dan
splenomegali
karena
tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. Proses pembuahan, anak hanya mendapat
sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Satu dari orang tua menderita
thalasemia trait/bawaan maka kemungkinan 50% sehat dan 50% thalasemia trait. Kedua orang
tua thalasemia trait maka kemungkinan 25% anak sehat, 25% anak thalasemia mayor dan 50%
anak thalasemia trait.
Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler menjadi dua yaitu:
1. Thalasemia Alfa : mutasi salah satu atau seluruh globin rantai alfa yang ada.
a. Silent Carrier State: Gangguan pada 1 rantai globin alfa. (tidak timbul gejala sama
sekali atau sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat).
b. Alfa Thalasemia Trait: Gangguan pada 2 rantai globin alpha. (anemia ringan dengan sel
darah merah hipokrom dan mikrositer, dapat menjadi carrier).
c. Hb H Disease: Gangguan pada 3 rantai globin alfa. (bervariasi mulai tidak ada gejala
sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa).
d. Hydrops fetalis/Alfa Thalassemia Mayor: Gangguan pada 4 rantai globin alpha. (paling
berbahaya pada thalassemia tipe alfa. Kondisi ini tidak terdapat rantai globin yang
dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Janin yang menderita alpha
thalassemia mayor pada awal kehamilan akan mengalami anemia, membengkak karena
kelebihan cairan, perbesaran hati dan limpa. Janin ini biasanya mengalami keguguran
atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan)
2. Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin beta yang ada.
a. Beta Thalasemia Trait/minor: memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi
(anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang mengecil/mikrositer).
b. Thalasemia Intermedia: kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa produksi
sedikit rantai beta globin. (anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen
yang terjadi).
c. Thalasemia Mayor: kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi
rantai beta globin. (Gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia
yang berat. Tidak dapat membentuk hemoglobin yang cukup sehingga hampir tidak
ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama kelamaan akan
menyebabkan kekurangan O2, gagal jantung kongestif, maupun kematian.
Memerlukan transfusi darah yang rutin dan perawatan medis demi kelangsungan
hidupnya)
Epidemiologi
Di seluruh dunia 15 juta orang menderita thalassemia dan merupakan salah satu penyakit
turunan terbanyak yang menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat pada hampir
seluruh negara di dunia.
Beberapa tipe thalassemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia. Talasemia a 0
ditemukan terutama di Asia Tenggara dan kepulauan Mediterania, talasemia a+ tersebar di
Afrika, Mediterania, Timor Tengah, India dan Asia Tenggara. Angka kariernya mencapai 40-
80%.
Thalassemia b memiliki distribusi sama dengan thalassemia a dengan pengecualian
frekuensinya rendah di Afrika, tinggi di mediterania dan bervariasi di Timor Tengah, India dan
Asia Tenggara.
Etiologi dan Faktor resiko
Faktor keturunan dari orang tua ditandai dengan ketidakmampuan memproduksi sejenis
protein yang biasanya disebut dengan rantai globin (komposisi utama dalam membentuk
hemoglobin di dalam darah.
Pathogenesis dan Patofisiologi
Thalassemia melibatkan gen HBA1 dan HBA2, diwariskan secara resesif Mendel. Hal
ini juga dihubungkan dengan penghapusan kromosom 16p. thalassemia mengakibatkan
penurunan produksi globin alfa, sehingga lebih sedikit alfa-globin rantai diproduksi,
mengakibatkan kelebihan rantai pada orang dewasa dan kelebihan rantai pada bayi baru lahir.
Rantai bentuk kelebihan tetramers tidak stabil (disebut Hemoglobin H atau HBH dari 4 rantai
beta) yang memiliki oksigen yang abnormal kurva disosiasi.
Beta thalassemia disebabkan oleh mutasi pada gen pada kromosom 11 HBB, juga
mewarisi dalam mode resesif autosomal-. Tingkat keparahan penyakit tergantung pada sifat
mutasi. Mutasi dicirikan sebagai
(o
merupakan bentuk yang paling parah Thalasemia beta), mereka ditandai sebagai ( +) jika mereka
mengizinkan beberapa formasi rantai terjadi. Dalam kedua kasus ada kelebihan relatif dari
rantai , tetapi tidak membentuk tetramers: bukan, mereka mengikat membran sel darah merah,
menghasilkan kerusakan membran, dan pada konsentrasi tinggi mereka membentuk agregat
beracun.
eritrosit, peningkatan jumlah lekosit, ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila
terjadi hipersplenisme akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.
Hitung retikulosit: Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.
Gambaran darah tepi: Pada gambaran sediaan darah tepi akan ditemukan
retikulosit, poikilositosis, tear drops sel dan target sel.
Serum Iron & Total Iron Binding Capacity: Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan anemia terjadi karena defisiensi besi. Pada anemia
defisiensi besi SI akan menurun, sedangkan TIBC akan meningkat.
Tes Fungsi Hepar: Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg
%. bila angka tersebut sudah terlampaui maka harus dipikir adanya kemungkinan
hepatitis, obstruksi batu empedu dan cholangitis. Serum SGOT dan SGPT akan
meningkat dan menandakan adanya kerusakan hepar. Akibat dari kerusakan ini akan
berakibat juga terjadi kelainan dalam faktor pembekuan darah.
2. Elektroforesis Hb
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan eleltroforesis hemoglobin.
Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita thalassemia saja, namun juga pada
orang tua, dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenis
hemoglobin dan kadar HbA2. Petunjuk adanya thalassemia adalah ditemukannya Hb
Barts dan Hb H. Pada thalassemia kadar Hb F bervariasi antara 10-90%, sedangkan
dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%.
3. Pemeriksaan sumsum tulang
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktif
sekali. Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8. pada keadaan normal
biasanya nilai perbandingannya 10 : 3.
4. Pemeriksaan rontgen
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak
mendapat tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang meningkat, mineralisasi berkurang,
dan dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala. Apabila tranfusi
tidak optimal terjadi ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari korteknya. Trabekulasi
memberi gambaran mozaik pada tulang. Tulang terngkorak memberikan gambaran yang
khas, disebut dengan hair on end yaitu menyerupai rambut berdiri potongan pendek
pada anak besar.
5. EKG dan echocardiography untuk mengetahui dan memonitor keadaan jantungnya.
of
Health
&
Human
Services.
Thalassemias.
Available
at:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_Causes.html.
2.Price. S.A dan Wilson. M.K, 2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Penerbit Buku 2 Kedokteran EGC.
3.IPD UI
4.Ganie R.A. 2008. Thalasemia : Permasalahannya dan Penanganannya. Disertasi. USU, Medan.