ROLE MODEL
OLEH
KE LOMPOK :
I1B109013
BAB I
PENDAHULUAN
Teori dan paradigma modeling dan role modeling dikembangkan melalui
proses retroduktif. Model aslinya dikembangkan secara induktif dari pengalaman
klinik primer dan pengalaman hidup pribadi. Erickson beranggapan manusia
memiliki hubungan antara pikiran dan tubuh dan memprediksi kemampuan
mereka untuk menghadapi stres. Dia juga mengartikulasikan hubungan antara
kebutuhan dan proses perkembangan, kepuasan dan objek yang dimaksud, sakit
dan kesehatan.
Para ahli dalam teori ini mengembangkan teori Maslows yang
memberikan label dan artikulasi terhadap kebutuhan manusia berdasarkan
obeservasi individu, dimana setiap orang menginginkan menjadi lebih baik dari
apa yang bisa dicapai. Selain itu, mereka juga mengembangkan teori Piajets yaitu
perkembangan kognitif digunakan sebagai kerangka kerja untuk memahami
perkembangan berfikir. Teori lain yaitu teori Winnicot yang merupakan teori
tambahan yang digabungkan dengan model aslinya dan diartikulasikan dengan
menggabungkan konsep penggabungan individu.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Konsep umum dalam teori modeling dan role modeling
Equilibrium
Adaptive/maladaptive
Stressor Arousal
Impoverishmen
Model Adaptive Pengkajian Potensial
Equilibrium
Stressor
Coping
Coping
Stressor
Stressor
Arousal
Stress
Hubungan Dinamis
Improverishment
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
KASUS
Seorang perawat anak berupaya memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
anak yang menjadi tanggungjawabnya dengan menerapkan konsep Erikson et.al.Ia
mengalami kesulitan dan hambatan karena pasien sangat tidak kooperatif. Pasien
sering tamapak kaget ketika perawat mendatanginya dan kemudian dia berteriakteriak tidak mau didekati.
PEMBAHASAN
Anak stress karena proses hospitalisasi sehingga dia tidak kooperatif dengan
perawat dimana dia bersikap menolak (koping maladaptif). Untuk mengatasi hal
tersebut, perawat harus memahami terlebih dahulu tentang tumbuh kembang anak.
Dengan demikian diharapkan perawat menemukan cara untuk membina saling
percaya dengan kliennya, dan secara bersama-sama mencapai tujuan agar masalah
teratasi.
Solusi Menurut Teori MRM :
Perawat harus mengidentifikasi :
1. Tahap tumbuh kembang anak yang menjadi tanggungjawabnya
2. Kebutuhan dasar anak yang belum terpenuhi
3. Sumber kekuatan dan support sistem klien : orang tua atau teman sebaya
4. Mekanisme adaptasi klien terhadap stress
5. Memahami tentang konsep kehilangan (loss griefing) pada anak ketika ia
mengalami hospitalisasi
6. Memilih pendekatan yang paling tepat sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak, sehingga dapat terjalin saling percaya antara perawat-klien
7. Pilih intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi anak
8. Libatkan klien dan keluarga dalam memilih dan menerapkan intervensi
keperawatan
9. Gunakan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti oleh klien saat
memberikan intervensi keperawatan
Jika dibahas dengan menggunakan Teori Leiningers Transkultural, maka
penyelesaian kasus diatas adalah sebagai berikut :
1. Perawat harus memahami aspek budaya yang anut klien dan keluarga,
meliputi teknologi, religius dan filosofi, faktor sosial, nilai, kepercayaan dan
cara hidup, politik dan legal faktor, faktor ekonomi dan pendidikan. Hal ini
akan mempengaruhi pola dan pemberian asuhan keperawatan.
2. Perawat tetap harus memahami tentang tahap tumbuh kembang anak, tetapi
dia juga harus memperhatikan aspek budaya dimana anak ini tumbuh dan
berkembang. Dengan latar belakang budaya yang berbeda, anak biasanya juga
memiliki karakter yang berbeda sehingga membutuhkan pendekatan yang
tidak sama dalam menyelesaikan masalahnya.
KASUS LAIN
Ny. R, 26 tahun post SC hari ke 3 (P1A0). Saat ini tinggal serumah dengan mertua
yang sangat overprotektif dan memiliki nilai kepercayaan yang sangat kuat
terhadap budayanya. Ny. R mengalami kesulitan menghadapi mertuanya, yang
sering memberikan aturan-aturan setelah melahirkan yang ia anggap tidak
rasional, misalnya Ny R tidak boleh makan ikan, daging ayam, telor karena itu
dianggap dapat menyebabkan luka lama sembuh dan darah berbau amis.
PEMBAHASAN
Culture shock dapat dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana klien
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan,
sehingga memunculkan perasaan ketidaknyaman, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Pemahaman perawat tentang Sunrise Model membantu
perawat untuk mencegah terjadi culture shock dan culture imposition (shock dan
pemaksaan budaya).
Dalam penerapan proses keperawatan, pengetahuan budaya harus dimiliki
sebelum mengideintifikasi kondisi klien. Pada level satu dikaji pengetahuan dan
informasi tentang struktur social dan pandangan dunia terhadap budaya klien.
Selanjutnya dibutuhkan informasi tentang bahasa dan lingkungan, teknologi,
agama, filosophi dan kebangsaan, sosial struktur, nilai budaya dan kepercayaan,
politik, legal sistem, ekonomi dan pendidikan. Pengetahuan ini dibutuhkan dalam
rangka mengaplikasikan keperawatan pada klien dalam konteks individu,
keluarga, kelompok, comunitas dan institusional (level dua).
Penilaian terhadap nilai kepercayaan, tingkah laku klien, terhadap sistem
kesehatan diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan klien dalam rangka
merumuskan diagnosa keperawatan (level tiga). Selajutnya setelah ditetapkan
suatu diangnosa keperawatan maka disusunlah perencanaan dan implementasi
keperawatan (level empat) yang dalam model ini sebagai nursing care decition
and action. Sunrise Model secara spesifik tidak menjabarkan evaluasi sebagai
suatu bagian khusus. Walaupun demikian teori transcultural nursing makna
penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan perawatan yang memberikan
keuntungan bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Menggunakan konsep
kehilangan (loss griefing)
Intervensi keperawatan
Memahami tahap tumbuh kembang anak,
perkembangan kognitif anak : bahasa yang
sederhana yang dimengerti anak, psikososial:
sesuai tgs perkembangan.
Intervensi disesuaikan dengan kondisi anak
Faktor politik
dan hukum
Faktor
teknologi : misal
menggunakan
permainan anak
Faktor sosial :
teman sebaya,
orang tua,
sekolah
Faktor kultural
nilai,
kepercayaan
Kesehatan/sakit/kematian
secara holistic
Perawatan individu
Praktik keperawatan
Faktor ekonomi
Faktor edukasi