu, Muslim,
atau kepercayaan lainnya
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Disain Penelitian
Disain penelitian yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar di Kabupaten
Mempawah, Kal-Bar adalah studi observasional yang dilakukan dengan cross
sectional. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan metode wawancara dengan
mengisi kuesioner yang telah dibuat.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi Target : Seluruh Ibu yang memiliki bayi berusia 0-11 bulan di
Kalimantan Barat.
Populasi Terjangkau : Seluruh Ibu yang memiliki bayi berusia 0-11 bulan
di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.
4.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang ingin diteliti.
Pengambilan sampel dilakukan secara Random clustering dimana setiap anggota atau
unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel.
Peneliti secara random memilih RT-RT dari 4 kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Mempawah, Kal-Bar;
1) Kecamatan Anjongan : 1 RT dari 67 RT
2) Kecamatan Mempawah Hilir : 2 RT dari 174 RT
3) Kecamatan Mempawah Hulu : 2 RT dari 166 RT
4) Kecamatan Segedong : 2 RT dari 130 RT
5) Kecamatan Siantan : 3 RT dari 176 RT
Tingkat
Pengetahuan
tidak
lengkap
Di atas ratarata
Di bawah
rata-rata
Fasilitas
Kesehatan
tidak
lengkap
Sulit
Tidak Sulit
Dukungan
Keluarga
tidak
lengkap
Baik
Kurang Baik
Tingkat
Ekonomi
Tidak
lengkap
Di atas ratarata
Rata-rata
Di bawah
rata-rata
Daftar Pustaka
1. Delan Astrianzah.,D dan Margawati.,A. 2011. Hubungan antara Tingkat
Pengetahuan Ibu, Status Tingkat Sosial Ekonomi dengan Status Imunisasi
Dasar
Lengkap
Pada
Balita.
(online).
http://eprints.undip.ac.id/32936/1/Delan.pdf
2. Hidayat, A.Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
3. Notoatmojo, Soekidjo 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta: PT.
Renika Cifta
4. Profil kesehatan Indonesia tahun 2013 [Internet]. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf
5. Notoatmodjo, Soekidjo,2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
6. Sarimin, Sisfiani. Analisa faktor-faktor yang berhubungan denan perilaku ibu
dalam pemberian imunisasi dasar pada balita di desa taraitak satu kecamatan
langowan utara wilayah kerja puskesmas walantakan [Internet]. Available
from: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/5223/4737
7. Paridawati, Watief A. Rachman, Indra Fajarwati. Faktor yang Berhubungan
dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Available
from:http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5833/JURNAL
%20SKRIPSI.pdf?sequence=1
8. Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
9. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
10. Gunarasa, Singgih D. 2004. dari Anak sampai Usia Lanjut, Bunga Rampai
Psikologi Perkembangan Jakarta: Gunung Mulia.