Anda di halaman 1dari 9

PLAN ABC

Rencana Terapi A :
Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi
memerlukan tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat
diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. Ibu harus diajarkan cara untuk
mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya,
bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan terus memberi makan anak, dan mengapa
tindakan-tindakan ini penting. Mereka harus juga tahu apa tanda-tanda menunjukkan bahwa anak
harus dibawa ke petugas kesehatan.

Langkah-langkah tersebut dirangkum dalam empat aturan Rencana Terapi A.


Aturan 1 : Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk mencegah
dehidrasi Cairan yang diberikan adalah cairan yang mengandung garam (oralit), dapat juga
diberikan air bersih yang matang.

Komposisi larutan oralit baru :


Natrium klorida 2,6 gram/liter
Glukosa 13,5 gram/liter
Kalium klorida 1,5 gram/liter
Trisodium sitrat 2,9 gram/liter

Komposisi larutan oralit lama :


Natrium klorida 3,5 gram/liter
Glukosa 20 gram/liter
Kalium klorida 1,5 gram/liter
Trisodium sitrat 2,55 gram/liter
Menurunkan osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi glukosa dan garam (NaCl)
dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas cairan selama absorpsi cairan oralit.
Cairan yang mengandung garam, seperti oralit, minuman asin (seperti minuman youghert), atau
sayuran dan sup ayam dengan garam. Ajari ibu untuk memasukan garam (kurang lebih 3g/L)
pada minuman yang tidak bergaram (seperti air matang, air teh, jus buah-buahan yang tidak
diberi gula) atau sup selama diare. Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L
garam dapur (1 sendok teh penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif
namun tidak dianjurkan karena seringkali lupa resepnya.
Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis, jus buah-buahan yang
manis. Minuman tersebut dapat menyebabkan diare osmotik dan hipernatremia.

Sedangkan kopi tidak boleh diberikan karena bersifat diuretik.

a.
b.
c.
d.

Umur (tahun)

Jumlah cairan yang harus diberikan

<>

50-100 ml

2-10

100-200 ml

>10

>200 ml atau sebanyak yang di mau

Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama 10 -14
hari
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia dan terjangkau.
Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan tingkat keparahan episode serta
risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian zinc selama 10 sampai 14 hari, zinc yang
hilang selama diare diganti sepenuhnya dan risiko anak memiliki episode baru diare dalam 2
sampai 3 bulan ke depan dapat berkurang. Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya
tidak ada anjuran untuk memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO
2005 ada anjuran seperti ini.
Aturan 3 : yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan setelahnya. Makanan
tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh diencerkan. pemberian ASI harus
dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan makanan yang kaya nutrisipada anak.
Sebagian besar anak-anak dengan diare cair mendapatkan kembali nafsu makan mereka setelah
dehidrasi diperbaiki, sedangkan orang-orang dengan diare berdarah seringkali nafsu makan tetap
buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus didorong untuk mau makan secara
normal sesegera mungkin.
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk mendukung pertumbuhan
dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat pemulihan fungsi usus normal,
termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap berbagai nutrisi. Sebaliknya, pada anakanak yang dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan dapat menurunkan berat badan,
menyebabkan diare lebih lama dan lebih lambat memulihkan fungsi usus.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan yang
diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
Aturan 4 : Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau masalah lainnya
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
Buang air besar cair sering terjadi
Muntah berulang-ulang
Sangat haus
Makan atau minum sedikit

e.
f.
g.

B.

Demam
Tinja Berdarah
Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun WHO 2005
menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringan-sedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk menentukan jumlah larutan
yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan
anak tidak diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak. Seperti
yang terlihat pada tabel
Jumlah Cairan yang Harus diberikan dalam 4 jam pertama
Usiaa

<>

4 11 12-23
bulan
bulan

Berat
badan

<>

5 - 7.9 8 10.9 11 15.9 16 29.9 >30 kg


kg
kg
kg
kg

Jumlah
(ml)

200-400

400-600

600-800

2-4
tahun

8001200

5-14
tahun

12002200

>15
tahun

22004000

Digunakan apabila tidak diketahui berat badan pasien


Tabel Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa
Dehidrasi Sedang :
Jika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan.
Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya.
Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak menyusui, jika menggunakan larutan oralit WHO yang
lama yang mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi 100-200ml air bersih selama
periode ini. Namun, jika menggunakan larutan oralit osmolaritas rendah yang baru mengandung
75mmol / L natrium, hal ini tidak perlu menambah air bersih.
Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini terjadi, hentikan
penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih, dan makanan. Jangan beri diuretik. Bila
edema telah hilang, lanjutkan pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan Rencana Terapi
A.

Keluarga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan dapat diberikan pada anakanak menggunakan sendok atau cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan. Untuk bayi dapat
digunakan pipet atau syringe.
Untuk anak <>
- Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai sesuai Rencana
Terapi C.
- Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dehidrasi beberapa, teruskan terapi
rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Terapi B. Pada saat yang sama dimulai pemberian
makanan, susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan dalam Rencana Terapi A, dan terus
menilai kembali anak.
- Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi telah lengkap. Bila rehidrasi
adalah lengkap:
- Turgor kulit normal
- Tidak haus
- Urin
- Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan seringkali tertidur.
Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah dengan larutan oralit dan makanan seperti
pada Rencana Terapi A.
Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap atau muncul kembali
selama pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun dengan larutan oralit osmolaritas rendah
yang baru, diperkirakan kegagalan pengobatan sebelumnya dapat berkurang menjadi 3%, atau
kurang.
Penyebab kegagalan tersering ialah:

Intake larutan oralit yang kurang (lebih dari 15-20 ml/kg/jam), seperti yang terjadi pada
beberapa anak-anak dengan kolera

Tidak cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau kelesuan

Sering terjadi muntah-muntah yang parah.


Anak-anak tersebut harus diberikan larutan oralit dengan selang nasogastric (NG) atau larutan
Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam), biasanya dilakukan di rumah sakit. Mulailah untuk
memberikan tambahan zinc, seperti dalam Rencana terapi A, segera setelah anak dapat makan
setelah 4 jam pertama periode rehidrasi. Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan
selama empat jam pertama periode rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana
Terapi B lebih dari empat jam harus diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang dijelaskan
dalam Rencana terapi A. Semua anak yang lebih tua dari 6 bulan harus diberikan makanan
sebelum pulang. Ini membantu untuk menekankan kepada para ibu pentingnya terus makan
selama diare.

Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005 dan Depkes RI 1999 ialah adanya
penambahan zinc pada terapi diare menurut WHO 2005 dan adanya perbedaan untuk
menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan berdasarkan usia.
C.

Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat


Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat, mengikuti
Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit. Anak-anak yang masih
dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secara peroral sampai infus berjalan.
Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua anak harus mulai menerima larutan
oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk
pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan potasium, yang mungkin tidak dapat
secara memadai disediakan oleh cairan infus. Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat
minum berikan oralit sampai cairan i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau
cairan normal salin bila ringer laktat tidak tersedia)
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba. Nilai kembali penderita tiap 1-2
jam .Bila rehidrasi belum tercapai pencepat tetesan intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam
(anak) nilai lagi penderita mengunakan Tabel Pernilaian. Kemudian pilihlah rencana terapi yang
sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan terapi.
Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a. radialis teraba kuat. Setelah itu,
pasien harus dinilai ulang setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk memastikan bahwa hidrasi
membaik. Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih cepat.
Lihat dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:
o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang diuraikan dalam
Rencana terapi C.
o Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari dehidrasi sedang,
hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam, sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana terapi B.
o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A.
Ingatlah bahwa anak membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti. Jika terapi
IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah dilatih dapat memberikan larutan
oralit menggunakan selang Naso Gastrik, dengan kecepatan 20 ml/kg BB /jam selama 6 (enam)
jam (total 120 ml/kg BB). Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit harus diberikan perlahanlahan sampai menjadi kurang buncit. (1) Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak
dapat minum, larutan oralit harus diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam
selama 6 (enam) jam (total 120 ml / kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat muntah
berulang. Jika terjadi hal ini, maka memberikan larutan oralit secara lebih lambat sampai muntah
mereda.

Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling sedikit setiap jam. Jika
tanda-tanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak harus segera dibawa ke fasilitas
terdekat di mana terapi IV tersedia. Jika rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang
setelah enam jam dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang dijelaskan di
atas untuk terapi IV yang diberikan. Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan
secara peroral, anak harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT
tersedia. Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara WHO 2005 dengan pedoman
penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari:
ORS (Oral Rehidration Solution)
Terapi terbaik pada pasien diare yang mengalami dehidrasi adalah ORS, misalnya
oralit osmolaritas rendah. Cairan diberikan 50 200 ml/kgBB/24 jam tergantung
kebutuhan dan status hidrasi. Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberikan cairan
intravena atau infus. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang diberikan cairan per oral atau
9
selang nasogastrik, kecuali bila ada kontraindikasi. Pemberian per oral diberikan larutan
oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium bikarbonat, dan
1,5 g KCl setiap liter.4
Diet
Jika anak menyusui, coba untuk meningkatkan frekuensi dan durasi menyusuinya.
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali jika muntah-muntah hebat. Hindarkan susu sapi.4
Zink
Zink merupakan mikronutrien yang penting untuk kesehatan dan perkembangan anak.
Melalui efeknya pada sistem imun dan fungsi intestinal, pemberian zink selama episode diare
akan menurunkan durasidan parahnya diare.4,6

Antibiotik
Pemberian antibiotik tidak dianjurkan pada semua pasien. Antibiotik diberikan pada pasien jika
merupakan indikasinya, seperti pada pasien disentri.4
Edukasi
Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan anak. Edukasi yang
diberikan seperti cuci tangan sebelum memberi ASI, kebersihan payudara juga perlu
diperhatikan, kebersihan makanan termasuk sarana air bersih, kebersihan peralatan makanan, dan
lain-lain

Faktor Resiko Terjadinya Diare


1. Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada
golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum
terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
2. Jenis Kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas
anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
3. Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun,
frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
4. Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian
makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering.
Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko
meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
5. Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit
mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan
penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang
berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
6. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini
nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga
khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan
status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus
ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga
memudahkan seseorang untuk terkena diare.

Anti Diare Untuk Anak


Obat antidiare pada umumnya adalah obat yang dapat mengurangi frekuensi diare dan
menghentikan diare namun tidak menyelesaikan penyakit dasarnya. Beberapa obat yang dikenal
sebagai antidiare adalah sebagai berikut:
1.

Kaolinpektat

Obat ini dikenal dapat memadatkan tinja. Tinja yang padat kadang membuat orang tua senang
karena dianggap bahwa diare sudah perbaikan. Memadatnya tinja akibat penggunaan obat dapat
menutupi keadaan yang sebenarnya. Diare yang masih berlangsung dan memerlukan terapi
rehidrasi sering tidak tertolong karena tinja yang memadat ini. Penggunaan obat-obatan ini tidak
dianjurkan lagi pada anak. Orang tua dianjurkan memantau diare anak, jika anak masih
mengalami diare cair, pemberian oralitpun harus dilanjutkan.
2. Antimotilitas (contoh loperamide).
Antimotilitas adalah obat-obatan yang dapat menghambat gerakan usus, sehingga usus
dilumpuhkan dan frekuensi diare berkurang. Penggunaan antimotilitas pada anak dapat
menyebabkan tertahannya racun-racun dalam saluran cerna yang seharusnya dikeluarkan melalui
diare.
3. Antikolinergik (Dicyclomine, hyoscyamine).
Antikolinergik juga bekerja dengan cara mengurangi gerakan usus. Antikolinergik digunakan
untuk mengatasi kram perut. Pada anak, antikolinergik tidak terbukti efektif bahkan
meningkatkan risiko efek samping dan toksisitas.
4. Absorben (Attapulgite)
Seperti kaolinpectat, absorben menyerap air dan meningkatkan kekentalan tinja. Absorben
dianggap dapat menyerap racun dan mengeluarkannya melalui tinja tetapi absorben juga dapat
menyerap mikronutrien dan elektrolit yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
5.

Bismuth subsalisilat

Bismuth telah lama digunakan untuk pada diare yang disebabkan oleh Norwalk virus atau
pada travelers diarrhea. Penggunaan bismuth pada anak dinilai tidak efektif dan meningkatkan
risiko toksistas otak. Kandungan salisilat dapat menyebabkan gangguan hati.
Sejak tahun 1996, AAP mengeluarkan pernyataan untuk tidak menggunakan berbagai jenis
antidiare untuk anak. Saat ini, pedoman tatalaksana diare di seluruh dunia meliputi pemberian

oralit, pemberian zinc, dan melanjutkan ASI (early feeding). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) dan Departemen Kesehatan RI mengadopsi pedoman WHO yang dikenal dengan
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang terdiri dari pemberian oralit, pemberian
zinc, lanjutkan ASI, antibiotik selektif, dan nasihat untuk ibu.

Anda mungkin juga menyukai