DHF Case
DHF Case
Disusun Oleh :
Pembimbing :
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 3
.............................................................................................. 4
................................................................................... .......... 15
3.1. Definisi
.......................................................................................................... 15
3.2. Epidemiologi
.............................................................................................. 15
............................................................................................. 18
.................................................................................. 19
21
.................................................................................. 26
.............................................................................................. 37
3.10. Prognosis
.............................................................................................. 37
BAB I
PENDAHULUAN
2
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang
ditularkan oleh nyamuk. Manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot, dan/ atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemorragik.
Pada demam berdarah (DBD) terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock sindrom) adalah demam berdarah yang ditandai oleh renjatan/shock.(1)
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Indonesia merupakan endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995) dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.(1)
Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam stratifikasi DBD oleh World Health
Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit
dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak.1-3 Data Departemen Kesehatan RI
menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah
penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate
sebesar 1,01% (2007).(2)
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1 Identitas
Nama
No. RM
Usia
Jenis kelamin
Alamat
Tempat/tanggal lahir
Agama
Pekerjaan
Status pernikahan
Pendidikan
: Tn. A
: 01329399
: 18 tahun 10 bulan
: Pria
: Jl. Johir RT 05, RW 07, Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu,
Jakarta Selatan
: Jakarta, 20/12/1995
: Islam
: Pelajar
: Belum kawin
: SMA
Masuk instalasi rawat inap Gedung Teratai lantai 5 Selatan Rumah Sakit Fatmawati pada
tanggal 28 Oktober 2014
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan aloanamnesis dengan ibu pasien pada
tanggal 28 Oktober 2014, di bangsal IRNA Teratai, ruang 522 A, RSUP Fatmawati.
A. Keluhan Utama
Demam sejak 6 hari SMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang pria, 18 tahun, datang dengan keluhan demam sejak 6 hari SMRS
disertai menggigil, sudah dikompres dan diberi obat penurun panas namun tidak
membaik. Demam naik turun, tidak pernah diukur dengan termometer, selama 6 hari
tidak pernah ada hari bebas demam. Pasien juga mengeluh mual dan muntah setiap
kali makan. Muntah berisi makanan atau cairan yang baru diminum. Pasien mengaku
sakit kepala didaerah sekitar dahi, nyeri ulu hati dan sakit diseluruh persendian sejak
6 hari SMRS. BAB sedikit encer, namun frekuensi normal. BAK berwarna kuning.
Pasien sempat berobat ke klinik dan diberi obat penurun panas, obat pusing, dan obat
lambung namun keluhan tidak juga membaik. 2 hari SMRS, pada tangan dan kaki
pasien muncul bintik-bintik merah. Pasien langsung dibawa ke puskesmas, cek darah
hasilnya trombosit 18.000, dan didiagnosis demam berdarah.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya. Darah tinggi,
kencing manis, asma, alergi dan penyakit jantung-paru disangkal. Pasien mengaku
memiliki riwayat sakit maag.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama. Riwayat darah tinggi, kencing
manis, asma, dan penyakit jantung-paru pada keluarga disangkal.
E. Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan
4
Pasien merokok namun jarang, tidak mengonsumsi alkohol, sering minum jamu jika
badan panas dingin tapi tidak rutin. Pasien mengaku tidak pernah jajan sembarangan.
Selama sebulan ini tidak pernah berpergian keluar dari Jakarta. Lingkungan rumah
pasien sering dilakukan penyemprotan nyamuk demam berdarah sebulan sekali, tidak
ada air tergenang, dan warga sekitarnya sangat menjaga kebersihan. Tidak ada
tetangga maupun teman sekolah pasien yang menderita DBD.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2014, di bangsal IRNA Teratai,
ruang 522 A, RSUP Fatmawati.
A. Keadaan Umum
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
BB
: 60 kg
TB
: 170 cm
BMI
: 20,7
Keadaan Gizi
: Gizi normal
B. Tanda Vital
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 78 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 36,7C
C. Kepala dan Leher
Bentuk kepala
: Normocephal
Rambut
: Hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut
Wajah
: Simetris, tidak ditemukan benjolan, malar rash
Mata
Tidak ada oedem palpebra dextra dan sinistra
Konjunctiva anemis -/ Sklera ikterik -/ Pupil isokor, 3 mm
Tidak ada kekeruhan pada lensa mata dextra dan sinistra
Reflek cahaya langsung +/+
Refleks cahaya tidak langsung +/+
Telinga
Tidak ditemukan kelainan pada preaurikula dextra dan sinistra
Bentuk aurikula dextra dan sinistra normal, tidak ditemukan kelainan kulit, tidak
hiperemis
Tidak ditemukan kelainan pada retroaurikula dextra dan sinistra
Nyeri tekan tragus -/ Nyeri tekan aurikula -/ Nyeri tarik aurikula -/ Nyeri tekan retroaurikula -/Hidung
5
Deviasi septum nasi -, tidak ada napas cuping hidung, nyeri tekan
Nares anerior: sekret -/-, darah -/-, hiperemis -/ Tidak ditemukan deviasi septum
Mulut
Bentuk mulut normal saat bicara dan diam, tidak terdapat gangguan bicara, sudut
bibir kanan dan kiri tampak simetris saat bicara dan tersenyum.
Tidak ditemukan kelainan kulit daerah perioral
Bibir tidak kering, tidak sianosis
Oral higiene cukup baik
Lidah tidak kotor, tidak tremor, lurus terjulur ditengah, tidak hiperemis, tidak
kering
Uvula terletak ditengah, tidak oedem
Faring tidak hiperemis
Tonsil T1-T1 tenang.
Leher
Inspeksi
: Bentuk leher tidak tampak ada kelainan, tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran KGB, tidak tampak deviasi trakea
Palpasi
: Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, trakea teraba di tengah, JVP
5-2 cmH2O.
Auskultasi : Tidak terdengar bruit
D. Thorax
Thorax Anterior
Inspeksi
Bentuk thorax simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang
tertinggal, pernapasan abdominotorakal
Tidak tampak retraksi sela iga
Tidak ditemukan eflouresensi yang bermakna pada kulit dinding dada
Tidak terdapat kelainan tulang iga dan sternum
Tidak terlihat spider navy
Palpasi
Pada palpasi secara umum tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba benjolan
pada dinding dada
Gerak nafas simetris
Vocal fremitus simetris pada seluruh lapangan paru, thrill (-)
Teraba ictus cordis pada sela iga V, 1 jari medial dari linea midclavicularis kiri
Perkusi
Kedua hemithoraks secara umum terdengar sonor
Batas kanan paru-jantung pada sela iga IV, garis parasternalis kanan
Batas kiri paru-jantung pada sela iga V, 1 jari medial dari garis midcavicularis
kiri
Batas atas kiri paru-jantung pada sela iga III, garis parasternalis kiri
Auskultasi
Suara nafas vesikuler +/+, reguler, ronkhi -/-, wheezing-/6
kanan
Palmar eritema (-)
Oedem (-)
Tidak sianosis, tidak ikterik
Clubbing finger
Tidak tampak pembengkakan sendi, kedua extremitas atas dapat bergerak aktif
dan bebas
7
27/10/2014; 17:45
Nilai Rujukan
Hematologi
18,9
13,2- 17,3 g/dl
52
33-45 %
4,1
5-10 ribu/UL
30
150-440 ribu/UL
5.96
4,4-5,9 juta/UL
VER/HER/KHER/RDW
86,4
80-100 fl
31,6
26-34 pg
36,0
32-36 g/dl
14,2
11.5-14.5 %
Elektrolit Darah
135
135 147 mmol/L
5,00
3.10 5.10 mmol/L
100
95 108 mmol/L
SERO-IMUNOLOGI
Positif
Negatif
Positif
Negatif
28/10
06:10
28/10
19:21
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
VER
HER
KHER
RDW
17.2
51
5.8
11
5,92
85.5
29.1
34.1
13.9
15.6
47
4.3
10
5,47
85
28.5
33.6
14.2
29/10
30/10
17:09
04:43
Hematologi
15.4
15.2
44
45
3.9
5.5
15
14
5.07
5.37
87.1
84
30.3
28.4
34.8
33.8
13.0
14.0
30/10
21:24
31/10
07:52
01/10
05:27
14.7
44
7.0
23
5.14
85.7
28.7
33.5
14.4
14.2
42
10.5
42
4.95
84.9
28.7
33.8
14.2
14.9
43
8.9
83
4.96
87.0
30.1
34.6
13.4
2.5 Resume
Pasien laki-laki, 18 tahun datang dengan keluhan demam naik turun sejak 6 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien mengeluh demam disertai mual, muntah setiap kali makan,
nyeri kepala, dan nyeri ulu hati. Pada kedua tungkai atas dan bawah pasien muncul bintikbintik merah. Mimisan, gusi berdarah, muntah darah maupun BAB hitam disangkal.
Kebiasaan jajan sembarangan disangkal. Riwayat bepergian disangkal.
Pemeriksaan fisik :
Tampak sakit sedang, compos mentis, gizi normal (20,7)
Terdapat nyeri tekan epigastrium.
Palpasi hepar teraba 1 cm dibawah arcus costae.
Pemeriksaan Laboratorium :
Kesan :
Peningkatan hematokrit
Leukopenia
Trombositopenia
2.6 Daftar Masalah
Dengue hemorrhagic fever grade 1
2.7 Rencana Pemeriksaan
Cek DPL/ 12 jam, IgG dan IgM anti dengue.
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Non medikamentosa
IVFD: Ringer lactat 500 ml/ 6 jam
Diet lunak 1900 kkal/hari
9
2.10 Follow up
1) Follow up tanggal 29 Oktober 2014
Subjektif
Objektif
TSS.CM.
TD : 100/70 mmHg FN : 72 x/menit RR : 20 x/menit T : 37oC
Mata
: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/Leher
: JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru
: Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung
: BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan epigastrium (+), Hepar dan
Assessment
Planning
Demam tidak ada, lemas (+), mual (+), muntah (-), makan habis.
Objektif
TSS.CM.
TD : 100/70 mmHg FN : 74 x/menit RR : 20 x/menit T : 37oC
Mata
: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/Leher
: JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru
: Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung
: BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan
Assessment
Planning
Demam tidak ada, lemas (-), mual (-), muntah (-), makan habis.
Objektif
TSS.CM.
TD : 100/70 mmHg FN : 80 x/menit RR : 20 x/menit T : 36,7oC
Mata
: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/Leher
: JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru
: Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung
: BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan
Assessment
Planning
Omeprazole 1 x 40 mg iv
Ondancetron 3 x 8 mg iv
Sucralfat 4 x CI
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever/DHF adalah
penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue dengan manifestasi klinis berupa demam,
nyeri otot atau nyeri sendi, disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Pada kasus DBD, terjadi kebocoran plasma sehingga menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok.(1)
3.2. Epidemiologi
12
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Indonesia merupakan endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995) dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999. (1)
Menurut data epidemiologi WHO tahun 2009, jumlah kasus dengue meningkat selama 3
sampai 5 tahun terakhir khususnya di Thailand, Indonesia, dan Myanmar.(3)
Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam stratifikasi DBD oleh World Health
Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit
dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak.1-3 Data Departemen Kesehatan RI
menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah
penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate
sebesar 1,01% (2007).(2) Menurut data dari WHO tahun 2009, di Indonesia terdapat 150.000
kasus DBD dilaporkan di tahun 2007 dengan lebih dari 25.000 kasus dilaporkan dari Jakarta
dan Jawa Barat.(3)
13
Tabel 3.2.1. Data kasus dengue yang dilaporkan pada negara-negara di South East Asia dari tahun 1985-2009.(4)
14
antibodi. Antibodi
terhadap
virus
dengue
(antibody
dependent
bahwa
infeksi
virus
dengue
menyebabkan
aktivasi
makrofag
yang
17
Setelah masa inkubasi (4-6 hari), maka muncul fase penyakit yaitu fase febris, fase
kritis, dan fase penyembuhan.
1. Fase febris
Pasien demam tinggi secara mendadak. Demam akut biasanya 2-7 hari dan
sering diikuti dengan kemerahan di wajah., eritem di kulit, rasa sakit di seluruh
tubuh, mialgia, dan sakit kepala. Beberapa pasien juga mengeluh nyeri tenggorakan
dan mata merah. Biasanya terdapat mual, muntah dan tidak nafsu makan. Uji torniket
positif pada fase ini akan meningkatkan kemungkinan terinfeksi dengue.
Manifestasi perdarahan ringan seperti ptekie dan perdarahan membran mukosa
(perdarahan gusi atau epistaksis) mungkin terjadi. Jarang terjadi perdarahan vagina
yang masif dan perdarahan gastrointestinal.(3)
2. Fase kritis
Suhu demam mulai turun yaitu 37,5-38oC atau dapat kurang, biasanya hari ke3 hingga ke-7, mungkin dapat terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
hematokrit meningkat dan diikuti dengan leukopenia progresif. Tanda-tanda ini
adalah awal dari fase kritis. Periode dari kebocoran plasma biasanya berlangsung 2448 jam. Syok dapat terjadi apabila volume plasma semakin berkurang akibat
kebocoran plasma. Biasanya sering diawali oleh warning sign. Suhu tubuh biasanya
subnormal saat syok.(3)
3. Fase penyembuhan
Pasien stabil selama 24-48 jam setelah fase kritis. Hematokrit stabil atau lebih
rendah setelah pemberian cairan. Sel darah putih biasanya mulai meningkat setelah
penurunan suhu tetapi jumlah trombosit belum kembali normal.(3)
.
1
Fase demam
Fase kritis
Fase penyembuhan
18
3.6. Diagnosis
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala
prodromal yang tidak khas seperti: nyeri kepala, nyeri tulang belakang, dan perasaan lelah.
Langkah-langkah diagnosis berdasarkan:
1. Anamnesis gejala, riwayat pengobatan, dan riwayat keluarga
2. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan fisik keseluruhan dan pemeriksaan status
mental
3. Pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dan pemeriksaan spesifik virus dengue
Demam Dengue (DD) merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
Mialgia/artralgia
Ruam kulit
Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bendung positif)
Leukopenia
Dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.(1,3,4)
19
Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD
ditegakkan bila semua hal di bawah ini dipenuhi yaitu:
1. Demam atau riwayat demam akut selama 2-7 hari, biasanya tipe demam bifasik.
2. Terdapat minimal satu diantara manifestasi perdarahan berikut:
- Uji bendung positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epistaskis atau perdarahan gusi) atau perdarahan di tempat
lain
- Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/L)
4. Terdapat minimal satu diantara tanda plasma leakage atau kebocoran plasma yaitu :
- Hematokrit meningkat > 20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis
-
kelamin
Penurunan hematokrit < 20% setelah pemberian cairan dibandingkan nilai Ht
sebelumnya.
Tanda-tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, hipoproteinemia, atau
hiponatremia.(1,3,4)
Dari keterangan tersebut terlihat bahwa perbedaan utama antara Demam
Dengue dengan Demam Berdarah Dengue adalah pada DBD ditemukan adanya
kebocoran plasma.
Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai
gambaran limfosit plasma biru.
Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:
1. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif (>45 % dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
2. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
3. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
4. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT. APTT, Fibrinogen, D-dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
5. Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
6. SGOT/SGPT dapat meningkat.
20
Hari
Demam
1-2
Jenis Pemeriksaan
Hematologi
- Hemoglobin (Hb)
- Hematokrit (Ht)
- Hitung leukosit
- Hitung trombosit
Hematologi :
- Hemoglobin (Hb)
- Hematokrit (Ht)
- Hitung leukosit
Hitung trombosit
Catatan Interpretasi
Biasanya normal
Hemokonsentrasi (peningkatan Ht
20%)
Leukopenia
Limfositosis relatif >45% dari total
leukosit
Limfosi plasma biru (>15% dari total
leukosit atau >4% dari total limfosit)
Trombositopenia (<100.000/L) atau
penurunan serial
Trombosit <2/100 eritrosit (min dilihat
10 lapang pandang)
4-7
Hematologi
- Hemoglobin (Hb)
- Hematokrit (Ht)
- Hitung leukosit
- Hitung trombosit
- Hapus darah tepi
- PT,
APTT,
DBila dicurigai terjadi perdarahan
Dimer/Fibrin,
21
Monomer,
Fibrinogen
Imunoserologi
- Anti-Dengue
IgG
- Uji HI
Kimia
8-10
11-12
Waspadai DIC
(PT>, APTT>, D-Dimer
Monomer +, Fibrinogen <)
+,
atau
Fibrin
Hematologi
- Hemoglobin (Hb)
- Hematokrit (Ht)
- Hitung leukosit
- Hitung trombosit
- Hapus darah tepi
Imunoserologi
- Uji HI
Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemithoraks kanan tetepai
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemithoraks
kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemithoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan
(pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Ascites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan pemeriksaan USG.(1)
Derajat
Gejala
I
Demam disertai 2 atau lebih
tanda : sakit kepala, nyeri retroorbital, mialgia, artalgia ditambah
uji bending postif
II
Gejala di atas ditambah perdarahan
spontan
Laboratorium
Trombositopenia (<100.000/l), bukti ada
kebocoran plasma
Trombositopenia (<100.000/l), bukti ada
kebocoran plasma
22
III
1V
WHO 2009 mengeluarkan klasifikasi dan derajat keparahan dari infeksi virus
dengue, yaitu kriteria probable dengue, warning sign, dan kriteria severe dengue.
Warning sign yaitu berupa nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan,
perdarahan mukosa, letargi, kelelahan, pemebesaran hati > 2 cm.(3)
Demam tifoid
Campak
Influenza
Chikungunya
Leptospirosis
Malaria.(5)
23
Flu-like sindrom
Fase Demam
Influenza, cacar, chikungunya, infeksi
mononucleosis, HIV
Rubella, cacar, infeksi meningokokus,
Diare
Penyakit neurologis
Infeksi
Fase kritis
Gastroenteritis akut, malaria, leptospirosis,
demam tifoid, hepatitis virus, HIV akut,
Keganasan
Klinis yang lain
Tabel 3.7.1. Diagnosis Banding Berdasarkan WHO Didasarkan pada Fase Klinis Infeksi Dengue.(3)
24
25
Gambar 3.8.2. Pemberian Cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat.(1)
26
27
diberikan bila Hb < 10g%. Transfusi trombosit hanya diberikan bila jumlah trombosit <
100.000 dengan perdarahan spontan dan masif disertai atau tanpa KID.
28
29
Menurut WHO 2009, berdasarkan manifestasi klinis dan kondisi lainnya, pasien dapat
dibagi tiga kategori: rawat jalan (kelompok A), membutuhkan penanganan di rumah
sakit/rawat inap (kelompok B), dan membutuhkan penanganan emergensi atau urgensi
(kelompok C).(3)
1. Kelompok-A
Pasien yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang dapat dimotivasi untuk minum
secara adekuat, masih dapat berkemih setidaknya sekali tiap enam jam, dan tidak mempunyai
warning signs, khususnya saat demam mereda.
Pasien rawat jalan harus diobservasi setiap hari untuk mencegah progresi hingga
melewati periode kritis. Pasien dengan Ht stabil dapat dipulangkan setelah dirawat dan
diberikan edukasi untuk segera kembali ke rumah sakit apabila warning signs muncul.
Apabila warning signs muncul maka tindakan selanjutnya adalah:
Memotivasi minum oral rehydration solution (ORS), jus buah, dan cairan lain yang
mengandung elektrolit dan gula untuk mengganti cairan yang hilang akibat demam.
Memberikan parasetamol bila pasien merasa tidak nyaman akibat demam. Interval
2. Kelompok-B
Pasien harus dirawat inap untuk observasi ketat, khususnya pada fase kritis. Kriteria
rawat pasien DBD adalah
1. Adanya warning signs
2. Terdapat tanda dan gejala hipotensi: dehidrasi, tidak dapat minum, hipotensi postural,
berkeringat sedikit, pingsan, ekstremitas dingin.
3. Perdarahan
4. Gangguan organ: ginjal, hepar (hati membesar dan nyeri walaupun tidak syok),
neurologis, kardiak (nyeri dada, gangguan napas, sianosis).
5. Adanya peningkatan Ht, efusi pleura, atau asites
6. Kondisi penyerta: hamil, DM, hipertensi, ulus peptikum, anemia hemolitik,
overweight/ obese, bayi, dan usia tua
7. Kondisi sosial: tinggal sendiri, jauh dari pelayanan kesehatan tanpa transpor memadai.
Apabila pasien memiliki warning signs maka hal yang harus dilakukan adalah:
30
respon klinis.
Nilai kembali status klinis, ulangi Ht. Bila Ht sama atau meningkat sedikit, lanjutkan
dengan jumlah sama (2-3 ml/kg/jam) selama 2-4 jam. Bila tanda vital memburuk dan
Ht meningkat drastis, tingkatkan pemberian cairan 510 ml/kg/jam selama 1-2 jam.
Nilai kembali status klinis, ulang Ht, dan periksa kecepatan cairan infus berkala.
Berikan volume intravena minimum untuk menjaga perfusi dan urin output 0,5
ml/kg/jam selama 24-48 jam. Kurangi jumlah cairan infus berkala saat kebocoran
plasma berkurang, yakni saat akhir fase kritis. Hal ini bisa diketahui dari urin output
Motivasi minum. Jika tidak bisa, mulai infus intravena dengan NS 0,9% atau RL
dengan atau tanpa dekstrosa dengan dosis pemeliharaan. Untuk pasien obese atau
overweight digunakan dosis sesuai berat ideal. Berikan volume minimum untuk
3. Kelompok-C
Pasien membutuhkan tatalaksana emergensi dan urgensi apabila mengalami DBD
berat untuk memudahkan akses intensif dan transfusi darah. Resusitasi cairan dengan
kristaloid isotonik secepatnya sangat penting untuk menjaga volume ekstravaskular saat
periode kebocoran plasma atau larutan koloid pada keadaan syok hipotensi. Pantau nilai Ht
sebelum dan sesudah resusitasi. Tujuan akhir resusitasi cairan adalah meningkatkan sirkulasi
sentral dan perifer (takikardia berkurang, tekanan darah dan nadi meningkat, ekstremitas
tidak pucat dan hangat, dan CRT <2 detik) dan meningkatkan perfusi organ (level kesadaran
membaik, urin output >0,5 ml/kg/jam, asidosis metabolik menurun).(3)
31
32
Pasien DBD rawat inap dapat pulang apabila memenuhi semua kriteria berikut:
Klinis:
o Bebas demam selama minimal 48 jam
o Terdapat perbaikan ststus klinis (keadaan umum baik, nafsu makan makan
membaik, status hemodinamik stabil, urine output normal, tidak ada gangguan
pernapasan)
Laboratoris:
o Peningkatan jumlah trombosit
Hematokrit stabil tanpa cairan intravena.(3)
3.9.
Komplikasi
Komplikasi
biasanya
berhubungan
dengan
syok
berkepanjangan
yang
mengakibatkan asidosis metabolik dan perdarahan berat sebagai akibat dari DIC dan
multiorgan failure seperti disfungsi hepatik dan renal. Terapi pengganti cairan selama
periode kebocoran plasma dapat menyebabkan efusi yang masif sehingga terjadi kongesti
pulmonal dan atau gagal jantung. Jika meneruskan terapi pengganti cairan setelah periode
kebocoran plasma dapat menyebabkan udem pulmonal akut atau gagal jantung.(4)
3.10.
Prognosis
Ad vitam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
Ad functionam
: bonam
BAB IV
PENGKAJIAN MASALAH
Demam berdarah dengue
Dasar diagnosis
a.
Anamnesis
34
b.
c.
-
Pembahasan
Demam berdarah dengue yang terjadi pada pasien ini termasuk ke dalam derajat I
dimana terdapat gejala dan tanda berupa:
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut:
Uji bendung positif
Petekie, purpura, ekimosis
Perdarahan mukosa (paling sering epistaksis atau perdarahan gusi)
Hematemesis dan melena
3. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
Hemokonsentrasi (nilai hematokrit lebih 20% dari normal)
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti : Efusi pleura, asites, hipoproteinemia
4. Trombositopenia (<100.000/uL)
Pada pasien ini juga didapatkan adanya gejala berupa mual, muntah setiap kali makan,
nafsu makan menurun, badan terasa pegal dan ngilu, serta adanya nyeri ulu hati. Gejalagejala tersebut sering menyertai pasien dengan demam berdarah dengue.
Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemeriksaan DPL/12 jam
3. Diet lunak 1900 kkal
4. IVFD RL 500 cc/ 6 jam
35
5.
6.
7.
8.
BAB V
KESIMPULAN
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang
ditularkan oleh nyamuk. Manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot, dan/ atau nyeri sendi
yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemorragik.
Pada demam berdarah (DBD) terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock sindrom) adalah demam berdarah yang ditandai oleh renjatan/shock.
36
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.
Demam berdarah umumnya ditandai oleh demam tinggi mendadak selama 2-7 hari, yang
diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan
tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat.
Pasien juga mengeluh sakit kepala hebat, rasa sakit di belakang mata, otot dan sendi,
hilangnya napsu makan, mual-mual dan ruam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. In: Sudoyo
A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 5th Ed. Jakarta: Interna Publishing; 2010. p. 2773-9
2. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah
Dengue. Medicinus: Scientific Journal of Pharmaceutical Development and Medical
Application. Vol 22. Edisi Maret-Mei. Jakarta: 2009
37
3. WHO. Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. France:
2009.
4. WHO. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue
Haemorrhagic Fever. India: 2011
5. Shepherd SM. Dengue. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/215840overview#aw2aab6b2b2aa. Accessed on November 8th, 2014.
6. Rosita R, Suseno U, Lebang Y, Pohan HT, Suhendro, Satari HI et al. Pedoman
tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan. Depkes RI. Jakarta:
Departemen Kesehatan; 2005.
38